Ultimate Love

Pairing : HoMin / YunJae / slight YooSu

Rate : T

Length : 5 of 5

Warn : hmm, langsung baca aja deh..J

"dasar bocah nakal! Sudah berapa lama tidak kemari! Kau tidak rindu pada bibimu yang sudah tua..!"

Changmin hanya tertawa saat bibi Kim memukul-mukul punggungnya.

"hahahaha… maaf bibiku yang cantik.. siapa bilang bibi sudah tua? Masih muda begini" rayu Changmin.

Bibi Kim ikut tertawa. Diacaknya rambut Changmin dengan sayang.

"aigoo.. ibu, biarkan Changmin istirahat. Dia baru saja sampai.." ucap Junsu.

"biarkan saja. Bibi pasti sangat merindukan aku yang tampan ini Su.." ucap Changmin sambil memberi cengiran nakal.

"ahhhh… Min-a sayang, kau mau makan apa? Biar bibi masakkan" ucap Bibi Kim ramah.

"apa saja bi, aku akan makan semuanya" jawab Changmin antusias. Dia selalu antusias kalau soal makanan.

Bibi Kim kembali mengacak rambut Changmin sebelum melangkah menuju dapur.

"jadi, bagaimana kabarmu belakangan ini Min?" Tanya Junsu.

"cukup baik" jawab Changmin singkat.

"kau berakhir dengan Yunho?"

"….."

"aku tidak mengerti dengan isi kepalamu. Kau sudah menang Min, Jaejoong sudah menyerah"

Changmin tersenyum singkat pada sepupunya itu.

"kau kan tahu Su.. akhir yang bahagia, itu bukan tipeku"

.

.

Changmin berbaring di sofa. Ditatapnya langit-langit rumah Junsu.

Ah, banyak sekali kenangannya dirumah ini.

Saat berumur 10 tahun, orangtuanya meninggal karena kecelakaan. Sejak itu dia diurus oleh Bibi Kim, kakak ibunya yang telah menjanda. Kim Junsu adalah anak satu-satunya Bibi Kim.

Dulu, Changmin sering mengejek Junsu. Junsu adalah pria yang culun dimata Changmin. Saat itu menurut Changmin, pria keren adalah sosok sepertinya. Yang selalu mengikuti tren dan bisa tidur dengan wanita manapun. Lucu, padahal beberapa tahun setelahnya Changmin malah mengganti orientasi seksualnya. Dia menjadi gay.

Waktu tahu Junsu bekerja pada Jaejoong, Changmin sempat khawatir. Dia bahkan mewanti-wanti Junsu agar tidak mengungkapkan hubungan persaudaraan mereka. Changmin sadar, itu bisa membahayakan Junsu. Bisa saja kan, Jaejoong memecat Junsu kalau dia tahu? Jangan lupakan masalah cinta segitiga yang berlarut-larut kemarin.

Changmin melirik Junsu. Sepupunya itu terlihat sangat serius saat bekerja. Sesekali dilihatnya Junsu membaca file, kemudian mengetikkan sesuatu di laptop.

Ah, sial! Junsu lebih keren sekarang.. rutuk Changmin dalam hati.

"Su.."

"eum.."

"aku ingin kuliah.."

"hah!"

Junsu sontak kaget mendengar perkataan sepupu berandalnya barusan.

Shim Changmin ingin kuliah?

.

.

.

"Changmin!"

Yoochun memanggil Changmin dari meja bartender.

Changmin menyeringai dan berjalan mendekat.

"mau minum?" tawar pria itu.

"boleh"

"pesan sesukamu. Aku yang traktir!"

"banyak pelanggan sepertinya?" lirik Changmin sambil meneguk segelas vodka.

Yoochun hanya tersenyum penuh arti.

"ah! Aku ke sana dulu ya.. Joe, my bill okay!"

Yoochun berlalu setelah menepuk pelan pundak Changmin dan berbicara dengan bartender.

Changmin cukup menikmati musik klub malam ini. DJ-nya bagus. Changmin terlalu malas untuk turun dan memilih untuk duduk saja sambil melihat orang-orang menggila di lantai.

"sedang mencari mangsa, Shim Changmin?"

Sapaan dingin itu membuat Changmin menoleh.

Kim Jaejoong memberinya tatapan paling menusuk.

"ah.. Jaejoong hyung… apa kabar?" balas Changmin sok ramah.

"parasit sepertimu sepertinya tidak mengenal kata malu.."

"parasit? Ahh.. you're right, that's my middle name" Changmin memberi senyuman menyebalkan pada Jaejoong.

Dia kembali meneguk gelas ketiga vodka kesukaannya.

"kudengar kau meninggalkan Yunho.."

Changmin menoleh kearah Jaejoong. Pria yang lebih tua itu sedang menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"yup!" jawab Changmin santai.

