"Kibummie?"

Pria yang duduk tepat disampingnya, bangkit dari kursi tempatnya duduk dan menepuk bahunya perlahan, perempuan itu hanya mengerjapkan kedua matanya perlahan lalu diam tak bergeming, kemudian balas menatap pria itu—suaminya dalam diam.

Siwon mengerti kondisi tubuh Kibum yang masih lemah kemudian bergerak dan menyelimuti tubuh rapuh itu perlahan.

"Ada Sungmin disini, mau berbicara bedua saja denganya?"

Kibum mengangguk, pria itu berjalan perlahan meninggalkanya sendiri di dalam ruangan rumah sakit yang sepi hingga tak lama muncullah seorang perempuan yang berjalan kearahnya sembari tersenyum manis, dalam dekapanya berbaringlah seorang bayi laki-laki yang tampan. Cho Jino—nama keponakan baru Kibum yang begitu menggemaskan.

Sungmin menarik kursi yang sama, tempat Siwon tadi duduk, perempuan itu membaringkan Jino tepat disebelah tubuh Kibum yang berbaring lemah diatas ranjang besarnya. Senyuman kecil muncul dari bibir pucat Kibum, perempuan itu lantas menatap makhluk kecil yang terlelap tidur disebelahnya sembari mengusap tangan Jino perlahan.

"Tampan" Kekehnya kecil, sembari terus mengaitkan jari telunjuknya pada tangan mungil bayi Cho. Kibum memang pernah bertemu dengan Jino sekali, namun bayi itu masih dalam perawatan intensif di incubator sehingga ia hanya bisa menemuinya diantara kaca tebal dan box transparan lainya. Sekarang, setelah bertemu langsung dengan anak pasangan Kyuhyun dan Sungmin keda bola matanya berbinar penuh bahagian.

"Tentu saja, Kibummie. Kau tahu kan bagaimana sempurnanya gen kami.." Goda Sungmin perlahan, perempuan itu lantas meletakkan sebuket bunga yang dibawanya untuk Kibum ke dalam sebuah vas berisi air.

"Kau baik-baik saja?"

"Huh? Tentu saja, aku hanya kelelahan, itu saja Minnie"

"Dan… yang kutahu, kau stress? Ada apa, Kibummie?" Sungmin langsung menuju ke poin utama. Beberapa jam yang lalu ia mendapat panggilan dari Siwon yang begitu panic mendengar Kibum tiba-tiba saja pingan dan saat itu sudah langsung dibawa ke rumah sakit oleh Jonghyun.

Kibum hanya menghela nafas, semuanya juga masih sulit ia cerna dan telaah begitu saja. Perempuan itu hanya menatap Sungmin gamang.

"Entahlah…"

"Ayolah Kibummie, kita sahabat, kan? Sudah kuperingatkan berkali-kali untuk tidak memikirkan sesuatu secara berlebihan, oke? Bummie, apapun masalahnya, kumohon setidaknya kau harus bercerita. Apapun itu, ceritakan saja. Aku siap mendengarkanmu kapan saja"

"Siwon tidur dengan perempuan lain"

"Apa?" Raut wajah Sungmin mengeras. Sementara Kibum nampak tenang dan diam. Meskipun Sungmin sendiri tahu dibalik wajah datarnya saat ini Kibum sedang menahan tekanan besar.

"Ceritakan padaku"

Maka dimulailah segala cerita itu, foto Siwon yang sedang dalam keadaan telanjang dada dengan perempuan tepat disampingnya. Meskipun tidak begitu jelas, Kibum bisa mengenali tubuh dan wajah Siwon samar-samar. Dan betapa kagetnya ia akan 'barang temuanya' itu. Sementara itu, bukti foto yang dimaksud Kibum saat ini kemungkinan besar berada di tangan Jonghyun yang pada saat itu bersamanya juga.

Sungmin hanya sesekali mengangguk. Rasanya ada yang janggal dari cerita Kibum padanya. Meskipun ia tahu sahabatnya benar-benar jujur, namun fakta bahwa Siwon berselingkuh merupakan sesuatu yang terasa begitu bodoh. Sahabatnya, semuak apapun pada kehidupan rumah tangganya sendiri tidak mungkin berselingkuh dengan perempuan lain. Apalagi, perempuan yang berbaring tepat disamping Siwon sepertinya bukan tipe perempuan baik-baik yang jelas sama sekali bukan tipe Siwon.

