CHICKEN SOUP FOR TEENAGE SOUL

Author : rainy hearT

Length : Series

Rated : T to M

Cast :

- Cho Kyuhyun

- Lee Sungmin a.k.a Cho Sungmin

- Other SUJU and SHINEE member

-KyuMin aegya :

~ Cho Sunghyun a.k.a Sungie (N)

~ Cho Minhyun a.k.a Minhyunie (Y)

~ Sandeul b1a4 a.k.a Cho Kyumin (N)

-Haehyuk aegya

~ Lee Eunhae a.k.a Junior (N)

-Yewook aegya

~Kim Jongki a.k.a Kie (N)

-Zhoury Aegya

~ Jinyoung b1a4 a.k.a Zhoury (N)

-Sibum Aegya

Baro b1a4 a.k.a Sibum (N)

-Jungmo x Leeteuk

~ Gongchan a.k.a Baby Soo (N)

- Yeoja Cast (GS)

Leeteuk ~ Junsu'ie ~ Taemin

~ Heechul ~ Jaejong ~ Key

Pairing : KYUMIN and Other Pair

Disclaimer : Semua cast milik Tuhan dan diri mereka sendiri. Tapi Kyuhyun dan Sungmin saling memiliki. Kyuhyun milik Sungmin, Sungmin milik Kyuhyun

Genre : Romance / Family/Humor (dikit)

Warning : Boy x Boy / BL / YAOI, gaje, typo disana-sini, EYD tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.

Summarry : "Menjadi dewasa adalah IMPIAN. Setelah dewasa karena usia adalah BEBAN. Karena semua yang kita lakukan adalah sebuah bekal, untuk melangkah bersama menuju satu titik KEDEWASAAN. Dimana KEJUJURAN akan menjadi satu tali yang mengikat kebersamaan kita. Raih genggaman tanganku dan kita akan tumbuh bersama."

.

.

.

.

GAMSAHAE untuk yang selalu setia sama KYUMIN and menanti ff ini.

Be Patient with Me please. No Copas/No Bash. Don't Like Don't Read.

Mianhe, jika ceritanya semakin ngawur dan juga keluar dari KyuMin. Tapi inilah Chicken Soup.

Dimana kebersamaan dan kekeluargaan itu terasa nyata.

As a small present for OUR LOVELY AND THE GREATEST COUPLE

Let's save their love, 13elieve in the name of 7ove...

.

.

HAPPY READING

.

.

CHICKEN SOUP FOR TEENAGE SOUL

.

.

.

.

Chapter 1

.

.

.

.

Rumah KyuMin

.

.

Yeoja cantik itu kembali menatap pantulan tubuh sempurna yang ada di hadapannya. Singlet berwarna merah dan putih yang ia padu padankan membuatnya terlihat cantik. Rambut yang sedikit curlly, juga polesan make up tipisnya membuatnya semakin terlihat modis.

Salahkah dia? Jika dia seenaknya dalam memakai seragam sekolahnya. Rok yang mungkin saja lebih dari 25 cm di atas lutut, dengan sepatu kets berwarna putih pink yang membuatnya terlihat semakin menggemaskan. Ditambah dengan pita pink yang menghiasi beberapa ikatan rambut curlly-nya. Benar-benar cantik.

"Perfect."

Yeoja mungil itu tersenyum dan mengedipkan matanya. Yah terkesan nakal dan genit. Tapi itulah dia. Ia meraih tas sekolahnya, dan...

"Minnie baby...!"

"Yes... Mommy!"

Ia berlari secepat mungkin menuju lantai bawah. Menyunggingkan senyumannya, terlebih lagi saat ia melihat beberapa namja memakai seragam yang sama dengannya sudah menunggunya di meja makan.

"Morning all."

"Morning baby."

Kemudian yeoja mungil itu mencium kedua namja yang duduk di kursi utama, meski tak dapat di pungkiri dia sedikit melirik ke satu namja dengan wajah menggemaskan yang membuatnya ingin segera menciumnya.

"Morning Sungie Oppa." Ia mendekat pada Sunghyun dan memeluk lehernya. Lalu ia mendekati namja yang sepertinya lebih muda darinya beberapa tahun, yang sepertinya juga sedikit risih ditatap olehnya. "Morning baby Kyumin."

"Morning, Nonna..."

"Ish, ayolah jangan menghindar. Hari ini aku beri free hug karena aku sedang senang."

Dan dengan terpaksa, Kyumin membiarkan Noona tersayangnya itu memeluknya erat. Mencubit gemas pipinya dan terus menciumnya.

