Title : When I Can't Sing Anymore

Author : Vivi 'Hyo Ra'

Cast :

Lee Sungmin

Cho Kyuhyun

Victoria Song

Jung Yunho

And the other cast

Genre : Hurt / Romance

.

.

WOHOOOO~ Ini dia FINAL CHAPTER FF ini. Fyuhh~~ akhirnya bisa di update juga di ffnet. Bagi reader yang emang sering berkunjung ke myfanfictionpage . wordpress . com FINAL CHAPTER ini pasti udah kalian baca dari jauh-jauh hari kan? hehe tapi sekedar untuk mengkhatamkan ff ini di ffnet, makanya pas ada kesempatan ff ini pun hadir kembali.

Hm, seperti biasa, sebelumnya saya mohon maaf sebesar-besarnya JIKALAU menemukan banyak typo atau kesalahan diksi di ff ini.

Silakan di nikmati~

.

.

"Oh ya, noona. Besok jangan menonton televisi, eoh? Noona juga jangan membuka internet"

"Eh? Kenapa tak boleh?"

"Hm.. itu.. Eh anu, si Kyuhyun. Kyuhyun akan mengadakan conference pressnya besok. Kumohon, noona jangan melihatnya. Aku tak mau—"

"Sudahlah, Eunhyuk-ah. Gwaenchana.. Kan aku yang menginginkannya melakukan semua itu. Aku bahagia kok, Eunhyuk-ah. Aku bahagia."

"Tapi, noona.."

"Sudahlah, Eunhyuk-aah. Aku sudah ikhlas kok. Aku bersungguh-sungguh.."

oOOo

CHAPTER 14 (FINAL CHAPTER)

oOOo

*Kyuhyun POV*

Bulan Desember..

Musim salju sudah tiba. Dinginnya hawa pagi ini menusuk hingga ke dalam tulangku. Tentu saja, suhu udara pagi ini saja sudah mencapai -50C. Rasanya badanku terlalu beku dan malas beranjak dari tempat tidurku yang empuk. Ku tutupi seluruh badanku yang sudah mulai kaku ini dengan selimut tebal. Tapi…

"Ya! Ya! Ya! Hei, Cho Kyuhyun! Ayo banguuun!" teriak seseorang yang dengan gesitnya telah menarik selimutku hingga jatuh ke lantai.

"Ah, hyuuung. Ini dingin sekali. Aku masih ingin tidur." Ucapku dengan sedikit malas tanpa sedikitpun membuka mataku yang masih terpejam. Badanku saat ini sudah menggulung sangking dinginnya suhu udara hari ini.

"Ya! Bangun! Kau harus siap-siap untuk konferensi pers nanti! Palli.." orang tadi pun menarik tanganku hingga aku terduduk di tempat tidurku. Tanganku mengucek pelan kedua mataku yang masih lengket dan menatap lurus ke arah seseorang yang memanggilku tadi. Sudah kuduga, dia pasti Leeteuk hyung. Dari suara dan cara membangunkannya yang cukup kejam itu, aku sudah bisa mengenalinya.

Meskipun Leeteuk hyung sudah berhasil membuatku terduduk di tempat tidur, mataku masih saja lengket dan kembali terpejam. Pikiranku melayang jauh meninggalkan ragaku. Sesosok yeoja yang sangat ku kenali muncul dalam bayanganku. Mata foxy yang menenangkan, hidung yang terlihat sempurna, permukaan kulitnya yang putih mulus, serta bibir berbentuk M yang berwarna merah muda alami itu tercetak jelas. Dadaku bergemuruh. Entahlah, gejolak apa ini. Apa ini sebuah pertanda? Ataukah hanya tumpukan hasratku yang tak tersampaikan? Aku tak tahu. Yang aku tahu hanya hampa. Yah, aku kehilangan separuh jiwaku. Bagai raga tak bernyawa. Rasanya… kosong.

.

.

-oo-

.

.

"Apa kau sudah siap, Minnie? Jemputanmu sudah datang.." ucap seorang ibu yang tengah menanti anak sulungnya keluar dari kamarnya. Dengan segenap tenaga ibu itu menahan air mata yang tak kuasa ia bendung. Hati ibu mana yang sanggup melihat anaknya pergi untuk waktu yang lama?

"Ne, eomma." Sungmin pun dengan senyum getir tak kuasa menatap mata ibunya secara langsung. Hatinya juga sakit. Rasanya ia tak mampu meninggalkan segala yang ia punya di Seoul. Ia tak kuat harus menyaksikan lambaian tangan orang satu per satu mengantarnya pergi. Ia tak mampu..

"Apa benar eomma tak usah mengantarmu, chagi? Apa eomma benar-benar tak perlu ikut?" tangan ibu itu mengusap lembut pipi Sungmin dengan tulus. Matanya berkaca-kaca menatap wajah anak yang paling ia sayangi itu tanpa sedikitpun senyuman ia tanggalkan dari bibirnya yang mungil.

"Ne, eomma. Aku ingin berangkat sendirian. Mianhe, eomma. Saranghaeyo." Sungmin langsung mendekap erat tubuh mungil ibunya dan mengelus-elus lembut rambut ibunya itu. Betapa tersiksanya Sungmin saat harus menghadapi perpisahan yang menyedihkan seperti ini.

"Gwaenchana chagi.. gwaenchana.. eomma akan selalu mendukungmu, chagi. Semoga kau cepat sembuh dan kembali ke Seoul, ne? Eomma akan terus mendoakanmu dari sini."

"Kamsahamnida, eomma Aku berangkat dulu, ne?"

"Apa tidak kecepatan, chagi? Bukannya waktu penerbangannya itu jam 3:30?"

"Hm.. masih ada yang ingin aku urus, eomma. Palingan sampai ke bandara juga jam 2an kok. Menunggu dikit juga tidak apa-apa hehe. Annyeong.."

Sungmin melangkahkan kakinya keluar dari rumah dan langsung saja masuk ke dalam van yang sudah di sediakan oleh Lee Soo Man untuknya. Saat di dalam van, air mata yang sedari tadi ia tahan pun akhirnya tumpah juga. Ia melambaikan tangan kepada ibunya dari dalam van tersebut. Di dalam hatinya tak henti-henti ia berdoa agar ia benar-benar bisa kembali lagi. Bayangan akan dirinya yang tak akan pernah kembali juga turut menghantui kepergian Sungmin hari itu.

'Eomma, appa, Sungjin, Cho Kyuhyun, aku mencintai kalian. Mianheyo.'

.

.

-oo-

.

.

"Eonni.. eonni.." panggil salah seorang yeoja yang sedang mondar-mandir di dalam dorm mencari seseorang di sana. Tampaknya ada sesuatu yang cukup penting yang harus segera ia ceritakan.

"Waeyo, Krystal?" tanya salah yeoja yang lain pada yeoja yang dikenal bernama Krystal.

"Eonni, kau tau gosip baru ga?"

"Gosip? Gosip apa?" ucap yeoja tadi yang kini terlihat memusatkan perhatiannya pada yeoja tinggi yang menjadi maknae dalam grup itu.

"Katanya Sungmin oppa mau dikeluarin dari Super Junior, lho!"

"Ah? Masa sih?" ujar yeoja bernama Luna itu sedikit kurang percaya.

"Ne, eonni. Aku dengar dari manajer Kang, katanya sih begitu."

"Kalian bahas apaan sih?" ucap seorang yeoja yang tiba-tiba muncul di antara mereka berdua. Ia sepertinya cukup penasaran dengan perbincangan para dongsaengnya yang terlihat agak serius.

"Ah, Vic eonni. Kami lagi membahas gosip baru." Jawab salah satu di antara mereka pada yeoja yang notabene adalah leader mereka.

"Gosip? Gosip apa?"

"Eonni tau tidak soal Sungmin oppa yang hengkang dari Super Junior?"

"Ah.. soal itu.." Victoria terlihat menghela nafasnya kemudian kembali berujar santai "aku tahu. Udah basi kali."

"Ah masa? Pengumuman resminya saja belum ada, kok udah basi sih, eonni?" ujar Luna.

"Iya nih, Victoria eonni. Asbun ih!" sela Krystal menambahi.

"Ya.. terserah kalian lah." Victoria pun berjalan santai meninggalkan kedua dongsaengnya—yang masih dipenuhi tanda tanya besar—dan kembali mengurus keperluannya untuk jumpa pers yang akan di adakan beberapa jam lagi.

"Kenapa ya, Sungmin oppa dikeluarin? Padahal kan suaranya bagus. Tampan pula!" gumam Luna yang dijawab anggukan setuju oleh maknaenya. Mereka pun kembali bertanya-tanya. Pasti ada sesuatu hal yang menyebabkan 'hal besar' itu terjadi.

.

.

-oo-

.

.

Seorang namja ceking terlihat tengah menendang batu—yang kebetulan ia lihat di halaman depan bangunan yang menjadi markas besar agensinya—dengan pikirannya yang nyaris kosong. Ia seperti sedang menunggu kedatangan seseorang. Siapa yang ia tunggu?