Kini Jaejoong memberi pandangan 'apa-kau-idiot-bocah-tengik?'

Changmin hanya membalas dengan senyum mencemooh.

"oi hyung, aku dengar kau punya pacar baru.."

"…"

"siapa namanya? Kim Hyun Joong? Benar tidak…."

Jaejoong cukup tersentak mendengar perkataan Changmin.

"…"

" when you need partner for threesome.. call me.." Changmin menyeringai.

Muka Jaejoong memerah. Seperti menahan emosi.

PLAK!

Jaejoong menamparnya tepat di pipi kiri.

"kau menjijkkan!" maki Jaejoong sebelum berlalu.

Changmin hanya tersenyum mengejek sebelum melanjutkan minum.

"dasar pria labil.." gumamnya.

.

.

.

Lelaki itu berdiri sendirian dipinggir sungai Han.

Lelaki tampan, sendirian , dan cairan bening yang mengalir disela pipinya.

Klise.

Dia mau bunuh diri?

Lelaki itu hendak mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya.

Apa itu pistol?

Ah, ternyata hanya korek.

.

.

Pertama-tama aku ingin menegaskan bahwa aku tidak ingin bunuh diri.

Dasar kalian sok tau!

Memangnya ada yang salah kalau ingin sendirian di pinggir sungai?

Dan aku memang menangis.

Ya. Aku pria tampan bernama Shim Changmin memang menangis.

Mau meledekku? Silakan saja.

Memangnya aku peduli pendapat kalian?

Tiba-tiba saja aku teringat ayah dan ibuku. Sebenarnya sudah lama aku tidak berkunjung ke makam mereka. Aku terlalu malu. Dulu ibuku adalah seorang guru bahasa. Ayahku adalah seorang polisi. Mereka sangat err.. normal. Kasihan sekali kalau mereka harus mengetahui bahwa aku, anak mereka yang bernyawa telah menjadi seorang model majalah porno. Sigh.

Aku rasanya ingin bersujud di kaki ibuku, (ah.. tapi bagaimana caranya?) mungkin aku tidak akan pernah membawa seorang gadis baik ke makam mereka. Itu akan sulit. Selain karena aku tidak berpikir akan menikah… I'm gay too, remember?

Aku sering bilang pada sepupuku Kim Junsu yang luar biasa, kalau aku tidak pernah cocok dengan akhir bahagia. Kenapa?

Semua berawal saat aku berumur 5 tahun. Aku hampir menang lomba menyanyi saat tiba-tiba suaraku menghilang di tengah lagu. Akhirnya, anak gendut jelek yang tampil setelahku yang menang. Lalu saat berumur 8 tahun. Aku hampir dikirim ke Jepang untuk ikut meramaikan festival budaya hingga tiba-tiba aku terserang cacar. Lalu puncaknya, saat berumur 10 tahun. Aku hampir menonton konser musikal bersama ayah dan ibu hingga aku mendengar mereka kecelakaan saat akan menjemputku di sekolah.

Sejak itu, aku percaya.. happy ending isn't mine.

Mungkin itulah yang membuat aku meninggalkan Yunho.

Aku mencintainya.

Dan aku terlalu takut untuk menghadapi akhir yang tidak bahagia.

Sebelum semua terlambat, maka aku memutuskan untuk pergi.

Apa kalian berpikir aku sangat bodoh?

Mungkin iya. Whatever..

Ngomong-ngomong soal Jung Yunho, sebenarnya pria itu sedikit mengecewakan.

Setelah hubungan kami berakhir, dia sama sekali tidak meneleponku. Atau berusaha bertemu. Atau apapun itu. Dasar pria tolol!

Aku pikir dia akan mengemis-ngemis padaku agar kembali. Tapi apa? Nol besar! Cih, katanya mencintaiku…

Oh iya, ingatkan aku untuk mengecek email. Pasti banyak email bertumpuk dari si culun Kim Junsu.

Sejak aku bilang ingin kuliah, dia semangat sekali. Dia mengirimkan banyak reviews mengenai perguruan tinggi yang membuka jurusan animasi. Ya, aku tertarik dengan jurusan animasi. Sebenarnya aku suka menggambar. Dan saat menonton film, aku lebih suka film animasi.

Rencananya aku tetap menjadi model sambil kuliah. Mau dapat uang darimana kalau aku berhenti?

Yah, sebenarnya uang masalah gampang. Mendekati Yoochun saja bisa dapat uang banyak. Tapi, kalau begitu aku tetap jadi orang brengsek dong?

Ah, tidak bisa! Aku ingin berubah. Mungkin tidak bisa jadi orang baik sepenuhnya. Tapi kalau menjadi orang setengah brengsek.. mungkin tidak terlalu buruk juga, kan?

.

.

.

"Changmin, ada yang mencarimu.."

