PS: Lihat author review di bawah ya. Keep read and review! ;)


Draco dan Hermione akhirnya berhenti di depan sebuah bangunan. Hermione melirik ke arah tempat berhentinya mereka. Rupanya Draco menariknya ke Madam Puddifoots, salah satu tempat minum di Hogsmeade.

Hermione melongo. Tunggu, ini kan tempat yang terkenal untuk para pasangan yang sedang berkencan. Untuk apa Draco mengajak… Ah sial! Aku lupa, dia kan sedang menjadi 'pacarku' sekarang.

"Ayo kita masuk." Draco dan Hermione masuk ke toko itu dan menemukan pemandangan yang tidak biasa – bagi Hermione. Puluhan pasangan sedang berkencan di sana, bahkan beberapa di antaranya banyak yang berciuman dengan penuh nafsu seolah tidak ada hari esok.

Hermione memandang jijik pada pasangan yang berciuman itu. Memangnya tidak ada tempat lain apa? Hal seperti itu kok dilakukan di tempat umum seperti ini.

Tak lama setelah mereka melepaskan jaketnya dan menaruhnya di rak, Draco menyeretnya kembali ke salah satu meja kosong. Draco dan Hermione pun duduk berhadapan.

Seorang pelayan wanita datang, menanyakan pesanan mereka. Sebelum Hermione mulai berbicara, Draco berbicara duluan dan meminta pelayan untuk memesan dua cokelat panas. Pelayan pun mengangguk dan meninggalkan mereka berdua.

Draco melepaskan sarung tangannya. Dia meletakkan tangannya di atas meja dan menghadapkan kedua telapak tangannya ke arah Hermione. "Kemarikan tanganmu Granger."

Hermione merasa heran. "U..Untuk apa?"

"Sudah kemarikan saja."

Hermione tidak membantah. Dia menuruti perintah Draco dan meletakkan kedua tangannya di telapak tangan pria itu. Draco kemudian menarik kedua tangan Hermione dan menggenggamnya erat.

Tangannya hangat sekali, pikir Hermione. Dia merasakan hawa hangat Draco yang kini menjalari tangannya. Draco pasti ingin menghangatkan tangan Hermione yang dingin seperti es beku. Muka Hermione bersemu merah. Dia ingin menarik tangannya kembali, namun Draco malah menggenggamnya semakin erat.

"Jangan coba-coba kau lepas, Granger. Setidaknya sampai tanganmu tidak dingin lagi," kata Draco agak galak, melirik ke arah wajah Hermione. "Aku tidak mau kau sakit nantinya." Draco pun kembali memandang tangannya yang menggenggam tangan kekasihnya itu.

Kali ini tidak hanya muka Hermione yang merah, namun jantungnya juga semakin berdetak dengan cepat. Dia pun akhirnya diam saja dan menuruti omongan Draco.

Tangannya besar juga. Rasanya seluruh tanganku terasa kecil di tangannya yang besar. Tak kusangka pria dingin dan jahat ini memiliki tangan yang hangat. Tanpa disadari Hermione, bibirnya bergerak dan menyunggingkan senyum.

Tak berapa lama, pelayan datang membawa pesanan mereka. Draco pun akhirnya melepaskan tangannya dan menyingkirkan tangannya dari meja. Hermione yang tersadar karena tangannya dilepas juga buru-buru meletakkan tangannya di pangkuannya kembali.

"Minuman cokelat terbaik dan terhangat untuk para kekasih yang sedang kasmaran," goda pelayan itu sambil meletakkan kedua gelas di atas meja. "Kalian lucu dan romantis sekali." Hermione bersemu merah mendengarnya. Dia melirik ke arah Draco dan melihat semburan pink menghiasi kedua pipinya yang pucat. Sepertinya dia juga merasa malu karena digoda pelayan itu.

"Selamat menikmati kencan kalian." Pelayan itu mengedipkan matanya dan pergi meninggalkan mereka berdua.

Hermione baru saja mengambil cokelat itu dan mengangkatnya ketika Draco memotongnya. "Jangan diminum dulu, Granger. Hangati dulu kedua tanganmu dengan gelas itu."

Hermione terkesiap mendengarnya. Dia pun mengangguk pelan dan menuruti perintah Draco. Hari ini dia sudah banyak mengalah serta menuruti perintah Draco. Dan Hermione tidak menyesalinya. Dia pun tersenyum kembali karena perasaan hangat yang menjalari tubuhnya, terutama dari tangannya yang memegang gelas cokelat panas itu.


Draco dan Hermione berbincang-bincang selama hampir satu jam di tempat minum itu. Mereka mengobrol banyak hal, bahkan Hermione beberapa kali tertawa karena omongan Draco. Dia tidak menyangka Draco orangnya bisa diajak mengobrol menyenangkan seperti ini. Hermione juga tidak pernah membayangkan dia dan Draco bisa datang berdua ke tempat seperti ini dan mengobrol layaknya teman dekat, mengingat dia dan Draco sudah bermusuhan sejak awal mereka masuk di tahun pertama.

Draco melirik ke arah jam di tempat minum itu. Sudah sore. "Well, kurasa kita sudah terlalu lama di sini. Ayo kita pergi."

Draco pun berdiri dan berjalan ke arah kasir. Setelah membayar minumannya, dia berjalan ke arah rak untuk mengambil jaketnya. Hermione berjalan mengikutinya. Draco membantu Hermione memakaikan jaket.

Draco pun berjalan ke arah pintu dan keluar dari toko. Hermione menyusulnya dari belakang. "Ah, aku hampir lupa." Dia pun berhenti dan mengeluarkan sebuah bungkusan coklat yang diikat dengan pita cantik berwarna putih. "Ini untukmu."

