Disclaimer :

Chara ; Naruto © Masashi Kishimoto.

Inspirated manga 'Boyfriend' © Daisy Yamada.

Warning : Shounen-ai, OOC parah, typo(s), abal, dll.

Pair : Sasuke x Naruto.

Genre : Friendship, Romance.

Rate : T

.

.

.


Chapter 4


"Lama nggak ketemu, ya... Naru cengeng," kata laki-laki berambut merah itu, menyeringai.

Seringai miliknya semakin lebar saat mata berwarna jadenya melihat ekspresi Naruto yang terkejut sekaligus takut.

"Kenapa kau ada di sini?" tanya Naruto.

"Kudengar dari paman Iruka kalau kau pindah sekolah ke Konoha," jawabnya, tenang. "Aku penasaran, makanya kemari."

'Hah? Sebenarnya, mau apa dia kemari?' pikir pemuda blonde itu.

"Lagipula, tidak ada salahnya mengunjungi teman lama, 'kan?" tambah Gaara. Nada bicaranya sekarang terkesan lembut.

Mendengar kata-kata itu, Naruto jadi muak. Dia menunduk dan mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat.

"Ngomong apa kau? Aku tidak sudi jadi temanmu!" ujar Naruto, geram.

Gaara sedikit mengerutkan
keningnya. "Hmm... bukannya dulu kita ini teman dekat?"

CLENCH!

Naruto menggeretakkan giginya kencang. Lalu, berbalik dan berlari menjauh dari tempat itu.

"Dobe!" panggil Sasuke sedikit keras, tapi yang dipanggil tidak menyahut.

Malahan berlari semakin kencang diantara
kerumunan orang hingga tidak terlihat lagi oleh Sasuke.

"Kau siapanya Naruto?" tanya Gaara, menatap Sasuke sengit.

"Bukan urusanmu," Sasuke berkata dingin.

Dia pun ikut berbalik dan menyusul Naruto.

Setelah Sasuke sudah berjalan agak jauh, pemuda beriris jade itu mendecih kesal.

"Cih! Kalau itu menyangkut Naruto, tentu saja ada urusannya denganku,"

TAP TAP TAP

Sasuke terus berjalan diantara gerombolan orang-orang. Dia seakan tahu tempat yang akan Naruto datangi.

'Tidak salah lagi. Pasti dia ada di belakang sekolah,' batin Sasuke.

...

Sesampainya di bukit belakang sekolah, Sasuke langsung melihat siulet pemuda pirang sedang duduk di bawah pohon dan menundukkan kepalanya.

"Kau tidak apa-apa?" kata pemuda raven itu saat dia menghampiri Naruto dan mengambil tempat untuk duduk di sebelahnya.

Naruto menoleh ke samping dan mendapati Sasuke sedang menatapnya datar.

Mengangguk, Naruto menjawab dengan senyuman yang dipaksakan. "Tidak apa-apa, kok!"

Bungsu Uchiha itu menghela nafas. Tentu saja dia tahu betul kalau itu senyum palsu, tapi dia memutuskan untuk diam saja.

"Orang yang itu siapa?" tanya Sasuke, tidak menatap Naruto lagi.

"Hah?! Di―dia..." jawab Naruto, gugup.

"Temanmu?"

"Bukan!" sergah Naruto, cepat.

"Pacar?"

"Bukan, bukan!"

"Terus?"

Naruto terdiam sejenak. Apa dia harus menceritakan semuanya?

"Oi, aku sedang bicara denganmu," timpal Sasuke. Kesal juga kalau
sedang bertanya, tapi tidak ditanggapi.

Pemuda pirang itu meneguk ludah. Tidak apa-apa, 'kan kalau dia menceritakannya hanya pada Sasuke? Lagipula, Uchiha bungsu ini tidak kelihatan seperti orang yang suka gosip sana sini.

Dia mengambil nafas sebelum berkata. "Yah. Sebenarnya, dulu dia itu temanku." akunya.

'Begitulah. Dulunya...'


[ Flashback : ON. ]

Musim semi kelas 2 SMP, Suna Junior High School.

"Gaara!"

"Hm, ada apa?" sahut sang Sabaku.

"Ke kantin, yuk!"

"Boleh,"

Saat mereka baru tiba di lorong menuju kantin, Naruto melihat seorang anak berkacamata bernama Hikaru sedang dikerubungi oleh sekelompok berandalan sekolah.

"Hei, kau sudah mengotori sepatuku dengan jusmu itu. Cepat minta maaf dan bersihkan!" perintah Suigetsu pada anak yang sedang gemetar ketakutan.

"Ta―tapi kau yang menabrakku!" ujar Hikaru.

Suigetsu menarik rambut anak itu dengan kasar, lalu di arahkan ke sepatunya.

"Aku tidak peduli. Cepat bersihkan dengan lidahmu!" teman-teman sekelompoknya hanya bisa tertawa keji melihat kejadian itu.

