Judul : Hikari no Honoo

Author : saiganokotoba

Rating : T

Genre : Supernatural, Drama

Character : Kagami (Main), All

Warning : AU

Disclaimer : © Fujimaki Tadatoshi

Kurobas Characters in a different Universe and Storyline

Inspired by Kyoko Karasuma's Case files Manga by Hiroi Ouji and Kozaki Yusuke

*I don't know much about bone fracture

*Oni: Demon Creature in Japan Myth.

*Hikari no Honoo: The Light's Flame


Chapter 1 From the Ashes


Jepang, merupakan Negara besar dan modern. Negara maju dengan gedung-gedung tinggi, jalan-jalan besar dan orang-orang yang berpendidikan tinggi. Seharusnya budaya kuno sudah ditinggalkan dan hanya diambil perlunya. Seharusnya budaya kuno hanya digunakan untuk menarik perhatian para turis. Tapi tidak. Jepang telah belajar lewat kejadian-kejadian yang menimpanya. Musuh besar mereka belum mati. Bahkan mereka baru saja bangkit untuk sekali lagi menjadikan negeri matahari terbit ini, lautan darah.

Hampir semua penduduk Jepang menyadari bahaya ini. Namun mereka tak tahu seberapa besar air bah yang akan datang. Tidak ada satu pun yang tahu. Termasuk seorang laki-laki yang akhirnya, setelah 12 tahun meninggalkan negeri kelahirannya, kembali melangkahkan kaki ke dalam negeri ini. Kagami Taiga.

.

Kagami berjalan dengan santai menuju ke SMA barunya. Ia menggenggam roti spesial dengan ukuran jumbo di tangan kirinya dan ponsel di tangan kanannya. Sambil mengunyah roti, ia mengecek berbagai berita terbaru lewat ponselnya. Bukannya sok pintar, tapi hal itu ia lakukan sebagai pengalih perhatian. Tubuhnya yang besar dan rambut merahnya yang tak wajar membuatnya menjadi pusat perhatian murid-murid lain yang juga dalam perjalanan ke sekolah. Daripada terlihat canggung, lebih baik ia pura-pura memainkan ponselnya saja.

Kenapa sih mereka tidak berhenti memerhatikanku?

Menyebalkan sekali sih.

Akhirnya Kagami mencapai gerbang sekolah. Sekolah pertamanya semenjak kembali ke Jepang; Seirin. Ia tidak tahu kenapa ia memilih masuk ke sekolah ini. Waktu disuruh memilih, ia hanya memilih dengan asal.

"Hei kau! Iya kau! Kepala Merah!"

Hah?

Seorang berandalan kelas 3 yang suka duduk di sekitar gerbang menghentikkan langkah Kagami. Ia bertubuh besar, walaupun tak sebesar Kagami. Kepalanya botak dan ia memakai tindik di lidahnya. Kagami bisa melihatnya samar-samar ketika senior itu bicara.

"Hei! Kau dengar tidak sih!"

"Haah?" Kagami melirik senior sok tahunya itu dengan sebal. Ia tak menyangka ternyata hari pertamanya sekolah di Jepang sudah membawa kesialan saja.

" Apa-apaan rambut merahmu itu, seperti orang bodoh saja. Hahahahaha!" Senior botak dan teman-temannya di belakang menertawakan rambut Kagami sampai terkencing-kencing. "Kau pasti anak baru dari kampong ya? Menyedihkan sekali."

"Ha? Maaf saja ya, warna rambutku memang begini." Kagami memutuskan untuk menjaga hari pertamanya dengan kedamaian, jadi ia pergi meninggalkan senior tersebut.

"Hei sopan sedikit sama kakak kelas!" Si senior botak pun menarik bahu Kagami.

Lepaskan!