Hermione menerima bungkusan itu. Dia menatapnya heran. "Apa ini?"

"Hadiah natal untukmu. Katamu bisa diberikan kepada kekasih saat natal." Draco menyunggingkan senyumnya.

Pipi Hermione bersemu merah. "Tapi kan natal bukan sekarang?"

"Well, kupikir kau lebih membutuhkannya sekarang dibanding natal," ujar Draco. "Anggap saja hadiah natal yang dipercepat. Bukalah."

Hermione menarik pita yang mengikat bungkusan itu. Detik berikutnya dia terkesiap melihat isinya. Sarung tangan cantik berwarna putih dengan hiasan tali berwarna emas di permukaannya. Ini kan sarung tangan yang dilihatnya di Gladrags Wizardwear tadi. Hermione memegang sarung tangan itu dan memandangnya takjub. Dia tidak bisa berkata apa-apa.

"Selamat natal - yang dipercepat - Granger!" Draco tersenyum melihat ekpresi senang di muka Hermione. "Ayo dipakai, sampai kapan kau mau memperhatikannya."

Hermione memasangkan sarung tangan itu di kedua tangannya. Hangat dan nyaman sekali. Selain itu, bulu-bulu di sarung tangan itu terasa lembut. Desain luarnya juga cantik sekali. Hermione tidak bisa menghentikan perasaan senangnya. Dia pun menghempaskan tubuhnya ke arah Draco dan memeluknya. "Terima kasih banyak, Malfoy! Aku senang sekali."

Draco tersenyum dan membalas pelukan kekasihnya itu. "Kau suka, Granger?"

Hermione mengangguk meski Draco tidak bisa melihatnya. "Ya, aku suka sekali."

Draco kemudian mendorong Hermione, membuat wanita itu kini berhadapan dengan mukanya. Draco kemudian mendekatkan wajahnya, memainkan hidungnya dengan hidung Hermione. Hermione terkikik pelan. Kemudian, Draco mendekatkan bibirnya dan…

Cekrek!

Hermione dan Draco mendengar suara kamera. Hermione pun tersadar dan melepaskan pelukannya dari Draco, mencari sumber suara. Draco masih melingkarkan tangannya di pinggang Hermione dan ikut mencari sumber suara. Dia dan Hermione melihat seorang anak kecil perempuan, kira-kira berusia 8 tahun, sedang memegang kamera polaroid sihir dan menatap mereka sambil tersenyum.

"Ah, maafkan aku mengganggu kalian," katanya sambil mengambil hasil jepretannya yang keluar dari kamera itu. "Aku baru saja dibelikan ayah kamera ini. Dan dia menyuruhku untuk memotret objek yang bagus. Kukira kalian tidak keberatan. Kalian romantis sekali, seperti ayah dan ibuku."

Muka Hermione bersemu merah. Dia buru-buru melepaskan tubuhnya dari pelukan Draco. Draco dan Hermione menjadi salah tingkah. Anak kecil itu masih tersenyum.

"Well, tentu saja aku keberatan, bocah nakal. Tidak seharusnya kau mengganggu kami. Sebaiknya kau pergi sebelum orang tuamu mencarimu," kata Draco agak ketus kepada anak kecil itu. Hermione memukul lengan Draco pelan.

"Malfoy! Jangan galak seperti itu. Dia hanya memotret." Hermione menatap jutek kekasihnya itu, kemudian menatap anak kecil itu. "Maafkan dia nona kecil. Sifat dasarnya memang seperti itu. Jahat dan arrogant. Maklumi saja."

"Hei, apa maksudmu!" kata Draco protes, tidak terima dengan omongan Hermione. Hermione tidak mempedulikannya.

Anak kecil itu tersenyum. "Tidak apa-apa, aku tidak tersinggung dengan ucapannya." Dia pun memberikan Hermione foto yang dipegangnya. "Ini untukmu, hadiah dariku. Kuharap kau dan pacarmu tidak marah."

Tidak lama, seorang pria memanggil anak kecil itu tak jauh dari tempatnya berdiri. Anak kecil itu berbalik dan mengangguk ke pria itu, kemudian kembali memandang Draco dan Hermione. "Aku harus pergi. Ayah memanggilku. Selamat tinggal!" Dia pun berbalik dan berlari ke arah ayahnya.

Draco dan Hermione memandang kepergian anak kecil itu bersama ayahnya. Hermione melambaikan tangannya ketika anak itu melambaikan tangannya ke arahnya sebelum pergi. Hermione kemudian menatap foto yang dipegangnya.

Di foto itu, terlihat jelas dia dan Draco sedang berpelukan dan Draco memainkan hidung miliknya dengan hidung Hermione. Padahal Hermione hanya memeluknya karena senang, seperti yang biasa dilakukannya dengan kedua sahabatnya. Tapi di foto ini, dia dan Draco benar-benar terlihat seperti pasangan kekasih. Wajar saja bila anak itu memotretnya, yang dipotret pun mengakuinya. Muka Hermione bersemu merah kembali.

"Cih, anak itu menganggu saja," kata Draco tiba-tiba. Dia mencoba mengambil foto itu dari Hermione. "Buang saja fotonya. Kita bisa berfoto yang lebih bagus dari itu."

"Tidak!" kata Hermione, menjauhkan foto itu dari tangan Draco. "Foto ini bagus, Malfoy. Untuk ukuran anak kecil seperti dia, kurasa dia cukup berbakat."

Draco memandang Hermione yang kembali tersenyum memandang foto itu. Dia bisa melihat muka gadis itu bersemu merah. Draco tersenyum karenanya. Heran, padahal menurutnya foto itu tidak terlalu bagus. Mereka kan bisa berfoto dengan adegan lebih dari itu, pikir Draco dalam hati.

