Matahari sudah berada tepat di atas kepala, memancarkan sinarnya yang mulai terasa begitu menyengat kulit. Koridor Konoha International High School sedang sepi mengingat ini sudah memasuki jam istirahat siang. Dapat dipastikan semua penghuni sekolah kini sedang menuju ke suatu tempat yang bisa mengembalikan energi mereka yang sudah habis terpakai karena aktifitas yang mereka lakukan. Kantin.

Tap tap tap

Berbeda dengan yang lainnya, Haruno Sakura kini terlihat sedang berjalan di sepanjang lorong koridor Konoha International High School dengan raut wajah yang terlihat ehem—kusut.

"Ini gila! Mereka semua sudah gila!" gerutunya untuk yang ke sekian kalinya pada hari ini hingga...

Draaap draaaap draaap

"FOREHEAAAD!" Terdengar seruan seseorang dari kejauhan beserta derap langkah kakinya yang berlari mendekat ke arah sang gadis Haruno.

Sakura tetap berjalan mengacuhkan panggilan dari seseorang yang hampir dapat merusak indera pendengarannya karena teriakannya itu. Gadis berambut pirang diikat a la ponytail yang memanggilnya pun segera mempercepat langkahnya.

"Hei, Forehead! Tunggu dulu, kau ini kenapa sih?" tanya gadis beriris blue shappire itu heran ketika sudah berhasil menyamakan langkahnya dengan sang gadis bubble gum sembari mencari ponsel-nya yang berada di dalam tas yang kini tersampir manis di bahunya.

"..."

"Huh, sudahlah," Dengusnya sebal. "Oh ya! Kau tahu? Hari ini aku mendengar ada berita heboh tadi pagi. Kau tahu sesuatu, Saku?" tanyanya kembali ketika tak mendapatkan respon, tanpa menyadari perubahan pada raut wajah sahabat pink-nya tersebut. Matanya menatap fokus pada layar ponsel-nya sedangkan jari-jari tangannya bergerak lincah di atas keypad ponsel yang digenggamnya.

Tep.

Sakura membatu di tempat begitu mendengar ucapan Ino. Tiba-tiba saja sekelibat bayangan-bayangan kejadian yang terjadi tadi pagi kembali berputar di otaknya. Bagaikan sebuah film yang sedang diputar. Seketika itu juga, tanpa diperintah wajahnya berubah merah padam. Ino yang heran karena lagi-lagi tak mendapat respon dari gadis musim semi di sampingnya pun mencoba bertanya. "Hei, kau dengar aku, Saku—"

"KYAAAA... ITU SANGAT MEMALUKAN!"


Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto

Warning : Typo(s) bertebaran, OOC, AU, abal, gaje, minim deskripsi, alur sangat kecepetan, EYD berantakan, etc.

.

Don't like? Don't read!

.

Enjoying for Reading and Review…


Chapter 2

.

.

.

Flashback

.

.

.

"KYAAAA... AWAS!"

.

.

BRUUK!

—Cup.

Sakura POV.

"Aww..." ringisku masih dengan mata terpejam.

'Eh? Kenapa aku tidak merasakan sakit sama sekali?' batinku heran karena rasa sakit yang kurasakan tidak sesakit apa yang kubayangkan. Dan lagi, hal pertama yang kurasakan adalah 'sesuatu' yang terasa kenyal, lembut, basah dan sedikit rasa aneh di sekitar bibirku—APA! Bibirku? Batinku tersentak.

Aroma maskulin yang begitu khas tiba-tiba menyeruak memasuki indera penciumanku. Begitu menguar dan berasal dari 'sesuatu' yang kini berada di bawahku. 'Eh? Tunggu dulu—'

GLEK.

Aku bersusah payah menelan salivaku dengan kedua mata yang masih terpejam erat. Bulir keringat dingin mulai mengucur dari sekujur tubuhku. Takut-takut, aku mulai membuka kelopak mataku secara perlahan demi memastikan 'benda asing' yang entah kenapa membuatku merasakan getaran aneh pada diriku. Dan ketika mataku sudah terbuka sempurna, iris emerald-ku terbelalak tak percaya. Terlihat di iris beningku, sepasang iris serupa permata onyx yang sangat menawan. Oh, onyx yang menghanyutkanku. Lagi.

Deg deg deg

Waktu terasa berhenti. Aku seolah tersedot ke dalam iris sekelam malam itu. Membuatku terpaku selama beberapa saat, otakku mencoba memproses hal apa yang baru saja terjadi.

Onyx. Dekat. Onyx. Dekat. Onyx. Dekat—

Bibir. Hangat. Kenyal. Lembut. Bibir. Bibir. Bibir. Bibir. Bibir—

Kata-kata itu terus berputar-putar di kepalaku. Dan bagaikan menggema di telingaku. Terus menerus seperti itu hingga...

