Kau percaya keajaiban itu ada, Lee Sungmin—ssi?

.

.

Tidak, keajaiban hanya ada dalam dongeng.

.

.

Kalau begitu, selamat datang di negeri dongeng.

.

.

Nb: cara penulisan mungkin sangat berbeda di chapter satu dengan chapter dua serta chapter chapter selanjutnya. Maafkan karena sudah lama tidak melanjutkan FF ini xD terima kasih pada salah satu reader yang mengatakan "Author pabo, cepat lanjutkan FF ini!" wkakakaka xD

%ika. Zordick%

Sungmin memasuki apartement yang ia tinggali bersama kakak laki lakinya—Siwon, pria tampan yang mapan di usianya yang terbilang sudah dewasa. "Aku pulang" katanya dengan nada tidak bersemangat.

"Kau sudah pulang?" Sungmin sedikit terkejut karena sapaannya bersambut. Sungmin buru buru melihat jam rumahnya, masih pukul empat, seharusnya kakaknya itu belum pulang. Sungmin menghela nafas, mengerti bahwa Siwon terlibat korupsi waktu dan itu salah satu kebiasaan buruk sang kakak karena dirinya.

Dengan langkah tenang, Sungmin memasuki ruang makan yang langsung terhubung ke dapur. Ia mendapati sang kakak dengan apron biru yang membalut tubuhnya. "Oppa, kau bolos kerja lagi?" Sungmin mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang mengintari meja makan.

Siwon tak menjawab, ia hanya tersenyum simpul. Itu fakta yang adiknya pasti tahu dengan jelas jawabannya. "Bagaimana keadaanmu?" Siwon menghampiri Sungmin setelah sebelumnya mencuci tangannya dan mengeringkannya dengan apron yang terpakai di tubuh atletisnya.

Meraba kening Sungmin, mencocokkan dengan keningnya sendiri. "Apakah ada yang tidak enak?"

Menggeleng, Sungmin merasa tubuhnya sangat ringan hari ini. "Apa ada mimisan?" Sungmin lagi lagi menggeleng.

"Sepertinya Dr. Kibum memang sangat hebat" Siwon berdecak kagum. Ia duduk di hadapan sang adik. Mengacak rambut sang adik. "Baru kali ini kulihat wajah cantikmu dengan rona kehidupan lagi, Ming. Sangat cantik" ia mengelus pipi Sungmin.

"Sungguh, aku tak bisa hidup tanpamu. Sembuhlah Ming! Aku ingin melihat dirimu yang seperti ini untuk hari hari kedepannya" Siwon kembali tersenyum, membuat Sungmin yakin kakak laki lakinya itu sungguh sangat tampan. "Eh… bau apa ini?" sentak Siwon. "Astaga! Masakanku!"

Sungmin terkekeh, Siwon kakak terbaik yang pernah ia punya. Seseorang yang diibaratkan Sungmin seperti lilin yang sering ia mainkan ketika playgroup. Lilin yang bisa berubah bentuk menjadi apapun yang ia inginkan, menjadi apapun yang ia butuhkan tanpa menghilangkan hakikatnya. Lilin tetaplah lilin. Siwon tetaplah seorang Siwon, kakak Sungmin yang selalu mencintainya.

Siwon terperangah, ia melihatnya kembali. Senyuman dan tawa Sungminnya, tanpa paksaan. Sesuatu yang ia rindukan. "Oppa, aku mau masuk ke kamar dulu", Siwon tersentak. "Bangunkan aku ketika makan malam kita siap ya!"

"Baiklah Minnie~"

%ika. Zordick%

Setelah mengganti pakaian seragamnya dengan pakaian yang casual, Sungmin mengambil tas sekolahnya. Ia menjatuhkan dirinya di bed bercover kelinci pink miliknya. Ia mengeluarkan seluruh isi tasnya. Membuat senyuman di wajahnya makin merekah.