Tapi pada akhirnya Draco menyerah. "Well, terserahlah." Dia pun menggenggam tangan Hermione dan mengeluarkan tongkat sihirnya. "Ayo kita pergi Granger, sebentar lagi matahari terbenam."

Hermione mengangguk dan berdiri di samping Draco. "Apparate!"

Tak beberapa lama, Draco dan Hermione sudah tidak berada di Hogsmeade, melainkan di suatu pantai. Pantai itu terlihat asing di mata Hermione. "Ini…ini di mana Malfoy?"

"Kau tidak bisa melihat Granger? Kita sedang di pantai," kata Draco. Matanya kemudian memandang laut yang tenang itu. "Aku menemukannya ketika liburan musim panas kemarin. Dansunset-nya indah sekali. Kau pasti suka. Kemarilah."

Draco melingkarkan tangannya di pundak Hermione, merangkul gadis itu. Hermione melihat ke arah laut yang terhampar luas di depannya. Dia melihat matahari sedang pelan-pelan terbenam. Warna orange dan merah berbaur di ujung laut itu. Indah sekali. Hermione terpesona melihatnya.

"Ini…indah sekali, Malfoy." Hermione melirik ke arah Draco. "Tak kusangka Ferret sepertimu bisa menemukan tempat seindah ini," katanya meledek.

Muka Draco bersemu merah. Dia melirik Hermione. "Apa maksudmu dengan orang sepertiku? Bisa-bisanya kau memuji sekaligus menghinaku." Dia menjitak kepala Hermione pelan. "Berhentilah menggodaku, Granger."

Hermione tertawa pelan. Kemudian melanjutkan melihat matahari yang sedang terbenam itu. Dia melingkarkan tangannya di pinggang Draco dan menyandarkan kepalanya di bahu pria itu. Mereka fokus pada keindahan matahari terbenam hingga hari sudah mulai gelap.

Draco melepaskan rangkulannya. Dia memindahkan tangannya ke pinggang Hermione. Tangan satunya memegang dagu Hermione.

Hermione mengerti apa yang akan dilakukan Draco. Oh tidak, dia akan menciumku. Gawat, bagaimana ini? Aku tidak boleh menciumnya. Tapi…tapi kenapa tangan dan kakinya terasa mati rasa. Hermione perlahan menutup matanya. Dia akhirnya pasrah akan dicium Draco.

"HACHII!" Belum sempat bibir mereka bersentuhan, tiba-tiba Hermione bersin. Membuat Draco membuka matanya dan menghentikan apa yang akan dilakukannya. Hermione menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Dia menjauhkan tubuhnya dari Draco. Detik berikutnya dia kembali bersin-bersin.

"Maaf Mal…Haa…HACHI!" Hermione kembali bersin. Sepertinya dia masuk angin.

Draco memandangnya kesal. Sial, lagi-lagi gagal. Huh, kenapa banyak gangguan sih. Dia mendekati Hermione yang sudah berhenti bersin. "Kau tidak apa-apa, Granger?"

"Ah ya, aku baik-baik saja. Mungkin aku masuk angin," kata Hermione, sambil menyeka hidungnya dengan sapu tangan. "Mungkin aku flu… Tu..tunggu! Mau apa kau?!" Hermione menjauhkan muka Draco yang tiba-tiba sudah sangat dekat dengan wajahnya, tanpa ia sadari.

Draco berdecak pelan. "Tentu saja untuk menciummu, bodoh! Hari ini kita belum melakukannya." Draco memegang dagu Hermione untuk bersiap menciumnya kembali. Namun Hermione buru-buru melepaskan dirinya.

"Jangan Malfoy! Aku tidak mau!"

"Diamlah kau. Aku belum melakukannya hari ini." Draco masih terus berusaha.

"Aku tidak mau!"

"Kau ini pelit sekali sih!"

"Aku tidak peduli!"

"Memangnya kenapa?"

"Aku tidak bisa menciummu!"

"Kau tidak tahu apa banyak wanita yang akan membunuhmu untuk mendapatkan posisimu ini? Sudah biarkan saja aku…"

"Lebih baik aku dibunuh!"

Draco tertegun. "Kau…bilang apa barusan?"

"Kau tuli ya? Aku bilang lebih baik aku mati dibunuh daripada menciummu, Ferret!" Hermione mendorong tubuh Draco untuk menjauh darinya. Beberapa detik berikutnya, Hermione sadar kalau dia dan Draco sama-sama terdiam. Dia pun mengangkat kepalanya dan melihat muka Draco. Dia terlihat kesal dan terluka.

"Hari ini kau aneh sekali, Granger," kata Draco akhirnya. Dia pun membuang muka dan menghindari pandangan Hermione. Hermione jadi merasa bersalah dengan ucapannya.

Mereka pun terdiam untuk beberapa menit. Hermione sadar bahwa Draco marah padanya karena ia tidak mau menciumnya. Tapi kan memang wajar, aku kan sesungguhnya memang bukan pacarnya. Dia jadi begini karena ramuan itu. Hermione terus mencari pembelaan diri dalam hatinya, namun tetap saja dia merasa bersalah mengingat ekspresi muka Draco yang terluka itu.

"Ayo kita kembali Granger," kata Draco. Hermione tersadar dari lamunannya. Dia menatap Draco. Ekspresi mukanya sudah tidak seperti tadi. Namun Hermione masih bisa melihat ekpresi terluka di wajahnya. Tanpa pikir panjang. Hermione memegang lengan Draco.

"Apparate!"