"Apa yang harus kulakukan, A-aku.."

"Katakan padaku apa yang sedang kau rasakan saat ini. Kibum-ah, apa kau percaya Siwon benar-benar tidur dengan perempuan itu?"

Kibum menggeleng, "Tidak, tapi gambar itu.."

"Dengar, kita tidak bisa hidup dalam sudut pandang yang kita buat sendiri, apapun yang terjadi—setidaknya kau harus mendengarkan semuanya dari pihak lainya. Katakanlah iya, Siwon dan perempuan itu memang seranjang berdua. Lalu apa kau yakin semua itu atas kemauan Siwon sendiri? Kau tahu ia bukanlah pria sembarangan dan berapa banyak orang yang bersaing hanya untuk menjatuhkanya,"

"Kau sedang mengandung. Saat ini, hal yang paling penting adalah dia dan kesehatanmu sendiri. Jangan pikirkan apapun—cukup hidup layaknya air mengalir, setidaknya sampai bayi ini lahir. Aku tahu kau menyayangi suamimu tapi ini demi anak kalian, jika kau mencintai bayi ini kau harus belajar untuk mengesampingkan hal-hal lain selain dirinya. Mengerti?"

Kibum hanya terdiam sembari membelai pipi Jino perlahan. Ya, ia begitu menyayangi anak ini—buah cintanya dengan pria yang begitu mencintainya. Mengapa ia begitu bodoh dan langsung berfikiran buruk seperti ini pada suaminya sendiri?

Sejak pingsan dan dibawa ke rumah sakit, ia belum sama sekali berbicara dengan suaminya. Mungkin karena begitu kesal dan juga lemah, rasanya ia tidak ingin mengeluarkan emosi di depan Siwon dan saat ini ia begitu menyesal. Selama ini Siwon sudah terlalu banyak melakukan pengorbanan untuknya dan mengapa ia sendiri tidak berkaca pada dirinya sendiri?

.

.

.

"SECRET"

Cast :

Choi Siwon

Cho Kyuhyun

Kim Kibum

Lee Sungmin

Lee Jonghyun (?) As Lawyer Lee

Sibum, Kyumin then broken KyuBum

Warning: Genderswitch, Typo(s)

Don't like the cast or plot. Do not BASH, please.

.

.

.

"Aigoo, apa ini?"

Sungmin mengernyit kesal sembari menarik bungkusan kecil yang berada di tangan Kyuhyun. Perempuan yang nampak lucu sekali dengan apron pink yang melingkar di tubuhnya itu mengerucut ketika membuka bungkusan yang nampak sangat tidak asing baginya.

"Bagaimana, lucu kan?"

"Astaga, Cho Kyuhyun!" Nadanya nampak kesal, namun pria dihadapanya terlihat sama sekali tidak takut dengan perubahan emosinya. "Kenapa kau suka sekali sih membeli barang-barang mahal untuk Jino?!"

"Kau sudah seperti Ahjumma, Minnie~" Pria itu mencubit pipi Sungmin perlahan gemas. Melihat Sungmin marah begini ia jadi nampak seperti ibu-ibu sesungguhnya. pria itu meletakkan tanganya di lingkaran pinggang Sungmin dan membuat perempuanya terlihat makin kesal.

"Untuk apa membeli baju setiap hari begini? Sudah kubilang percuma. Beberapa minggu lagi Jino akan besar dan baju ini toh juga tidak akan muat lagi untuknya"

"Hmm.. Ya, ya. Aku tahu, maafkan aku sayang"

Sejak Jino lahir Kyuhyun memang memiliki hobi baru yaitu mengumpulkan perlengkapan bayi. Dari mulai pakaian, perlengkapan makan hingga mainan-mainan bayi yang harganya tentu saja tidak bisa dianggap murah. Ia sudah mencoba mengontrol kebiasaanya ini namun tanganya tidak juga bisa berhenti menggesek kartu kredit miliknya yang memang tanpa batas itu. Euphoria sebagai ayah baru sangat sulit untuk dihentikan—sejauh apapun ia mencoba.

"Kau boleh membeli pakaian, tapi tidak dengan mainan"

"Kenapa?"

