Chapter 3 Obsession

Naruto bingung.

Apakah aku hanya membayangkan saja hal ini?

Setelah kejadian dalam ruang kelas seminggu yang lalu, Naruto mencoba menghindari Sasuke dan kabur jauh-jauh apabila melihat Sasuke di kejauhan. Ternyata hal itu mudah dilakukan, karena Sasuke kelihatannya tidak ada niat untuk mengganggu Naruto sama sekali. Tapi akhir-akhir ini...

Hei, ini hanya kebetulan saja kan?

Naruto mengedipkan matanya dan tersadar dari lamunan. Refleksi dirinya di dalam cermin mengedip mengikutinya. Suasana toilet sekolah setelah lepas jam pulang sangat sepi dan gelap. Setelah membasuh muka untuk kesekian kalinya, Naruto menepuk-nepuk pipinya dan mendesah berat. Tak mungkin rasanya ini semua adalah sebuah kebetulan... Karena sudah dua hari ini, Sasuke selalu menabrak tubuh Naruto. Di tangga, di kantin, di depan pintu kelas...Dia tidak pernah mengatakan apa-apa. Apakah Naruto terlalu memikirkannya? Apakah memang hanya kebetulan saja?

Naruto mengeringkan mukanya dengan handuk dan keluar dari toilet. Dan kemudian sontak terkejut ketika melihat Sasuke sedang berjalan menuju arah Naruto di koridor. Naruto tidak punya waktu untuk menghindar, karena jaraknya terlalu dekat. Dan benar saja...

Sasuke menabrak tubuh Naruto dan lewat begitu saja. Naruto membalikkan tubuhnya dan menatap punggung Sasuke yang semakin menjauh.

Ini bukan kebetulan, pikir Naruto cemas sambil menggigit bibirnya.

Tapi dia tidak dapat membayangkan apa yang dimaksud Sasuke dengan melakukan tindakan ini...

-cutscene-

Meskipun masih tidak yakin akan situasi dengan Sasuke, Naruto tidak membiarkan hal itu mengganggunya dan tetap pergi ke sekolah seperti biasanya. Tidak ada hal yang luar biasa terjadi pagi itu, sampai dia membuka loker sepatunya dan menemukan sebuah surat di sana.

Huee.. surat apakah ini? Pikiran Naruto langsung tertuju pada Sasuke. Jangan-jangan akhirnya dia sudah habis sabar dan bermaksud menghabisi Naruto? Apakah surat ini adalah surat ancaman dari Sasuke? Saat pikiran-pikiran seperti itu sedang melintas di pikiran Naruto, surat itu direnggut dari genggamannya.

"Hmm.. apa ini? Surat cinta? Ada juga yang suka sama kamu Naruto?" Ejek Kiba sambil menggoyang-goyangkan surat di tangannya.

Sontak Naruto langsung panik... Bagaimana kalau Kiba sampai tahu kalau Naruto sedang diancam Sasuke. Naruto langsung menyambar surat itu dalam genggamannya. "Bukan urusanmu, Inuzuka!" Sahut Naruto lebih keras dari yg diinginkannya.

"Che, aku juga tidak mau tahu isinya. Bye, pecundang..." Sahut Kiba, kelihatannya tersinggung dan bergegas pergi. Naruto mendesah berat dan menatap surat di tangannya. Setelah melempar pandang ke sekelilingnya dan menyadari tidak ada yang sedang memperhatikan dia, Naruto perlahan membuka surat itu.

Dear Naruto,

Kamu mungkin tidak mengenal aku, tapi aku selalu memperhatikanmu dari jauh. Aku pikir kamu adalah orang yang hebat dan sangat baik. Meskipun tidak ada yang bersikap baik padamu, kamu tetap tersenyum dan ceria. Dan aku sangat menyukai hal itu tentang kamu. Aku memberanikan diri menulis surat ini, karena aku ingin kita bisa saling kenal. Aku akan menunggumu di belakang gedung sekolah setelah jam pulang, dekat rumpun bunga gardenia.

Tertanda,

Pengagummu.

Naruto membutuhkan waktu semenit untuk memproses isi surat itu di benaknya. Dia tidak percaya Sasuke dapat menulis surat seperti ini. Apakah memang Sasuke menyukai dirinya? Tapi melihat dari tindakan dia dan mendorong, menabrak Naruto tiap kali mereka berpapasan, Naruto berkesimpulan bahwa Sasuke membenci dirinya. Jadi, mengapa? Dan tepatnya lagi, Naruto harus bagaimana?

Karena... Naruto tidak yakin dia mempunyai rasa lain kepada Sasuke selain rasa takut. Sasuke membuat Naruto merasa bagaikan mangsa di depan sang predator. Tatapan matanya yang tajam seolah membedah dirinya dan melihat bagian yang tidak ingin dia perlihatkan kepada siapapun.

Naruto bergidik.

Tapi hanya satu hal yang bisa dia lakukan, yaitu datang pada tempat dan waktu yang disebutkan. Dan itulah yang akan dia lakukan.

-cutscene-

Bel tanda pulang sekolah tidak dapat berbunyi lebih cepat, atau itulah yang dipikir oleh Naruto saat ia bergegas memasukkan buku pelajaran hari itu ke dalam tasnya. Tanpa sadar pandangan Naruto mencari Sasuke dalam kelas. Sasuke kelihatan tenang saat dia merapikan mejanya dengan ketepatan dan kerapian yang presisi. Dia mengangkat wajahnya dan pandangan mereka bertemu. Naruto menelan ludah. Terlintas di pikiran Naruto untuk langsung saja mendatangi meja Sasuke dan menanyakan apa maksud Sasuke dengan menulis surat itu. Tapi tidak, Naruto tidak akan melakukan itu. Tidak saat dia belum yakin bahwa benar Sasuke yang menulis surat itu. Kalau bukan, Sasuke akan mempunyai satu lagi alasan untuk membenci dirinya. Dengan berat Naruto mengalihkan pandangannya, mengambil tasnya, dan beranjak meninggalkan ruang kelas.