Dalam sekejap Kagami membanting senior tersebut. Kemudian, dalam keadaan menyentuh tanah, sang senior menggeliat berusaha bangun, namun kaki Kagami menahannya untuk bergerak. "Jangan bercanda ya, jangan bikin aku diskors di hari perta-"

.

Kagami terdiam.

.

Seseorang baru saja melewatinya. Melewatinya begitu saja.

Seorang laki-laki dengan rambut biru terang.

.

Perasaan itu, tidak seperti saat orang lain melewatinya.

Seperti ada yang berbeda.

Suatu perasaan aneh yang membuat napasnya seakan diangkat dan dilepaskan dalam waktu yang lambat.

.

Seperti ada sesuatu yang menariknya.

.

Ah tanpa sadar.

Tanganku membentang.

Ingin menggapainya.

.

"Hei! Kau tidak lihat! Anak itu juga berambut biru!" Ia pun menarik kerah sang senior dan berteriak di telinga lawan bicaranya sambil menunjuk ke arah laki-laki berambut biru tadi.

"Haaah? Aku tidak lihat apa-apa?"

"Itu! Masa' kau tidak li-" Kagami terdiam. Ia tercengang. "Menghilang."

"Kalau bisa tolong lepaskan aku…"

"Hah?" Kagami pun melempar seniornya sekali lagi. Kemudian melangkah masuk menuju gedung sekolah.

Siapa itu.

Perasaan apa ini.

"Kagami Taiga. Dari umur 4 tahun, aku sudah tinggal di Amerika. Karena setiap hari menggunakan bahasa jepang di rumah, jadi aku sudah terbiasa. Mohon bantuannya." Kagami membungkukkan badannya sedikit. Teman-teman sekelasnya yang baru menepuk tangan bersamaan dan satu persatu melontarkan pertanyaan soal dirinya.

"Kenapa kau tiba-tiba kembali ke Jepang?"

"Ah.. Ayahku menyuruhku kembali kesini."

"Eeh? Jadi Ayahmu tidak ikut ke Jepang?"

"Ah soal itu-"

"Hai, sudah-sudah, lanjutkan obrolan kalian nanti." Pak guru pun menghapus nama Kagami dan menyuruhnya duduk di bangku belakang karena tingginya yang abnormal. Sepertinya, sebagai seorang guru ia tak ingin muridnya membicarakan masalah sensitif seperti masalah keluarga di tempat publik seperti ini.

Kagami pun duduk di tempat yang sudah ditunjuk oleh Pak Guru. Kemudian ia terdiam sesaat. Sebelum akhirnya menyadari siapa yang duduk di belakangnya. Ia pun menengok ke belakang dengan panik. "Ka-kau!" Kekagetan Kagami membuat seisi kelas menengok kea rah mereka berdua.

"Ah salam kenal, Kagami-kun. Aku Kuroko Tetsuya."

"A-Ah salam kenal." Kagami menunduk pelan. Teman-teman lain yang mengira urusan sudah selesai pun kembali mengembalikan perhatian mereka ke papan tulis. Kecuali Kagami.

Kenapa perasaannya berbeda dari yang tadi.

Ah sudahlah.

"Kagami-kun!" Beberapa anak perempuan mengerubungi meja Kagami ketika pelajaran usai. "Hari ini kami mau bikin pesta penyambutan untukmu. Kau tidak keberatan kan?"

Kagami diam. Ia bingung. Tak disangka ya dia populer juga, gumamnya.

"Ah tidak usah repot-repot." Sebenarnya ia mau.

"Kami ikut juga kok Kagami." Kemudian 3 orang anak laki-laki ikut bergabung dengan pembicaraan mereka. Tidak ada satu pun yang ia kenal namanya.

"Kuroko-kun, ikut saja yuk." Salah seorang siswi mendatangi meja Kuroko. "Kau hari ini tidak ada ekskul kan?" Sepertinya dia sedikit menyukai Kuroko.

"Bagaimana Kagami, sekalian mengenal nama-nama kami."