Sungmin melanjutkan perkataanya dengan santai, "Pakaian bisa dipakai untuk anak kita yang lainya kelak. Kalau mainan? Tentu saja akan kotor seiring waktu, kau tidak mau membiarkan anak kita dikelilingi kuman, bukan? Lagipula aku khawatir jika nanti anak kita perempuan dan kau masih mau memberikanya mobil-mobilan" Tawanya renyah. Namun tidak dengan jelas memperhatikan wajah Kyuhyun yang mendadak mengeras kaku.

Anak kita yang lainya kelak.

Anak kita yang lainya kelak.

Anak kita yang lainya kelak.

"Kyu? Kenapa diam saja?"

"Ah, tidak apa-apa"

Sungmin menepuk bahunya perlahan sembari berjalan dan meninggalkan Kyuhyun sendiri, "Ya sudah, sana mandi dulu. Biar kusiapkan air hangat untukmu"

.

.

.

Tengah malam, entah jam berapa Kibum merasa ada sesuatu yang mengganjal perutnya. Ketika setengah sadar, matanya terbuka dan ada sesuatu yang halus berada disana. ia baru tahu itu adalah tangan Siwon yang secara tidak sadar membelai perutnya perlahan. Tangan itu perlahan mengusap-usap, meskipun Kibum tahu Siwon sedang terlelap tidur sembari menungguinya di rumah sakit. Dan sadar atau tidak, tangan itu juga membelai bagian bawahnya perlahan dan membuatnya serba salah.

Ia mencoba untuk memejamkan mata dan rasanya sia-sia. Kibum jadi bisa merasa perlahan kedua putingnya mengeras. Tidurnyapun jadi tidak penuh dengan mimpi dan tidak bisa terlelap lebih dalam lagi karena tidur dengan posisi tubuh Siwon yang setengah berada diatas kasurnya ini. Rasanya ia jadi bertanya-tanya, apa Siwon benar-benar tidur nyenyak sampai tidak sadar ia membangunkan 'singa betina' dalam tubuh Kibum atau apapun namanya. Atau Siwon memang refleks ingin mengelus anak mereka?

Dengan hati-hati Kibum menyingkirkan tangan Siwon dan menggeser tubuhnya. Ia menahan nafas perlahan dan rasanya semakin ingin menjauh namun pria itu nampak semakin mendekat. Kedua kakinya menggeliat tidak betah sembari terus meringkuk dalam selimut hangatnya. Dalam hati, ia berdoa semoga Siwon tidak menyadari perubahanya dan terus tidur.

"Ngghhh.."

Gila! Jam di dinding kamar itu menunjukkan pukul dua dan Kibum benar-benar horny sekarang—dalam makna yang sebenarnya. Tubuh suaminya yang terbalut Sweater abu-abu tebal saja sampai nampak begitu menggoda, membuatnya tanganya jadi ingin membuka sweater sialan itu dan menikmati pemandangan polosnya.

Sungmin dan beberapa orang yang sudah pernah hamil memang pernah bercerita padanya bahwa libido dan tingkat gairah seks seseorang yang sedang hamil memang meninggi namun Kibum tidak pernah sadar bahwa yang mereka maksud dengan gairah sepertinya lebih parah daripada ngidam. Kibum ingin sekali menerjang pria ini kuat-kuat dan bermain semalaman suntuk. Ia bahkan sudah mendesah perlahan dan mengeluarkan air liur—dan sejujurnya ia belum pernah seliar ini. Sulit sekali baginya mengontrol hawa nafsu bahkan disaat yang sangat tidak tepat.

Tanganya mencoba membimbing tangan Siwon dan bergerak ke arah bawah miliknya, namun gagal. Berkali-kali gagal. Sial.

"Kibummie, kau kenapa?"

"Apa yang sakit, heum?"

Begitu menyadari wajah Kibum yang terlihat tegang Siwon yang polos membelai pucuk rambut Kibum perlahan. Sepertinya, sang lawan jenis tidak mengerti apa yang dimaksud Kibum dengan wajahnya yang nyaris pucat pasi begitu ketahuan.

"T-tidak ada apa-apa, Siwonnie, kau tidur saja"

"Apa ada yang ingin kau makan?"