"Ish ... Noona! Aku bahkan belum pernah dicium yeoja manapun, kau ini menyebalkan sekali."

"Hei, Kyumin-ah. Kau ini tampan, masa tidak pernah dicium yeoja? Asal kau tahu, aku bahkan sering mencium Jongkie dari aku kecil. Dia sangat menggemaskan."

Yeoja itu mengedip genit pada namja yang kini berada tepat di hadapannya. Membuat namja itu menyembunyikan wajah memerahnya dan tersenyum kecil. Kemudian ia beranjak dan menghampiri namja yang duduk di sisi Kyumin, mengacak pelan rambut namja itu. "Hei... Junior! Rambutmu lengket sekali."

"Ish... terserah." Junior menyingkirkan tangan yeoja itu dan kemudian sibuk merapikan rambutnya.

Dan kemudian yeoja itu menyunggingkan senyumannya, melihat seseorang yang benar-benar bisa membuatnya bahagia selama ini. Cukup lama ia berhenti di sisi kiri namja itu, hingga membuat yang ditatap menjadi sedikit salah tingkah dan mulai gelisah. "Mwoya? Kenapa melihatku seperti itu?"

Aww... lihatlah... namja itu tengah menggodanya, mungkin. Wajah menggemaskan yang tak akan bisa ia tolak sedikitpun. "Kie!" Yeoja itu memekik senang dan langsung memeluk posesif pada namja yang sudah mulai merasakan hawa dingin di tubuhnya.

Membiarkan yeoja itu semena-mena dan terus memeluknya erat hingga ia merasa sedikit sesak. "Uhhhuk... uhhhukkkk..." Kie terbatuk dan mulai mencoba menyingkirkan lengan yeoja itu. "Minnie baby, kau membuatku sesak."

"Eum... mianhe."

.

Chup...

.

"Ommo...Minhyunie...!"

.

"Ck... noona itu memang tak tahu malu."

Dan dalam sekejap saja, Minhyun menghentikan kegiatannya dari memeluk Kie. Ia segera mengangkat tubuhnya dan duduk di sisi Jongkie, kemudian menatap tajam pada Kyumin. "Hei, anak kecil. Kau tahu apa? Kie itu 'kan nantinya juga akan menikah denganku, bukankah tidak apa-apa. Iya 'kan, nae sarang Kie..." Minhyun menoleh pada Jongki dan menatapnya lembut.

"Ah... n-nde..."

Aish, bagaimana bisa seorang namja sangat pemalu seperti itu. Eum... sebenarnya tidak begitu pemalu jika ia tak bersama dengan yeoja, terlebih itu Minhyun. Dan sebenarnya Kie juga sudah terus menerus merutuki kebodohannya pagi ini. Ia mau saja menjemput Minhyun dengan alasan tak ada yang menantar. Ck... sungguh konyol.

"Eum... Min-ah. Makan saja sarapanmu, susunya juga di minum." Jongkie menyodorkan segelas susu putih pada Minhyun, sesungguhnya ia sangat canggung dan tubuhnya sudah bergetar tak karuan. "J-jangan melihatku seperti itu."

"Nde, Noona. Kau seperti hantu yang akan memakan Kie Hyung."

Dan seketika saja, Minhyun menatap tajam pada Kyumin. "Hei, anak kecil. Kau ini ma..."

"Sudahlah Minnie baby."

"But, Mom. Kyumin selalu saja bicara seenaknya, menyebalkan sekali." Minhyun mempoutkan bibirnya kemudian ia kembali menatap tajam pada Minhyun. "Hei.. kalau kau seenaknya lagi padaku, aku tak akan mengenalkanmu pada Sibum. Heheeee... kau pikir aku tak tahu?"

"Mwo?" Mata Kyumin membulat dan langsung melihat ke arah Kyuhyun dan Sungmin. Kyumin tahu, sangat tahu malah. Ia masih kecil. "Ahniya, Mommy." Kyumin menggeleng pelan.

"Sudahlah Ming, jangan melihat baby Kyumin seperti itu."

"Tapi Kyu, dia itu masih kecil. Baru juga 10 tahun, itu juga baru beberapa bulan kemarin. Ck... mau jadi apa jika semua aegya mengikuti sifatmu." Sungmin menggeleng prihatin, kemudian ia tersenyum menatap Sunghyun. "Hanya Sungie saja yang sepertinya mau mendengar ocehanku."

"Ck... Mommy..." Minhyun kembali mempoutkan bibirnya. "Aku tidak mengikuti Daddy, eum... sedikit sih tapi..."

"Lalu, sikapmu seperti tadi itu kau meniru siapa? Kau ini yeoja chagi, jangan genit begitu."