Ah ketahuan kalau aku tidak hapal nama mereka. Haha.

"Baiklah, kita main kemana?"

"Bowling! Bowling!" Seru para ceweknya dengan riang. Sepertinya mereka memang ingin main dan kebetulan saja menggunakan Kagami sebagai alasan.

Kagami. Tidak terlalu memikirkan itu. Ia sibuk melihat ke arah Kuroko. Ia masih penasaran dengan kejadian tadi pagi yang seperti membuat jantungnya tegang. Sesak seperti tenggelam.

.

"Ah Kagami-kun, kau tahu namaku?" Kagami memperhatikan teman barunya itu kemudian menggeleng dengan tegasnya.

"Aah sudah kuduga. Aku Furihata. Salam kenal." Furihata mengulurkan tangannya, meminta balas jabat dari Kagami. Tapi yang bersangkutan hanya melihat dengan bingung. "Ah tidak usah."

"Aku masih belum hapal dengan anak-anak yang lain."

"Kalau begitu biar aku yang menjelaskan." Furihata pun menunjuk satu persatu anak yang pergi bersama mereka. Seorang bernama Fukuda. Seorang lagi bernama Kawahara. Sisanya Cuma cewek-cewek yang namanya susah dihapal. "Dan yang itu Kuroko. Eeh! Kok dia hilang!" Furihata terkejut sendiri.

"Dia disana." Kagami menunjuk ke arah Fukuda. Rupanya Kuroko berjalan di antara Fukuda dan Kawahara.

"Ce-cepat sekali. Kayaknya tadi dia tidak disitu." Furihata memegang dadanya yang terkejut akibat gerakan Kuroko. "Ah iya, Kagami-kun, kau cukup lama tidak berada di Jepang, apa kau tahu beberapa hal penting soal hal yang sedang terjadi di Jepang?"

"Hah? Contohnya?"

"Ehm, Soal.. Oni, misalnya?" Kagami mengerenyitkan alisnya.

"Oni? Setan maksudmu?"

"Haha, iya." Furihata menjawab dengan santai. Tapi tidak dengan reaksi Kagami.

Dia tidak terlihat seperti orang yang suka bercanda

Oni? Apa maksudnya?

"Apa itu semacam istilah?"

"Bukan, maksudku Oni beneran."

"Haa? Jangan bercanda. Mana ada yang seperti itu di zaman seperti ini."

"Ada kok. Di Jepang." Furihata menjawab dengan datar. Kemudian ia tersenyum kecil ke arah Kagami. "Kami juga, sampai 5 tahun yang lalu tidak memercayainya. Sampai ras Oni benar-benar muncul ke permukaan dan memangsa manusia secara terang-terangan. Tentu saja pemerintah sudah berusaha menutupinya, tapi dengan begitu banyaknya korban. Tidak bisa dipungkiri lagi kalau di Jepang juga tinggal ras lain selain manusia." Jelas Furihata.

"Tunggu sebentar. Aku tak bisa tiba-tiba menerima informasi begini."

"Nanti kau juga akan mengerti." Furihata mengambil napas sebentar. "2 Tahun yang lalu terjadi penyerangan besar di Ginza. Waktu itu suasanya seperti perang antar ras. Tidak ada yang menang, namun para Oni berhasil dipukul mundur dan sampai sekarang tidak memunculkan aktivitas yang berarti. Yah mereka masih memangsa manusia sih."

"Kau ngomong serius kan?" Kagami menundukan wajahnya agar bisa sejajar dengan Furihata yang lebih pendek darinya.

"Yah, masyarakat internasional tidak tahu hal ini, tapi kupikir kau harus tahu."

"Hai! Kita sudah sampai!" Seorang siswi menunjuk ke arah gedung Bowling yang sudah di depan mata. Setelah mengganti sepatu mereka, semuanya pun bersiap untuk bertanding.