"Tidak ada" Jawabnya bergetar. Ia benar-benar tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang abstrak menahan nafsu.

"Katakan saja, aku akan membelikanya untukmu" Balas suaminya lagi sembari tersenyum. Membuatnya jadi penasaran bagaimana respon Siwon jika ia melumat bibir joker itu habis-habisan.

"Tidak ada"

"Serius?" Kedua alis Siwon mengernyit. Tidak biasanya, batinya.

"Tentu saja"

"Tapi wajahmu mengatakan sebaliknya sayang"

"Aku mau kau melepas pakaianmu"

"O—Apa?!"

"Sekarang"

Siwon nampak begitu binggung. Pria itu kemudian melepas sweaternya perlahan, kemudian menyadari wajah istrinya belum nampak puas, ia kemudian melepaskan kaus dalamnya hingga terlihatlah pahatan tuhan yang amat sangat sempurna itu.

"Apa ini sudah cukup, Kibummie?"

"Lepas celanamu" Lanjut Kibum lagi, "Sekarang"

"Jangan bilang kau sedang nafsu malam ini" Celoteh Siwon sembari melepas celana pendeknya perlahan, hingga menyisakan celana dalam berwarna hitam polos yang biasanya paling Kibum benci namun hari ini terlihat begitu menakjubkan.

Siwon baru menyadari perkataanya memang benar setelah menyadari ranjang Kibum yang bergetar. Perempuan itu, sembari menggigit bibirnya sendiri nampak mencengkram ranjangnya kuat-kuat. Terutama pada bagian ketika Siwon benar-benar telanjang bulat seutuhnya.

Insting laki-lakinya bekerja dan bergerak mendekati istrinya. Kibum horny berat, perempuan itu bahkan mengeluarkan air liur—yang entah bagaimana caranya juga bisa terlihat begitu sexy baginya.

Setelah beberapa lama terpisah dan Siwon sendiri harus melakukan kegiatan seks bersama tanganya seorang, rasanya nafsunya juga makin memuncah. Pria itu kemudian bergerak menaiki ranjang Kibum dan menempelkan tubuhnya rapat-rapat pada Kibum yang masih mengenakan pakaian rumah sakit itu.

"Kau mau?" Siwon berbisik tepat ditelinganya dan semuanya jadi terasa nikmat. Kibum refleks mengangguk dan membiarkan pria itu melepaskan kancing pakaian rumah sakitnya satu persatu.

"Pelan-pelan saja" Balas Kibum bergetar.

"Aku tahu" Kekeh Siwon nakal kemudian melepaskan pengait bra istrinya. Sebagai seorang calon ayah ia sudah diwanti-wanti untuk berhati-hati ketika berhubungan dan ia bahkan sudah belajar dari beberapa 'senior' seperti Kyuhyun.

Istrinya yang sedang hamil itu nampak begitu bersinar layaknya bulan di malam hari. Ada yang mengatakan bahwa perempuan hamil jauh lebih nikmat dan cantik karena sedang mengandung anak mereka dan Siwon ingin segera mencicipi perempuan yang sudah ia buahi itu. Usia kandungan Kibum sudah berada di trimester kedua jadi mereka sudah bisa melakukan hubungan. Perlahan, perempuan itu malah duluan menghampiri tubuhnya dan merapatkan tubuhnya hingga kulit mereka saling bersentuhan.

Siwon kemudian membantu Kibum bangkit dan membiarkan perempuan itu menindih tubuhnya perlahan, tanpa percakapan apapun seolah keduanya memang sudah paham apa yang harus di lakukan masing-masing. Perlahan, ia merasa miliknya sudah pas melekat dalam lubang Kibum yang hangat.

"Kenapa kau jadi semakin cantik, Hmmm?"

Kibum hanya terkekeh. Lucu sekali bagaimana tadi pagi ia mendiamkan Siwon dan kali ini mereka malah langsung berhubungan seks, tanpa berbaikan sama sekali. Nafasnya jadi tersengal sengal. Setiap kali ia bergerak, kakinya jadi lemas dan menggeliat kesana-kemari, membuatnya ingin sekali menyumpal mulut Siwon yang bawel itu dan menikmati sisa waktu mereka.