"Aish, Mom. Minnie itu tidak genit." Minhyun kemudian meminum susunya dan melangkah dari kursinya, memeluk leher Sungmin dari belakang. "Minnie itu 'kan meniru Mommy. Minnie cantik seperti Mommy dan juga pintar seperti Daddy. Minnie itu tidak genit, 'kan Minnie genitnya cuma sama Kie ajah. Dia 'kan ca..."

"Ya, dia itu calon suamimu. Baiklah, itu Mommy akui. Tapi bukan berarti kau bebas menciumnya kapanpun. Apa kau tak melihat, Kie itu sedikit sedikit terganggu dengan tingkahmu?"

Minhyun kemudian terdiam. Ia melepaskan pelukannya dan kembali duduk di kursinya. Menopang pipinya dengan satu tangannya, kemudian ia mengulurkan satu tangannya lagi untuk menyentuh pipi Kie yang memang cukup berisi. Kemudian menusuk-nusuknya pelan dengan jari telunjuknya.

"Nae sarang, Kie... memangnya Kie ga suka yah..."

Siapa yang bisa tahan dengan wajah cantik yang kini menatap penuh belas kasihan pada namja tampan itu? Membuat rona merah semakin terlihat jelas dan juga debaran jantung Kie mungkin saja bisa didengar oleh Minhyun.

Sungmin, ia sudah mengeleng heran. "Ck...Sungie-ah, bagaimana bisa Minhyun bersikap seperti itu? Apa kau sama sekali tak pernah membicarakannya dengan Kie? Mungkin saja Kie tak menyukainya."

Dan Sunghyun hanya tersenyum kecil, kemudian menatap pada Kyuhyun. Hingga akhirnya mata mereka saling bertemu, "Daddy... kurasa dia lebih tau Mom."

"Mwo?" Kyuhyun menatap tak mengerti pada Sungmin dan Sunghyun, yang kemudian hanya di balas senyuman kecil dari Sungmin.

"Nde..." Sungmin kemudian melanjutkan makannya. Nasi goreng kimchi ala Han appa. "Huah, aku merindukan Han appa dan Heenim Umma. Kenapa mereka malah lebih memilih tinggal di China?"

"Kalau kau mau, kita bisa kesana?" Kyuhyun menawarkan satu hal yang langsung saja membuat Minhyun mengalihkan kegiatannya dari menggoda si pipi merah bernama Kie itu.

"Daddy-ah, kau mau mengajak Mommy honeymoon? Iya?"

"Ah, ahni... hanya mengunjungi Han bojie..."

"Tidak boleh, kalian ini maunya pacaran terus... kencan terus... honeymoon terus... tapi kalau Minhyun pergi sama Kie ajah, semuanya di suruh ikutan."

"Ck... Minnie baby, itu kan hal lain. Kau tak bisa memban..."

"Pokoknya tidak boleh! Atau Minnie akan kabur sama Kie, terus married terus... punya aegya banyak terus..."

"Ck... hentikan Minnie."

.

.

.

.

"Ayo, berhenti Oppa!" Minhyun berteriak keras pada Sunghyun, hingga dengan sangat terpaksa Oppa yang lemah lembut dan kalem itu harus menurut pada yeodongsaengnya yang sangat manja.

Sehingga membuat dua mobil itu kemudian berhenti semua di tepi jalan. Minhyun keluar dari mobil Sunghyun dan Kyumin, kemudian ia berjalan menuju ke mobil merah mengkilat yang ia kenal betul siapa yang ada di dalam sana.

"Hei, Junior! Kau ikut mobil Sungie oppa, aku mau berangkat sama Kie."

"Ck... selalu saja. Menyusahkan!" Dengan malas, junior beranjak dari duduknya. Ia sempat berkaca pada spion mobil Kie dan menata rambut lengketnya.

"Haish, junior! Kau ini tidak tau yah caranya mengatur rambut? Mana rambutmu itu aneh dan lengket begitu."

"Ini bukan lengket Min, kalau pakai gel rambut ya seberti ini."

"Ahni, tapi Kie tidak." Minhyun kemudian masuk ke dalam mobil Kie dan berkedip genit pada Kie. "Kau lihat, Kie itu tampan dan apa adanya."

"Huh, itu karena kau menyukainya."

"Ya, memangnya kenapa? Dia kan tunanganku."

Dan junior sudah malas untuk berdebat lebih jauh dengan Minhyun, ia lebih memilih segera masuk ke mobil Sunghyun dan langsung berangkat menuju ke multi school mereka.

.

.

.

Seoul International Multischool

.

.

.