Tak lama, Draco dan Hermione kembali ke tempat mereka semula di Hogsmeade. Hogsmeade terlihat makin ramai saja. Draco berjalan tanpa menunggu Hermione.

Hermione menatapnya dari belakang. Duh, bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan? Mungkin sebaiknya aku meminta maaf. "Mal…"

Belum sempat Hermione memanggil Draco, seorang anak kecil sedang berlari dan menabraknya. Hermione terdorong ke samping. Malangnya, kakinya tersungkur batu besar dan dia pun terjatuh. Anak kecil itu bangun dan lari, meninggalkan Hermione yang belum sempat menegurnya. Hermione merintih kesakitan. Kakinya sakit sekali.

Hermione berusaha bangun, namun kakinya susah sekali digerakkan. Sepertinya dia keseleo. Gawat. Dia melihat ke arah depan, sosok Draco sudah menghilang di tengah kerumunan. Dia ingin mengejar Draco. Namun kakinya sakit sekali. Orang-orang yang berlalu lalang tidak terlalu memperhatikannya, bahkan menolongnya.

Hermione berusaha bangun dan berjalan. Namun baru beberapa langkah, dia terjatuh kembali. Dia kembali merintih kesakitan.

"Apa yang sedang kau lakukan duduk di tengah jalan seperti ini?" tanya seseorang tiba-tiba. Hermione menengok ke atas, melihat orang yang menegurnya. Dia pun tersenyum lega.

"Aku terjatuh, Malfoy." Hermione kembali berdiri. Menahan sakitnya. Draco masih memandangnya. Sepertinya dia tidak tahu kalau Hermione kesakitan. Draco pun berdecak pelan.

"Seorang kutu buku sepertimu bisa juga jatuh di jalan seperti ini," kata Draco meremehkan. Dia pun berjalan kembali.

Hermione berusaha mengikutinya. "Itu tidak ada hubungannya, Mal…Aaargh!" Hermione kembali terjatuh.

Draco mendekatinya dan berjongkok. "Kau tidak apa-apa?" Dia melihat Hermione sedang memegang dan memijat kaki kirinya. "Kenapa kakimu?"

Hermione menceritakan dengan singkat kejadian yang menimpanya. "Mungkin kakiku terkilir."

Draco menghela napas. Dia memandang Hermione dengan cemas. "Ada-ada saja. Anak kecil kurang ajar, beraninya kabur sehabis menabrakmu." Dia menyentuh kaki Hermione yang sakit. Hermione menjerit pelan. "Ah maaf, maaf. Hm…sepertinya kita pulang naik sapu terbang saja. ACCIO NIM…"

"JANGAN!" Teriak Hermione. Draco menatapnya heran. "Aku…aku takut terbang, Malfoy. Kurasa sebaiknya aku berjalan pelan-pelan saja."

Hermione kembali berdiri. Draco mengikutinya. Namun baru beberapa kali melangkah, Hermione kembali terjatuh. Dia merintih kesakitan kembali. Rasa sakit di kakinya semakin bertambah parah. Draco memegang lengan Hermione dan memandangnya kesal.

"Granger, kau tidak bisa berjalan! Sudahlah lupakan saja fobia-mu itu. Kita pakai sapu terbang saja."

"Tidak! Aku tidak mau, Malfoy!" kata Hermione keras sambil memegang lengan Draco yang sedang mengeluarkan tongkat sihirnya. Hermione mengingat traumanya akan terbang. Dia sangat takut akan terbang, sejak tahun pertamanya di Hogwarts.

Draco melihat tangan Hermione yang memegang lengannya. Tangannya bergetar. Sepertinya dia memang benar-benar takut terbang. Draco pun akhirnya menyerah. "Baiklah kalau begitu."

Dia pun berjongkok di depan Hermione. "Naiklah ke punggungku. Biar aku menggendongmu."

Hermione melongo mendengar ucapan Draco barusan. "A…aku bisa berjalan sendiri, Malfoy. Tidak perlu menggendong…"

"Cepat naik Granger! Kakimu sedang sakit. Kau mau kakimu putus ketika sampai di Hogwarts, hah?" kata Draco melirik Hermione di belakangnya. "Ayolah cepat naik. Kalau tidak kutinggal kau di sini." Meski aku tidak mungkin melakukannya, lanjut Draco dalam hati.

Hermione pun akhirnya pasrah dan menuruti perintah Draco. Dia menghampiri Draco, membungkuk dan meletakkan kedua tangannya di pundak Draco. Tak lama, Draco memegang pahanya dan mengangkatnya. Kemudian dia bangkit berdiri. "Pegang yang erat, Granger. Dan jangan banyak bergerak." Draco pun berjalan menyusuri Hogsmeade sambil menggendong Hermione di belakangnya.

Muka Hermione bersemu merah. Apalagi semua orang yang dilewatinya memperhatikan Draco dan dirinya. Dia merasa seperti tontonan sirkus. Hermione menunduk, berbisik di telinga Draco. "Mal…Malfoy, semua orang memperhatikan."

"Biarkan saja mereka," kata Draco. Sebenarnya dia juga merasa malu karena dilihat banyak orang, tetapi dia berusaha mengabaikannya. Ada hal yang lebih penting untuknya dibandingkan rasa malunya. "Kakimu kan sedang sakit. Dan aku tidak bisa membiarkan dirimu berjalan sendiri. Salah sendiri kau tidak bisa terbang, Granger."