Eh? Onyx? Bibir? Dekat—APA! Dan—

"KYAAAAA... APA YANG KAU LAKUKAN? PERVERT!"

BUAGH!

Sakura POV. End

.

.

.

Draaap draaaaap draaaap

"Hahh... hahh..." Sakura mengatur napasnya yang terengah-engah setelah berlari menjauh dari tempat terjadinya kejadian err... Ia segera menggelengkan kepalanya keras-keras seolah tidak ingin mengigatnya. Wajahnya terlihat memerah entah malu atau marah. Tangannya terangkat menyentuh bibirnya sendiri. "Ini nyata—Oh, FIRST KISS-KUUUU!" jeritnya frustasi sembari menjambak surai panjangnya. "Tapi..."

Deg deg deg

Jantungnya berdegup kencang tak beraturan. Dicengkramnya seragam yang membalut dada kirinya itu. "Ada apa denganku?" gumamnya lirih.

End Flashback

*oOo*

BRAAAK!

"APAAAA!" Ino berdiri sembari menggebrak meja di depannya setelah Sakura menyelesaikan ceritanya.

Ya, Sakura baru saja menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya tadi pagi pada Ino. Kecuali tentang debaran aneh yang tiba-tiba saja dirasakannya. Tentu saja. Ia tahu bagaimana Ino. Dan apa julukan Ino. Jadi, jika kau bertanya pada Sakura. Sakura pasti akan langsung menjawab dengan cepat—Tidak, terima kasih.

"Jangan menggebrak meja, Baka Pig!" bentak Sakura.

"Ups, gomen, Forehead." ucap Ino sembari nyengir tanpa dosa. Dan dibalas dengan dengusan sebal dari Sakura.

Sedangkan dari pihak Ino sendiri, Ia memang mendengar adanya kejadian heboh tadi pagi tapi ia tak menyangka jika itu berkaitan dengan sahabat baiknya sendiri. Sayang sekali ia tidak bisa melihat secara live kejadian tersebut dikarenakan terlambat datang. Ia bahkan baru saja tiba saat bel istirahat siang berbunyi—jam dua belas tepat. Ya, salahkan model agency-nya yang tidak bisa datang dan membuatnya harus menggantikan model tersebut secara mendadak. Hal itu memang bukan yang pertama bagi Ino tapi kan tetap saja. Apa? Sekolah ini terlalu bebas? Oh, ayolah, ini sekolah orang berkedudukan tinggi, sayang. Hanya orang-orang berkantung tebal yang dapat bersekolah di sini. Jadi, jangan heran. Apapun bisa terjadi di sini. Terlebih dengan Ino yang merupakan cucu dari Principal Konoha International High School ini sendiri. Tak ada guru yang mau mencoba-coba dan berakhir dengan menjadi pengangguran bukan?

Well, kembali ke topik. Walaupun Ino jarang datang ke sekolah tepat waktu tapi ia selalu mendapatkan informasi seputar 'berita heboh' dengan sangat cepat. Ya, mengigat julukannya sebagai ehem—Queen of Gossip. Tapi, ini? Ia bahkan baru mendengarnya langsung dan lagi itu langsung dari bibir sahabatnya sendiri! Hei, kau itu beruntung, Yamanaka.

"Jadi karena itu kau berteriak di koridor tadi?" tanya Ino setelah kembali tenang dan duduk di sofa dalam ruangan tersebut. Tangannya ia lipat di depan dada.

"Aku tidak berani lagi muncul di depan umum!" gumam Sakura sembari menyembunyikan wajahnya pada lipatan tangannya yang sengaja ia lipat di atas meja kerjanya. Di atas meja tersebut terdapat banyak tumpukan kertas-kertas yang menggunung dengan tulisan-tulisan membingungkan. Dan beberapa ada yang berserakan di sisi mejanya.