Naruto yang sudah tidak tahan lagi akhirnya menyeruak ke kerumunan.

"Oi, jangan Naruto!" teriakan peringatan Gaara bahkan tidak di dengarnya.

"Jangan sakiti dia!" teriak Naruto―melepaskan anak itu dari tangan Suigetsu.

Suigetsu mengangkat alis melihatnya. "Wah?"

"Kalian berani mengaku laki-laki setelah beramai-ramai mengintimidasi orang? Dasar payah!"

Mereka saling pandang, lalu tertawa bersamaan. "Pfft... kau mau jadi sok pahlawan, ya? Yang benar saja!"

Suigetsu mengarahkan tinjunya dan menghantam pipi sebelah kanan Naruto.

BUAKK!

Naruto terhempas ke belakang. Hikaru langsung menyangga tubuh Naruto dari belakang.

"Kau tidak apa-apa, senpai?" tanyanya, khawatir.

Sedikit berjengit, Naruto mengangguk.

Gaara yang sudah terbawa emosi, juga segera menuju kerumunan tersebut.

Lalu, dia menghajar Suigetsu dan anak buahnya tanpa kesulitan.

"Kh―! Apa-apaan kau?!" teriak Suigetsu saat dia dan anak buahnya mendapat luka berkat ulah Gaara.

"Cepat pergi dari sini," ujar Gaara―dingin.

Mata Suigetsu melebar saat dia mengingat kalau pemuda bersurai merah itu mendapat julukan orang terkuat di SMP Suna karena menjuarai berbagai ilmu bela diri.

"A―ayo kita pergi dari sini!" ujarnya sambil menyeret semua anak buahnya dari sana.

Gaara kemudian menghampiri Naruto dengan tatapan aneh di mata jade miliknya. "Kau tidak apa-apa, Naruto?"

Naruto tersenyum pada temannya itu. "Aku baik-baik saja."

Hikaru kemudian berterimakasih kepada Naruto dan Gaara karena telah membelanya.

Setelah itu, kelompok berandalan itu tidak terlihat mengintimidasi orang lain lagi.

Itu seperti keheningan sebelum badai.

Beberapa minggu kemudian, Naruto menatap dengan tidak percaya ke arah mejanya.

Banyak sampah dan tulisan-tulisan mengejek di sana.

"Siapa yang melakukan ini, Naruto?" tanya Gaara menunjuk meja penuh sampah itu.

"Aku tidak tahu. Saat aku datang, sudah seperti ini," ujarnya.

Gaara kemudian membantu Narutomembuang sampah-sampah itu dan menenangkannya.

Tetapi, intimidasinya tetap berlanjut. Malah semakin parah.

Tas Naruto beserta isinya di buang ke kolam, baju olahraganya di masukkan ke tempat sampah, di guyur air dari jendela oleh seseorang, dan masih banyak lagi.

Teman-teman di kelasnya enggan membantunya karena ketakutan akan di bully juga.

Cuma Gaara yang senantiasa menemaninya.

Naruto ketakutan saat dirinya pernah dikunci semalaman di gudang gelap sekolah.

Gaara yang menemukannya dan menenangkan Naruto yang masih takut.

"Uhh... aku tidak tahan lagi dengan ini!" ujar Naruto. "Mereka semua keterlaluan! A―aku takut, Gaara..."

Gaara menatapnya sebentar, lalu memeluk Naruto.

"Tidak apa-apa, Naruto. Aku akan melindungimu. Kau tinggal datang padaku kalau ada yang mengganggumu," ujar Gaara―lembut.

"Terimakasih, kau memang teman baikku," kata Naruto, balik memeluk Gaara.

Tanpa dia sadari pemuda berambut merah itu sedang menyeringai.

DUAKK!

Naruto di dorong dengan kasar ke tembok di belakangnya.

Dia sedang diseret oleh Suigetsu dan teman-temannya dan berakhir di gedung belakang sekolah.

Suigetsu menatap Naruto, lalu berkata, "Kau ini lemah, tapi sok jadi pahlawan!" dengan mencemooh.

Lalu, dia menginjak perut Naruto berkali-kali.

"Ukh!"

"Hahahaha, ba-ka~!"

"Jangan datang ke sekolah lagi!"

Saat Naruto menoleh kesana kemari untuk menemukan jalan keluar, di sana lah dia melihat sesuatu yang mengerikan.

Seorang laki-laki beramvit merah dan beriris emerald sedang ada di atas gedung memperhatikan kelompok itu menyiksa Naruto dengan sebuah senyum di wajahnya.

...

"Gaara, apa maksudnya ini?!" ujar Naruto saat Gaara menyelamatkannya dari grup pembully itu.

"Hm?"

"Aku melihatmu di gedung sekolah sedang tersenyum melihat mereka semua sedang memukuliku!" jelas pemuda blonde itu, tidak kuasa menahan kekesalannya.