Kagami, sudah terlalu sering main di Negara asalnya dengan teman-teman Amerikanya. Jadi tak diragukan lagi ia berhasil menjatuhkan semua pin. Kemudian akhirnya tiba giliran Kuroko.

"Ayo Kuroko-kun!" Para cewek menyemangatinya.

"Hei, dia bisa tuh? Kok sepertinya pegang bola saja sudah kepayahan." Tanya Kagami.

"Oh tenang saja, dibalik penampilannya lenje begitu, tapi sebenarnya-"

Baru saja Furihata mau menyelesaikan kalimatnya. Kuroko terpleset dan bolanya jatuh ke pinggir begitu saja. Tak mengenai satu pin pun. "Sebenarnya memang seperti kelihatannya."

Setelah menyelesaikan beberapa Game. Anak-anak perempuan satu persatu berdiri dan ijin ke toilet dengan dalih membetulkan make up.

"Hai Kagami, kau mau minum sesuatu? Kami bertiga mau beli minum." Tanya Fukuda.

"Ah aku mau-"

"Pocari." Jawab Kuroko yang rupanya duduk di sebelah Kagami. Kagami tak menyadari keberadaan Kuroko sama sekali, ia lumayan terkejut. Yang lebih membuatnya terkejut lagi adalah bahwa pilihan minuman mereka sama.

"Aku juga sama."

.

Kenapa sih dia tidak pergi bersama Furihata dkk. saja. Rasanya canggung sekali bersama dengan Kuroko. Ia tak bisa bicara atau melakukan apa pun!

Perasaan tertekan apa yang kurasakan ini?

Rasanya aku tak dapat bergerak dengan bebas.

"Kagami-kun. Kuroko-kun" Fukuda pun melempar Pocari titipan kedua temannya itu. Kagami berhasil menangkapnya dengan sukses, tapi tidak dengan Kuroko.

"Cih, kau ini." Kagami mengambil Pocari yang jatuh dan membukakan tutupnya untuk Kuroko.

"Terima Kasih." Kuroko menunduk kemudian menengguk sedikit minuman kesukaannya itu. "Sepertinya anak perempuan belum pada kembali." Ujarnya pelan.

"Ah benar juga, apa saja sih yang mereka lakukan."

"Lebih baik Kagami-kun periksa." Usul Kuroko.

"Haah kenapa harus a-" Kagami terdiam ketika melihat wajah Kuroko. Tatapan dari matanya yang biru. Penuh tekanan dan entah kenapa, penuh dengan keyakinan. "Baiklah, terserah kau." Kagami pun berdiri dan melangkah menuju toilet. Ketika hampir sampai di depan pintu toilet, tanpa sengaja ia menabrak seorang pegawai Bowling yang sedang membersihkan lantai. "Ah maaf."

Laki-laki yang ditabraknya hanya diam sambil memunggungi Kagami. Ia tampak terengah-engah dan dari tubuhnya keluar jumlah keringat yang cukup banyak.

"Ehm. Maaf?" Kagami bicara sekali lagi namun ia tetap tak mendapat jawaban.

"Kagami-kun." Para cewek yang ditunggu rupanya sudah selesai dan keluar dari toilet. "Apa yang kau lakukan disini?"

"Oh tadi Kuroko menyuruhku memeriksa kalian karena kalian terlalu lama."

"Eh masa sih?"

Kagami sibuk bicara dengan teman-teman wanitanya sampai ia tak sadar dengan perubahan yang terjadi pada pegawai Bowling yang ditabraknya tadi. Perlahan tubuhnya berubah dan keringat yang keluar makin banyak.

"Wa..ni..ta.." Gumam sang laki-laki tersebut.

"Eh? Kau dengar itu?" Tanya seorang dari cewek-cewek Seirin itu.

"Apa?" Tanya Kagami.