Setelah beberapa menit menunggu, sebuah van berwarna putih terlihat mendekat. Matanya—yang sedari tadi ia gunakan untuk mencari-cari objek pelampiasan kegelisahannya—pun terlihat berbinar saat van tersebut berhenti tepat di hadapannya. Setelah beberapa saat ketika pintu van itu terbuka, seseorang dengan pakaian yang sedikit maskulin—yang dikenal bernama Sungmin—keluar dari sana.

"Yaaa! Hyuk jae-ah! Kenapa kau ada di sini? Bukannya kau ada jadwal recording variety?"

"Anni, hyu- eh noona, jadwalku dibatalkan. Aku disini karena aku merindukanmu. Saat aku mendengar kalau kau akan ke sini, aku cepat-cepat datang untuk menunggumu. Boleh kan aku mengantarmu? Jebal, noona.." Namja ceking yang ditau bernama lengkap Lee Hyuk Jae itu pun dengan setengah memelas mengerjap-ngerjapkan matanya menunjukkan aegyo yang ia miliki agar seseorang yang berada di hadapannya itu luluh.

"Tapi aku ingin berangkat sendiri, Hyukkie." Tolak Sungmin yang kini bertindak seolah-olah mengabaikan dongsaengnya itu.

"Jebal, noona. Jebal.. aku ingin ikut. Jebaaaaal.." Eunhyuk pun kini menggenggam tangan Sungmin erat agar yeoja maskulin itu luluh dan mengizinkannya untuk ikut ke bandara.

"Ta—" sebelum Sungmin selesai dengan kata-katanya, Eunhyuk kembali mencecar jurus aegyonya—kini dengan bibir yang ia kerucutkan dan pipinya yang ia kembungkan lucu— ke hadapan Sungmin dan membuat yeoja itu mau tak mau mulai merasa risih.

"Ish, jinjja.. arraseo, arraseo. Kau boleh ikut. Tapi hanya kau saja, ne?" setelah puas mendengar ucapan itu dari Sungmin, Eunhyuk dengan senang hati mengangguk-anggukan kepalanya kemudian menarik lengan Sungmin—yang sudah akrab dengannya sejak jaman pra-debut itu— agar dengan segera masuk kedalam agensinya.

Namun saat mereka melangkahkan kakinya masuk ke dalam bangunan itu, senyuman riang yang tersemat di bibir mereka berdua tiba-tiba padam. Hal itu terjadi ketika kedua pasang telinga mereka menangkap suara dari arah televisi besar—yang memang terpasang di ruang depan agensinya itu— yang memberitakan mengenai rencana konferensi pers dan menampilkan sosok seorang namja dan yeoja yang berasal dari agensi mereka tersebut. Kedua tangan Eunhyuk dengan spontan pun ia daratkan ke telinga Sungmin, memastikan bahwa yeoja di hadapannya itu tak mendengar lanjutan berita yang tadi sempat mereka saksikan sekilas.

Mata Sungmin tiba-tiba terlihat berair, namun tak ada satupun yang sukses mengalir mulus di kedua pipinya. Sepertinya yeoja berpenampilan maskulin itu sedang bersusah payah agar air yang berasal dari kelenjar di matanya itu hanya terbendung saja di tempatnya berasal. Tak menetes, tak mengalir dan juga tak membuatnya terlihat semakin menyedihkan.

"Su- sudahlah, Hyukkie-ah. Gwaenchana.." ucap Sungmin tegar sembari melepaskan kedua telapak tangan Eunhyuk yang menutup telinganya.

"Noona, mianheyo, aku.. aku hanya—"

"Ne, aku tau. Aku tak papa kok. Yuk kita ke tempat Lee sonsaengnim, ia sepertinya sudah lama menungguku." Sungmin pun langsung bergegas meninggalkan Eunhyuk yang masih terlihat serba salah. Sedetik. Dua detik. Eunhyuk pun akhirnya memutuskan untuk mengikuti langkah Sungmin dari belakang sembari menatap lurus ke arah pundak Sungmin yang seolah-olah mengatakan bahwa 'Aku rapuh. Aku butuh sandaran' itu.

.

.

-oo-

.

.

"Kau ingat kan perbincangan kita waktu itu?" ucap seorang lelaki tua—pendiri agensi yang menjadi salah satu top 3 agensi di Korea Selatan—memastikan bahwa seorang yeoja dihadapannya itu masih mengingat apa yang ia tawarkan ada yeoja tersebut beberapa hari yang lalu.

"Hm, ne, sonsaengnim. Aku masih memikirkan jawabannya." Ucap yeoja—yang dikenal bernama Lee Sungmin itu—sembari menatap kosong ke arah meja yang membatasi mereka berdua.

"Baiklah aku tidak akan memaksa, kau pikir saja dulu yang mana yang akan kau pilih. Aku akan menunggu. Kalau bisa sih secepatnya."

"Ne, sonsaengnim. Aku akan memberitahu Anda secepatnya. Oh ya, apa kepergianku ini tidak akan membuat publik gencar memberitakan SM?"

"Tenanglah, gosip Kyuhyun dengan Victoria masih hangat. Masalah grup pasti tidak terekspos. Kepergianmu juga tidak akan ada yang meliput, karena bisa dipastikan semua wartawan hari ini akan datang ke konferensi pers Kyuhyun dan Victoria, jadi.. semuanya terkendali. Kalau kau mempertanyakan masalah klarifikasi 'Sungmin yang menghilang', tinggal tunggu konfirmasi jawaban darimu saja. Oke?" tangan Sungmin terlihat mengepal ketika mendengar nama seseorang muncul ke dalam pembicaraan mereka tersebut. Meskipun sedikit tak rela mendengarnya, tapi mau tak mau sepertinya Sungmin harus ikhlas. Bukankah ini yang ia inginkan?

"Baiklah, kalau begitu. Aku pamit, sonsaengnim. Kamsahamnida.. jeongmal kamsahamnida. Josonghamnida aku belum bisa memberi jawabanku untuk saat ini."

"Ne, gwaenchana. Hati-hati, Sungmin-ssi. Semoga kau cepat memberi konfirmasinya. Oke?" Lee-sonsaengnim terlihat beranjak dari kursinya—tepat saat Sungmin hendak meninggalkan ruangannya—untuk mengantar Sungmin sampai ke pintu.

Setelah pintu terbuka, seorang namja ceking bernama Lee Hyuk Jae terlihat dari balik pintu dan langsung membungkuk hormat pada 'boss'nya yang ia lihat muncul dari ruangan itu.

"Annyeonghaseyo, Lee-sonsaengnim."

"Annyeonghaseyo, Hyukjae. Kau sedang apa disini?" tanyanya heran mendapati namja ceking itu berada di tempatnya. Biasanya sangatlah jarang member-member agensi miliknya datang untuk mengunjunginya—palingan hanya dalam keadaan darurat saja mereka datang ke tempat itu— Jadi tak heran ia merasa terkejut mendapati 'penampakan' Hyuk Jae di sekitar ruangannya saat itu.

"Ah, aku di sini menunggu, Sungmin-ssi, sonsaengnim. Aku berencana mengantarnya ke bandara."

"Apa hari ini kau tidak ada jadwal?"

"Ne, sonsaengnim."

"Baiklah. Hati-hati kalian. Jaga diri ya, jangan sampai ada yang mengenali kalian di luar."

"Ne, sonsaengnim.." jawab Sungmin dan Eunhyuk serentak sembari menunduk hormat kepada atasannya tersebut. Selang beberapa detik, mereka pun bergerak cepat meninggalkan tempat itu untuk segera menuju ke van. Waktu sudah menunjukkan pukul 1:20 dan mereka tidak boleh terlambat.

.

.

-oo-

.

.

Seorang namja berambut ikal tengah duduk termenung di depan meja rias sembari membenarkan letak dasinya yang sebenarnya tidak berantakan sama sekali. Ia terus menerus memandangi bayangan dirinya di cermin dengan pikirannya yang nyaris kosong.

"Kyunniee oppa…" teriak seorang yeoja tiba-tiba saat memasuki ruangan di mana namja tadi sedang bersiap-siap. Yeoja berambut pirang itu pun kemudian bergelonjotan di badan namja ikal tadi tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu dari sang empu badan.

"Ya! Apa yang kau lakukan? Lepas! Aku tak bisa bernapas!" Eluh kasar namja bernama lengkap Cho Kyuhyun itu saat mendapati dirinya sudah berada di dalam rangkulan mesra yeoja tadi.

"Ah, Kyunnie, sebentar lagi kan aku akan menjadi pasanganmu. Masa aku tidak boleh memelukmu sih, eoh?" ucap yeoja tadi manja sembari mengelus pelan pipi Kyuhyun dengan tangan kirinya.

"Iya, kita memang pasangan. Tapi itu nanti. Lagian aku juga hanya terpaksa menyetujui semua ini, jadi jangan pernah berharap lebih dariku."

"Benarkah? Hahaha. Yah, harus aku akui hal itu memang benar. Tapi yang terpenting dari semua ini kan semua orang akan mengira kita ini pasangan yang real, dan.. mau tak mau kau akan mengikuti alurnya. Iya, kan? Benar, bukan?"

