Disclaimer: J.K. Rowling

Warning: Slash dan AU.


Chapter 1. Two boys

.

.

"Kami adalah anak laki-laki kalian, Father dan Dad."

Adalah kata-kata yang mengagetkan seorang Draco Malfoy dan Harry Potter di saat mereka sedang bersembunyi di Menara Astronomi dari kerumunan orang-orang yang penasaran dengan dua anak laki-laki sekitar berusia dua belas tahun, yang satu berperawakan berambut pirang platina dan bermata hijau serta yang lain berambut hitam dan bermata abu-abu itu.

Ya.

Mereka berdua, yang-tidak-diketahui-namanya-siapa itu, tiba-tiba masuk ke ruang Aula Besar dengan menggeret tas koper coklat. Jubah hitam Slytherin dan Gryffindor-nya tersibak dengan anggun saat mereka berjalan ke depan meja Professor Albus Dumbledore. Setelah menganguk pelan ke arah Dumbledore, mereka pun berbalik ke hadapan seluruh murid Hogwarts dan berdehem pelan.

"Perhatian semuanya! Kami ingin menyampaikan satu hal kepada kalian semua!" teriak seorang anak kecil yang berambut hitam dan bermata abu-abu.

Seketika, seluruh murid terdiam dan hanya melongo melihat anak kecil yang menebar senyum bahagia itu. Oh Merlin, dua anak siapa itu yang berani-beraninya mengganggu acara sarapan mereka yang berharga itu?

"Aku ─ia menepuk dadanya dengan tangan kanannya─ adalah James Hyperion Malfoy dan ia ─menunjuk anak laki-laki berambut pirang platina dan bermata hijau serta bertampang angkuh di kanannya─ adalah Scorpius Sirius Potter. Dan kami adalah anak laki-laki dari Draco Lucius Malfoy dan Harry James Potter! Salam kenal semuanya!" ucapnya riang.

Sejenak, waktu seakan terhenti saat mendengar pernyataan dari anak berambut hitam itu.

Ron menjatuhkan daging ayam yang sedang ia kunyah, Neville memucat dan langsung pingsan seketika, Si Kembar Weasley bersiul secara bersamaan, Pansy memasang muka horor yang bersiap untuk memuntahkan kue yang baru ia telan, Blaise dan Theo mengerutkan alisnya─ dan tak ketinggalan Harry dan Draco yang melongo tak percaya dengan apa yang mereka dengar tadi.

"APA?!" Seluruh murid Hogwarts berteriak kencang menyuarakan isi hati dan gejolak pikiran mereka yang paling dalam.

- u -

Oke, cukup dengan flashback yang membuat Harry merinding itu. Tak ada yang lebih menakutkan dari gelora para laki-laki, raungan para gadis, dan kehebohan yang terjadi di Aula Besar itu tadi pagi. Setelah sadar dari kekagetannya, dengan semangat Gryffindor-nya, ia menarik kedua anak kecil itu ke luar Aula dan segera bersembunyi di salah satu bilik di toilet pria.

"Siapa. Kalian. Yang. Sebenarnya." desisnya tajam sambil menaruh kedua tangannya di kedua pundak kecil anak laki-laki itu. Anak bermata hijau cemerlang yang sama dengannya itu menatapnya heran.

"Aku anakmu, Daddy. Bukankah kau sudah mendengarnya tadi?" ulangnya dengan kepala yang ia telengkan. Harry mengernyit mendengar kata-kata 'anakmu' dan panggilan 'Daddy'.

"Oke, coba ulang siapa dirimu yang sebenarnya dengan jelas dan jujur."

Anak kecil berambut hitam itu berdeham sambil menatap ke arah Harry, "Aku bernama James Hyperion Malfoy dan ia adalah Scorpius Sirius Potter. Kami adalah anak kembar tak identik dari Father Draco Lucius Malfoy dan Daddy Harry James Potter. Kami sekarang berumur dua belas tahun dan sekarang bersekolah di Asrama Hogwarts di tahun kedua. Aku senang bermain sementara Scorpy senang membaca buku rumit. Aku menyukai makanan manis dan Scorpy menyukai makanan pedas. Lalu─"

"Yak, cukup. Yang kumaksud bukan itu, Nak. Yang aku tanyakan, sejak kapan laki-laki bisa mengandung dan melahirkan seorang─ralat dua anak, sejak kapan aku dan Malfoy memiliki dua anak kembar yang tak identik dan sejak kapan kami menjabat sebagai Father dan Dad kalian berdua?!" potong Harry sambil bergetar menahan kepanikan dan kejijikan atas apa yang ia jabarkan tadi. Oh Merlin, sejak kapan Pangeran Slytherin dan Anak Emas Gryffindor yang terkenal dengan permusuhannya memiliki dua anak laki-laki?

Lagipula siapa yang mengandung dan melahirkan mereka?