Ia teringat Yesung—seniornya yang memberikan tiga tiket pertunjukannya di sabtu malam nanti. Ia memeluk tiket itu, berteriak kegirangan seperti seorang ELF yang mendapatkan tiket nonton supershow gratis. Pikirannya mulai menerawang, apakah jangan jangan Yesung menaruh perhatian padanya? Apakah ia punya kesempatan untuk memiliki pacar setampan dan sehebat Yesung? Memikirkannya saja bisa membuatnya gila.

Tapi—

Harusnya ia sadar diri. Ia melihat ke arah cermin. Melihat pantulan dirinya. "Lee Sungmin—ssi" monolognya pada cermin. "Menurutmu berapa lama lagi hidupmu?"

Sungmin menggelengkan kepalanya kuat. Dia jadi teringat Siwon, bagaimana mungkin ia pesimis seperti ini? Kakaknya itu akan sangat kecewa padanya. Mencintai Yesung adalah yang selama ini ia rasakan tapi—

Ia juga ingin di cintai. Setidaknya ia ingin merasakan cinta seperti sahabatnya dengan pacarnya itu. Ia ingin berkencan, berpelukan, mendapat perhatian, bertengkar dan hebatnya lagi berciuman. Ia jadi teringat kejadian tadi siang, ketika cecunguk siapa namanya yang menciumnya secara sembarangan itu? Lihat saja, akan ia adukan pada Siwon nanti agar lelaki itu diberi pelajaran.

Eh? Ciuman?

Dia kan sudah merasakannya.

Sungmin memegang bibirnya, ia masih teringat bagaiman rasanya. Bagaimana cara adik kelasnya itu menciumnya secara tiba tiba. Bibir tebalnya itu masih terekam di memorinya. Pipinya jadi memanas sendiri.

"Untuk Mine—nie sunbae. Apa apaan ini, ia bahkan seenaknya mengubah namaku dan mengklaimku seenak jidatnya" gerutu Sungmin tapi ia tersenyum juga. Hatinya terasa menghangat. Ia mengeluarkan isi surat itu dari amplop pink itu. Sungmin bisa mencium harum bunga mawar yang menyeruak dari sana.

Dear Sungmin,

Hi… terima kasih telah membaca suratku. Kau tahu hal yang keren, aku bahkan mengancam seseorang agar mau menuliskan surat ini. Tulisanku terlalu jelek dan aku tak terlalu pintar merangkai kata. Ok.. itu pengakuan dosaku. Hanya tak ingin ada dusta diantara kita.

Sungmin terkekeh membaca bagian pembukaan suratnya. Tidak romantis tapi entah kenapa membuat darah Sungmin berdesir, beginikah rasanya menerima surat cinta?

Semilir angin melambangkan dirimu untukku,

Harumnya seperti bebungaan surgawi, dengan tetes embun di pagi hari yang menyegarkan

Kelembutannya bagaikan buaian ibunda, menghapus lelah dan kesunyian hati

Menghapuskan panas, merubahnya menjadi kesejukan.

Aku mungkin sedang jatuh pada pesonamu.

Pada pandangan pertama ketika kau lewat dengan senyuman manismu.

Aku terdengar bodoh, dan aku bersedia menjadi idiot jika itu karenamu.

Maafkan aku, karena terpesona padamu.

Maafkan aku yang begitu lancang melabuhkan hatiku padamu.

Tapi aku bangga akan satu hal.

Terima kasih,

"Karena membuatku jatuh cinta pada mahluk indah seperti dirimu. Tertanda Cho Kyuhyun" Sungmin membelalakkan matanya ketika mendengar suara berat dan deru nafas di lehernya.

"OPPA!" teriaknya spontan dan Siwon terkekeh. "Ternyata adikku yang manis ini sedang jatuh cinta rupanya" goda Siwon.

"Oppa tidak sopan, kenapa tidak mengetuk dulu?"