"Terserahlah." Jawab Kyuhyun malas. Masih dalam posisi yang sama, namja ikal itu terlihat mulai sibuk dengan berbagai 'skenario' pembicaraan di hadapannya yang sudah dipersiapkan oleh staff SM. Naskah tersebut dipersiapkan matang-matang agar Kyuhyun tidak kerepotan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin saja akan muncul dalam konferensi pers mereka beberapa jam lagi.

Dalam kasus ini Kyuhyun benar-benar diperlakukan seolah-olah ia adalah robot. Ia seakan-akan tak memiliki perasaan dan hanya dituntut untuk mengikuti perintah sang 'majikan'. Tak punya pilihan, dan tak dibiarkan memilih.

.

.

-oo-

.

.

"Noona, kau ikut penerbangan yang mana? Yang jam 3:30 kan?" tanya seorang namja ceking yang kini terlihat tengah sibuk mengamati papan schedule penerbangan kepada yeoja yang kini sedang bersandar di bahunya.

"Hm.." jawab yeoja tadi setengah malas. Ternyata yeoja bernama lengkap Lee Sungmin itu sedang mengistirahatkan sejenak kedua bola matanya dengan bersandar di bahu namja anchovy tadi.

"Tapi noona sepertinya pesaw—"

"Annyeonghaseyo" panggil seseorang tiba-tiba membuat ucapan namja anchovy bernama Eunhyuk tadi terputus. Tatapan mata namja itu pun sontak beralih ke arah sumber suara.

"Ah, Yunho-ssi." Panggil Eunhyuk ramah yang membuat yeoja di sampingnya—yang sedang beristirahat tadi— spontan tersadar ketika mendengar sebuah nama disebut oleh sahabat karibnya itu.

"Hm? Yunho?" ucap Sungmin meyakinkan apa yang baru saja ia dengar dengan suaranya yang terdengar berat.

"Ehm.. Sungmin, bisa bicara sebentar?" ucap namja yang ditahu bernama Yunho itu sopan. Eunhyuk yang merasa menjadi 'orang ketiga' di dalam kondisi itu pun langsung bertindak cepat.

"Ah haus sekali, aku mau beli kopi dulu. Noona, aku tinggal sebentar ya. Aku segera kembali. Yunho-ssi, aku titip Sungmin ya." Ucap Eunhyuk sekadar basa-basi setelah itu ia pun melenggang pergi meninggalkan Sungmin bersama Yunho. Eunhyuk sangat mengerti dan tahu betul harus bertindak seperti apa. Sepertinya Yunho butuh sedikit 'privasi' untuk berbicara dengan Sungmin.

"Hm, Minnie.." panggil Yunho gugup ketika Eunhyuk sudah tak terlihat di pandangannya. Dengan hoodie yang menutupinya, Yunho langsung mendudukan dirinya tepat di sebelah kanan Sungmin, matanya tak berani memandang lurus ke arah Sungmin—melainkan ke arah lantai bandara—, kedua tangannya pun ia remas-remas pelan tanpa alasan.

"Ne? Wae?" Sungmin terlihat sedikit heran dengan gelagat Yunho. Sepertinya ada yang tidak beres baginya.

"Aku ingin bicara serius denganmu.."

"Hm? Bicaralah.."

"Anu, Sungmin-ah, Aku.."

.

.

-oo-

.

.

Seperti mayat berjalan, seorang namja jangkung tengah berdiri dalam diam menatap langit di atap gedung yang menjadi 'tempat penentu nasib'nya terjadi. Ia melirik sekilas jam yang bertengger manis di pangkal tangan kirinya.

Pukul 2:15. Masih ada kurang lebih 3 jam lagi. Mungkin bagi sebagian orang 3 jam itu adalah waktu yang cukup lama untuk menunggu, tapi tidak halnya dengan namja ini. Karena baginya, hanya tersisa 3 jam lagi hidupnya akan mendapatkan hak kebebasan, dan itu terlalu cepat, bukan?

"AAAAAAAAAGGGH.." teriak namja bernama Cho Kyuhyun itu puas meluapkan segenap amarahnya yang cukup lama telah ia pendam. Ia memejamkan kedua matanya, menikmati setiap senti hembusan angin yang menyapu permukaan kulitnya. Tak lupa ia merentangkan kedua tangannya untuk merasakan nikmatnya kebebasan yang sepertinya sangat ia dambakan.

Berbagai pikiran-pikiran aneh pun bermunculan di dalam kepala namja itu. Bagaimana kalau aku keluar saja dari dunia hiburan ini? Bagaimana kalau aku pura-pura sakit saja saat konferensi pers nanti? Bagaimana kalau aku loncat saja dari gedung ini?

Namun lagi-lagi ia tersadar, semua itu tak akan mampu menyelesaikan masalahnya. Malah mungkin akan mendatangkan masalah baru yang lebih pelik di kemudian hari. Sudah cukup baginya menghadapi berbagai ranjau kehidupan belakangan ini, ia sudah tak mampu lagi menambah rentetan beban yang harus ia pikul.

"Kyu.." suara berat khas seorang namja tiba-tiba terdengar memanggil Kyuhyun. Kyuhyun yang masih asik dengan aktivitasnya tidak sama sekali memperhatikan panggilan tersebut. Ia seperti sudah terhanyut kedalam kebebasan dunia yang ia ciptakan sendiri.

Merasa tak digubris, namja—yang memanggil—tadi pun berjalan mendekati Kyuhyun. Dengan perlahan, namja itu menepuk pundak Kyuhyun dan berhasil membuat Kyuhyun tersentak. Kyuhyun spontan memusatkan pandangannya ke arah tangan yang menepuk pundaknya berasal.

"Ah, Hyung. Ke.. kena.. pa kau bisa ada di sini?" ujar Kyuhyun sedikit terbata. Sepertinya ia masih merasa shock dengan hal yang baru saja ia alami.

"Seharusnya aku yang bertanya demikian. Kenapa kau bisa ada di sini? Aku mencarimu dari tadi." Ucap namja yang datang tadi—yang notabene adalah seorang leader dari grup dimana Kyuhyun mengadu nasib. Yah.. Super Junior.

"Ah, anni, Hyung. Ada apa kau mencariku?" tanya Kyuhyun mulai sedikit penasaran.

"Hm.." Leeteuk menarik nafas panjang sebelum memulai pembicaraannya yang terkesan sedikit penting, "Kyu, apa keputusanmu sudah bulat mengenai hal ini?"

"Maksudnya apa, Hyung?" Kyuhyun terlihat kurang mengerti dengan perkataan hyungnya itu. Apakah Leeteuk bertanya tentang kesiapannya mengikuti konferensi pers? Atau kah ada maksud lain?

"Soal hubunganmu dengan Victoria." Jawab Leeteuk singkat. Kini ia menatap ke arah Kyuhyun dengan intens menunggu jawaban dari sang namja tersebut.

"hm.. ah, itu.." eluh Kyuhyun singkat, "Aku tidak tahu, Hyung. Sepertinya aku tak punya pilihan." Jawab Kyuhyun kali ini dengan ekspresi wajah yang sulit untuk digambarkan.

"Kyu.." panggil sang leader dengan suara menenangkan miliknya. Ia kemudian mendaratkan lengannya di bahu Kyuhyun, sekadar untuk memberikannya sedikit support.

"Aku lelah, Hyung.." mata Kyuhyun mulai berair, "Aku tidak tahu harus berbuat apa. Hatiku.. Hatiku rasanya sudah mati. Sakit, Hyung. Terlalu sakit."

Leeteuk pun yang menyaksikannya seakan turut merasakan apa yang dirasakan oleh maknaenya itu. Ia terlihat berpikir. Entah apa yang dipikirkannya, ia kini terlihat akan mengatakan sesuatu.

"Kyu, pergilah.." ucap Leeteuk tiba-tiba membuat Kyuhyun yang sedang menangis pun merasa heran.

"Hyung?"

"Aku tahu ini tidak benar, tapi.. tapi aku merasa lebih tidak benar lagi membiarkanmu seperti ini."

"Tapi, Hyung, aku tidak bisa. Aku tidak bisa pergi." Lirih Kyuhyun.

"Tapi Sungmin membutuhkanmu." Nama itu. Nama yang terucap dari bibir sang leader itu. Nama itu berhasil membuat Kyuhyun memusatkan perhatiannya ke arah sang leader. Ekspresi wajah Kyuhyun yang terlihat sendu berubah menjadi lebih tegas. "Sungmin, Kyu, Sungmin.."

"Sungmin? Kenapa dia, Hyung?" nada suara Kyuhyun berubah menjadi khawatir, tapi tak selang beberapa lama suaranya berubah kembali, "Ah, anni.. anni.. ia tak membutuhkanku, Hyung. Ia tidak membutuhkanku." Ucap Kyuhyun naif.

"Apa kau tidak berniat menemuinya lagi, hah?" tanya Leeteuk dengan tone suara yang sedikit ia naikkan.