"Aku memang cantik" Balasnya bangga, kemudian mencengkram pinggul Siwon erat dan menggerakkan pinggulnya ke depan dan ke belakang dengan cepat. "Kau juga tampan"

"Kalau begitu, gen anak kita pasti sempurna" Canda Siwon sembari tertawa, "Aku jadi ingin sekali cepat-cepat melihat bayi kita"

"Masih empat bulan lagi, Choi Appa"

"Aku senang kau memanggilku begitu, coba ulang lagi"

"Choi Siwon Appa~" Balas Kibum dengan nada yang lebih manja.

"Aku jadi makin tidak sabar, rasanya ingin sekarang juga menjadi seorang ayah"

"Kau harus bersabar kalau begitu"

"Aku ingin segera melihat anak kita, Kibum Umma~" Lanjutnya sembari membelai perut Kibum yang nampak sudah membesar itu. Kemudian, ia memeluk perempuan itu erat-erat.

.

.

.

"Sepertinya kau harus mentraktirku kali ini" Kyuhyun mengapit tubuh Jonghyun yang nampak kaget dengan kemunculanya yang tiba tiba itu.

"Huh?"

"Sekertarismu yang baru, semua orang bilang ia cute"

Kim Taeyeon, mantan sekertarisnya yang bertubuh mungil memang sudah mengundurkan diri dan pamit padanya beberapa minggu yang lalu karena akan menikah dan berpindah kewarganegaraan mengikuti calon suaminya yang seorang esekutif di Eropa sana. Bekerja sendirian tanpa bantuan asisten bukan perkara mudah tapi Jonghyun sudah mencoba sebisa dan selama mungkin. Pada akhirnya, ia yang sudah angkat tangan mengurusi jadwalnya sendiri memutuskan untuk meminta sekertaris baru pada bosnya yang terkenal tidak ramah.

Jonghyun hanya menggeleng perlahan, "Aku belum melihatnya sama sekali, memangnya kau sudah?"

"Beberapa yeoja bergosip di depan kamar mandi tadi" Balasnya perlahan sembari berbisik, "Katanya ia sangat cantik dan pintar sekali, bahkan Kwon sajang sendiri yang merekrutnya!"

"Kwon sajang?" Jonghyun jadi mengernyit, pemilik firma hukum mereka? Memangnya seperti apa sekertaris barunya? Jonghyun memang sedang sibuk akhir-akhir ini dan ia sendiri sudah beberapa hari tidak pergi ke kantor demi menangani kasus sengketa lahan yang berada di Anyang, dan rasanya ia seperti orang bodoh yang tidak tahu apa apa begitu kembali ke kantor. Terlebih bahwa tiba-tiba saja semua orang membicarakan sekertaris barunya. Tahu yang mana orangnya saja tidak.

Kyuhyun menepuk-nepuk bahunya perlahan, "Ya, aku hanya mendengarnya dari biang biang gossip di divisi HRD barusan. Tapi untuk memastikanya, kita harus melihatnya sendiri"

"Kau… jangan bilang tertarik dengan perempuan itu"

"Aku sudah mempunyai Sungmin, bagaimana mungkin aku bisa tertarik dengan sekertaris barumu yang wajahnya saja aku tidak tahu? Lagipula, secantik apapun dia tidak mungkin bisa menghasilkan anak yang lebih tampan dari anak kami" balasnya membangga-banggakan keluarga. Dasar ayah baru.

Namun memori Jonghyun tiba-tiba saja teringat pada Kibum. lagi dan lagi. Sekuat apapun ia mencoba menjauh, rasanya Jonghyun begitu sulit melepaskan Kibum dari otaknya, terutama karena saat terakhir bertemu Kibum pingsan tepat di matanya. Meskipun Kyuhyun bilang saat ini Kibum sudah sembuh tetap saja ia cemas bukan main memikirkan perempuan bersuami itu.

"Terserahmu saja Kyu" Balasnya pura-pura tidak peduli. Kemudian membiarkan Kyuhyun berjalan menjauh dan pergi menuju ruanganya.

Jonghyun baru saja akan berjalan memasuki ruanganya dan menikmati segelas Latte hangat di tanganya ketika seorang perempuan berambut panjang berjalan menghampirinya. Nampaknya anak baru—karena wajah itu begitu asing di mata Jonghyun. Dengan canggung, si perempuan tadi berjalan menghampirinya sembari menunjuk cup kopinya canggung.