Multi sekolah dengan tingkatan dari primary hingga universitas yang terkenal di Seoul, dan sebagai pemilik 50 % saham sekolah adalah Cho Hangeng. Ck... sungguh besar pengaruh keluarga Cho di Korea. Mobil hitam Sunghyun memasuki area parkiran utama di depan gedung sekolah Kyumin.

Kemudian diikuti oleh mobil Kie.

Mereka semua turun dari mobil itu dan kemudian berjalan bersama mengantar Kyumin yang memang baru tingkatan primary, benar-benar masih kecil.

"Hei, Kyumin baby." Minhyun menarik lengan Kyumin, dan kemudian menyamakan tingginya dengan saeng kesayangannya itu. "Kau mau titip apa untuk Sibumie."

Kyumin menggeleng malas. "Ahni, Noona. Kau sama sekali tak bisa dipercaya, aku tak mau bagi rahasia denganmu lagi." Kyumin hendak masuk ke dalam kelasnya jika saja Minhyun tak kembali menariknya.

"Benarkah? Kau tak mau memberikannya?"

"Apa?" Kyumin memasang wajah innocent-nya. Ia sedikit menggeleng dan menunduk, menyembunyikan rona merah yang terlihat jelas oleh mata Minhyun.

"Baiklah, jangan menyesal jika aku akan merampoknya darimu. Eum... kira-kira sweater itu muat tidak yah jika dipakai Kie?"

"Yah! Noona!" Kyumin berteriak keras, membuat semua hyungnya yang tadinya sibuk tebar pesona pada hoobae mereka jadi menatap pada Minhyun dan Kyumin.

"Kenapa Kyumin-ah?"

"Ahnia, Sungie Oppa. Eum, Kyumin ada urusan dengan Noona. Jadi Noona ditinggal saja, sanah kalian ke kelas dulu."

Dengan cepat Kyumin menyeret lengan noonanya, dan mengabaikan wajah bengong dan heran dari ketiga namja yang masih menatap mereka meski jarak mereka sudah jauh.

"Kie, apa kau yakin akan menikah dengan Minhyunie?"

Kie langsung menatap penuh tanya pada junior. "Apa maksudmu? Bukankah kami sudah bertunangan sejak kecil? Mau aku berusaha seperti apa juga, pasti tak mungkin menikah dengan yeoja lain. Kau lihat saja, Minhyunie itu selalu mengawasi setiap yeoja yang dekat denganku."

"Nde, terlebih jika itu Taeminnie. Hahahhaaa..." Junior tertawa jahil dan kemudian merangkul leher kedua sahabatnya, berjalan bersama menuju kelas mereka. "Hei, Sungie. Meski kita sudah besar dan sebesar ini, tapi aku masih heran. Bagaimana bisa sifatmu dan Minhyunie itu sangat berbeda?"

Ingin rasanya Sunghyun menjitak dahi Junior, tapi ia mengurungkan niatnya saat ia melihat dua yeoja melintas di hadapannya.

"Annyeong, Oppadeul." Kedua yeoja itu tersenyum dan sedikit membungkuk, Junior dan yang lainnya juga berhenti di depan mereka."Kemana Minhyunie?" Yeoja dengan kacamata berbingkai hitam yang tak mampu menyembunyikan kecantikan kitty eyes-nya dan rambut curlynya yang ia ikat menjadi dua itu bertanya dengan seenaknya. Memancarkan kecantikannya tanpa sedikitpun memikirkan perasaan Sunghyun.

"Dia ada di kelas Kyumin. Eum... Key, memangnya ada apa?"

"Ahni, hanya saja seonsaeng memintaku untuk menemuinya. Yah, seperti biasa. Kami punya tugas bersama dan satu kelompok. Meski ia tak begitu nyaman dengan Taemin, tapi aku bersyukur dia mau mendengarkan aku."

Mereka kemudian berjalan bersama menuju ke kelas. Yah, kelas yeoja dan namja berbeda. Dan Untungnya Minhyun itu berteman baik dengan Key, dan meski tak berteman baik dengan Taemin tapi yeoja manja itu masih bisa mengontrol dirinya sendiri.

"Ah, baguslah. Jadi kalian satu kelompok untuk minggu ini. Aku percayakan Minnie padamu, kau tahu bukan, dia itu pencemburu." Sunghyun tersenyum canggung dan sedikit melirik Kie.

"Ck... Minhyun itu memang terlalu mencintai Kie, dan aku masih ingat bagaimana tingkah Minhyun saat mendengar kabar jika ia akan bertunangan dengan Kie. Dia sangat lucu dan juga sedikit berlebihan. Iya, 'kan Sungie?"