Changmin hanya melirik saja saat diberitahu oleh salah seorang kru.

Dihapusnya make up yang tersisa di wajahnya.

Changmin tidak terlalu kaget saat melihat Yunho duduk di waiting room.

"ada apa?" tanya Changmin malas.

.

.

Ternyata Yunho mengajaknya makan di sebuah restoran tempat langganan mereka dulu.

"kau makan dengan baik Changmin" ucap Yunho saat melihat Changmin makan dengan lahap seperti biasa.

"ya. Begitulah"

Setelah makan, mereka memilih untuk duduk-duduk disamping restoran. Ada beberapa bangku kayu disana. Pemandangannya cukup indah. Restoran ini memiliki kebun bunga di sisi kanan dan kiri. Tidak heran karena pemilik restoran juga memiliki bisnis florist.

"bagaimana kabarmu ,Min?" tanya Yunho.

Changmin hanya meliriknya sekilas.

"ya begitu-begitu saja" jawabnya malas.

"kapan kau akan berhenti jadi model Min?" tanya Yunho lagi.

Astaga! Changmin pikir beberapa bulan tidak bertemu pria ini akan menjadi sedikit pintar, ternyata sama saja. Dari dulu pertanyaannya itu-itu juga.

"memang kenapa kalau aku berhenti? Kau ingin menikahiku?" jawabnya santai.

Yunho terkesiap dengan jawaban Changmin.

Nah kan? Changmin mau tertawa melihat ekspresi Yunho. Pria itu cuma pandai mengobral cinta saja. Coba kalau disinggung soal komitmen, langsung berubah menjadi tikus gurun.

Yunho meletakkan sebuah amplop di atas meja. Didorongnya kearah Changmin.

Pelan-pelan Changmin mengambil dan membukanya.

Setelah mengetahui isinya, dia menatap bingung kearah Yunho.

"itu tiket ke Amsterdam. Kita berangkat besok pagi"

"…"

"aku belum membeli cincin. Nanti saja, disana kau bisa memilihnya sendiri"

"…"

"aku telah menyewa sebuah kapel dekat tebing di daerah Rotterdam. Pemandangannya indah, kau pasti suka"

"…"

"kita menikah sabtu nanti jam 10 waktu setempat"

"…."

Changmin masih berusaha mencerna satu persatu kalimat yang Yunho ucapkan.

1 menit..

2 menit..

Apa-apaan ini? Siapa yang akan menikah?

Changmin sampai ternganga karena shock. Ah, pasti wajahnya terlihat bodoh.

"Yunho, ini.." belum selesai Changmin berkata, Yunho telah memotong,

"bulan depan aku pindah tugas ke Amerika. Sekolahnya lanjutkan disana saja ya.." ucap Yunho sambil membenarkan letak rambut Changmin yang tersibak oleh angin.

"…"

"jurusan animasi disana lebih bagus daripada di Korea. Aku mau kau dapat yang terbaik Min.."

Changmin memerangkap Yunho dalam matanya. Pria itu membalasnya dengan tatapan hangat yang setengah mati Changmin rindukan, walaupun dia tidak ingin mengakuinya tentu saja.

Darimana pria ini bisa tahu?

Junsu yang memberitahunya?

"lima bulan ini aku banyak berpikir. Saat kau pergi aku kira aku akan baik-baik saja. Tapi ternyata tidak. Kau tahu aku selalu tidak siap dengan komitmen, tapi kehilanganmu sangat berpengaruh buruk pada hidupku.."

"…"

"terima kasih karena kau telah meninggalkanku kemarin. Terima kasih karena membuatku siap untuk menjadikanmu sebagai komitmenku.. seumur hidup"

Changmin tidak tahu harus berkata apa. Mungkin dia memang tidak harus berkata-kata.

"Shim Changmin, kalau kau takut dengan akhir bahagia.. ya sudah. Tapi jangan coba-coba menghalangi akhir bahagiaku. Mengerti?" ucap Yunho dengan nada mengancam.

Changmin terdiam. Cukup lama untuk melihat kesungguhan di wajah pria dihadapannya.

Changmin tersenyum. Indah sekali. Senyuman ini jarang dilihat Yunho. Senyuman lebar yang membuat kedua mata pria itu melengkung dan terlihat tidak sama besar.

"kau tahu Yunho.. kau tidak bisa menarik ucapanmu kembali. Kau selamanya milikku!" Changmin balas mengancam.

Keduanya tersenyum.

Yunho menarik tengkuk Changmin.

Sebuah kecupan. Hanya kecupan sederhana.

Dan kisah ini..

.

.

.

-END-

Okay. This is the end of story.

Gimana?

Maaf kalo ga sesuai ekspektasi yaa. ^^
Reviewww please!
Big thanks ya buat semua readers dan semua reviews! Love you guys! ^^