"Aku tidak akan menemuinya lagi, Hyung. Mothaeyo.. Ia sudah memutuskanku dan pergi ke sisi Yunho. Jadi biarkan saja Yunho yang menemani hidupnya. Aku tidak mau lagi, Hyung. Tidak mau." jawab Kyuhyun semakin naif. Ia membohongi dirinya sendiri. Tentu saja di hatinya yang terdalam ia ingin menemui kekasih hatinya itu, tapi sekali lagi perasaan 'sejati' miliknya itu berhasil dikalahkan oleh akal sehatnya yang mengatakan hal yang berlawanan.

PLAK! Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi kiri Kyuhyun. Membuat namja itu tertegun sejenak dan spontan mengedarkan pandangannya ke arah tamparan itu berasal.

"Hyung?"

"KAU TAHU, EOH? SUNGMIN SEDANG SAKIT PARAH! IA MUNGKIN SAJA TIDAK BISA BERNYANYI LAGI DENGAN SUPER JUNIOR! APA KAU PERNAH MENGERTI PERASAANNYA, EOH?" Leeteuk dengan setengah berteriak pun mulai angkat bicara. Ia akhirnya membuka 'rahasia' itu di hadapan Kyuhyun. Teriakan sang leader tadi sukses membuat Kyuhyun membulatkan kedua matanya dan berdiri dari posisi duduknya tadi. Setelah sepersekian detik mengatur nafas, Leeteuk pun angkat bicara lagi. Namun kali ini dengan nada suara yang terdengar lebih pelan. "Kyu.. sebentar tepat di pukul 3:30, Sungmin akan berangkat ke USA. Pergilah menemuinya atau kau akan menyesal seumur hidupmu."

Kyuhyun tertegun. Ia mematung. Tapi tanpa berpikir panjang, Kyuhyun kemudian berlari meninggalkan Leeteuk di tempat itu. Ia tak lagi menghiraukan beberapa panggilan yang ia dengar di sekelilingnya. Ia tidak peduli. Ia terus berlari dan berlari. Yang ada dalam pikirannya sekarang ini hanyalah Sungmin, Sungmin, dan Sungmin. Nothing else..

.

.

-oo-

.

.

"Kim-oppa, kau lihat Kyu?" tanya seorang yeoja pirang yang kini tengah sibuk mencari-cari 'sesuatu'. Ia terlihat sedikit panik dengan hilangnya orang yang ia sebut 'Kyu' tadi. Ia sudah memeriksa di setiap sudut ruangan di dalam gedung itu, namun ia tak juga menemukan sosok yang ia cari.

"Ah, Kyuhyun? Sepertinya aku melihatnya di sana." Ucap salah seorang stylish yang kebetulan mendengar ucapan yeoja pirang bernama Victoria tadi. Tanpa berpikir lama lagi, Victoria langsung saja mengikuti arah yang dikatakan oleh stylish tadi untuk mencari sang pujaan hatinya. Namun panjang umur, sosok Kyuhyun tiba-tiba muncul dari arah yang ditunjukkan tadi. Tapi, ia terlihat seperti sedang terburu-buru. Kenapa dia?

"Kyuuu! Kau dari mana saj—" ujar Victoria—dengan wajah berbinar—namun kemudian terputus saat Kyuhyun menyambarnya dan berlari semakin jauh.

"KYU! KYU! YA! CHO KYUHYUN, KAU MAU KEMANAAAA!" teriak yeoja tadi sembari setengah berlari mengejar namja bernama Cho Kyuhyun itu. Tapi sepertinya.. ia tak berhasil, langkah Kyuhyun terlalu cepat untuk dikejar, sosoknya pun semakin lama semakin tak terlihat lagi dari mata Victoria.

"Ikhlaskan, Victoria-ssi. Kyuhyun bukan milikmu." Ucap seseorang tiba-tiba dari arah belakang yeoja pirang itu. Spontan Victoria mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara dan mendapati seorang namja—yang ia kenal sebagai leader dari grup Super Junior itu—tengah tersenyum simpul ke arahnya kemudian pergi meninggalkan yeoja itu sendiri.

Victoria yang terlihat makin panik itu pun dengan segera meraih ponselnya dan kemudian menghubungi seseorang. Seseorang yang dianggapnya mampu untuk menyelamatkan nasibnya.

"Yunho-yaa!"

.

.

-oo-

.

.

*Kyuhyun POV*

"KAU TAHU, EOH? SUNGMIN SEDANG SAKIT PARAH! IA MUNGKIN SAJA TIDAK BISA BERNYANYI LAGI DENGAN SUPER JUNIOR! APA KAU PERNAH MENGERTI PERASAANNYA, EOH?"

Ucapan Leeteuk hyung itu bagaikan tamparan mulus di pipiku. Aku masih bisa mengingatnya dengan jelas. Jadi begitukah, Sungmin? Selama ini kau menyimpan semua itu secara rapi agar aku tidak khawatir? Kau mengatur semua ini agar aku bisa dengan mudah melupakanmu, iya? Sedangkal itu kah caramu berpikir mengenaiku?

"…Sungmin akan berangkat ke USA. Pergilah menemuinya atau kau akan menyesal seumur hidupmu."

Yah, aku baru tahu. Aku baru tahu beberapa menit yang lalu kalau Sungmin akan berangkat ke luar negeri. Selamat, Sungmin, kau sudah berhasil menutup semua itu dariku. Kau sudah berhasil membuatku menjadi orang yang terakhir yang mengetahui hal itu. Kau sudah berhasil membuatku menjadi seorang namja bodoh yang tidak tahu apa-apa. Tapi.. entah apa yang kau dan semua orang di sekeliling kita rencanakan, kau kehilangan satu hal. Kau masih belum berhasil melunturkan cintaku ini padamu. Tidak bisa dan tidak akan pernah bisa.

"Ahjussi, bisa cepat sedikit?" Oh ya, aku baru ingat. Saat ini aku masih berada di dalam perjalanan penentuan nasibku. Seperti memainkan loterai, hatiku sedang dipertaruhkan. Entah nasib baik atau nasib buruk yang akan aku dapatkan, aku sendiri tidak tahu.

Jalan menuju Incheon International Airport terlihat sedikit padat. Mau kemana semua orang-orang ini? Kenapa di saat-saat genting seperti ini mereka semua malah memadati jalan raya? Yah, pikiranku memang sedang kacau. Semua menjadi pelampiasan emosiku. Untung saja ahjussi pengendara taksi yang aku tumpangi ini terlihat cukup sabar dan baik hati. Ia juga tak terlihat mengeksposku sebagai seorang 'idol', ia malah memperlakukanku bagaikan anggota keluarganya yang baru saja ia temui. Sepanjang perjalanan ia menceritakan mengenai kampung halamannya yang indah dan tenang. Ah.. bagai tempat impian yang aku dan Sungmin pernah bayangkan sebelumnya. Di pedesaan, aku dan Sungmin hidup sebagai keluarga. Memiliki anak yang banyak. Hidup kami tenang, nyaman, tak ada tuntutan, tak perlu khawatir dengan tanggapan orang lain, tak perlu repot dengan segala macam pekerjaan dan juga tak perlu menghadapi kebisingan kota yang sangat melelahkan. Tapi.. semua itu tak lebih dari sebuah khayalan, bukan?

Perjalanan menuju Incheon biasanya menghabiskan waktu kurang lebih 45 menit. Tapi dalam kasus ini, jalanan sedang padat. Aku tidak tahu akan menghabiskan waktu berapa lama lagi untuk tiba di sana. Aku tidak punya waktu banyak. Sungmin akan pergi, dan aku harus bisa mencegahnya atau paling tidak.. aku bisa bertemu dengannya untuk mengatakan bahwa aku akan selalu menunggunya kembali.

Waktu di arlojiku menunjukkan pukul 3 tepat. Sial, sisa 30 menit lagi waktuku untuk mengejar Sungmin. Kumohon tuhan, kumohon.. permudahkan jalanku untuk bertemu dengannya. Jebal..

*Kyuhyun POV end*

.

.

-oo-

.

.

Beberapa pasang mata mendapati seorang namja ikal—yang mengenakan setelan tuxedo—tengah sibuk berlari di area bandara Internasional Incheon. Mereka cukup kaget mendapati seseorang yang biasanya mereka saksikan di televisi itu sedang berbaur di keramaian. Ada beberapa yang histeris, bahkan ada juga yang melompat-lompat girang. Namun, semua itu tak digubris oleh namja tersebut yang sepertinya terlihat sangat sibuk mengedarkan pandangannya untuk mencari sesuatu.

"Hei!" tiba-tiba sebuah lengan mendarat mulus di bahu namja tadi dan berhasil membuat namja itu memusatkan pandangannya kearah sumber suara. Ia mendapati seseorang dengan hoodie dan masker tengah memandangnya intens. Siapa gerangan orang itu?

"Nuguseyo?"

.

.

-oo-

.

.

*Kyuhyun POV*

"Nuguseyo?" tanyaku pada sosok misterius yang memanggilku beberapa detik yang lalu. Dari penampilannya sepertinya aku kenal. Tapi siapa ya? Apa jangan-jangan dia ini…. penculik? Namun tak selang beberapa lama, sosok misterius itu membuka sedikit masker yang menutupi hidung dan mulutnya dan..