Kie hanya menggeleng kecil. "Haish, sudahlah. Jangan diingat lagi, itu membuatku malu."

"Nde, Kie. Minhyun itu memang sangat mencintaimu." Sungie berhenti berjalan dan kemudian ia duduk di salah satu kursi yang terdapat di pinggiran kelas. Membuat yang lainnya juga ikut berhenti. "Aku masih ingat, saat dia mencium bibirmu. Akh... itu pertama kalinya, first kiss on lips pada usia 6 tahun. Hahahhaa... Kalian lucu sekali."

"Ya! Sudah, berhenti meledekku. Ish..." Kie berteriak kecil. Sungguh, ia sendiri juga tak tahu sudah seperti apa wajahnya sekarang. "Kalian ini, mengumbarnya didepan Key dan Taemin. Membuatku malu saja."

"Ahniya, Oppa. Kami sudah tahu, Minhyunie pernah menunjukkan fotonya. Dan aku akui, dia sangat cantik. Meski dulu masih 6 tahun tapi dia sudah sangat cantik." Suara lembut Taemin terdengar begitu serak dan kasihan.

Sebenarnya yeoja itu sudah menahan sesaknya sedari tadi, atau bahkan dari beberapa tahun yang lalu. Seakan tak ada yang tahu, dan ia menyembunyikannya dengan baik. "Eum, kami akan kekelas kami dulu Oppa. Katakan pada Minhyunie, kami menunggunya di lab. Biologi."

"Nde Taeminnie." Kie mengangguk pelan dan semua namja itu hanya menggeleng melihat kepergian Key dan Taemin. Mereka kemudian berjalan lagi, menuju ke kelas mereka.

"Taemin, dia pintar sekali. Tak heran dia bisa setingkat dengan kita dan lompat 2 kelas sekaligus." Junior bergumam pelan dan kemudian sedikit melirik pada Kie. "Kie, apakah benar kau memang tak pernah menyukainya?"

Pertanyaan bodoh Junior itu berhasil mendapatkan free jitakan di dahinya. "Kau ini bicara apa? Disini ada Sungie, apa kau tak takut dia akan membantingmu? Ingat, dia itu pemegang sabuk hitam." Kie menatap takut-takut pada Sunghyun. Namja itu berjalan pelan di belakang mereka, dan memang sedikit tertinggal jauh tapi bukan berarti Sunghyun tak bisa mendengarnya. Itulah yang di khawatirkan Kie.

"Dia tak mendengarnya Kie." Junior melihat ke belakang dan Sunghyun masih sibuk dengan ponselnya. Entahlah, apa yang dia lakukan dengan ponsel itu. "Jadi, bagaimana?"

"Molla..." Kie ikut bergumam pelan. Ia memasukkan kedua tangannya ke sakunya dan melihat ke sekitar. Pandangannya bisa menemukannya. Meski ia tak berniat mencarinya tapi ia tetap bisa menemukannya.

Junior ikut melihat apa yang menarik perhatian Kie. Ia tersenyum kecil dan kemudian merangkul leher Kie. "Hey, aku tahu kau mencintainya. Hahahhaaa..."

Kie kemudian tersenyum dan menggeleng kecil. "Entahlah, tapi..." Kie menatap dalam pada yeoja yang terus berlari dan sedikit meolompat. Terlihat sangat bahagia. Yeoja itu sudah tersenyum dari kejauhan dan terus berlai ke arahnya. "Dia selalu bisa membuatku menemukannya."

Jongkie kemudian menoleh pada Junior dan menepuk pelan pipinya. "Nanti jika kau telah mencintai seseorang, pasti kau juga akan tahu kalau kita tak perlu mengucapkan kata itu. Yah, meski terkadang Minhyun menuntutku untuk mengatakannya. Yang penting adalah disini..." Kie menunjuk dada Junior, tepat pada jantungnya.

"Jantungmu berdetak semakin cepat, saat kau melihatnya. Terlebih melihatnya tersenyum padamu. Bukankah begitu, Sunghyunie?"

"Nde." Sunghyun tersenyum kecil. "Aku juga bisa merasakannya."

"Kie!"

Suara pekikan keras itu sudah terdengar jelas, meski si empunya suara masih berada sedikit jauh dengan mereka. Kemudian yeoja cantik itu dengan tergesa terus berlari kecil hingga...

.

Hup...

.

"Kie!"

Tubuh rampingnya di tangkap oleh Jongkie, pemandangan yang manis untuk pagi ini. Jongkie hanya tersenyum kecil membiarkan Minhyun memeluknya erat.

"Bogoshippeo Kie, saranghae..."