Saat ini mereka berdua sedang berada di Ruangan Ketua OSIS—dengan kata lain tempat kekuasaan Sakura, tentu saja. Ino segera menarik—menyeret paksa—Sakura setelah incident di koridor tadi. Ino sendiri bahkan tidak menyangka, ia baru saja tiba di sekolah tadi dan tanpa sengaja berpapasan dengan sahabatnya tersebut di koridor. Yang ia tak sadari adalah raut wajah sahabatnya yang terlihat lebih kusut daripada hari biasanya. Ia bahkan tidak tahu sahabatnya itu tidak memasuki kelas sejak jam pelajaran pertama tadi. Ia justru dengan santai memainkan ponsel-nya. Karena sangat penasaran dengan kabar heboh yang didengarnya, ia pun mencoba iseng menanyakan pada Sakura yang selalu datang pagi ke sekolah. Tapi ia benar-benar tak menyangka bahwa reaksi dari sahabatnya tersebut sangat di luar dugaannya. Sakura tiba-tiba saja berteriak di koridor, menyebabkan Ino panik dan berakhir dengan mereka berdua menjadi pusat perhatian beberapa orang yang kaget mendengar teriakan Sakura. Hell yeah. Well, mereka memang pusat perhatian tapi tidak elit kan kalau mereka menjadi pusat perhatian hanya karena keanehan gadis musim semi tersebut? Dan di sinilah mereka sekarang. Ruangan pribadi Sakura. Karena di ruangan ini mereka dapat dengan bebas membicarakan apapun—mengingat ruangan ini sengaja dibuat kedap suara jadi tak perlu takut pembicaraan mereka didengar oleh orang lain.

*oOo*

Di ruangan serba putih dengan bau khas obat-obatan, terlihat dua orang pemuda berambut kontras dan seorang gadis. Gadis satu-satunya yang berada di ruangan itu terlihat sedang mengobati pemuda yang berambut hampir senada dengannya. Suasana hening terjadi, menyeruak diantara ketiga anak adam yang berada di ruangan tersebut. Entah kenapa suasana menjadi kaku dan canggung seperti itu.

"N-nah, sudah s-selesai." ucap sang gadis memecah keheningan yang terjadi setelah menempelkan sebuah plester pada pemuda yang sedang diobatinya tersebut.

"Hn." sahut pemuda itu datar.

"Hei, Teme! Setidaknya ucapkan terima kasih pada Hinata-chan!" seru pemuda berkepala duren di sebelahnya.

"Hn?" pemuda berambut raven itu menaikkan sebelah alisnya sembari menatap si pirang datar sebelum akhirnya onyx-nya bertemu pandang dengan amethyst Hinata. Hinata yang merasa ditatap dengan intens begitu tentu saja gugup.

Sasuke beranjak dari ranjang tempatnya duduk tadi dan menghampiri Hinata yang memang sedang mengembalikan kotak obat yang tadi dipakainya ke tempat semula. Hinata yang melihat Sasuke berjalan ke arahnya bertambah panik. Apalagi saat tiba-tiba Sasuke mendekatkan wajahnya. Ia benar-benar menahan diri agar tidak pingsan saat itu juga. Hei, siapa yang akan tahan jika ada seorang cowok yang memiliki ketampanan di atas rata-rata tiba-tiba mendekatkan wajahnya padamu?

"S-Sa-Sasuke-kun...?"

Entah kenapa kejadian itu terasa seperti slow motion bagi pasangan berambut kontras itu dan—

—Cup.

Satu kecupan manis diterima oleh pipi chubby Hinata. Ya, dapat dipastikan semerah apa wajah Hinata sekarang.

Dan—oh, sepertinya kita melupakan seseorang. Sang pemuda pirang—Naruto—yang sedang menganga dengan tidak elitnya. Mungkin jika ini komik dapat dipastikan rahangnya sudah dapat menyentuh lantai. Otaknya masih mencoba meloading hal apa yang baru saja terjadi di depannya. "A-apa yang kau lakukan, Teme?"

Ternyata tanpa disadari, Sasuke kini sudah berada di depan pintu UKS. Ia menolehkan kepalanya sedikit ke belakang dan menyahut, "Itu cara mengucapkan 'terima kasih' di luar negeri, Dobe."

Sreeeet.

Dan pintu geser berwarna putih itu pun tertutup dengan sempurna. Butuh waktu bagi Naruto untuk mengerti maksud dari ucapan sahabat raven-nya tersebut. Hingga...

"INI JEPANG BUKAN LUAR NEGERI, TEMEEEEE!"

"Cih, dasar, Baka Teme!" Naruto mendengus sebal begitu melihat sahabat raven-nya pergi. Tapi lama kelamaan, pandangannya menatap ke arah pintu yang sudah tertutup itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Na-Naruto-kun..."

.

.

.

*oOo*

"INI JEPANG BUKAN LUAR NEGERI, TEMEEEEE!"

Sasuke mendengus geli mengacuhkan teriakan yang berasal dari ruang UKS tersebut, walaupun ia sudah berada dalam radius yang cukup terbilang jauh. Tapi teriakan cempreng yang berasal dari sahabat pirangnya itu tetap saja dapat terdengar.