...oke, pertanyaan tadi terdengar salah. Demi jenggot Merlin terbelah dua, bukannya ia menyetujui dengan pemikiran laki-laki bisa mengandung dan melahirkan anak ataupun ia dan Malfoy adalah pasangan yang memiliki anak. Tidak, terima kasih. Ia masih menyukai gadis-gadis cantik ketimbang laki-laki manja dan pengecut.

Anak bermata hijau di sebelahnya menatap Harry tak percaya. Seakan-akan Harry berbohong dan tak mempercayai apa yang ia katakan. Anak berambut pirang platina yang tadi diperkenalkan sebagai Scorpius melangkah maju dan membuka mulutnya.

"Ini memang tak bisa dipercaya, Dad. Tapi ini adalah kenyataan yang sebenarnya. Di masa depan, kalian akan menikah dan memiliki kami berdua," jelasnya dengan muka memelas.

Kata-kata dari mulut anak berambut pirang platina itu seakan-akan membuat seluruh darah di otak Harry turun ke perutnya.

Ini. Adalah. Hal. Yang. Paling. Gila. Yang. Pernah. Ia. Dengar.

"Sampai kapan kau mau bertampang bodoh seperti itu, Potter? Kita harus pergi dari sini sebelum orang-orang menemukan kita, kau tahu?"

Gema suara yang terdengar angkuh itu menyadarkan pikiran Harry. Ia pun menoleh ke belakang menatap sosok Malfoy yang bersandar di pintu bilik yang ia tempati beserta dua anak laki-laki itu.

"Malfoy..."

"FATHER!" Kedua anak itu secara tiba-tiba merangkul pinggang Draco sambil menenggelamkan kepala mereka di perut Draco.

Kejadian itu membuat baik Draco ataupun Harry membelalakkan matanya.

What the─

"Lepaskan aku, Bloody Git! Dan jangan panggil aku Father!" teriaknya sambil menjauhkan kedua tubuh anak kecil yang makin mempererat pelukannya. Harry yang masih melongo tiba-tiba tersadarkan dengan teriakan kerumunan orang-orang yang masih mencari mereka berdua di luar kamar mandi. Refleks, ia menarik lengan Draco dan menggeretnya keluar menuju jendela besar kamar mandi itu.

"Simpan dulu umpatanmu itu, Malfoy. Kita harus kabur dari sini!"

"...tadi aku sudah memperingatkanmu kan, Potty," geram Draco yang mengikuti langkah Harry sambil terus mencoba menjauhkan kedua tubuh anak kecil yang menempel padanya.

- u -

Usai kepergian Harry Potter dan kedua anak kecil itu, beberapa murid yang penasaran di Aula langsung berhamburan keluar dan mengejar Harry, yang membuat para Prefek, Head Boy dan Head Girl panik melihat murid-murid yang meninggalkan Aula tanpa izin. Sebagian lainnya hanya bisa mengekspresikan wajahnya dengan kaget, jijik dan bahkan di antaranya─senang?

Professor McGonagall yang tadi sempat memucat sekarang tersadar sepenuhnya dan segera menoleh ke arah kepala sekolah Hogwarts. Dumbledore sendiri hanya tersenyum-senyum menatap kepanikan yang terjadi di Aula.

"Dumbledore! Apa yang terjadi di sini sebenarnya?!" teriak Mcgonagall agar bisa menyamakan suaranya dengan keributan di Aula. Sementara yang bersangkutan hanya menaikkan alisnya dan menarik bibirnya lebih lebar lagi.

"Ah, masa muda. Benar kan, Minerva?"

Perkataan yang tak bisa menenangkan itu membuat Professor McGonagall menutup wajahnya dengan kedua tangannya sambil meratapi keributan yang terjadi di Hogwarts.

- u -

"Bisa tolong jelaskan siapa kalian dengan sejujur-jujurnya?" teriak Draco frustasi.

Kedua anak kecil yang sekarang bersembunyi di balik jubah Harry, menatap Draco dengan tatapan anak anjing memelas. Bukannya merasa kasihan, Draco justru makin menajamkan tatapannya. Harry mendesah pelan dan memeluk pundak kedua anak itu.

"Bisakah kau tak berteriak-teriak, Malfoy? Mereka ketakutan, bagaimana mereka mau bercerita kalau kau terus membentak?" ujar Harry. Draco mendelik kesal ke arah Harry.

"Hah, membela mereka, Potter? Mereka itu kan─Draco bergidik saat mengatakannya─ anakmu. Jadi kau diamkan mereka berdua dan tanyakan siapa mereka yang seenaknya berkata kalau mereka adalah anakmu─"

"─dan anakmu juga kalau perlu kuingatkan dengan kata-kata mereka, Malfoy," sindir Harry. Draco merengut jijik mendengar kata-kata itu dari mulut pemuda bermata hijau itu. Draco memandang ke arah kanannya, mencibir saat Harry memakinya lagi dengan sebutan 'Ferret', sebutan yang 'disukai' pemuda yang bertahan hidup tersebut dua tahun belakangan ini.