"Nde, nado saranghaeyo..."

.

.

.

.

.

Cho Kyuhyun POV

.

.

Ini sudah lebih dari 10 tahun, dan aku masih menyembunyikannya. Kenyataan dimana aku tak sengaja melakukannya hingga sekarang harus orang lain yang menanggung beban itu.

Aku tak menyangka, jika dia akan rela mengorbankan kehidupannya demi menolongku. Masih bisa kuingat dengan jelas, saat Wookie tersenyum kecil padaku dan mengatakan 'Gwenchana.'

Aku benar-benar orang yang jahat. Aku tak bisa menerima kebaikan dari Yesungie, terus menerus menerima semua kebaikannya termasuk menyerahkan Kie untuk Minhyunie. Dia terlalu baik, hingga tak pernah menyalahkan aku karena kematian Wookie.

.

.

.

Kyuhyun Mind's , a years ago

.

.

"Mianhe."

Aku terus berkata maaf saat menemukan Yesung yang sepertinya begitu terpuruk. Aku mengunjunginya, bukan karena dia yang memintanya. Hanya saja sepertinya aku merindukan rumahnya. Rumah yang begitu tenang dan penuh dengan wangi bunga, rumah Wookie.

Aku menemukannya, menangis pelan dan menunduk. Memegang satu pot bunga dan aku tahu pasti apa yang ada di pot itu. Bunga snowdrop yang kering.

"Yesungie, aku..."

Dan dia menggeleng. "Sudahlah."

"Tapi, ini semua karena..."

"Bukan karena siapa. Ini keinginan Wookie, dia yang melakukannya. Dia yang ingin menolongmu, jadi sudahlah tak usah di permasalahkan lagi."

Bagaimana bisa dia berkata semudah itu, berkata seolah dia tegar padahal dia terus menangis. Aku sungguh jahat. Tapi, apa yang bisa kulakukan.

"Mianhe."

"Sudahlah, itu bukan salahmu. Ini hanya karena aku saja yang tak bisa menerimanya, mungkin belum bisa menerimanya."

.

.

.

.

.

Kami sekarang duduk berdua di kamar Yesung hyung. Kamar yang begitu sepi dan sangat dingin. Ia meletakkan bunga snowdrop kering itu di sisi jendela yang ada dikamarnya.

"Aku harap, tahun yang panas ini segera berakhir dan salju akan menghidupkannya lagi."

Aku sempat tak mengerti apa yang ia katakan, hingga akhirnya dia mengatakan semuanya. Mengatakan kemarahan yang sempat ia rasakan dan juga kekesalannya padaku.

"Dulu, membuat Sungmin hamil itu hal mudah. Dan tanpa berfikir dua kali, kami bisa membuat Hyukkie hamil. Itu adalah hal mudah, sebelum raja peri menghilangkan kekuatanku. Kemudian menyerap separuh kekuatan Wookie hingga akhirnya ia semakin melemah_"

"_ Wookie menyihir salju untuk terus menghidupkan snowdrop ini. Ini adalah rumahnya, dan selama bunga ini hidup maka selama itu juga dia akan terus hidup. Tapi, badai itu menyerang. Kau pasti mengingatnya, saat itu entah bagaimana bisa Seoul begitu panas. Membuat Wookie harus mengeluarkan kekuatan lebih dari sihirnya untuk menahan snowdrop itu tetap hidup. Tapi ternyata tak bisa bertahan lama_"

.

.

.

.

Aku sangat merasa bersalah. Menyimpan semua rahasia ini begitu lama, dan terus menambah luka Yesung hyung. Dan entah bagaimana, ia malah semakin terlihat tegar dan aku malah terlihat semakin terpuruk.

Aku masih bisa mengingatnya dengan jelas, saat ia berkata dengan begitu mudahnya.

"Aku bisa meminta Jongkie untuk menghidupkan Wookie kembali. Tapi kurasa itu butuh beberapa tahun lagi, hingga ia mencapai batas maksimal kekuatannya dan bisa merubah dirinya sendiri menjadi peri."

"Kenapa kau tak meminta bantuan Raja Peri, bukankah..."

"Aku tak bisa ke dunia peri, kekuatanku hilang. Bahkan hanya sekedar telepati saja, aku tak bisa melakukannya."

Wajah itu sangat sedih, dan semakin membuatku ah... ahni. Bukan membuatku, tapi memaksaku untuk mengakuinya pada Sungmin. Bukan ingin membuatnya merasa bersalah, tapi sedikit berharap jika bebanku akan berkurang.

