Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto

Warning : Typo bertebaran, OOC, AU, abal, gaje, minim deskripsi, alur sangat kecepetan, EYD berantakan, etc.

.

Don't like? Don't read!

.

Enjoying for Reading and Review…


Chapter 1

.

.

.

Sebuah mobil Ferrari berwarna darkblue keluaran terbaru memasuki kawasan sekolah elit, Konoha International High School. Selang beberapa saat, mobil sport itu sudah terparkir rapi di area parkir yang sudah di sediakan oleh pihak sekolah.

Dari dalam mobil mewah tersebut, keluarlah sesosok pemuda. "Di sini ya." gumamnya.

Tubuh tegapnya terbalut seragam khusus siswa Konoha International High School. Rambut raven-nya mencuat ke belakang dengan iris mata serupa batu onyx tajam yang dapat di pastikan langsung membuat para kaum hawa terhipnotis dan bertekuk lutut di hadapannya. Satu kata yang tepat untuk pemuda itu. Sempurna.

Di sampirkan tas ransel pada bahu kanannya dengan kedua tangan ia masukkan ke dalam saku celana panjang biru hitam kotak-kotak—seragam sekolah—yang di kenakannya. Ia melangkah dengan tenang menuju gedung sekolah megah yang terpampang jelas di hadapannya. Raut wajah stoic terpatri di wajah tampannya. It's cool boy.

Tap tap tap

Pssstt psssstt psssssstt

"Wah, siapa cowok itu? Keren..."

"Kyaaaa... Tampan sekali!"

"Aku belum pernah melihat cowok setampan dia!"

"Lihat! Dia memakai seragam sekolah kita, apa dia murid baru ya? Kyaaa..."

"Demi Kami-sama! Dia tampan sekali!"

Terdengar bisikan-bisikan dari para murid perempuan yang melihat pemuda tersebut.

*oOo*

.

.

.

Drap drap drap

'Cih, sial! Kenapa mereka itu keras kepala sekali sih?' umpat seseorang dalam hati. Terlihat ia kini sedang berlari di koridor sekolah seperti menghindari sesuatu.

Di belakangnya terdengar derap langkah seorang—ah, bukan! Bahkan sepertinya lebih pantas di sebut segerombolan orang yang terlihat mengejar sesuatu. Lho?

"Sial. Sial. Sial!" gerutu seseorang—yang ternyata seorang gadis itu—sembari berlari lebih cepat.

.

.

.

*oOo*

Pemuda raven itu bergeming, tak merubah raut wajah stoic-nya walaupun mendengar bisikan-bisikan dari para gadis yang sedang membicarakan dirinya—seolah tak terpengaruh atau memang ia tak peduli? Entahlah.

Langkah kaki panjangnya terhenti di dekat pohon sakura besar—yang terlihat tua. Bunga sakuranya bermekaran. Bahkan ada yang berguguran karena terbawa angin. Sangat indah. Ya, tentu saja karena ini memang musimnya. Musim semi.

Tanpa ia sadari pandangannya melembut dan ia tersenyum tipis—nyaris tak terlihat—saat melihat bunga yang terlihat teduh dan indah itu. Entah apa yang ada di pikiran pemuda berparas tampan tersebut. Tapi, mungkin kata 'Cantik'-lah yang menurutnya pantas menggambarkan bunga di hadapannya tersebut. Benarkan, Uchiha?

*oOo*

Di gerbang sekolah, sebuah motor sport berwarna orange memasuki area parkir Konoha International High School. Di atasnya terdapat dua orang anak manusia. Keduanya menggunakan helm full face sehingga wajah mereka sulit di kenali. Hingga seseorang yang duduk di jok belakang turun dari motor dan melepas helm-nya. Seketika surai indigo panjang sepunggung miliknya tergerai dengan indahnya. Sedangkan sang pengemudi sepertinya masih setia untuk tetap berada di atas motor besar itu, tapi tangannya terangkat melepaskan helmyang di gunakannya. Dan saat helm itu terlepas, terlihatlah jelas sosok tampan pemuda berambut pirang jabrik. Tangannya tergerak untuk mengajak rambutnya—yang tanpa di sadarinya menimbulkan kesan 'WOW' pada semua orang yang melihatnya.

"I-ini, Na-Naruto-kun..." ucap gadis berambut indigo tadi sembari menyerahkan helm yang tadi di gunakannya pada pemuda yang terlihat semakin keren dengan rambut jigrak berantakannya.

Sang pemuda mengambil helm yang di ulurkankan padanya dan meletakannya di atas motor. Ia sendiri pun bergegas turun dari motor sport-nya tersebut.