Harry bersungut saat merasa dirinya tak diacuhkan oleh pewaris Malfoy tersebut. Mendengus, Harry pun menatap kedua anak yang masih beringsut di balik jubahnya. Ia pun berlutut dan mendorong agar kedua anak itu berada di depannya. Mensejajarkan pandangannya, Harry menutup mata dan menghela nafas panjang.

Entah kenapa, ia selalu merasa kedua anak ini akan membawanya kepada sesuatu yang buruk.

"Jadi, kalian ini siapa. Bukan nama, anak dari siapa, atau semacamnya. Yang aku tanyakan bagaimana kalian bisa berada di sini? Seingatku, aku dan Malfoy sama sekali tak pernah menikah, oh Merlin, bahkan kami saja tak pernah bersentuhan." Harry memutar bola matanya dan menghiraukan serapahan yang dilontarkan Malfoy di belakangnya.

Kedua anak itu saling tatap satu sama lain. Bagaikan saling bertelepati, mereka terdiam dan beberapa saat kemudian menatap Harry dengan senyum lebar.

"Kami adalah anak laki-laki kalian, Father and Dad."

Betapa Harry ingin menahan keinginannya untuk tidak menepuk dahinya dengan tangan kanannya.

"Err, maksudku bukan itu─"

"Tak kusangka, rupa anak kalian benar-benar mirip dengan kalian, Potter dan Malfoy."

Harry dan Draco berjengit mendengar kata-kata orang asing yang berasal dari lantai bawah menara Astronomi itu. Dengan wajah horor, keduanya menatap ke arah tangga, menunggu sang pemilik suara menampakkan wajahnya.

Disanalah, seorang pria berambut hitam kelam dan berwajah tampan berumur sekitar tiga puluh tahunan berjalan menaiki tangga dan tersenyum penuh makna ke arah Harry dan Draco.

"P-Professor Riddle..." ucap keduanya hampir bersamaan.

Kedua anak kecil yang tadinya mengintip dari balik pundak Harry, secara tiba-tiba berlari ke arah Professor Riddle dan langsung melingkari pinggang pria itu dengan tangan kecil mereka berdua dan berteriak bersamaan dengan senyum lebar di kedua mulut mereka.

"Uncle Tom!"

Dan memanggilnya dengan sebutan paman.

...tunggu dulu.

Paman? PAMAN?

EH?!

Mata hijau dan abu-abu saling bertatapan dan melebar penuh kekagetan. Draco menatap Harry dengan pandangan apa-yang-sebenarnya-terjadi-di-sini yang dibalas oleh Harry dengan pandangan aku-pun-tak-tahu-apa-yang-terjadi.

Kepala Harry tiba-tiba berdenyut sakit saat memikirkan kejutan yang bahkan tak pernah ia impikan sebelumnya. Kedatangan dua yang mengaku anak dirinya dan Draco, Hogwarts yang gempar, dan Professor Tom Riddle yang dipanggil 'paman' oleh kedua anak itu.

Dipandangnya tiga orang yang sekarang saling berpelukan dan tertawa senang seakan-akan dunia milik mereka bertiga.

Oh Merlin, apa yang sebenarnya terjadi di sini?

- v -

Harry Potter's Diary

Sungguh, kedatangan Scorpius dan James membuatku nyaris ingin bunuh diri dari atap Hogwarts dan memendam mayatku di pekarangan rumah keluarga Dursley. Tak ada yang lebih memalukan dari kejadian yang penuh dengan kejutan ini. Malfoy pun sama sekali tak membantu dalam masalah ini. Ia bagaikan seekor ikan yang kehilangan pasokan oksigennya, tergagap dan melongo lebar. Hah, padahal diriku sendiri juga sama sepertinya.

Yah, walaupun begitu, jika ditolehkan ke belakang, masa-masa di awal kedatangan mereka menjadi kenangan manis yang tak akan pernah dilupakan olehku.

...dan mungkin oleh Malfoy juga.

...

Mungkin.

Hah, mana mungkin seorang Malfoy akan menganggap ini adalah kenangan manis. Kutarik kata-kataku tadi.

Titik.


A/N: Iya saya tahu ini pendek. Tapi kalau panjang-panjang jadi ga bikin gregetan kan? /apanya /dibuang

Akhirnya ngepos fanfic Drarry juga~ Buat yang bertanya-tanya apakah ini adalah Mpreg atau bukan, itu rahasia. ;) /pret

Dan, yeaahh ada mas Tom Riddle! XD Dan ini AU. Setting tetap di Hogwarts tapi minus Voldemort, Death Eaters, dan gengnya. Tapi ada beberapa karakter yang tak sama masa hidupnya dengan novel aslinya, contoh Riddle. /tiduran

Review please?