Hermione merasakan jantungnya berdetak semakin cepat. Dia tidak mempedulikan ejekan Draco, namun memperhatikan kalimat sebelumnya. Draco benar-benar mengkhawatirkannya. Satu lagi hal mustahil dalam kamus hidup Hermione. Tak kusangka Malfoy bisa seperhatian ini, pikirnya. Hermione tersenyum. Dia menyandarkan kepalanya di punggung Draco, merasa aman dan nyaman di punggungnya. Draco terus berjalan menyusuri jalan Hogsmeade, menuju kastil Hogwarts.


Sesampainya di Hogwarts, Draco membawa Hermione ke Hospital Wing. Untung saja Hogwarts sedang sepi, tidak ada murid-murid lain yang melihat mereka sekarang. Madam Pomfrey yang melihat mereka berdua datang merasa terkejut. Bukan karena Hermione yang terluka, tetapi karena Draco - di mana semua orang tahu dia adalah musuh Harry Potter dan kedua sahabatnya - menggendong Hermione ke rumah sakit. Namun Madam Pomfrey segera melupakan keheranannya. Dia memberikan Hermione ramuan obat untuk diminum. Setelah meminumnya, sakit yang dirasakan Hermione perlahan hilang beserta bekas lukanya. Madam Pomfrey memang hebat! Hermione berterima kasih kepada Madam Pomfrey dan kembali ke asrama bersama Draco.

Sesampainya di asrama, Hermione segera masuk kamarnya untuk ganti baju dan istirahat. Dia hanya keluar lagi ketika makan malam. Ketika kembali ke asrama, dia melihat Draco sedang duduk membaca buku di ruang rekreasi mereka.

Draco menengok ke arah Hermione. "Kau baru kembali?"

Hermione mengangguk. "Kau tidak turun ke bawah?"

Draco menutup bukunya dan berdiri. "Aku tidak lapar." Kemudian dia mendekati Hermione. Hermione masih tetap diam di tempat. Draco memegang kedua pundaknya. Kemudian mendekatkan wajahnya kembali. Oh tidak, dia mau menciumku lagi, pikir Hermione. Hermione berusaha mengalihkan wajahnya. Aku tidak boleh menciumnya, apa kata Harry dan Ron nanti? Pikirnya lagi.

Draco menghentikan geraknya. Dia sadar Hermione masih tidak mau menciumnya. Dia pun mendesah dalam hati. Detik berikutnya. Dia mencium kening Hermione.

"Selamat malam, Granger." Draco tersenyum dan melepaskan tangannya dari bahu Hermione. Kemudian dia kembali ke kamarnya.

"Se…selamat malam juga."

Hermione masih berdiri di tempatnya, melihat ke arah pintu kamar Draco. Dia memegang keningnya. Pipinya bersemu merah. Kupikir dia mau mencium bibirku tadi. Apa dia tahu kalau aku berusaha menghindar?

Merasa tidak mendapatkan jawaban, Hermione pun akhirnya mengangkat bahu dan berjalan ke kamarnya.


"Aaah segarnya."

Hermione baru saja menyelesaikan mandinya dan memakai piyamanya. Dia duduk di tepi kasur dan mengeringkan rambut coklatnya dengan handuk. Matanya kemudian melihat ke arah meja kecil di samping kasurnya. Bunga mawar putih yang tadi pagi diberikan Draco ada di situ.

Hermione berhenti mengeringkan rambutnya. Dia kemudian mengambil bunga mawar itu dan mengingat ucapan Draco tadi pagi.

"Aku…minta maaf. Atas kelakuanku semalam. Aku tidak akan menggoda gadis lain lagi dan menyusahkamu seperti semalam. Aku hanya… hanya terbawa emosi karena di kelas Potion kemarin kau mengalahkanku. Aku tahu itu memalukan. Jadi aku…minta maaf. Jadi…jangan marah lagi denganku."

Hermione tersenyum. Draco memberikan bunga mawar itu karena dia merasa bersalah dan ingin meminta maaf kepada Hermione. Tak kusangka dia bisa juga seromantis ini, pikir Hermione. Kemudian Hermione berdiri dan mengambil jaket yang dipakainya tadi. Dia mengeluarkan tongkat sihir dan menyihir bunga mawar itu. Dengan begini, bunga itu tidak akan terlihat layu bila sudah mati, pikir Hermione lagi. Dia menyimpan tongkat sihirnya kembali dan mengambil sarung tangan putih yang diberikan Draco. Dia kemudian kembali duduk di tepi kasur.

Sarung tangan yang cantik. Hermione ingat setelah mereka keluar dari Gladracs Wizardwear, Draco menyuruhnya pergi duluan karena dia mau ke toilet. Rupanya dia berbohong saat itu, dan kembali ke toko itu untuk membeli sarung tangan yang dipegang Hermione sekarang. Karena tangannya kedinginan, Draco memberikannya sekarang ketimbang hari natal. Hermione merasakan perasaan bahagia dalam dirinya. Dia kembali tersenyum, mengingat Draco juga membantu menghangatkan kedua telapak tangan Hermione dengan telapak tangannya sendiri. Hermione mengingat besarnya tangan Draco di tangannya. Dia tidak menyangka tangan Draco sangat hangat dan nyaman. Pipi Hermione bersemu merah.

Kemudian Hermione teringat pula dengang sunset yang dilihatnya bersama Draco. Hermione memang pernah pergi ke pantai, namun belum pernah melihat matahari terbenam di sana. Itulah pertama kalinya dia melihat matahari terbenam di pantai, bersama Draco. Hermione tersenyum kembali. Dia kemudian melihat ke arah kakinya yang terkilir tadi. Draco sempat memaksanya pulang bersamanya menggunakan sapu terbang, namun Hermione menolaknya. Pada akhirnya Draco menyerah dan menggendong Hermione di punggungnya. Hermione merasakan jantungnya berdetak cepat selama Draco menggendongnya. Punggung Draco terasa besar, kekar, dan nyaman. Hermione bisa merasakan otot-ototnya yang kuat ketika dia digendong tadi. Tubuh itu pasti didapatkannya dari latihan Quidditch.