Terus berpura-pura didepan Sungmin seakan hidupku tanpa beban padahal yang sebenarnya jauh didalam hatiku, aku lelah untuk terus berpura-pura.

.

.

.

.

Cho Kyuhyun POV end

.

.

.

"Hei..."

"Eh, Sungmin-ah." Kyuhyun tersentak kaget saat merasakan tangan Sungmin menyentuh bahunya. Yah, memang saat itu ia sedang merenung. Melihat foto keluarga mereka yang terlihat bahagia. Ia menatap fotonya, bersama Sungmin dan ketiga aegya mereka.

Jujur ia merindukan seseorang.

"Waeyo?"

Kyuhyun tak bisa mengalihkan perasaannya untuk bisa benar-benar lega dan tenang. Ia hanya tersenyum kecil dan memeluk tubuh mungil Sungmin yang sedari tadi melingkarkan lengannya di pinggangnya.

"Eih? Hei..." Sungmin tersenyum canggung, hingga akhirnya ia mulai tertawa lirih saat merasakan pelukan Kyuhyun yang semakin erat.

Sungguh, Kyuhyun ingin mengatakannya dengan jujur. Ia tak mau bersembunyi lagi. Tapi, akankah ia sanggup?

'Jika saatnya tiba, aku ingin kau tak menghukumku Ming... aku melakukannya untukmu, saranghae...'

"Kyu, kau melamun?"

Kyuhyun menggeleng pelan. "Ahni, hanya saja melihat Kyumin sudah besar dan juga twins membuatku semakin tua. Bahkan Han appa masih terlihat sangat tampan, tapi kenapa aku terlihat tua?"

Sungmin tersenyum dan menengadahkan kepalanya. Menatap wajah tampan Kyuhyun. "Kau masih tampan, dan sangat tampan. Jangan melamun terus, entah kenapa bertahun terakhir ini membuat aku merasa jika kau sedikit berubah."

Sungmin menghela nafasnya dan mengusap pelan dada Kyuhyun. Menundukkan wajahnya dan menatap hampa pada kemeja biru muda yang dipakai Kyuhyun. "Terlebih setelah kelahiran Kyumin, dan beberapa tahun kemudian hingga sekarang sepertinya kau menjadi lain."

"Ahni, hanya perasaanmu saja. Aku biasa saja, dan masih sangat mencintaimu." Kyuhyun mencium pucuk kepala Sungmin. Menyalurkan rasa rindunya pada tubuh Sungmin, wangi yang selalu membuatnya lebih tenang.

"Bukan, bukan seperti itu. Kau lain Kyu, sepertinya ada beban yang kau sembunyikan." Sungmin kembali mengangkat wajahnya dan menatap Kyuhyun. Mata mereka saling bertemu dan itu membuat Kyuhyun semakin merasakan sakit dihatinya.

Mata polos Sungmin benar-benar sukses membunuh keberaniannya. Terus berfikir lagi dan lagi, haruskah ia mengatakannya? Ataukah membiarkan beban itu terus menjadi rahasia, yang mungkin akan terus ia sembunyikan dari Sungmin.

"Tidak apa-apa, Ming. Aku tak menyembunyikan apapun."

Dan biarkanlah Kyuhyun menyimpannnya dulu, mungkin sebentar lagi atau bertahun lagi.

.

.

.

.

.

.

Yeoja itu berjalan anggun keluar dari mobilnya. Tersenyum melihat rumah megah dengan berbagai tanaman bunga di halamannya. Rumah yang segar dan wangi, yang cukup terawat untuk awal musim dingin yang sudah mulai meniupkan anginnya.

Ia mengeratkan mantelnya dan berhenti di depan pintu. Mengetuknya pelan, dan menunggu sesaat. Ia tersenyum kecil dan sedikit mengatur dirinya. Dan semakin tersenyum lebar saat pintu itu terbuka.

"Annyeong..."

"Nuguya?"

"Aku Han Su bin, eum... ini rumah Choi Sibum bukan?"

"Nde."

"Kau Choi Kibum?"

"Nde?"

"Kita perlu bicara."

.

.

.

.

Kini yeoja itu dan Kibum saling menatap tajam. Beribu kemarahan bertumpuk di hati dan otaknya. Seakan siap meledak kapan saja, ia benar-benar tak bisa menerimanya.

"Mianhe, tapi aku hanya ingin mengambilnya."

"Apa? Kau tak bisa seenaknya. Dia aegya kami." Kibum menunjukkan kekesalan dan sisi manly-nya. Ia beranjak dari duduknya dna menunjuk kesal wajah tamunya.

"Tapi dia anak kandungku, aku hanya menitipkannya pada kalian."