"Oppa bahkan sudah menggedor kamarmu dan bukannya membuka pintu kau malah tersenyum senyum sendiri membaca surat cintamu"

Sungmin salah tingkah mendengarnya. "Siapa itu Cho Kyuhyun?" Tanya sang kakak. Apakah Sungmin harus memberi tahu bahwa pria inilah yang dengan kurang ajarnya menciumnya di depan sekolah?

"Dia adik kelasku, oppa" jawab Sungmin. Ia tak tega juga.

"Hmm, kenalkanlah pada oppa sesekali" Siwon mengelus surai hitam Sungmin. "Ayo makan! Oppa tunggu di bawah"

Sungmin mengangguk dan Siwon keluar dari kamarnya. Sungmin kembali memasukkan barang barangnya ke dalam tas. Dan sebuah permen terdapat di sana, membuatnya mengingat Dokter muda yang memberikannya. Apakah kau percaya keajaiban?

Camkan dalam hatimu, kau akan mendapatkan keajaiban yang kau inginkan!

Kata kata dokter itu terngiang di kepalanya. Keajaiban ya? Bukankah hari ini mendapatkan banyak sekali keajaiban. Ia menggenggam tangan itu. Berdoa dalam hatinya.

"Aku menginginkan keajaiban itu, biarkan aku merasakan jatuh cinta dan cintai. Biarkan aku merasakan apa yang gadis pada umumnya ingin rasakan. Biarkan oppaku bahagia. Aku percaya" Sungmin memejamkan matanya, memupuk rasa percaya itu di dalam sebuah permen. Ia kemudian membuka bungkus permen tersebut. Memakannya.

"Rasanya manis" gumam Sungmin ketika permen itu meluber di mulutnya. Tapi ketika itu pula ia merasakan kesejukan di tenggorokannya, hingga menyelimuti seluruh tubuhnya. Ia menatap pantulan dirinya di cermin, mengerjabkan matanya tak percaya. "Tuhan~" gumamnya dan ia merasa itu bukan dirinya. Begitu bercahaya dan—

Bahagia. Seperti hidup.

%ika. Zordick%

Kibum terbatuk, rasa sakit seolah membakar dadanya. "Yang mulia, anda tidak apa apa?" beberapa pelayannya tampak dihanyutkan kekhawatiran. Kibum memegang dadanya, tapi ia mengisyaratkan bahwa ia baik baik saja.

"Ternyata rasanya seperti ini" Kibum bergumam.

"Yang mulia Hades" Leeteuk berlari, menghampiri sang suami. "Aku tidak apa apa sayang", menenangkan dan Kibum selalu sukses melakukannya. Rasa takut seolah mencengkram Leeteuk, ia memeluk tubuh Kibum, wanita cantik itu menangis tersedu.

"Aku sudah bilang aku sungguh tak apa" ujar Kibum mengelus surai Leeteuk pelan. "Panggilkan Thanatos Kyuhyun!" perintahnya pada para pelayannya.

Leeteuk mendudukkan dirinya di samping sang suami. Kibum tersenyum maklum, ia meraih telapak tangan Leeteuk, mengecupnya berkali kali. "Sungmin sudah memakan hadiah dariku untuknya, dan aku mengerti bagaimana sakitnya berada di posisinya"

"Kau melakukan hal yang tidak perlu, Zeus dan Poseidon bisa marah besar ketika tahu kalau adiknya kesakitan seperti ini" Leeteuk mencoba menghapus air matanya dan berusaha agar tak terisak.

"Setidaknya aku bersyukur, istri Hades" Kibum membantu Leeteuk menghapus air matanya. "Hades bodoh ini memiliki banyak orang mencintainya. Itulah yang ingin kutunjukkan pada Sungmin"

Air mata Leeteuk mengalir makin deras, ia langsung menerjang tubuh Kibum. Memeluk erat tubuh sang suami, begitu bangga atas pemikirannya yang begitu bijaksana. "Apakah kau memanggilku hanya untuk melihat kau bercinta dengan istrimu, yang mulia Hades?" Sang Thanatos terlihat di ruangan itu.