Sasuke mengedip pelan, dan menatap punggung Naruto dengan emosi yang tak terbaca.

-cutscene-

Daun kering di tanah menimbulkan suara renyah saat sepatu Naruto menginjak tanah di kebun belakang sekolah. Suasana yang tenang dengan cuaca sedikit berawan dan angin berhembus sepoi-sepoi sangat berlawanan dengan badai bergejolak dalam hati Naruto. Di balik rumpun bunga gardenia ini, siapapun yang telah menulis surat itu sedang menunggu.

Naruto tersentak saat menyadari bahwa yang sedang menunggunya bukan Sasuke. Melainkan seorang gadis.

Naruto samar-samar mengenali gadis itu. Kalau tidak salah, dia adalah teman sekelas Naruto, tapi mereka belum pernah mengobrol sebelumnya. "Ermm..." Mulai Naruto.

Gadis itu menyadari kehadiran Naruto dan wajahnya bersemu merah. "Na-Naruto-kun..." sahutnya dengan suara kecil bagaikan kerincing bel.

"Uh... Hinata kan? Hyuuga Hinata?" sahut Naruto dengan gugup. Dia benar-benar tidak menyangka ternyata benar ada yang... suka!? Padanya.

Hinata mengangguk dan tersenyum kecil. "Iya.. terima kasih sudah bersedia datang, Naruto-kun.." Hinata melanjutkan, "apa kamu sudah membaca isi suratku?"

Naruto mengangguk, masih berpikir bahwa semua ini mimpi, karena ini terlalu indah, terlalu bagus, terlalu beruntung untuk benar-benar terjadi padanya. Seorang gadis yang manis dan pemalu, suka padanya? Kalau ada yang bilang hal itu kepada Naruto sebelumnya, Naruto akan berpikir bahwa orang itu mabuk, atau salah minum obat.

Hinata bersemu merah lagi, dan dengan suara kecil dia berkata, "Aku su- su- su- suka padamu Naruto-kun.. Mau tidak jadi pacarku?" *insert blush emoticon*

Dengan tersenyum, Naruto mengangguk dan Hinata menarik napas tak percaya. "Tapi, kita berteman dulu... Kita tidak usah buru-buru aku ingin lebih mengenal kamu, karena haha, kita belum pernah ngobrol sebelumnya. Tapi aku punya perasaan bahwa, aku dan kamu, akan cocok. " sahut Naruto. Dengan semua yang terjadi belakangan ini, pacaran dengan Hinata akan mengalihkan pikirannya dengan pikiran-pikiran paranoid tentang Sasuke. Dan sejujurnya, dia sangat kesepian. Meskipun Naruto belum menyukai Hinata, ia yakin bahwa dia dan Hinata akan cocok dan setidaknya, kalau dia tidak mencintai Hinata, mereka bisa berteman baik. Naruto tidak akan mempermainkan perasaan Hinata kepadanya. Bahkan sebelum terlalu mengenal Hinata, Naruto pikir Hinata kelihatan seperti gadis yang sangat baik, meskipun pemalu. Tidak mungkin Naruto akan secara sadar melukai Hinata.

Mereka berdua bertukar kontak dan berjanji akan bertemu dan mengobrol lagi esok hari.

Mereka berdua tak sadar bahwa seluruh pertukaran pembicaraan itu sedang diamati seseorang dari salah satu jendela kelas di lantai 3.

Raut wajah Uchiha Sasuke tidak menunjukkan emosi yang dapat dikenali apapun, tapi genggaman eratnya pada tirai jendela, yang nyaris membuat tirai itu lepas dari kaitannya, berkata lain.

Badai, baru akan datang.

-TBC-

A.N.: Maaf lamaa... Saya tidak punya alasan selain, karena jarang menulis hilang momentum hehe... Terlalu banyak baca fanfiction, dan terlalu sedikit menulis. Tapi akhir-akhir ini, aku kepikiran cerita ini belum selesai, padahal inspirasinya banyak datang... akhirnya kuputuskan menulis lagi... Mohon bersabar padaku, teman-teman :) Aku masih lanjut kok, dan inspirasinya masih kuat. Ada pikiran mau menulis ulang chapter 1-3 untuk merubah suasananya cuman sudah terlanjur jadi nanti kalau ada waktu lebih. Harusnya sih fanfiction ini termasuk panjang.. Tapi coba de tiap hari aku tulis sedikit-sedikit. Mohon tanggapannya biar aku lebih semangat, soalnya kadang uring-uringan saya kalau mau menulis XD suka galau... Btw, chapter ini dilihat dari sisi Naruto-nya semua, nanti mungkin akan ada yang dari sisi Sasuke.. Biar lebih misterius karena kita tidak tahu apa yang ada di pikiran si Sasuke.

P.S.: Bahasa bunga gardenia adalah Secret love.

P.P.S: Tenang aja, ini fanfic YAOI kok... Naruto sama Hinata cuman temenan :D

P.P.P.S: Mudah-mudahan besok ada update lagi... Amiin... Biar dikit asal sering de T.T