"Jadi aku ketahuan, ya." katanya dengan nada sedikit dingin di dalamnya. "Apa boleh buat."

"Hah?"

Gaara terdiam beberapa saat, kemudian berkata, "Aku suka wajahmu yang sedang ketakutan, Naruto. Benar-benar sangat manis. Aku melihatnya pertama kali saat mereka memukulmu di kantin waktu itu."

"Untuk melihatnya lagi, aku jadi menyuruh mereka untuk membullymu lagi," tambahnya, dengan tertawa kecil.

"A―apa maksudnya? U―untuk apa kau melakukan itu?" gagap Naruto, mulai terdengar ketakutan sekarang.

"Untuk apa? Karena kau yang ketakutan dan bergantung padaku kelihatan manis. Aku yang menyuruh mereka mengintimidasimu. Aku juga yang menyelamatkanmu dan membuatmu merasa tenang, karena aku ingin kau sepenuhnya ada di pelukanku," tutur Gaara sambil tersenyum maniak.

Naruto membulatkan matanya. Dia memasang tatapan horor. Tangannya bergetar karena perkataan Gaara.

Ini tidak mungkin terjadi, 'kan?

BUAKK!

Satu pukulan mendarat di pipi Gaara. Sangat keras sampai pipinya menjadi biru dan di pinggir bibirnya mengeluarkan darah.

"Brengsek, jadi selama ini kau menipuku!" ujar Naruto.

Kemudian, dia meninggalkan Gaara dan berlari ke rumah.

Dia tidak punya niat untuk sekolah lagi. Akhirnya Naruto berhenti sekolah selama satu tahun.

Tapi, dia ingin memulai kembali kehidupan sekolahnya, dan mendapaftar di SMA Konoha.

[ Flashback : Off. ]


Sasuke mendengar dengan seksama cerita Naruto.

"Jadi, laki-laki itu penyebab kau berhenti sekolah?" tanyanya.

"Yah, bisa dibilang begitu," jawab Naruto. "Aku berpikir tidak akan bertemu dengannya lagi, tapi entah kenapa dia kemari."

Dia memejamkan matanya. Sudah siap kalau Sasuke mengejeknya pengecut dan membencinya―

PUK!

―tapi yang didapatnya malah sebuah tepukan lembut di kepala pirangnya.

"Eh?"

"Kau bercerita lama sekali. Festival pasti sudah berakhir. Ayo, ambil tas, lalu pulang." ujar Sasuke sambil tersenyum kecil.

DEG!

Hal itu membuat Naruto sedikit berdebar-debar.

'Apa maksudnya 'deg' ?!' batinnya―tidak mengerti.

Di tengah lamunannya, ternyata Sasuke sudah berjalan jauh di depannya.

"Jangan melamun. Kutinggal, nih."

"Oi, tu―tunggu dulu!"

...

Sasuke berjalan berdampingan dengan Naruto.

Karena, Sasuke tetap bersikukuh untuk mengantarnya pulang ke rumah.

Naruto menatap Sasuke dengan pandangan aneh.

"Kenapa kau menatapku terus, Dobe?" tanya Sasuke, sedikit risih dengan pandangan Naruto.

"Bukan apa-apa. Hanya saja, tadi kau mau mendengar ceritaku. Lalu, sekarang mengantarku pulang ke rumah. Kau itu orang baik, ya." kata Naruto.

"Aku bukan orang baik seperti yang kau kira," gumam sang Uchiha.

Saat sampai di depan rumah pamannya, Naruto berhenti dan menghadap ke arah Sasuke.

"Terimakasih sudah mengantarku pulang, Sasuke."

Sasuke cuma menggumamkan "Hn," pada Naruto.

Tiba-tiba, tangan Sasuke mengarah ke saku celana Naruto dan merogoh-rogohnya.

"Geh! Mau apa kau?!" jerit si blonde.

Sasuke terus merogoh saku celana Naruto sampai menemukan yang dicarinya.

Ditariknya sebuah handphone. Dengan cepat, si pemuda bermata onyx itu mengetik sesuatu, kemudian menyerahkan hp itu pada sang pemilik.

"Tadi kau ngapain?" tanya Naruto―heran.

"Menyimpan nomorku. Kalau terjadi apa-apa, telepon saja aku." ujarnya, dengan datar.

Kemudian, tanpa diperkirakan sebelumnya, Sasuke sedikit menunduk lalu mencium puncak kepala Naruto.

Cup!

Sasuke membalikkan badan, lalu berjalan lurus tanpa menoleh ke belakang.

Naruto masih mematung di tempat. Berusaha mencerna kejadian yang terjadi barusan.

Uchiha Sasuke sang pangeran sekolah, raja muka datar, baru saja mencium keningnya.

Uchiha Sasuke baru saja...

"EHHHHHHHHHHHHH?!"

.

.

.


TBC!


Read and Review With Your Dying Will!

Bye-bi!