Falling to You

Pairing : HoMin / YunJae / YooSu

Rate : M

Length :19 of 19

Warn : hmm..

Dua tahun kemudian..

Kalau saja wajah bisa dilipat empat lalu dimasukkan kantong kresek kecil, mungkin Changmin akan melakukannya dari tadi. Hampir mati dia kesal membiarkan tubuhnya, jiwanya, dan kegilaannya terperangkap di kandang TVXQ.

Kandang?

Iya.

Changmin sejak lama menancapkan perspektif bahwa tidak peduli bangunan itu hanya sepetak kamar sewa sempit atau penthouse bertingkat tiga, apapun itu namanya tetap tidak ada kata maaf bagi sampah-sampah yang bertebaran.

"ini bukan sampah !" Junsu merengut tidak terima.

Padahal Changmin hampir berhasil mengenyahkan kardus usang ke luar pintu sebelum Junsu berlari secepat flash kamera dan merebut kembali miliknya.

BRAK!

Isi kardus berceceran keluar.

"what the hell-"

Changmin chuckles, with chain in the right and cock ring in the left.

Popp! Ada traffic light.

Merah kuning hijau… on the face of Junsu.

Tema bongkar-bongkaran ini datangnya dari Yoosu. Pasangan gay sialan yang benar-benar menikah. Nekat bersumpah di Belgia dan berkejar-kejaran dengan ayah Junsu yang bersamurai.

Cinta itu memang mengerikan ternyata.

Sesuai kesepakatan pranikah (benar begitu namanya?), pasangan ini akan memulai fase baru dan berbahagia di istana milik mereka.

Istana?

Ya anggap saja begitu.

Well, well, well..

Banyak kejutan di akhir tahun kemarin.

Guess what?

Pernikahan haram agama itu bukan satu-satunya.

Yoochun anak Lee Sooman?

Iya, tapi masih ada lagi.

Pengalihan saham mayoritas kepada..

Kim Jaejoong.

Silakan terkejut.

Bukan rahasia bahwa shareholder terbesar SMent. justru bukan Lee Sooman melainkan dipegang oleh Kim Jangyu, istrinya yang meninggal di pertengahan tahun lalu. Desas-desusnya, surat wasiat perempuan itu sempat diubah dua hari sebelum dia meninggal dan semuanya terjadi tanpa sepengetahuan Lee Sooman.

Dramatis.

Seharusnya Dinansti SMent. membuat film dokumenter untuk ini.

.

.

.

Jaejoong mengedarkan pandangan dari balik kaca mobil.

Sudah tiba di lokasi. Fanmeeting yang kesekian di tahun ini. Kali ini giliran Shanghai.

"astaga! Padahal aku sudah mewanti-wanti no excuse untuk gambar-gambar itu!"

Manajer pribadi Jaejoong sibuk melabrak crew acara yang entah kenapa melanggar kesepakatan bla bla bla. Sementara itu, Jaejoong dengan mantel bulunya melangkah ringan sambil dipayungi asisten.

.

.

.

Shanghai International Gymnastic Centre sesak napas.

Karena Jaejoong.

Cuma karena Jaejoong.

Dia hadir dalam judul besar promosi album solonya. Satu album full ciptaannya sendiri.

Hari-hari seperti ini adalah saat dia mengisi energi.

Hari-hari seperti ini adalah upahnya, bayaran semua keringat dan sakit hati.

Hari-hari seperti ini…

"Satu pertanyaan lagi.. Hi Jaejoong-oppa, namaku Hsi Yuan dari Chengdu. Kau begitu sibuk setiap hari dan tetap menaruh banyak cinta pada fansmu. Bagaimana perasaanmu, Oppa?"

Riuh kembali setelah MC menyelesaikan pertanyaan dari sticky note yang dipilih acak dari whiteboard.

Jaejoong terhenyak.

Sekarang hampir memasuki pertengahan tahun dan belum satu haripun dia berjumpa ibunya. Bahkan mengunjungi makam Bibi Gyu yang tidak jauh dari kantor pun dia tidak sempat. Miris sekali, tahun baru kemarin menjadi semacam titik balik dari semuanya.

Apa ini buah dari sayatan-sayatan kutukan?

Apa ini benar-benar kebahagiaan yang sah miliknya?

Tapi mengapa lubang besar itu masih menganga di dadanya?

Dua bulan lalu dokter memvonisnya untuk segera melakukan operasi pita suara. Jaejoong sudah lama tahu. Ketidaknyamanan saat bernyanyi, jam terbang tidak pernah bohong. Memang ada yang salah dengan suaranya.