Belum sempat ia mendengar jawabannya. Ia langsung merasakan bahaya besar yang mengarah ke arah mereka dalam kecepatan tinggi. Tidak, bukan ke arah Kagami, tapi tepatnya cewek-cewek itu targetnya.

Dengan refleknya yang luar biasa Kagami sempat membalikkan badan dan menahan serangan laki-laki yang ditabraknya tadi.

Bukan. Dia bukan laki-laki tadi!

Mo-Monster!

"Oni!" Para Cewek pun menghambur menuju arena Bowling. Berlarian tak menentu. Membuat kegaduhan. Sementara Kagami menahan lengan laki-laki yang divonis sebagai Oni tadi. Baru pertama kali Kagami melihat Oni. Rupanya benar-benar seperti setan. Tubuhnya besar dan berotot. Warna kulitnya juga tidak sama seperti manusia, lebih kehijauan. Lalu di kepala mereka terdapat dua buah tanduk kecil. Dan mungkin khusus jenis Oni yang ini, memang memiliki mata ketiga di tengah kening mereka.

"O-ni?" Kagami lengah, ia terlempar oleh kibasan sang Oni. Kemudian dengan senyumnya yang dihiasi rahang yang dipenuhi gigi tajam, Oni itu memulai perburuannya terhadap mahluk yang paling disukainya. Wanita Manusia.

Para laki-laki Seirin yang masih menunggu di Arena pun juga menjadi panik. Kawahara yang melihat Oni besar yang sedang berlari menuju kesana langsung menarik cewek-cewek Seirin untuk segera keluar dari situ. Sedangkan dua teman laki-lakinya masih terdiam karena syok.

"Kawahara! Bawa semuanya lari!" Kagami berteriak sambil berusaha bangun, tapi sepertinya tulang tangan kirinya patah.

"Ah-Ayo! Semuanya!" Kawahara pun mendorong kedua temannya yang masih syok tersebut untuk segera keluar dari sana. Tapi karena terlalu panik, seorang siswi Seirin terjatuh dan membuatnya berada dalam posisi empuk untuk dimakan oleh sang Oni.

"Tidak!" Sang siswi berteriak keras sambil berusaha keras untuk bangun. Namun, dalam keadaan seperti itu, sulit bagi seseorang untuk bergerak jika terlalu takut.

"Kemarilah… Wanita…" Oni tersebut mendekati sang siswi dan berusaha menangkapnya dengan tangannya yang bercakar.

"Awas!" Tepat waktu. Kawahara berhasil mendorong siswi tersebut agar tidak bisa ditangkap oleh sang Oni. Kemudian ia memasang badan agar siswi tersebut tak dilukai. "Cepat lari."

"Huh?" Sang Oni yang baru sadar bahwa tangkapannya lolos pun marah luar biasa. Taringnya bergemelutukkan, matanya makin memerah dan cakarnya makin menguat. "Kau laki-laki penggangu.. Biar kumakan kau!"

Kawahara yang tak bisa bergerak hanya bisa memejamkan mata ketika rahang Oni tersebut siap mengunyahnya.

BRUAKKK

"Graaaaaaah!" Sang Oni pun terjatuh. Sebuah benda besar dan berat tiba-tiba mengayun dan mengenai tubuhnya itu.

"Dasar Monster Jelek banyak bicara." Kagami, tepat waktu, dengan kekuatan tangan kanannya dan tangan kirinya yang hampir tak bertenaga berhasil mengangkat kursi kayu besar yang tadi mereka duduki. "Cepat lari!" Teriak Kagami pada temannya itu.

"Baik!" Kawahara pun segera lari dan ia berteriak pada teman-teman yang sudah di luar. "Cepat semuanya! Hubungi Divisi Penanganan Oni!"

Baguslah, setidaknya akan datang bantuan dari orang professional

Aku bisa mengulur waktu

Tapi sial, tangan kiriku sudah tak bisa bergerak lagi.