"Ah, Hyukkie hyung! Kau mengagetkanku! Kau sedang apa di sini?" tanyaku heran pada sosok misterius tadi yang ternyata adalah Eunhyuk hyung si anchovy.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu! Kenapa kau bisa ada di sini? Konferensi persmu kan diadakan tak lama lagi." ucapnya tak kalah heran.

"Aku disini mencari Sung—" ah iya, Sungmin! Gara-gara si anchovy ini aku sampai lupa untuk mengejar tujuan utamaku. Tanpa basa-basi aku meninggalkan Eunhyuk hyung yang terdengar memanggil-manggilku—namun tak ku gubris— dan berlari ke arah gate pemeriksaan utama. Namun belum sempat aku melewatinya, seorang security berhasil mencegatku di depan gate tersebut.

"Annyeonghaseyo. Bisa perlihatkan tiketnya?" ucap security itu. Sial, aku lupa bahwa hanya penumpang lah yang boleh masuk ke area dalam bandara. Ottohke?

"A, aku tak punya tiket. Tapi aku ada keperluan mendesak. Jebal, aku harus cepat masuk." Ucapku sedikit memohon.

"Josonghamnida, Anda tidak diperbolehkan masuk apabila tidak memiliki tiket."

"Aku harus masuk!" ucapku kini sedikit memaksa dan berusaha menerobos masuk, namun lagi-lagi security itu berhasil mencegatku. Yah maklum, badanku kalah besar dengan security itu.

"Tidak bisa. Anda tidak bisa masuk kalau tak memiliki tiket." Ucap security itu kali ini dengan nada suara yang sedikit membentak.

"Ya! Anda tidak tahu saya ini siapa ya? Saya ini Kyuhyun. Cho Kyuhyun. Salah satu member Super Junior. Izinkan saya masuk!" Oke, kali ini aku cukup kekanakan dengan membawa-bawa nama keartisanku di sini. Tapi… mau bagaimana lagi? Aku tidak punya cara lain.

"Saya tidak peduli mau Anda artis kek, idol kek, presiden sekalipun kalau tak punya tiket tidak boleh masuk!" jelas security itu kali ini sedikit nyolot. Ish jinjja, rasanya ingin kuremukkan badan namja di hadapanku ini agar segera beranjak dari sana. Dengan terpaksa pun aku meninggalkan tempat itu. Setelah beberapa langkah berjalan, mataku terpusat ke arah papan schedule penerbangan.

Dadaku terenyuh. Mataku mulai berair. Yah.. terlambat. Semuanya terlambat. Pesawat itu sudah take off 20 menit yang lalu dan.. dan aku, aku masih berdiri disini. Aku masih disini dengan segala penyesalan yang aku punya. Aku tak berhasil mengatakan semua yang seharusnya aku katakan. Aku.. aku menyesal.

"Hm.. Super Junior Kyuhyun?" tiba-tiba terdengar suara khas yeoja dari belakangku. Sepertinya familiar.. Tapi, siapa? Dengan segera aku membalikkan badan ke arah sumber suara dan mendapati seorang yeoja tengah berdiri menunduk di hadapanku.

"Nuguseyo?" tanyaku heran pada sosok yeoja misterius yang ada di hadapanku ini. Yeoja itu berambut panjang dengan warna brown dark, ia mengenakan dress putih selutut dan topi hitam besar yang berhasil menutupi wajahnya dari pandanganku. Ck, yeoja aneh, ke airport kok pakai topi begituan.

"Bfff.. 'Aku Super Junior Kyuhyun'? Huhahahahaha.. " tiba-tiba yeoja itu mengocopy beberapa ucapanku pada security tadi dan mulai tertawa geli. Ada apa sih dengan yeoja ini? Kurasa yeoja ini benar-benar sinting.

Saat aku hendak meninggalkan yeoja itu, ia kemudian menahan lenganku dengan tangannya yang terasa sangat lembut. Sungguh, aku tidak bohong! Kuperhatikan jemari itu dan, omo.. sepertinya aku tahu pemilik tangan ini.

"Eh? Kamu—"

*Kyuhyun POV end*

.

.

-oo-

.

.

"Kamu kenapa, Yunho?" tanya Sungmin heran pada namja berhoodie di sampingnya itu, yang dikenal dengan sebutan U-Know Yunho.

"Mianheyo.." lirih Yunho.

"Ada apa sebenarnya? Aku tak mengerti." Sungmin kini terlihat semakin tak sabar—bisa dilihat dari dahinya yang ia kerutkan dan cara ia memicingkan matanya ke arah Yunho.

"Sebenarnya, kamu tidak perlu pergi, Sungmin-ah.."

"Mak.. maksudnya? Aku tidak mengerti." Sungmin makin tidak mengerti dengan alur pembicaraan Yunho itu. Wajahnya tampak makin serius.

"Kau tidak sakit, Min." ucap Yunho pelan, ia kemudian menyerahkan sebuah amplop ke arah yeoja berkulit putih itu. Tanpa berpikir panjang, Sungmin yang masih terlihat kurang mengerti itu pun langsung mengambil amplop yang diserahkan Yunho dan segera membukanya. Dari dalam amplop itu, Sungmin mengambil sebuah hasil rontgen dan beberapa lembaran kertas. Ia pun mengamatinya dengan serius dan..

"Ah, jinjjayo? Ak— aku.. aku tidak sakit? Ah… jeongmal gomawo, Yunho-yaa. Gomawoo.." ucap Sungmin girang saat mendapati kenyataan bahwa dirinya benar-benar dalam keadaan sehat wal-afiat. Ia pun memeluk namja yang berada di sampingnya itu erat, namun sang namja malah melepas pelukan itu kemudian melanjutkan ucapannya.

"Ck, paboya.. Sungmin paboya.." gumam Yunho pelan, "Apa kau tidak bisa membedakan yang mana kenyataan dengan yang mana kebohongan, eoh?" ucapnya lagi kali ini dengan nada suara yang lebih ia naikkan. Sungmin yang mendengarnya tentu saja kaget, ia juga cukup heran kenapa Yunho bersikap seperti itu padanya. Ada apa sebenarnya?

"Aku tidak mengerti. Kenapa ka—"

"Aku bohong padamu, Lee Sungmin. Dari awal aku berpura-pura. Aku berpura-pura, Sungmin! Aku berpura-pura agar kau bisa jauh dari Kyuhyun dan beralih ke sisiku! Kau mengerti sekarang, eoh?" sebelum Sungmin sempat menyelesaikan ucapannya, Yunho dengan cepat memotong semua itu dengan pengakuannya. Sungmin tertegun. Ia terdiam dalam posisinya dan menatap nanar ke suatu titik. Namun tak beberapa lama ia langsung kembali mendekap Yunho erat ke dalam pelukannya.

"Yunho-yaa. Ish, kau baru tahu kalau aku pabo, eoh? Hehehe.." canda Sungmin tanpa melepaskan dekapannya itu. "Aku mengerti perasaanmu. Mianheyo. Aku membuatmu melakukan semua ini. Mianheyo.." ucap Sungmin pelan sembari mengelus pelan rambut namja yang ia peluk itu. Yunho yang berada di posisi itu pun tak mampu menahan derasnya air matanya. Ia menyesal. Sungguh menyesal.

"Sungmin-ah, saranghaeyo. Mianhe.." ucap namja itu lirih sembari perlahan melepaskan pelukan yeoja yang ia cintai itu.

"Yunho.. gwaenchana?" ucap Sungmin kali ini sedikit khawatir melihat keadaan namja di sampingnya itu yang terlihat cukup mengenaskan.

"Hm? Anniya, gwaenchana. Jadi kau tidak pergi kan?" ucap Yunho mengalihkan pembicaraan sembari mengusap pelan air yang masih tertinggal di sudut matanya yang sipit itu.

"Aku? Hm, mungkin aku akan tetap pergi, Yunho. Aku butuh sedikit liburan. Otakku terlalu penat." Jawab Sungmin sembari menghembuskan nafasnya perlahan.

"Apa.. kau masih memikirkan Kyuhyun?" saat nama itu disebutkan oleh Yunho, Sungmin spontan mengalihkan pandangannya ke arah Yunho namun tak selang beberapa saat ia kembali menatap kedua tangannya dengan tatapan kosong.

"Hm, sebentar lagi ia akan menjadi milik seseorang. Aku tidak boleh memikirkannya lagi, kan? Hehe.." Sungmin terlihat sedikit naif. Dalam tawanya itu, terdapat luka yang sangat perih bila terus menerus ia ingat. Dan jujur, ia tidak mampu menahannya.

"Yakin? Hm, aku tahu, kau masih sangat mencintainya. Kejarlah dia sebelum benar ia akan menjadi milik orang lain. Lagian.. semua itu karena kau yang menyuruhnya kan? Kalau kau menyuruhnya kembali, mungkin saja semua bisa berubah."

"Anniya. Lagian aku harus pergi."

"Pergi? Pergi kemana?" ucap Yunho dengan senyum yang ia sematkan manis di sudut bibirnya.

"Paboya. Aku kan mau berangkat ke US. Udah tau kita di airport kok pake nanya lagi!"