"Permisi.." Suaranya pelan sekali. "Dimana.. saya bisa mendapatkan kopi seperti anda?"

Jonghyun terdiam sesaat. Namun memutuskan untuk bersikap cool sembari menunjuk lorong yang berada tepat dibelakang tubuh perempuan tadi. "Kau bisa mendapatkanya di mesin di pojok sana"

"Ah, perkenalkan, namaku Lee Yoobi, Intern baru, hehe" Senyumnya manis. "Apa kau Intern juga?"

"Huh? Ah itu—" Yoobi pasti mengira ia anak baru karena saat ini Jonghyun sedang tidak menggunakan name tag perusahaan. memang, untuk mendapatkan ID card pegawai harus menjadi karyawan tetap, sedangkan bagi pengacara tetap seperti Jonghyun dan Kyuhyun yang sering bolak-balik kantor mereka lebih suka menitipkan kartu seperti itu pada keamanan di lobby yang memang sudah mengenal keduanya.

"Aaah jangan malu-malu. Ngomong-ngomong, kau masuk divisi apa?"

"Belum tahu," Jawab Jonghyun singkat, "Kau sendiri?"

"Asisten pengacara, kau tahu Lee Jonghyun? Katanya ia legenda di firma ini"

"Benarkah?" Pembicaraan menjadi semakin menarik.

Yoobi mengangguk, wanita muda dengan kemeja pendek berwarna senada dengan kulitnya itu nampak seperti anak kecil setiap kali mulutnya mengeluarkan suara.

"Temanku bilang, Pengacara Lee adalah yang terbaik di lapangan, usianya masih cukup muda dan tampan tapi pria itu sudah menikah dengan profesinya. Aku tidak bisa membayangkan bekerja dibawah pimpinan orang yang gila kerja seperti itu. hul…. Oh iya, ngomong-ngomong, kau sudah kenalan dengan intern lainya belum?"

Jonghyun terkekeh, "Hmm.. Belum, tapi akan kupastikan berkenalan dengan yang lain,"

Gila kerja… hahahaha. Anak baru ini pasti punya koneksi yang cukup luas sampai tahu bahwa ia gila kerja. Tapi lucunya, Yoobi bahkan tidak tahu atasan yang baru saja dibicarakan adalah orang yang berdiri di depanya dan berpura-pura sebagai intern.

Jonghyun berpura-pura melirik jam tanganya, "Astaga! A-aku ada urusan di tempat lain, senang berkenalan denganmu, Lee Yoobi-ssi, sampai jumpa lagi"

.

.

.

.

Ruangan Siwon nampak begitu besar dan luas, nyaris setengah dari keseluruhan satu lantai ruangan gedung pencakar langit milik perusahaanya. Disekeliling ruangan terdapat beberapa rak buku yang mengelilingi tembok, menunjukkan bagaimana tingkat intelegensi sang pemilik ruangan, foto-foto terbingkai dengan indah, begitupun foto keluarga dan wajah Kibum yang selalu membingkai di sebuah sudut yang dekat dengan meja kerja. Wajah istrinya yang sedang tersenyum lepas selalu dapat melepaskan rasa lelah dan penat, terlebih jika ia memandangi pigura tadi dengan cukup lama.

Pria itu mengetuk-ngetukkan jarinya diatas meja besar itu. Bosan. Entah apa yang ia ingin lakukan namun rasanya hari ini Siwon benar-benar malas melakukkan apapun sekalipun bekerja yang selalu menjadi kesukaanya. Pria itu membatalkan janji bermain golf dengan salah satu pejabat daerah demi diam dan tidak melakukan apapun—hanya duduk dalam hening ditemani music klasik dan menikmati segelas champagne dengan khidmat.

Sebuah panggilan masuk, membuyarkan kosentrasinya dari nomor tidak dikenal yang sudah beberapa kali menghubunginya namun beberapa kali pula didiamkanya. Sejak Kibum kabur dari rumah, hanya sedikit orang yang mengetahui nomor handphone pribadinya, hanya Kibum, keluarga inti, teman akrab juga asisten serta sekertaris pribadinya. Selebihnya mereka hanya dapat menghubungi Siwon melalui nomor kerjanya yang dipegang oleh sekertaris pribadinya.