"Ayo, Hinata-chan..." ajaknya sembari mengulurkan sebelah tangannya pada gadis cantik yang kini wajahnya sedang merona itu. Cengiran pemuda di depannya ini—yang entah kenapa bisa menjadi terlihat sangat menawan di mata sang gadis—tak pernah hilang dari wajah tampannya.

Malu malu, gadis bermata sewarna permata amethyst itu menyambut uluran tangan pemuda dengan cengiran rubah tersebut.

Mereka pun berjalan berdampingan menuju gedung sekolah. Tapi di tengah jalan, pemuda bermata sewarna langit itu tiba-tiba menghentikan langkahnya dan membelalakan mata. Hal itu tentu saja membuat gadis yang sedang di gandengnya kini turut bingung akan sikap pemuda pujaan hatinya tersebut.

Mata blue shappire milik pemuda pirang itu—Naruto—sekarang ia pincingkan guna melihat lebih jelas sosok yang terpaut beberapa meter di depannya. Sebagian dirinya ragu-ragu tapi sisi lain dalam dirinya merasa benar-benar yakin kalau yang di lihatnya saat ini tidaklah salah. Sosok familiar itu, tidak salah lagi! Sosok yang di kenalnya baik—Oh, tidak tidak, bukan baik tapi sangat baik.

"Na-Naruto-kun?" gumam Hinata bingung. Pandangan matanya pun mengikuti arah pandang Naruto.

"E-eh? E-etto..." Kini iris amethyst Hinatalah yang terbelalak tak percaya. Ia menggunakan sebelah tangannya yang tidak di genggam Naruto untuk menutupi mulutnya—menahan pekikan yang bisa saja keluar dari bibir tipisnya.

"TEMEEEE!" Hinata segera tersadarkan dari keterkejutannya akibat teriakan keras dari Naruto yang berupa panggilan pada orang yang di anggapnya familiar tersebut.

*oOo*

Uchiha Sasuke sedang menikmati keindahan bunga sakura yang berada di depannya. Maklum saja, beberapa tahun ini ia berada di luar negeri sehingga tidak pernah lagi melihat bunga musim semi itu. Tapi entah kenapa—menurutnya—pohon sakura yang ada di hadapannya ini special. Lebih indah dari pohon sakura lainnya. Entahlah, ia juga tidak begitu mengerti karena ia memang bukanlah orang yang pintar untuk mengungkapkan suatu hal dengan kata-kata. Lihat saja, perbendaharaan katanya yang amat sangat minim. Tapi ia merasa seakan tak bisa mengalihkan iris sekelam malam miliknya dari bunga khas negeri matahari terbit itu. Hingga...

"TEMEEEE!" Ia mendengar suara melengking khas milik seseorang yang di rasa sangat familiar baginya. Dan jangan lupa juga dengan 'panggilan sayang' itu.

Ia menolehkan kepalanya ke arah suara itu berasal. Di sana. Beberapa meter dari tempatnya berdiri, ia melihat pemuda berambut pirang jigrak yang terlihat berantakan. Raut wajah pemuda mirip rubah itu masih terlihat terkejut dan tak percaya dengan yang di lihatnya—dan percayalah, raut wajahnya itu kini justru terlihat sangat konyol. Di sampingnya, seorang gadis cantik bersurai indigo panjang menatapnya dengan pandangan tak kalah terkejut dan juga tatapan yang sulit di artikan.

Hei, kau juga sebenarnya terkejut bukan, Uchiha? Tapi tentu saja sebagai keturunan Uchiha kau berhasil mengontrol emosimu dan dapat mengembalikan raut wajahmu menjadi stoic kembali hanya dalam hitungan detik. Belum lama kau berada di sekolah ini, bahkan kau belum memasuki gedung sekolah barumu itu tapi lihatlah kini, kau sudah bertemu dengan 'mereka' yang kau cari. Apakah ini takdir?

Naruto yang awalnya masih terkejut dan tidak percaya lama kelamaan akhirnya mulai mengembangkan senyuman—atau mungkin lebih tepat di katakan cengiran—lebarnya. Kedua tangannya sudah ia rentangkan lebar-lebar dan bersiap menerjang sahabat sekaligus rival abadinya tersebut.

"TEMEEEEEE~"

"Cih, Dobe."

Dan bagaikan slow motion, adegan—err... yang dapat di katakan nista itu dapat di instrupsi oleh sebuah teriakan seseorang.

"KYAAAA... AWAS!"

"EH?"