"Hft… bwuahahahahahahaha.." tawa Yunho segera meledak. Sungmin yang menyaksikan itu terlihat makin bingung. Ada apa dengan namja di sampingnya itu? Apa ia salah makan? Atau ia sudah gila karena Sungmin tak jadi miliknya? Sungmin menatap namja itu aneh. Ia semakin tak mengerti.

"Hm.. mianheyo, mianhe. Huahahahaa.." ucap Yunho lagi—dengan tawa yang masih belum bisa beranjak dari dirinya itu—saat ia mulai menyadari tatapan Sungmin berubah aneh terhadapnya.

"Kenapa sih?" Sungmin mulai merajuk kemudian mengerucutkan bibirnya yang harus diakui memang tampak sexy itu.

"Aduh kau ini benar-benar.. jinjja." Yunho pun akhirnya mampu mengontrol tawanya, "Sungmin-ah.. kau ini lihat papan schedule penerbangan ga sih?"

"Eugh?" guman Sungmin. Ia kemudian buru-buru beranjak dari tempat duduknya dan mencari papan schedule penerbangan terdekat. Lalu..

"MWO? SUDAH TAKE OFF?"

"BUAHAHAHAHAHA" tawa Yunho kembali meledak ketika menyaksikan hal itu. Yah, sebenarnya Sungmin sudah harus boarding sejak Yunho mengajaknya berbicara 5 menit yang lalu. Eunhyuk pun sebenarnya hendak mengingatkannya. Namun sebelum ia sempat berbicara, saat itu Yunho tiba-tiba datang dan memotong pembicaraan Eunhyuk, benarkan? Yah.. kurang lebih seperti itulah kronologi kejadian ini sampai bisa terjadi.

"Ugh, jahat! Kenapa kau tidak memberitahuku sedari tadi, eoh?" eluh Sungmin saat menghampiri Yunho dan mendapati namja itu puas menertawai 'kepolosan'nya.

"Mianhe.. Ah iya, aku lupa!" Yunho pun kini terlihat mengambil sebuah tas yang sepertinya ia bawa sedari tadi. "Nih untukmu. Kau akan membutuhkan ini." Yunho pun menyodorkan tas itu pada Sungmin yang kini terlihat mulai bingung.

"Ini apa?"

"Bukalah. Kau akan membutuhkannya saat bersama Kyuhyun." ucap Yunho singkat diiringi dengan senyuman tulus dari sudut bibir namja itu. Setelah merasa urusannya telah selesai, Yunho pun beranjak dari bangku yang sedari tadi ia duduki berniat meninggalkan 'spot'nya itu.

"Bye, Sungminnie.. Good luck!"

"Ya! Kau mau kemana, Yunho-yaa.." Yunho hanya melambaikan tangannya lunglai ke arah Sungmin dan meninggalkan Sungmin yang masih bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. "Yunho-yaaaa! Gomawo!" teriak Sungmin lagi. Namun kali ini Yunho tak berbalik, malah berlalu begitu saja.

Mata Sungmin kembali terpusat pada sebuah tas berukuran cukup besar yang tadi Yunho berikan padanya. Dengan rasa penasaran yang super duper tinggi, Sungmin akhirnya memutuskan untuk membukanya. Saat membuka tas itu, Sungmin merasakan ada sesuatu yang aneh dari dalam tas tersebut. Ia merabanya perlahan dan..

Sedetik.

Dua detik.

"HWUAAAA.. APA INI?" Sungmin terlonjak kaget saat merasakan beberapa helai rambut di dalam tas tersebut. "Mwo? Wig?"

.

.

-oo-

.

.

*Yunho POV*

Aku lega.

Meskipun sedikit sakit tapi rasanya sangat menyenangkan.

Benar kata orang, jujur itu membawa kenyamanan dan ketenangan hati.

Aku tidak peduli lagi dengan Victoria, aku sadar sekarang. Ia hanya memperalatku untuk kepentingannya sendiri. Padahal ia tahu bahwa kehendak orang tak bisa dipaksakan. Benar, kan?

Aku tahu, aku memang sedih tak jadi memiliki Sungmin, tapi bagaimana bisa aku bahagia bila sementara orang yang aku cintai itu merasa tak bahagia saat ia bersamaku. Rasanya pasti lebih sakit bila memiliki raga seseorang namun kita sama sekali tak memiliki hatinya.

Mungkin sudah begini lah takdirnya. Aku hanya bisa pasrah dan menerima. Mungkin suatu saat nanti aku akan menemukan tambatan hatiku sendiri yang benar-benar mencintaiku dengan tulus dan menerimaku apa adanya. Yah.. mudah-mudahan saja..

Hm, Saatnya pergi untuk mengejar mimpiku.

Bye, Sungmin. Semoga kau bahagia.

*Yunho POV end*

.

-oo-

.

.

Namja jangkung bernama lengkap Cho Kyuhyun itu terlihat seakan menyadari sesuatu hal mengenai sesosok yeoja misterius di hadapannya kini. Ia mulai tertegun, matanya membulat lucu, dan bibirnya terbuka sedikit.

"Eh? Kamu— " ucap Kyuhyun sedikit terbata. Namun tak memakan waktu yang lama, ia pun membulatkan keyakinannya untuk kembali berbicara. "ka, kamu, Su— Sung, Sungmin? Lee Sungmin?"

"Hm.. annyeonghaseyo, Super Junior Cho Kyuhyun." yeoja itu pun membuka topi yang berhasil menutupi wajahnya tadi dan menatap namja di hadapannya itu sedikit intens. Kyuhyun terdiam, namun mata Kyuhyun masih melakukan tugasnya dengan baik untuk menelusuri wajah yeoja di hadapannya itu dan memperhatikan dengan seksama. Mulai dari mata foxy yeoja itu, hidung mancung miliknya hingga bibir berbentuk M milik yeoja tadi untuk sekadar memastikan bahwa yang disaksikannya ini bukanlah fatamorgana semata.

Setelah yakin, tanpa berpikir panjang lagi Kyuhyun membawa tubuh yeoja di hadapannya itu larut ke dalam dekapan tubuhnya. Aroma vanilla dari arah tubuh Sungmin—yang sungguh sangat khas—dihirupnya kuat-kuat seakan tak mau lagi ia tinggalkan untuk yang kesekian kalinya.

"Kyunnie.. bogoshippeoyo."

"Nado. Nado bogoshippeo. Mianheyo, chagi, aku.. aku tidak tahu apa-apa. Mianhe, jeongmal mianhe.." eluh Kyuhyun tanpa sedikit pun melonggarkan dekapannya.

"Tidak perlu meminta maaf, Kyu. Aku yang salah. Aku yang menyuruhmu pergi. Mian, Kyu.."

"Anniya. Anni. Tidak usah kau pikirkan. Yang jelas aku mencintaimu, Min. Jeongmal saranghae." Kyuhyun akhirnya melonggarkan dekapannya perlahan dan menatap Sungmin intens. "Berjanjilah untuk tidak pernah meninggalkanku. Aku siap menemanimu berobat, Min. Aku siap."

"Hm, aku tidak sakit Kyu.."

"Mwo? Ke- kenapa bisa? Bukannya…"

"Sudah lah, Kyu. Panjang ceritanya. Yang jelas aku masih ingin bernyanyi denganmu, Kyu. Aku tidak akan pergi. Aku janji."

"Jeongmal?" tegas Kyuhyun pada Sungmin. Yeoja itu pun menganggukkan kepalanya perlahan sebagai jawaban dan Kyuhyun merespon jawaban itu dengan sebuah kecupan hangat di bibir plum milik Sungmin. Mereka berciuman! Dan itu di muka umum! Bayangkan, beberapa pasang mata sudah pasti mengabadikan 'hal langka' tersebut. Untung saja Sungmin mengenakan wignya, kalau tidak, identitasnya sebagai member Super Junior mungkin saja bisa terbongkar. Oh ya, ngomong-ngomong soal member..

FLASHBACK

*Sungmin POV*

"Lee Soo Man sonsaengnim, aku mohon.. berilah aku izin untuk mundur dari Super Junior."

"Baiklah, aku akan memberimu izin untuk berobat, tapi.." CEOku itu mengizinkanku mundur dari Super Junior? Segampang ini kah aku mendapat izin? Aku pikir akan sulit! Tapi.. kata-katanya belum tuntas. Ada apa? Apa yang ia minta?

"Tapi apa, sonsaengnim?"

"Tapi kau tidak kuberi izin untuk mundur dari Super Junior." Ternyata dugaanku salah, ia tak segampang itu memberiku izin mundur dari grup. Yah.. sudah pasti. Aku masih terlilit kontrak yang sangat mengikatku.

"Ne? Anda tidak memberikanku izin untuk mundur dari Super Junior? Tapi, sonsaengnim.."

"Tidak ada tapi-tapian. Kau ini masih terikat kontrak denganku. Atau begini saja, kau tinggal pilih, pilihan pertama aku menjamin kesehatanmu dan segala pengobatanmu tapi kau harus kembali menjadi member grup atau pilihan dua kau mundur dari Super Junior tapi dengan membayar ganti rugi kontrak. Gimana?"