Kibum memutar bola matanya, "Kau melakukan pelecehan seksual pada Lee Sungmin"

"Apa? Aku tidak—" Kyuhyun berkelit. "Ahh—apakah mencium termasuk pelecahan seksual?" tanyanya memastikan.

"Kau yang paling sering bersama manusia, tentu saja harusnya kau sangat tahu tentang hal itu" Leeteuk memijit pelipisnya untuk pernyataan terkesan idiot yang baru keluar dari mulut bawahan suaminya itu. "Lakukan tugasmu dengan baik atau aku akan menyuruhmu mencabut nyawa semut"

"Kau tega sekali, baiklah baiklah" Kyuhyun ingin mengiterupsi tapi sepertinya akan sia sia jika berdebat dengan salah satu mahluk paling manja di dunia dewa ini. Menghadapi Hades seorang diri saja membuatnya tersiksa, ia tak bisa membayangkan dua kakaknya yang ikut menghakimi.

%ika. Zordick%

Tes…

Tes…

Sungmin mendongak, dia menghela nafas. Sial sekali hari ini, kenapa bisa hujan. Ia menatap ke langit, memutar otaknya agar menemukan jalan ke halte bis dekat rumahnya agar bisa sampai ke rumah. Tandai kenyataannya, Siwon sudah berangkat dan dia tak bisa menumpang mobil sang kakak.

Dia bergegas mengambil jaket hujannya, payung yang biasa ia gunakan ia tinggalkan di loker sekolahnya. "Yosh! Tidak boleh membolos" pekiknya semangat.

Ia berlari menerjang hujan. Membuat seseorang yang sedari tadi memperhatikannya, dengan payung hitam di tangan kirinya dan sebuah buku tebal di tangan kanannya. "Dasar bodoh"—dia Kyuhyun. Menghela nafas.

.

.

"Hah! Untung saja tidak basah" desah lega terdengar dari bibir Sungmin yang bergetar menahan dingin. Dia menengadahkan tangannya, merasakan tetes tetes air mengalir di jemari lentiknya. Dia sedikit tersentak ketika sebuah payung menutupi tetes air yang hendak mengalir di atas jemarinya. "Kenapa kau bisa di sini?" Tanya Sungmin menatap pria yang sukses membuatnya susah tidur semalaman.

Sebuah senyuman manis di sunggingkan oleh Kyuhyun, tapi kemudian berubah menjadi wajah songong khasnya. "Di sana apartementku" Kyuhyun menunjuk apartemen yang sama dengan yang di tinggali Sungmin. "Aku baru saja pindah ke sana"

"Itukan apartemenku" Sungmin gelagapan. "Jangan bilang kau menguntitku dan pindah ke sana. Kau psyco!" tudingnya.

"Hei hei, noona. Aku pindah ke sana duluan sebelum mengenalmu" Kyuhyun membungkukkan tubuhnya, membuat wajahnya sejajar dengan Sungmin. Sungmin buru buru menjauhkan wajahnya, degup jantungnya menjadi sangat cepat.

Kyuhyun menghela nafas, ia kemudian mematikan payungnya. Hening menyelimuti mereka, sepertinya bus datang terlambat karena hujan.

"Kau tidak lelah berdiri?" Kyuhyun membuka pembicaraan juga akhirnya. Sungmin menoleh dan sarat kecewaan terlihat di wajahnya ketika melihat bangku halte yang basah terkena hujan. "Tidak" ucapnya.

Kyuhyun menggeleng. Benar benar tipe wanita gengsian. Ia mengeluarkan sapu tangan dari sakunya, mengelap tetes tetes air hujan yang berada di bangku tersebut. "Sudah kering, duduklah!" dia menarik Sungmin. Membuat Sungmin sedikit tergugah, pria ini sungguh mengerti dirinya.