*oOo*

Drap drap drap

'Ini konyol! Oh, Kami-sama toloooong!' runtuk dalam hati gadis bersurai serupa bunga musim semi itu frustasi. Ia masih terus berlari. Napasnya bahkan sudah tak beraturan akibat berlari tanpa henti sedari tadi.

"Sial! Kalau terus begini, bisa gawat!" gumamnya.

Iris emerald-nya menangkap jalan buntu di depannya 'Gawat!' batinnya.

Draaap draaaap draaaaaap

Suara pengejar terdengar semakin mendekat. "Sial. Mereka semakin mendekat! Apa yang harus ku lakukan? Ayo, berpikir Sakura! Berpikir! Apa gunanya otak pintarmu jika tak kau gunakan!" gumamnya pada diri sendiri sembari tetap berlari. Jika ada yang melihatnya sekarang pasti ia akan di sangka orang gila karena bicara sendiri. Oh, berbahagialah kau Sakura karena keadaan koridor yang sepi sehingga tak menghancurkan reputasi sekaligus image-mu.

Kepalanya ia tolehkan ke segala arah mencari jalan keluar dan—AHA! Ia melihat jendela di ujung koridor. Seingatnya jendela itu menghubungkan dengan pohon sakura besar yang berada di samping halaman utama sekolah Konoha International High School ini. Ia bisa melompat dari jendela ke pohon sakura itu dan turun dari sana. Good idea. Good job, Sakura! Pujinya pada diri sendiri. Sekarang pikirkan cara melompati jendela itu hingga ia bisa sampai pada pohon sakura di sana. Ah, masalah itu tidak usah di permasalahkan. Bagaimana pun kemampuan olahraganya tidak bisa di remehkan. Baiklah, masalah pertama complete. Tapi, masalah kedua. Bagaimana dengan peraturan yang melarang murid untuk melompat dari jendela dan memanjat pohon? Dan jangan lupa juga dengan berbagai petuah tentang etiket. Bukankah ia merupakan Ketua OSIS? Masalah besar jika ia ketahuan oleh Komite Kedisiplinan—Hei, itu jabatannya! Oopss. Oke, bagaimana jika ia ketahuan oleh Sensei yang sedang piket atau lebih buruknya oleh—Principal? Dan juga bagaimana jika ia ketahuan oleh keluarganya? Ia merupakan Heiress Haruno satu-satunya. Hal itu bisa di katakan mencoreng nama baik keluarga Haruno. Dan—

GLEK.

Itu sama saja dengan tindakan bunuh diri! Memikirkannya saja sudah membuatnya bergedik ngeri. Tapi, masalahnya sekarang...

"HIMEEE-SAMAA~"

"HIME-CHAAAAAN~"

"SAKURA-HIMEEE~"

Terdengar teriakan-teriakan melengking bak fans yang bertemu dengan selebriti favorite-nya dari arah belakangnya dan tentunya hal itu sanggup membuat gadis bersurai soft pink itu mau tak mau bergedik ngeri.

GLEK.

Argh, persetan dengan peraturan! Itu urusan belakangan! Asal bisa terbebas dari makhluk-makhluk sial yang sedang mengejarnya itu sekarang juga! Pikirnya saat itu.

Drap draaap draaaap

Sakura pun mempercepat lagi larinya menuju jendela di ujung lorong koridor. Ia tak mau tertangkap oleh 'orang-orang sakit jiwa' itu. 'Ah! Sedikit lagi.' Batinnya.

Saat ia sudah berada di bingkai kayu jendela dan bersiap untuk melompat, ternyata ada seorang yang berhasil mengejarnya dan menarik jas seragam miliknya ke belakang "EH?" pekiknya kaget.

Namun ia masih sempat menepis tangan yang sempat menariknya tadi. Tapi sayangnya, karena tarikan tadi keseimbangannya pun menjadi goyah, apalagi ia sudah kehabisan tenaga gara-gara berlari tanpa henti menyebabkan ia tak bisa mendarat tepat di pohon sakura yang menjadi tujuannya melainkan jatuh bebas ke bawah.

GLEK.

Bayangkan! Ia jatuh dari lantai dua gedung sekolahnya sekarang dan dapat di pastikan ia akan mati karena nekat melompat tanpa persiapan seperti ini. 'Aku pasti takkan selamat. Selamat tinggal, semuanya...' Pikirnya putus asa. Sampai irisnya menangkap sesuatu di bawah sana. Sesuatu yang mengingatkannya pada err... pantat ayam, eh?—TUNGGU! Itu seorang pemuda! Astaga, sedang apa dia di sana? Ia bisa ikut terluka jika tetap berada di situ. Gawat!