Aku menghembuskan nafas panjang. Yah.. sudah kuduga akan seperti ini ujung-ujungnya. Mau gimana lagi?

"Bisakah Anda memberiku waktu? Aku akan memikirkannya kembali, sonsaengnim." Mungkin bagi banyak orang jawaban dari pilihan itu mudah. Tinggal pilih saja pilihan yang pertama dan aku akan mendapat keuntungan yang paling besar. Tapi kalian ingat, tidak? Aku tidak mungkin sanggup kembali ke grup itu. Aku tak sanggup harus melihat Kyuhyun lagi. Apalagi ia kini telah menjadi milik orang lain. Benar, bukan?

"Baiklah, pergunakanlah waktumu sebanyak-banyaknya. Aku siap menunggu."

*Sungmin POV end*

FLASHBACK END

Mereka masih terpagut dalam ciuman mesra mereka. Kyuhyun mengisap kuat bibir milik yeoja yang sudah bertahun-tahun menjadi kekasihnya itu dan memeluknya erat. Mereka terhanyut dalam kehangatan yang mereka berdua ciptakan. Namun tiba-tiba, Sungmin mendorong tubuh namja yang masih asik dengan bibirnya itu menjauh darinya. Kyuhyun yang seakan tidak ikhlas meninggalkan bibir Sungmin pun mau tak mau hanya mengikuti dan menatap heran yeoja di hadapannya itu.

"Ada apa, Minnie-yaa?"

"Ini.. ini di airport, Kyu.." ucap Sungmin setengah berbisik. "Kau tidak lihat di sekeliling kita? Kalau ada wartawan gimana? Skandalmu dengan Victoria saja belum selesai, masa kau ingin membuat skandal baru sih?"

"Soal itu aku tak peduli lagi. Yang jelas aku mencintaimu, Sungmin-ah. Sungguh. Aku jauh lebih khawatir bila kau pergi meninggalkanku." Ucap Kyuhyun tulus sembari kembali menatap yeoja itu intens. Ia kemudian menyelusuri pandangannya ke arah Sungmin. Tunggu. Sepertinya ada yang ganjal dari pandangan Kyuhyun.

"Eh. Kau mendapatkan pakaian ini dari mana, chagi?" Tanya Kyuhyun penuh selidik. Mata obsidian milik namja itu tak henti-hentinya ia tajamkan ke arah Sungmin

"Baju ini? Sst… rahasia!" jawab Sungmin singkat dan kembali mengecup Kyuhyun. Namun kali ini kecupan itu tepat mendarat di pipi Cho Kyuhyun dan sukses membuat pipi tuan Cho itu sedikit merona.

.

.

-oo-

.

.

5 Agustus 2011

'..Bwara Mr. Simple, Simple geudaeneun geudaeneun geudaero meotjyeo..

bwara Miss Simple, Simple geudaeneun geudaero yeppeo..'

K-studio riuh dengan sorak-sorai penggemar salah satu grup yang sedang perform pada saat itu. Mereka datang untuk memberi support pada idola mereka yang melaksanakan comeback stage. Hampir seluruh studio dipenuhi dengan lautan Sapphire Blue. Benar-benar ramai!

Setelah menyelesaikan take recording, sang idol memberi deep bow kepada para fans yang sudah datang mendukung mereka. Demikian pula dengan salah satu member yang sedari tadi memamerkan senyum termanisnya kepada para fans mereka—yang biasanya disebut ELF—, ia terlihat sangat bersemangat sampai-sampai ia tak sadar member yang lain sudah meninggalkannya untuk segera kembali ke backstage.

"Ya! Hyung! Ayo cepat!" panggil salah seorang member yang menjadi salah satu main vocal di grupnya.

"Neeee, Wookie.." Setengah berlari, ia mengejar namja yang dikenal bernama Kim Ryeowook itu. Mereka pun berjalan beriringan menuju salah satu ruangan yang menjadi 'markas' mereka hari itu. Saat mereka berjalan, mereka sering berpapasan dengan beberapa member grup lain.

"Annyeonghaseyo, sunbae-nim." Sapa salah seorang member dari grup Infinite pada kedua 'namja' yang ia temui tadi.

"Ah, annyeonghaseyo!" jawab kedua namja tadi tak kalah ramahnya.

"Semoga sukses, sunbae-nim."

"Ne, Infinite juga, ne?" jawab Ryeowook pada namja yang dikenal bernama Kim Sung Gyu tadi. Namja itu pun meresponnya dengan anggukan pelan dan kemudian berlalu meninggalkan kedua 'namja' tadi karena dipanggil oleh beberapa staff di sana.

"Ah, sepertinya kita benar-benar sudah tua ya, Wookie." Eluh seseorang diantara mereka berdua.

"Hm, ne, Hyung. Makin banyak hoobae-hoobae yang bermunculan sekarang. Dan kita? Hm.. semakin terlupakan." Jawab namja imut bernama Kim Ryeowook itu sedikit pesimis.

"Anni.. anni. Kita harus optimis. Jangan jadikan semua itu sebagai kendala, melainkan pacuan semangat untuk grup kita. Kau ingat kan kita punya ELF yang selalu ada di samping kita?"

"Hm, kau benar hyung" Ryeowook mengangguk-anggukkan kepalanya pertanda setuju. Namun tiba=tiba..

"Ya! Sungmin-ssi!" teriak seseorang dari arah belakang mereka yang berhasil mengagetkan mereka berdua, terutama orang yang namanya disebut itu. Setelah mereka berdua spontan berbalik, mereka mendapati seorang namja jangkung—dengan rambut ikal berwarna brown—sedang berdiri dengan lengannya yang terlipat tepat di depan dadanya.

"Hm? Wae, Kyu?" jawab seseorang yang merasa terpanggil tadi sedikit cuek.

"Kenapa kalian menghilang, eoh? Aku sampai dipaksa Leeteuk hyung untuk mencari kalian!" eluh namja bernama Kyuhyun tadi sedikit kesal pada kedua makhluk imut di hadapannya itu.

"Ya! Tak usah bawa-bawa Leeteuk hyung deh, Kyu! Bilang saja kau mengkhawatirkan Sungmin hyung diambil orang, benar kan? Huuu.." omel Ryeowook kali ini berpendapat. Sebenarnya malah ucapan Ryeowook itu lah yang merupakan sebuah kebenaran. Kyuhyun tak pernah sekalipun di 'paksa' Leeteuk mencari mereka berdua, malahan dia yang menawarkan diri untuk mencari kedua 'anak hilang' itu. Yah tentu saja untuk meyakinkan dirinya bahwa Sungmin—kekasih hatinya—tak diganggu orang lain.

Sungmin yang mendengarnya pun hanya tersenyum geli, ia sangat tahu kalau memang begitulah adanya Kyuhyun, namja yang ia pacari selama kurang lebih 5 tahun itu. Tapi hal itu lah yang sebenarnya membuat Sungmin tak bisa jauh-jauh dari Kyuhyun. Tingkah childish Kyuhyun itu yang membuat Sungmin selalu merindukan namja itu jikalau mereka sedang tak bersama. Yah tau sendiri kan, jadwal Kyuhyun belakangan ini cukup padat, dan ia sering meninggalkan Sungmin sendirian di dorm.

"Mwo? Anniya. Aku ini benar-benar disuruh Leeteuk hyung!" ucap Kyuhyun tak kalah ngotot mengelak perkataan Ryeowook tadi.

"Sudah.. sudah.. benar atau tidaknya kita memang harus bergegas untuk LIVE nanti. Kajja, Wookie-ah, Kyu." Sungmin terlihat bijaksana dalam posisi itu, ia tahu betul bagaimana cara menghentikan perdebatan para dongsaengnya yang sungguh sangat kekanakan.

"Hm, baiklah, Hyung." Kyuhyun dan Ryeowook pun mengikuti langkah Sungmin menuju ke salah satu ruangan di tempat itu. Saat Sungmin hendak masuk, sebuah tangan berhasil menahannya dan membiarkan salah satu diantara mereka bertiga masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Hm? Wae?" ucap Sungmin bingung pada namja yang menariknya itu.

'chu~' sebuah kecupan manis mendarat di pipi mulus Sungmin. Sang pelaku yang bernama Cho Kyuhyun itu setelah mendapatkan 'hal' yang di inginkannya pun segera berlari masuk ke dalam ruangan tadi meninggalkan Sungmin yang masih sedikit bingung.

"YA! KYUUUU! ISH, JINJJA!"

.

.

-oo-

.

.

"Eonni, lihat, Super Junior comeback stage!" ucap salah seorang yeoja memanggil seseorang yang sedang berada di dalam kamarnya.

"Ah.. biarkan saja. Aku tidak mau nonton" Ucap yeoja yang dipanggil tadi setengah berteriak dari dalam kamarnya.

"Waaaaah.. Superman! Aku suka banget lagu ini!" ucap yeoja yang sedang menonton tadi sedikit heboh. Suara yeoja yang dikenal bernama Luna itu berhasil mengundang rasa penasaran salah seorang yeoja yang lain untuk menghampirinya.

"Waah.. Heechul oppa! Cool sekali!" ucap yeoja bermarga Choi yang baru datang tadi tak kalah hebohnya.