"Yeobseyo?"

"Selamat sore tuan Choi" Suaranya terdengar renyah agak sedikit mendesah. Sebagai seorang pria yang sangat terkenal, bukan sekali atau dua kali ia mendapat panggilan seperti ini. Jadi, ia hanya menganggap enteng dan nyaris menutup panggilan tadi sebelum…

"Malam itu benar-benar menyenangkan"

Tapi Siwon hanya terdiam dan mendengarkan.

"Hey—Kau masih disitu kan, Sayang? Masih ingat denganku?"

"Apa kau lupa denganku? Aku, Victoria Song. Kau tidak mungkin lupa kan? Grand Hotel, Dua bulan yang lalu. Kau ingat, Oppa?"

"Apa maumu?"

"Whoa Whoa, Santai saja, Oppa. Aku tidak membutuhkan apapun, yang aku inginkan hanya adanya hubungan baik setelah kenangan manis kita. Mengapa kau tidak menghubungiku? Memangnya kau tidak merindukanku?"

Siwon mendecih, jadi dia. "Sama sekali tidak. Kau kehabisan pelanggan?" Ejek Siwon yang merasa ia tidak pernah melakukan apa-apa dengan perempuan itu.

"Tidak juga. Aku tidak pernah kehabisan pelanggan" Lanjutnya berbangga hati, "Apa kau sudah melihat hadiah yang kukirimkan ke rumahmu seminggu yang lalu?"

"Kau tidak menjawab jadi kurasa kau belum. Ah—mungkin saja salah satu pelayan atau bisa jadi istrimu yang menemukanya"

Wajah Siwon memucat. Tangan kanan yang bertumpu diantara meja besar itu bergetar perlahan. Ingatanya melayang pada perempuan yang pernah menemaninya semalam itu. Sejak awal ia memiliki firasat bahwa perempuan dapat membawa bencana baginya, namun saat itu Siwon yang begitu depresi tak ambil pusing dan tetap mengajak Victoria check-in di hotel.

"Jangan bercanda"

Victoria terkekeh perlahan, "Aku hanya ingin sedikit bermain-main dan kau—sepertinya cukup menyenangkan untuku bersenang-senang"

"Maaf, tapi aku tidak tertarik"

"Tapi aku punya penawaran yang tidak bisa ditolak, Tuan Choi"

"Kau kira begitu?" Siwon nampak gusar dengan perempuan bedebah ini. Rasanya ia ingin menyingkirkan Victoria dengan satu hentakan saja.

"Tentu saja" Victoria menahan nafas, "Aku bisa membuat seluruh dunia tahu—hanya dengan sebuah foto"

"Berani juga kau menantangku, hah," Jawab Siwon dengan tenang sembari membuka sebuah amplop berisi selembar kertas dan beberapa foto. "Kau bisa menghancurkanku dengan foto itu, dan kalau kau tetap memaksa—lakukan saja. tapi lihat apa yang akan terjadi denganmu dan orang-orang disekelilingmu setelahnya"

"Apa maksudmu?"

"Aku tahu kau pernah menikah diam-diam dengan seorang pengusaha Thailand. Nichkun kan? Aku juga tahu kalian memiliki seorang anak—yang kini berada di tangan Nichkun dan bagaimana kau begitu menyayangi anak perempuanmu itu. apalagi sekarang mantan suamimu itu akan menikah dengan perempuan lain—apa kau tega menghancurkan mereka bertiga? Karena aku akan melakukan apa saja untuk keluargaku termasuk menyakiti 'keluargamu' jika aku mau"

"Choi Siwon… kau benar-benar sudah gila"

"Gila? Diantara kita siapa yang lebih dulu gila,hah! Anggap semua percakapan ini tidak pernah ada dan jangan pernah menghubungiku lagi!"

PRAKKK

Siwon membanting smartphonenya kuat-kuat dan mengumpat. Amarahnya serasa di ubun-ubun dan baru kali ini ia merasa benci dengan keadaan ini. Perlahan, ia berjalan menuju sebuah kaca besar di sudut ruangan dan menatap dirinya sendiri yang terlihat kacau, lebih kacau dari sebelumnya.

.

.

.

Ia akan melakukan segala cara untuk melindungi keluarganya, apapun.

.

.

.

TBC