Kyuhyun membuka jas seragam sekolahnya, menyampirkan jas itu ke bahu Sungmin. "A—"

"Aku tahu kau kedinginan. Bibirmu sudah nyaris membiru" potong Kyuhyun yang membuat Sungmin tak berani menatapnya. Terlalu malu. Sepertinya aspal lebih tampan dari sang adik kelas.

"Terima kasih" ia berkata.

"Mengenai pernyataanku kemarin—"

Sungmin langsung salah tingkah. Dia menyelipkan rambutnya di belakang telinganya. "Aku tidak tahu, bahkan aku belum kenal dekat denganmu Kyuhyun—ssi"

Kyuhyun rasa ia akan di tolak. "Tapi, bisakah aku mengharapkan kau sungguh memberikan warna yang berbeda dalam hidupku?" Sungmin rasa ini adalah bagian dari keajaiban yang di janjikan oleh dokter Kibum padanya.

Senyuman terlihat di bibir Kyuhyun, senyuman polos bak anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan dari orang tuanya. "Aku berjanji kau akan mendapatkannya. Terima kasih karena membalasku, Sungmin noona"

%ika. Zordick%

Di sinilah mereka sekarang, di atas sebuah bus, memilih duduk di kursi belakang. Sungmin duduk di dekat jendela, menatap kosong pada tetes air hujan yang membasahi kaca jendela bus di sampingnya, sementara Kyuhyun dia sendiri sibuk dengan PSP di tangannya. Ketika mereka akan sampai di halte dekat sekolah mereka, Kyuhyun menggenggam tangan Sungmin.

"Kita sudah sampai Kyuhyun" jelas Sungmin.

Kyuhyun tersenyum aneh. "Kau ingin melakukan sesuatu yang tak pernah kau lakukan?"

Sungmin menatap pintu gerbang sekolah yang sudah tertutup. Ia bisa membayangkan guru Killer mereka yang akan menghukumnya nanti. "Apa itu?" Sungmin memilih mengikuti rencana Kyuhyun.

"Membolos" ujar Kyuhyun enteng, cukup membuat Sungmin terheran.

"Aku tidak mau!" tolaknya.

Kyuhyun menghela nafas. "Noona, kau bahkan tak pernah merasakan sekalipun bolos dalam hidupmu. Kau tak pernah bersenang senang" Sungmin menaikkan sebelah alisnya mendengar penuturan Kyuhyun. "Dari mana kau tahu semua itu"

Sedikit menggaruk tengkuknya canggung. Dia keceplosan ternyata. "Kau terlihat seperti siswa yang sangat baik baik dan terpelajar"

"Dan kau seperti siswa amburadul" tuding Sungmin.

"Hei… aku hanya anak muda yang sedang mencari jati diri. Sudah ikut saja noona, aku akan menjaminmu" Sungmin tak mengerti tapi supir bus itu tak marah. Perlahan bus itu berjalan. "Kita akan kemana?" sedikit takut sebenarnya.

"Ke hotel" wajah Sungmin langsung memucat mendengarnya. "Aku bercanda, apa kau pernah mendengar kata kata bijak seperti ini? Tidak perlu tujuannya yang penting perjalanannya"

Sungmin hanya mengangguk pasrah. Dia tak menyangka pacar pertamanya akan memberikan kejutan yang begitu special tepat beberapa menit ketika mereka resmi berpacaran. Tangan Kyuhyun menggenggam tangan Sungmin, mengenggamnya erat.

Tidak tahu—

Rasanya terlindungi. Itu membuatnya mengantuk dan akhirnya Sungmin tertidur di bahu Kyuhyun.

"Sesuatu yang harus kupastikan bukanlah membuatmu bahagia tapi membuatmu yakin kau mampu untuk pergi meninggalkan dunia ini" gumam Kyuhyun tepat setelah Sungmin sungguh kehilangan kesadarannya.

"Selamat datang di dunia dongeng Sungminnie"

TBC

Wow wow… berapa tahun FF ini tidak di lanjutkan?

Hahahahahah XD