Hermione berusaha mencari lagi kejadian bahagia-nya bersama Draco hari ini. Tiba-tiba Hermione melongo. Dia melupakan sesuatu di awal. Ya, sesuatu yang dilakukan Draco sebelum dia melakukan semua hal romantis itu. Dia menyentuh bibirnya. Ya, Draco menciumnya tadi pagi, ketika Hermione sedang mencari ramuan Peravenoxia di ruang rekreasi. Itu merupakan awal Hermione merasa ada yang salah dengan Draco, musuh terbesarnya selama di Hogwarts. Meski ciuman itu singkat, namun Hermione bisa merasakan bahwa bibir Draco sangat lembut.

Selain waktu itu, beberapa kali Draco hendak mencium Hermione, namun Hermione selalu menghindar. (Kalau tadi pagi Hermione tidak menolak karena Draco melakukannya tiba-tiba.) Hermione tertegun. Dia mengingat ekspresi Draco di pantai tadi. Mukanya terlihat terluka dan kecewa karena Hermione mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukannya, apalahi terhadap 'kekasihnya' sendiri. Hermione kembali merasakan perasaan bersalah. Tadi sebelum masuk kamar Draco hendak menciumnya juga, namun tidak jadi karena lagi-lagi Hermione menghindar.

Perasaan bersalah kembali menghantui Hermione. Satu sisi hatinya berbicara. Kenapa dia menghindarinya? Ya tentu saja karena Malfoy memang bukan kekasihnya. Dia adalah musuh bebuyutan dirinya dan kedua sahabatnya selama bersekolah di Hogwarts. Sering mengganggu dan berbuat jahat kepada mereka. Wajar kan dia menghindari ciuman Malfoy.

Kemudian sisi lain Hermione berpikir lain. Kalau begitu kenapa dia mau menciummu kalau tahu dia adalah 'mudblood' yang dibencinya? Itu karena ramuan Peravenoxia itu, yang mengubah dirinya menjadi kekasih Hermione. Ya, Malfoy bisa bersikap romantis padanya hari ini berkat ramuan yang tidak sengaja diminumnya itu. Sesuai dengan petunjuk Professor Slughorn, ramuan itu hanya berefek sehari saja. Setelah sehari, orang yang meminumnya akan kembali seperti biasa dan tidak akan mengingat kejadian yang menimpanya.

Hermione kemudian tertegun. Dia membelalakkan matanya. Mukanya terlihat cemas. Malfoy akan melupakannya. Melupakan hari ini. Melupakan seluruh hal romantis yang dilakukannya kepada Hermione. Melupakan segalanya. Ya, besok dia akan kembali menjadi Malfoy yang biasa Hermione kenal. Malfoy yang selalu menghina dan mengganggunya. Tiba-tiba Hermione merasa sedih.

Tidak, tidak. Aku belum membalas semua perbuatannya hari ini, dan besok dia sudah lupa dan tidak akan pernah ingat kejadian hari ini. Seharusnya hal itu merupakan hal yang bagus bagi Hermione, tapi…

Hermione kemudian berdiri. Kemudian dia meletakkan kembali sarung tangan dan bunga yang dipegangnya ke tempat asalnya. Ya, dia harus membalas semua perbuatan Draco hari ini. Sebelum dia lupa. Hermione kemudian keluar dari kamar dan menghampiri kamar Draco.


Draco mendengar ketukan dari arah pintu kamarnya. Dia juga mendengar suara Hermione memanggilnya. "Masuk saja, Granger." Draco pun bangun dari posisi tidurnya dan berdiri. Dilihatnya Hermione yang sedang memakai piama tidurnya berjalan mendekatinya.

Hermione tertegun melihat Draco. Draco hanya menggunakan celana panjangnya saja, yang berwarna silver dengan pinggiran hijau di sampingnya. Sangat Slytherin. Muka Hermione bersemu merah ketika dia melirik ke arah dada Draco yang dibiarkannya terbuka. Badannya bagus sekali, pikir Hermione.

Draco menyeringai melihat Hermione yang menatap tubuhnya. "Ya ya, aku tahu kau terpesona padaku. Tapi jangan melihatku seperti itu. Kau seperti orang mesum saja."

Hermione merasa pipinya merona merah. Dia merasa malu dan buru-buru menepis pikirannya. "E..enak saja. Aku tidak mesum! Kenapa kau tidak memakai baju di musim dingin seperti ini?"

Draco menyeringai kembali. "Aku selalu tidur seperti ini, Granger. Jadi, bisakah kau katakan apa urusanmu kemari?"

Hermione menatap wajah Draco. Dia menelan ludahnya sebelum bicara. "A…anu. Aku hanya ingin… mengucapkan terima kasih, atas hari ini." Hermione berdeham sebentar. "Hari ini aku senang sekali. Umm… Sekali lagi, terima kasih." Sebelum Draco bisa membalas, Hermione segera memegang wajah Draco dan mendekatkannya ke wajahnya. Kemudian Hermione menciumnya. Mencium bibir Draco.

Draco terkejut dengan yang dilakukan Hermione. Tapi ciuman itu tidak berlangsung lama. Hermione melepaskan tangannya dari wajah Draco dan menatap pria itu sambil tersenyum. "Itu hadiah dariku. Selamat malam, Malfoy." Hermione kemudian berbalik dan berjalan ke arah pintu, namun Draco menahannya.

"Granger!"