"Ah, aku suka Sungmin oppa. Dia ganteng banget sih!" ucap Luna kali ini tak mau kalah.

"Aisssh.. lebih ganteng juga si Kyuhyun. Tapi.. kalau dilihat-lihat, lebih ganteng si Nickhun sih.." Suara itu berasal dari arah belakang mereka. Mereka yang tak tahu sejak kapan 'sosok' itu berada di sana terlihat sedikit terkejut.

"Ya! Eonni. Kau mengagetkanku!" teriak Sulli sembari mengelus pelan dadanya.

"Katanya tidak mau nonton, tapi kok ngeliat juga! huuuu.." oceh Luna menimpali.

"Bodo!" jawab yeoja pirang bernama Victoria itu cuek sembari melenggangkan langkahnya menuju ke arah pintu utama dorm.

"Eonni, kau mau kemana? Mau ngedate sama Nickhun oppa ya?" tanya Sulli kali ini penasaran melihat penampilan Victoria yang terlihat agak berbeda dari biasanya.

"Mau tau aja sih kalian. Sana nonton lagi, gih." Hardik Victoria sedikit memaksa. Tapi, yang dikatakan Sulli tidak lah meleset. Ia memang akan ngedate dengan Nickhun yang notabene adalah suami virtual yeoja itu. Sejak konferensi persnya yang mengumumkan bahwa ia dan Kyuhyun tidak ada hubungan special apapun, Nickhun lah yang senantiasa selalu menghibur Victoria. Dan sepertinya Victoria mulai menanggapi serius namja keturunan Thailand itu. Benar-benar happy ending..

Tapi.. bagaimana dengan nasib Yunho? Sejak ia melepaskan Sungmin di airport, Yunho semakin jarang terlihat karena kesibukannya dengan album terbaru TVXQ dan juga kegiatan promosi mereka di Jepang. Kalau ditanya soal percintaan, Yunho masih belum menemukan 'pengganti' Sungmin. Alasannya? Ia telah bertekad untuk lebih fokus ke karirnya terlebih dahulu dan mengabaikan masalah cintanya. Baginya jodoh tak lari kemana, bukan?

.

.

-oo-

.

.

Di dalam sebuah kamar yang cukup besar—yang hanya di terangi oleh cahaya lilin—, sepasang kekasih tengah melakukan ritual rutin mereka, yakni menegak red wine yang mereka koleksi bersama. Mereka bersulang dan saling mengucapkan apa harapan mereka.

"Ah.. semoga Super Junior makin dicintai oleh ELF." Ucap salah seorang diantara mereka.

"Semoga Super Junior mendapat chart 1 dan mendapat penghargaan yang banyak!"

"Oke. Bersulaaaang!" mereka pun melakukan 'One Shoot' dan meneguk wine itu sekali tegukan. Setelah gelas mereka berdua terlihat sudah kosong, salah seorang diantara mereka terlihat kembali sibuk menuangkan red wine berjenis Cabernet Sauvignon ke masing-masing gelas mereka. Sementara salah seorang diantaranya..

"Hm, Kyu.." ucap sang yeoja memanggil kekasihnya yang sementara sibuk menuangkan wine tadi.

"Hm?" sang namja yang bernama lengkap Cho Kyuhyun itu pun memusatkan pandangannya ke arah sang yeoja dan memberinya sebuah senyuman yang sangat manis.

"Aku mencintaimu.."

"Hm? Wae? Kenapa kau tiba-tiba berkata seperti itu? Tumben sekali.." ucap namja tadi sedikit bingung.

"Huh, aku bilang cinta salah, ga bilang malah dikira cuek. Ugh nyebelin!" sang yeoja bernama Sungmin itu pun merengut, pipinya ia kembungkan lucu, bibirnya yang berwarna pink itu pun tak ketinggalan ia kerucutkan dan sungguh sangat terlihat menggemaskan. Yah, style ngambek andalan Sungmin.

"Hehehe mian, chagi. Aku juga mencintaimu. Jeongmal saranghaeyo. Aku senang kok kamu mengatakan perasaanmu padaku." Gombal Kyuhyun sepertinya berhasil, bisa terlihat dari raut wajah Sungmin yang mulai berangsur normal dan sedikit memerah.

"Kyu.. kalau nanti kita sudah tua, apa kau masih mencintaiku? Nanti kalau aku sudah jelek dan gendut, apa kau masih mau denganku?" oceh Sungmin sedikit ngawur. Entah kenapa hal itu terbayang jelas di otaknya, yang jelas ia terlihat cukup khawatir.

"Ya! Kenapa kau berfikir seperti itu. Kau ini forever young chagi.. Di umurmu yang ke 27 saja kau masih terlihat seperti anak sekolah." Jawab Kyuhyun tak serius. Tapi benar juga, di umur Sungmin yang sudah melewati angka 25 itu, ia masih saja terlihat seperti awal mereka debut. Sungguh cute!

"Aku serius, Kyu!" omel Sungmin kesal.

"Arra. Arra. Tak peduli kau gendut, jelek atau apapun itu. Aku tetap akan mencintaimu. Aku janji. Kau tenang, kan, sekarang?"

"Jeongmal?"

"Hm.. jeongmalyo, chagi." Ucap Kyuhyun kali ini lebih bersungguh-sungguh. "Ayo kita tidur. Aku ngantuk.." sambungnya lagi kali ini sembari mengajak Sungmin untuk berbaring menemaninya.

"Ye, gomawo, chagi. Yasudah, tidur gih sana."

"Ya! Kau tidak mau tidur denganku, eoh?" Kyuhyun yang merasa Sungmin tak menurutinya pun mulai sedikit kesal.

"Anni. Aku mau tidur di tempat tidurku." Tolak Sungmin dengan sedikit cuek kali ini. Ia tak sedikit pun mengubris Kyuhyun bahkan kini terlihat mendekati tempat tidur miliknya dan langsung membaringkan tubuhnya di sana.

"Ya! Sungmin! Sungmin-aaah!" Tak ada jawaban dari arah yeoja yang dipanggil Kyuhyun itu. Sepertinya ia sudah terlelap. Mungkin pengaruh alkohol. Namun sepertinya, yeoja itu juga sudah sangat lelah. Badannya memang telah diforsir untuk bekerja di sepanjang hari ini. Apalagi besok mereka masih memiliki jadwal untuk kembali recording comeback stage di statiun televisi S dan M. Mau tak mau Kyuhyun pun mengikuti jejak Sungmin tadi untuk beristirahat.

Malam mulai berlalu. Hari-hari pun mereka lalui dengan kesibukan seperti biasanya. Rasanya jenuh, tapi.. semua itu mereka nikmati dengan hati yang besar. Itu sudah menjadi konsekuensi mereka kan sebagai idol? Apalagi dengan adanya tuntutan-tuntutan media agar mereka selalu tampak 'perfect' di depan kamera. Sungguh melelahkan, bukan? Untung saja saat mereka kembali ke dorm, semua kepenatan itu bisa hilang sejenak dan tergantikan dengan curahan cinta mereka berdua. Semoga saja badai itu takkan pernah lagi mengganggu cinta mereka, dan cinta mereka tumbuh dengan kuat bagai karang yang tak akan pernah terhempas oleh sang ombak.

.

.

-oo-

.

.

*Sungmin POV*

Di panggung ini..

Di hadapan beberapa para penggemar.

Di sini lah tempatku. Tempatku membuktikan pada dunia bahwa aku ada.

Aku masih diberi kesempatan untuk melenggangkan kaki di dunia ini. Dunia yang penuh dengan gemerlapan bintang,

Aku sungguh bahagia.

Bertemu dengan para ELF, menari bersama para member, dan bernyanyi bersama… Cho Kyuhyun, kekasihku yang sangat amat ku sayangi itu adalah faktor kebahagian terbesarku.

Terima kasih, tuhan. Terima kasih..

'..Mami uljeokhal ttae

Norael deutgoshipeul ttae

Gipuneul dallaejul

Mweonga piryohal ttae

Uriga gyeothae isseo

Itneun himkkyeot wechyeobwa..

Super Junior.. we are Super Super Man…'

.

.

-oo-

.

.

THE END

GIMANA READER? PUAS BACANYAAAAA? *ngomong pake toa*

Hehehe.. alhamdulillah ending cerita ini happy happy aja. Awalnya saya juga bingung mau bikin happy ending ataukah sad ending. Dari review kalian ada yang minta happy ending, sad ending, bahkan ada yang mau salah satu dari Kyu/Min meninggal. Tapi apa daya, saya selaku author sangat amat tidak rela menyaksikan mereka berpisah *hidup JOYERS!(abaikan..)

Mohon maaf bila selama ini ada banyak(pake banget) kekurangan penulis dalam masa produksi FF ini. Selebihnya saya cuma pengen bilang.. Kalian hebaat! #eeaa

Karena emang bener. Berkat review2 kalian itu, saya jadi semangat kembali ngelanjutin FF ini.

Sekali lagi maaf. Dan sampai jumpa di FF selanjutnyaaaaa~

*deep bow* m(_ _)m