"Kau.. daritadi selalu saja mengganggu." Oni tersebut bangun dan langsung menerkam Kagami. Kali ini Kagami tak bisa bereaksi secepat tadi, terlebih tangan kirinya sudah tak bisa digerakkan lagi. Ia pun jatuh tersungkur dan Oni itu kin berada di atasnya, siap menggigitnya.

"Jangan harap!" Kagami belum menyerah. Dengan sekuat tenaga, Kagami menonjok rahang bawah sang Oni dengan tangan kanannya.

"Aaaaaargh! Kau gila! Kekuatan apa itu yang menyamai kekuatan Oni!" Sang Oni yang kesakitan pun akhirnya mundur dari tubuh Kagami.

"Puih!" Kagami membuang ludahnya yang bercampur dengan darah. "Cuma segini saja kau sudah ngompol? Jangan bercanda." Kagami pun berdiri dan siap mengajak Oni tersebut bertarung sekali lagi.

Aku sudah tak bisa melakukan apa-apa lagi dengan tanganku.

Yang bisa kulakukan hanya memancingnya ke suatu tempat yang merugikan baginya.

Kagami pun mencari-cari dengan matanya. Suatu hal yang bisa membantunya mengalahkan jejadian brengsek ini. Lalu matanya tertuju pada suatu hal, sebuah keranjang besar dengan bola-bola bowling di dalamnya. Tempatnya lumayan tinggi.

Kagami tersenyum.

"KAU BAJINGAN!" Oni tersebut berdiri dan siap mengejar Kagami. Siswa SMA itu pun segera menghindar dari berbagai serangannya dan terus berlari sambil memancing Oni tersebut agar mendekati keranjang tersebut. "Jangan lari! Berhenti kau pengecut!"

"Baiklah. Aku akan berhenti." Kagami pun menghentikkan langkahnya dan menengok ke arah Oni itu dengan senyum kemenangan di wajahnya.

"Kau bodoh, ya?" Oni tersebut pun menyerang Kagami dengan kepalan tangannya yang mengerikan. Tapi Kagami berhasil menghindar dan pukulan tersebut mengenai dinding belakang Kagami. Bukan, itu bukan dinding. Itu hanya kardus-kardus yang ditumpuk. Dan diatas kardus itu terdapat keranjang berisi Bola-Bola Bowling yang bukan main beratnya.

Kagami yang berhasil menghindar ke tempat yang aman pun selamat dari pukulan tersebut dan tentu saja selamat dari bola-bola berat itu. "Sepertinya bukan aku yang bodoh. Hahahahaha."

.

"Masa'?"

.

Kagami langsung bereaksi. Ia menengok ke belakang dan Oni itu pun sudah ada di belakangnya. Kemudian sekali lagi Kagami melihat ke arah bola-bola yang sudah menggelinding tadi. Tidak ada siapa pun disana.

"Jangan remehkan kecepatan Oni." Oni tersebut pun segera mengangkat dan melempar Kagami dengan keras hingga menubruk monitor nilai pertandingan Bowling. Punggungnya begitu sakit hingga ia tak bisa melakukan gerakan apa pun kecuali berteriak kesakitan.

"Sialan." Kagami sudah skak mat. Ia tak bisa berbuat apa-apa lagi.

"Karena kau sudah mengacaukan perburuanku, siap-siap saja merasakan taringku ini." Oni itu pun mendekati Kagami sekali lagi. Ia sangat yakin kali ini ia tak akan gagal. Sekuat apa pun Kagami, tentu saja kekuatannya jauh di bawah Oni.

Sial, aku sudah meremehkannya.

"Makanya jangan sombong, manusia."

.

"Justru kau yang terlalu sombong."

Kagami kenal suara itu.

Baru beberapa kali ia mendengarnya.

Tapi ia sudah hapal dengannya.

.

"Ku-Kuroko?"

Secara ajaib, Kuroko sudah berdiri di depan Kagami. Ia tidak gentar berhadapan dengan Oni busuk itu. Ia menghadapinya dengan tenang, sedingin es.