Hermione merasakan tangannya ditarik dan tangan itu kemudian berpindah ke pinggang Hermione, melingkarinya. Detik berikutnya Draco menciumnya. Ciuman yang hangat. Draco memainkan ujung bibir Hermione, berusaha membuat mulut gadis itu terbuka. Hermione berusaha berbicara.

"Tunggu Malfoy, nanti kau tertular flu."

"Shut up, Granger. Aku tidak peduli."

Draco berhasil memasukkan lidahnya ke dalam mulut Hermione. Dia memperdalam ciumannya. Hermione pun akhirnya pasrah dan berusaha membalas ciumannya.

Hermione merasa ciuman itu terasa lama sekali, meski sebenarnya hanya beberapa menit saja. Draco sangat pandai berciuman dan Hermione menikmatinya.

Setelah beberapa menit, mereka akhinya berhenti berciuman karena kehabisan napas. Draco menatap Hermione, yang wajahnya sangat merah. Draco kemudian menyeringai. "Aneh, rasanya seperti aku baru pertama kali menciummu," kata Draco. Tentu saja, pikir Hermione. "Kau sangat pandai berciuman Granger. Aku suka."

Hermione tersipu mendengarnya. Dia merasakan perasaan senang di lubuk hatinya. Dia tersenyum kepada Draco. "Kau juga Malfoy."

Draco memeluk Hermione. Dia bisa merasakan wangi rambut Hermione yang sedikit basah. Seperti wangi apel. "Granger, tidurlah denganku."

Hermione melongo mendengarnya. Kemudian dia melepaskan diri dari pelukan Draco. "A…aku tidak bisa. Aku belum siap Malfoy. Aku..aku belum pernah melakukan hal itu sebelumnya."

Draco menatapnya bingung, kemudian tertawa. "Haha…Pikiranmu kotor sekali, Granger. Maksudku tidur yang sebenarnya, bukan melakukan seks. Hahaha… Kau memang benar-benar mesum ya."

Pipi Hermione bersemu merah. Dia merasa malu sekali. Draco masih menertawakannya. "Diam kau, Malfoy. Kalau tidak aku akan kembali ke kamarku."

Draco menghentikan tawanya. Kemudian dia tersenyum. Dia kemudian duduk di tepi kasur dan menepuk kasur di sebelahnya. "Baiklah. Kemarilah, Granger."

Hermione memandangnya. Ya sudahlah, kuturuti saja. Toh dia masih dalam efek ramuan. Hermione kemudian menuruti perintah Draco dan duduk di sampingnya.

Detik berikutnya, Draco kembali mencium Hermione. Kali ini Hermione tidak mencegahnya. Draco mendorong Hermione ke atas kasur, hingga posisi Draco sekarang berada di atas Hermione dan mencium gadis itu kembali. Hermione melingkarkan tangannya ke leher Draco dan memainkan rambut pirang Draco selama mereka berciuman.

Mereka berciuman seolah tidak ada hari esok. Mereka berhenti sesaat untuk mengambil napas, kemudian melanjutkan berciuman kembali.

Setelah beberapa menit lamanya, Draco kemudian menghentikan aksinya. Dia merebahkan dirinya di samping Hermione. "Ayo kita tidur."

Draco mematikan lampu di kamarnya dan menarik selimutnya ke atas tubuhnya dan Hermione. Hermione merapatkan badannya ke dada Draco. Dia pun berbisik pelan. "Aku tidak akan melupakan hari ini, Malfoy."

Draco tersenyum dan memeluk Hermione erat. "Aku juga, Granger."

Tidak Malfoy. Kau akan melupakannya besok, pikir Hermione dalam hati. Dia melirik ke wajah Draco. Meski gelap, Hermione bisa melihat Draco sudah memejamkan matanya dan tertidur. Hermione memperhatikan wajahnya. Wajah polos dan damai. Hermione tersenyum melihatnya. Dia kemudian memejamkan matanya.

Terima kasih, Malfoy. Terima kasih menjadi kekasihku hari ini. Meski hanya sehari saja. Dan aku tidak akan melupakannya, pikir Hermione sebelum dia tertidur. Mereka berdua sama-sama tersenyum bahagia dalam tidurnya.


"HACHII!"

Hermione melap hidungnya dengan sapu tangan. Flunya kemarin baru terasa efeknya sekarang. Hermione menyimpan sapu tangannya dan kembali merapikan rambutnya. Kereta Hogwarts akan berangkat lima belas menit lagi. Barang-barang miliknya sudah diangkut ke kereta Hogwarts. Tinggal membawa dirinya ke kereta itu. Setelah merasa cukup rapi, Hermione mengambil tas kecilnya dan berjalan keluar dari asrama. Namun dia mendadak berhenti dan menutup mulutnya.

"HACHIII!"

Hermione bersin kembali. Huh, pulang nanti pokoknya aku harus membeli obat flu. Hidungnya tidak enak sekali, pikir Hermione. Dia baru saja akan kembali berjalan ketika ada seseorang yang memanggil namanya.

"Granger! Jadi kau yang menularkan flu padaku?" tanya seseorang tak jauh dari Hermione. Hermione menengok dan melihat Draco sedang melap hidungnya dengan sapu tangan. Dia menghampiri Hermione. "Pantas saja ketika bangun hidungku tidak enak dan bersin-bersin. Rupanya kau yang sudah membuatku seperti ini. Hah, apa kata ayahku kalau dia tahu aku tertular virus dari 'mudblood' sepertimu?! Bisa-bisa dia tidak mengizinkanku tinggal di rumah dan langsung menyuruhku rawat inap selama natal," katanya berlebihan.