Ia berjalan dengan tenangnya di koridor sekolah barunya tersebut. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya. Lalu langkahnya terhenti ketika pandangannya menangkap pemandangan yang terlihat dari kaca jendela yang berada di samping tempatnya berdiri. Banyaknya pohon sakura yang berada di taman belakang sekolah. Terlihat oleh iris kelamnya, bunga sakura yang berguguran dan terbang terbawa angin.

Tiba-tiba sekelebat kejadian yang sudah terjadi hari ini berputar di kepalanya. Tangannya pun tergerak menyentuh bibirnya. Lidahnya terjulur, menjilat sedikit ujung bibirnya itu. "Manis." gumamnya. Entah apa maksud ucapannya?

*oOo*

Disaat yang sama, di tempat lain, seorang gadis bersurai serupa bunga sakura masih bergeming dengan posisisnya yang menghadap ke arah jendela yang sedikit terbuka. Mempertontonkan guguran bunga sakura yang sangat indah. Beruntung ruangannya mendapat fasilitas VIP yang dapat membuatnya melihat bunga khas musim semi tersebut. Ya, setidaknya hal itu dapat menjernihkan pikirannya setelah mengerjakan tumpukan kertas-kertas yang kini sudah tersusun rapi di atas mejanya. Sahabat pirangnya sudah meninggalkannya sendiri di ruang pribadinya ini sekitar sepuluh menit yang lalu. Jendela yang sedikit terbuka membuat beberapa guguran bunga sakura dapat masuk ke dalam ruangannya karena terbawa angin. Cup. Iris emerald-nya menangkap pantulan dirinya di kaca jendela. Terlihat kelopak bunga sakura mendarat di sudut bibirnya. Digerakkan tangannya meraih bunga sakura yang berada di bibirnya tersebut. Dipandangnya bunga sakura yang kini sudah berada di tangannya. Lalu pandangan terfokus pada sudut bibirnya. Disentuhnya sudut bibirnya yang tadi pagi mengeluarkan sedikit cairan anyir pekat kini menyisakan sebuah bekas luka kecil. "Sedikit aneh tapi... manis." gumamnya lirih.

.

.

.

.

.

TBC?

A/N : O-oke, sebelumnya gomenasai, minna m(_ _)m aku engga bisa update cepet. Dan aku mau ngucapin minal aidzin walfaidzin, mohon maaf lahir dan batin dulu soalnya aku belom sempet lebaran dengan para readers semua hehehe...

Hmmmm, sedikit pengakuan aku senang ternyata fic abalku banyak yang suka, maklum newbie tapi mungkin aku bakal telat update tapi aku bakal usahain kok. Dan berterima kasihlah pada beberapa orang yang menerorku dan menagih utang untuk cepat meng-update fic-ku DX

Dan tentang fic ini... Feel-nya kurang yaa? Huwaaaa T_T gomenasai. Semoga chapter ini engga mengecewakan T_T Oh yaa, di sini SasuSaku belum aku ketemuin lagi. Ini baru membahas friendship XD dan mungkin chapter depan baru ada romance dan bakal ada chara baru lagi XD Fansboy belum merusuh lagi di sini, anggap saja mereka masih schok karena melihat secara live adegan SasuSaku XD

Sekarang, balasan review bagi non login J

Mellow : Kyaaa, makasih. Terima kasih juga yaa udah review. Iya, ini udah update kok :)

poetrie-chan : Salam kenal juga, Poetrie-chan :) arigatou dan oh, fufufufu~ itu karena Saku primadona sekolah XD kalo mau tau lanjutannya terus ikutin yaa? XD dan terima kasih udah review :)

leena hime : Hehehe, maaf yaa lama update-nya. Tapi ini sudah update kok, semoga tidak mengecewakan. Terima kasih sudah review :)

Aihara Aya : Hai juga, Aya-san :) t-terima kasih #blushing iya maklum namanya juga newbie pasti ada typo yang nyempil hehehehe #alibi XD iya, ini udah update kok :) terima kasih udah review :)

Hime Hime Chan : Ryuu-chan kenapa engga login? T_T s-silent reader? Aku juga kadang begitu #plak! Iya, makasih yaa :) ini udah update :) tapi, makasih uadah review :)

Azu : Terima kasih udah review. Iya, ini sudah update kok, semoga engga mengecewakan :)

Balasan review bagi yang login di PM yaa :)

Oke, mungkin cukup. Dan—oh, yaa, arigatou yang sudah membaca fic-ku dan mau menunggu :) apalagi yang sudah bersedia me-review. Kyaaa, aku senang. Arigatou juga buat para silent readers yang udah baca fic-ku walau aku lebih suka kalian menampakkan diri hehehe... Tolong kritik dan sarannya yaa :)

Bersediakah anda mengetik dikotak Review?

Signed,

Scy Momo Cherry