"KYAAAA... AWAS!" teriakku—reflek—mencoba memperingati pemuda berambut emo itu.

Ku lihat ia tersentak dan segera mengalihkan pandangannya menjadi mendongak menatapku. Begitu pula dengan semua orang yang berada di kawasan sekolah. Emerald-ku bertemu dengan Onyx-nya. Oh, Onyx yang menawan. Ah, bukan waktunya memikirkan itu! Sekarang bagaimana nasibku dan pemuda tampan—NANI? Tampan? Sakura baka! Kenapa di penghujung kematianmu kau justru memikirkan pemuda tam—err... Ayam itu! Tapi kenapa aku tidak pernah melihat pemuda itu ya? Pemuda setampan itu pasti mudah terkenal dan tidak mungkin aku tak mengenalnya. Atau jangan-jangan ia Shinigami-ku? Oh, Kami-sama... Kenapa kau berikan aku pilihan yang berat? Memilih antara tetap hidup atau mati di tangan Shinigami tampan itu? Kenapa kau ciptakan makhluk tampan seperti itu untuk menjemput ajalku? Aku kan jadi tidak bisa menolak—eh? Astaga! Apa yang barusan aku pikirkan? Baka baka baka! Shanarooo!

.

.

.

*oOo*

Untuk ke sekian kalinya untuk hari ini, Sasuke tersentak mendengar teriakan seseorang. Dan sekarang, ini begitu aneh—menurutnya—karena entah kenapa teriakan itu justru seperti berasal dari—atas? Ia menaikkan sebelah alisnya bingung. Saat ia mendongakan kepalanya—iris onyx-nya bertemu dengan iris emerald milik gadis bak dewi musim semi itu. "Cantik..." gumamnya tanpa sadar—Eh? Apa kau sakit, Uchiha?

Iris seteduh pepohonan rindang itu seolah menghisapmu masuk ke dalam keteduhannya. Seolah deja vu, iris onyx-mu lagi-lagi seakan terperangkap tanpa bisa kau alihkan. Apa kau sedang demam musim semi, eh?

Tanpa kau sadari tanganmu terangkat sendiri seolah-olah siap menangkap sang gadis musim semimu. Hei, dia bukan milikmu, Uchiha.

*oOo*

Sakura menunjukkan raut wajah kaget dan bingung dalam waktu yang bersamaan ketika melihat pemuda di bawahnya yang seharusnya segera menyingkir justru menatap lekat dirinya seakan mengunci pandangannya hingga tetap menatap iris sekelam malam milik pemuda tersebut. Pemuda itu merentangkan tangannya seolah ingin menangkapku. Apa pemuda itu gila? Tapi entah Sakura sadari atau tidak, pemuda pemilik paras bak dewa musim dingin itu memang memiliki pesona yang hebat bahkan walau kau hanya menatap onyx-nya, seakan dapat membuat kita terhipnotis sehingga menuruti apapun keinginan sang pemilik onyx kelam tersebut. Hal itu terbukti dari terlihatnya Sakura yang ikut merentangkan tangannya seolah mempercayai pemuda yang bahkan tak di kenalnya sama sekali itu untuk menangkapnya. Sakura menutup matanya guna menetralisir ketakutan yang di rasakannya. Hingga...

BRUUK!—

—Cup.

"Aww..." ringisku sembari tetap memejamkan mata. Tapi aneh sekali rasa sakit yang ku rasakan tidak begitu sakit seperti yang ku bayangkan. Apa aku sudah di surga ya? Tapi—WAIT! Kenapa aku merasakan ada benda kenyal, lembut, basah dan sedikit asin di sekitar bibirku?—APA! Bibirku? Takut takut namun perlahan ku buka mataku dan—HAH!

.

.

.

Tsuzuku/TBC?

A/N : Hei, minna-san bertemu lagi di fic keduaku :) ku harap kalian bisa menyukai dan menikmati fic buatanku ini. Dan masih sama seperti sebelumnya, aku membuat fic ini untuk menunggu azan buka T_T jadi harap di maklumi kalau cerita ini abal, gaje, atau apapun itu. Gomenasai #sujudsujud

Apakah fic ini pantas di lanjutkan? Atau lebih baik di hapus saja? Itu tergantung readers dan reviewers semua :)

Tolong kritik dan sarannya yaa :) semuanya selalu di terima kok #puppy eyes

Jadi, bersediakah anda mengetik di kotak review? :)

Word(s) [2.163]

Signed,

Scy Momo Cherry