Hermione berdecak pelan. Draco sudah kembali seperti biasa. Meledek dirinya, ditambah dengan panggilan 'mudblood'. "Tutup mulutmu, Malfoy. Kau bisa kulaporkan karena mengucapkan kata laknat itu. Kau tahu kan kata itu terlarang sekarang, dan kau bisa dituntut penjara Azkaban jika aku melaporkanmu."

Draco terdiam mendengarnya. Dia menyesali ucapannya. Tapi dia tidak akan mau mengakuinya. "Terserahlah. Gara-gara kau, aku jadi tertular flu seperti ini. Kau yang bersalah, Granger," katanya terus menyalahkan Hermione.

Hermione semakin kesal. "Hei, itu bukan salahku! Itu kan gara-gara kau sendiri menci…" Hermione berhenti meneruskan kalimatnya. Dia lupa Draco tidak akan ingat kejadian semalam.

Draco menaikkan alisnya. "Gara-gara aku?" tanya Draco. "Memangnya apa yang kulakukan?"

Hermione berusaha mencari jawaban yang tepat. "Kau…Kau..Pokoknya itu salahmu! Kau selalu tidur tanpa memakai atasan, meski sedang musim dingin. Wajar saja bila kau terserang flu. Jadi berpikirlah terlebih dahulu sebelum menyalahkanku!"

Draco mencerna kalimat Hermione. Mungkin ada benarnya juga. Tapi, tunggu dulu. Dia kembali memandang Hermione dengan ekspresi curiga. "Kau tahu dari mana?"

"Tahu apa?" tanya Hermione.

"Tahu darimana aku tidak memakai atasan ketika tidur?"

Hermione terdiam. Selain semalam, selama ini dia tidak pernah melihat Draco memakai piyamanya – yang ternyata hanya memakai bawahan tanpa atasan. Dia baru tahu semalam. Tapi kan dia tidak mungkin memberitahukan Draco kejadian kemarin, bisa panjang urusannya. Pria itu tidak akan percaya, bahkan mungkin menganggap Hermione sakit jiwa. Merlin, bagaimana ini?

Draco berusaha membaca muka Hermione, yang tidak menjawab pertanyaannya. Dia mendekatkan mukanya ke muka Hermione, membuat wanita itu semakin gugup. "Jangan-jangan kau…" Draco semakin mendekatkan mukanya "mengintip ke kamarku ya selama ini?"

Hermione membelalakkan matanya. Dia sangat terkejut dan menjauhkan mukanya dari muka Draco. "Ya…Ya…Yang benar saja! Untuk apa kulakukan hal itu! Tentu saja tidak, Ferret!"

Draco semakin senang menggodanya. "Ya ya. Sebenarnya aku juga merasa kau selama ini ngefans denganku. Akui saja. Tapi tak kusangka otak cerdasmu juga bisa berpikir mesum untuk mengintipku."

Hermione melongo. Apa dia bilang? Aku mesum? Jenggot Merlin. Kemarin malam dia juga sempat berkata bahwa aku mesum, dan kini dia mengucapkannya lagi? "Kau ini tuli ya? Sudah kubilang aku tidak mengintipmu! Jangan kau sebut aku mesum! Aku tidak sepertimu!"

"Tidak usah berdalih, Granger. Kalau tidak bagaimana kau bisa tahu? Aku hanya tidak memakai atasan di kamarku." Draco menggodanya kembali dan menatapnya curiga.

"A…aku…" Hermione berusaha mencari pembelaan. Namun dia tahu dia tidak akan pernah berhasil melakukannya. Dia akhirnya pasrah dan diam saja. Mengetahui dirinya menang, Draco menyeringai menyebalkan dan mendekati muka Hermione kembali.

"Dengar, Granger. Kali ini kau kumaafkan. Tapi jangan harap kau akan kumaafkan kembali jika kau melakukannya lagi," kata Draco puas. Dia kemudian memutar balik badannya dan berjalan meninggalkan Hermione. Dia tiba-tiba berhenti dan memutar badannya kembali. "Oh ya Granger, aku tidak akan membiarkanmu mengalahkanku di kelas Potion lagi. Lihat saja semester depan." Dia menyeringai licik dan kembali melanjutkan jalannya.

Hermione masih terdiam di tempatnya. Dia sudah dikira mengintip Draco. Dibilang mesum juga. Bahkan lebih dari sekali. Dan dia tidak bisa menyangkal dan mengatakan hal yang sebenarnya. Aarrgghh! Semua gara-gara ramuan sial itu. Huh, kali ini kau kumaafkan, Malfoy, karena sudah memfitnahku. Lihat saja nanti!

Hermione kemudian kembali berjalan, sambil tetap bersungut-sungut kesal. Ya, semua gara-gara Draco meminum ramuan Peravenoxia itu.

Dan Hermione tidak menyesalinya.


Huahahaha...selesai juga oneshot-nya. Fanfic aneh dan ga jelas. Gue harap semuanya review ya, berhubung gue masih pemula dan ini juga fanfic pertama gue, hoho... Ditunggu loh. ;)

AUTHOR REVIEW 10-09-2012:

Sebelumnya mau bilang terima kasih banget buat yang udah meluangkan waktunya buat baca fanfic ini. Author juga sudah baca review-nya. Terima kasih buat pujian, saran, dan kritiknya, author sangat menghargainya. Semua review-nya bakal author pertimbangin. Seneng banget pas liat traffic-nya! Hoho xD

AUTHOR REVIEW 12-02-2013:

Hey, sudah lama tidak update lagi di fanfiction. Sepertinya author ingin melanjutkan cerita ini, jadi ditunggu saja ya! :D

Sekali lagi, terima kasih buat yang udah baca! ;)