"Kuroko?" Oni itu seperti mengetahui sesuatu soal Kuroko. "Kuroko yang itu?"

"Oni kelas rendah seperti kau tidak pantas bicara masalah kesombongan." Kuroko, bukannya menjauhi mahluk itu, malah mendekati wajah Oni itu, menatap matanya dalam-dalam. "Akan kuajari seperti apa Oni yang terhormat itu."

.

Mata Kagami tak bisa mengikuti kejadian itu.

Ia hanya bisa melihat Oni tersebut dihajar habis-habisan.

Oleh sesuatu yang mirip dengan Bayangan.

Bayangan tak terlihat.

.

Bruk

Oni tersebut tumbang. Dan di belakangnya ada Kuroko yang berdiri dengan tegak. Masih dengan wajah esnya.

"Kau.. Oni juga?" Tanya Kagami. Ia menelan ludah, bersiap-siap menghadapi jawaban Kuroko.

"Sebaiknya kau menjaga rahasia ini." Kuroko pun mendekati Kagami. "Mulai sekarang kau akan banyak menghadapi hal seperti ini. Bertahanlah. Jangan mati."

Nada bicara Kuroko, sekilas terdengar datar. Namun sebenarnya tidak seperti itu. Dalam nada bicaranya itu terkandung kesedihan yang mendalam. Seperti suara orang yang menahan tangis.

"Apa maksudmu?"

"Ada satu hal lagi." Kuroko tak menggubris pertanyaan Kagami. Tepat saat Kuroko mau melanjutkan kalimatnya, Oni yang dikira sudah tumbang tadi kembali berdiri dengan sisa-sisa kekuatannya. "Kecepatanku memang bisa diandalkan, tapi sebaliknya kekuatanku jadi lemah."

"Hah? Ke-Kenapa kau baru bilang sekarang!"

"MATI KAU!" Onii itu pun beraksi sekali lagi berniat membunuh mereka berdua sekaligus. Yah, walaupun tidak berhasil.

Slash

Oni itu terbelah menjadi dua. Terbelah begitu saja dengan rapinya.

Di belakang Oni tersebut berdiri seorang laki-laki seumuran dengannya. Rambutnya berwarna biru tua dan kulitnya berwarna coklat kehitaman. Ia menggenggam sebilah pedang yang digunakan untuk memotong rapi Oni tadi.

Siapa dia..?

"Ternyata Cuma Oni remeh seperti ini." Laki-laki hitam itu pun menguap dan memandang Kagami kesal. "Kukira aku akan menyelamatkan seorang cewek, ternyata Cuma seorang cowok lemah seperti kau."

Me..Menyebalkan sekali.

"Salah kau sendiri baru datang sekarang!"

"Ah maaf maaf." Ia pun membalikkan badan meninggalkan Kagami. Rupanya di belakang sudah ada beberapa tim polisi yang siap mengurus masalah ini. "Cepat urus mayat dan korbannya!"

"Baik, terima kasih Opsir Aomine!" Seorang polisi membungkukkan badannya kemudian berlari menuju Kagami untuk menolongnya.

"Sial menjengkelkan sekali dia, ya kan Kuro- Ah sudah menghilang." Kagami pun menghela napas panjang-panjang. Ia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang terjadi hari ini.

"Jangan Mati."

Kenapa ia berkata seperti itu?

Apa maksudnya?

.

Saat itu aku tak tahu apa-apa.

Aku hanya penasaran tentang siapa sebenarnya Kuroko.

Kenapa Oni seperti dia menyembunyikan dirinya di tengah kumpulan manusia?

.

Lalu kenapa ia menolongku?

.

Nantinya aku akan tahu

Bahwa Kuroko menanggung beban yang sangat besar

.

Begitu juga denganku.

.

To be continued

So Long but I hope you read it

Review Please