"Kau tak bisa seenaknya. Meski dia sering membuatku kesal, dia tetap anakku dan akan selalu menjadi anakku."

Yeoja itu mulai menangis terisak. "Salahkah aku jika aku menitipkannya pada kalian di saat aku benar-benar tak bisa bertahan dan mempertahankannya. Ia akan mati jika terus bersamaku dulu."

"Lalu kenapa kau membuangnya?" Kibum sedikit berteriak dan mulai mengeluarkan kemarahannya. Ia sungguh kesal dengan yeoja yang seakan terus merintih lemah didepannya itu.

"Aku tidak membuangnya. Apa yang akan kau lakukan, jika mati adalah jalan untuk aegyamu bila ia terus bersamamu?"

"Cih... alasan klasik..."

"Jebal... kembalikan dia padaku..."

Kibum menghela nafasnya, melepaskan kacamatanya dan kemudian duduk menyandarkan punggungnya pada sandaran sofanya. Tertawa kecil. "Heehehe... jangan gunakan air matamu itu, kau pikir aku akan berubah pikiran jika kau menangis? Kau pikir kau siapa? Seenaknya saja mau mengambilnya setelah meninggalkannya bertahun di rumah kami."

Subin mengusap air matanya. "Aku tak akan menangis jika ini tak terlalu menyiksaku. Kau tak tahu bagaimana penderitaanku, dan hanya dengan menitipkannya padamu maka dia akan terus hidup."

Kibum, dia hanya diam dan seakan malas mendengar cerita yeoja itu.

"Baiklah, mungkin kau tak mau mendengarkannya. Tapi, aku benar-benar harus melakukannya."

"Sudahlah, kau pulang saja. Aku tak mau melihatmu datang kemari lagi."

"Tapi aku harus..."

"Mommy!"

Dan teriakan itu, sedikit memberikan harapan bagi Subin. Hingga akhirnya namja itu malah memeluk Kibum. "Mommy, aku lapar sekali."

"Eum... ganti bajumu dulu, Mommy sudah menyiapkan menu kesukaanmu. Mommy ada tamu, jadi mungkin kau mau makan..."

"Ahniya, aku akan menunggumu Mom. Kau tahu kan, aku tak bisa makan kalau tak ada Mommy."

.

Chup~

.

Kecupan singkat itu mendarat di pipi Kibum, sebelum akhirnya Sibum berlari menuju lantai atas. Menuju kamar dengan pintu berwarna biru itu.

Kibum menatap penuh kasihan pada Subin, kemudian ia menggeleng. "Ck... ck... lihatlah, kau belum buta bukan? Dia sangat menyayangiku dan jangan harap dia akan menganggapmu Ummanya. Kau menyiakannya, dan itu adalah pilihan terbodoh yang kau lakukan. Asal kau tahu, dia sangat berharga bagiku."

Subin yang semula berdiri, kini menjatuhkan tubuhnya. Menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan mulai terisak. "Waeyo? Ini terlalu sulit, aku hanya... aku..."

"Mom! Kajja!"

"Dia sudah memanggilku, sebaiknya kau pulang."

Subin segera meraih tas dan mantelnya, bergegas meninggalkan rumah Kibum. Sementara itu, Kibum melangkah menuju ruang makan mereka.

"Nuguya, Mommy?"

"Molla, hanya seorang ahjumma yang ingin bercerita dengan Mommy."

"Eum, mommy memang keren. Padahal tak pernah praktek di rumah sakit, tapi ada saja yang datang dan bercerita tentang masalahnya pada Mommy. Mommy jjang!" Sibum menyodorkan jempolnya. "Mommyku, dokter psikolog yang hebat."

Sibum kemudian beranjak dari duduknya dna memeluk leher Kibum. "Mom..."

"Nde."

"Eum, tadi Kyumin baby memberikan aku sweater."

Kibum menoleh ke belakang dan melihat wajah memerah aegyanya. "Lalu dia mengatakan apa lagi?"

"Dia memang membeli dan membungkus sweaternya, tapi yang memberikannya padaku itu Minhyun Noona." Sibum melesakkan wajahnya di ceruk leher Kibum, menyembunyikan wajah memerahnya.

"Ommo... Sibumie, wajahmu memerah. Hei, apa kau menyukai Minhyun nonna-mu itu? Atau kau menyukai Kyumin baby?"

"Eoh?"

.

.

.

.

.

.

Otte? Aneh ya? Maklum, suka ngeblank sendiri nih pikiran... kkkk

Yosh, yang penting ma aku udah upate. Kkk... sorry for typo...

Mind to RCL?

GAMSAHAMNIDA