Jaejoong mau tak mau kembali teringat dengan banner besar di pintu stadion, persembahan YunJae-shipper. Editan kasar dia dan Yunho berciuman. Lucu juga.

Kelap-kelip lightstick merah darah menyadarkannya. Satu gedung ini menanti jawabannya.

"sangat bahagia. Terima kasih"

Jawaban singkat, ditutup senyum paling tampan.

Epic.

.

.

.

Yunho tidak peduli dia akan meninggalkan sesuatu atau tidak.

Yang terpenting adalah secepatnya keluar dari tempat ini.

Flashback.

"jangan manja. Makan saja semua yang dimasak dapur umum.."

"…"

"aku tidak akan kangen"

Yunho meremas kuat bahu Changmin, memetakan lama-lama seluruh wajah bahkan kerut yang memang belum ada pada wajah maknae. Dia tahu nilai akademisnya parah waktu sekolah menengah dulu, tapi bahkan Yunho masih bisa kaget dengan perasaannya yang lebih parah berantakannya dengan Shim Changmin. Entah dia di dukuni atau sudah terlanjur di-voodoo..

Tok! Tok! Tok!

Keduanya menoleh ke arah pintu.

"sudah waktunya pergi.." ucap Changmin sambil pelan-pelan membebaskan tubuhnya. Kemudian bergerak sigap menarik risleting jeans Yunho dan mengancingkannya. Wajah yunho sama kusutnya dengan kemeja biru muda yang dipakainya. Kemeja yang tadinya licin, namun jadi bernoda samar-samar karena satu semburan dari organ Changmin.

Tok! Tok! Tok!

Yunho masih tidak bergerak sejengkal pun.

"aku pergi satu kali. Kau juga. dan kita impas."

Cup! Changmin mengecupnya sekilas.

Flashback end.

.

.

.

"aku memang tampan. Sudah tahu kok.."

Yunho tertawa kecil dan melangkah mendekat.

Mata Changmin terpejam menikmati sentuhan-sentuhan ringan pada kening dan matanya. Ujung-ujung jemari Yunho yang menuruni hidung dang mengusap bibirnya yang lebar.

Dan matanya kembali terbuka. Saat tubuhnya di dorong paksa ke dinding.

"Yunhooooo!" rengeknya.

Yunho terkekeh.

Jarang-jarang Changmin melakukan bboing-bboing sepeti idol group yang banyak-banyak di luar sana.

Ternyata memang tidak ada pantas-pantasnya.

Gantian Yunho yang terdorong ke belakang. Changmin menyerang bibirnya.

Berpagutan lama. Seperti tidak ada hari esok.

.

.

.

Pernikahan putih.

Yoochun mengabsen bucket bunga yang hilir mudik sedari tadi. Semuanya bewarna putih.

Khas Changmin sekali. Yang tidak mau repot.

Semua serba satu warna.

Junsu bersandar manja di sampingnya.

"maknae brengsek.. aku kan juga mau yang seperti ini. Garden party.." rajuk Junsu.

Yoochun mengacak rambut partnernya gemas.

"maaf ya. Waktu itu kita serba buru-buru, jadinya tidak bisa maksimal seperti keinginanmu"

Junsu mengerjapkan matanya, tampak Yoochun yang merautkan penyesalan.

"tapi sayang.. kalau maunya bunga sih, nanti malam saja pas di bath up.. ya?" bisik Yoochun pelan namun bergairah.

Junsu memerah.

.

.

.

"sebentar lagi mulai. Ayo.. jangan sampai aku dibunuh ibumu"

Changmin tertawa sambil mengatur napasnya.

"baiklah. Aku tunggu di virgin road.."

Yunho melambaikan tangannya.

.

.

.

If the words spoken between us were made into song

What kind of melody do you like?

Don't forget that I love you..

.

.

.

Seluruh undangan diam khidmat.

Pengantin telah berhadapan dengan Pendeta.

Janji suci akan diucapkan.

.

.

.

"apakah kamu menerima Shim Changmin sebagai suamimu, dari saat ini hingga seterusnya, dalam keadaan baik maupun buruk, dalam kaya maupun miskin, dalam sehat maupun sakit, mendampinginya hingga maut memisahkan kalian?"

.

.

.

"ya. Saya bersedia" ucap Yunho mantap.

.

.

.

Changmin menarik napas lega.

Mereka boleh berciuman.

.

.

.

Suara riuh tamu undangan terdengar hingga parkiran mobil.

.

.

.

Yunho menggenggam setirnya erat. Hingga buku jarinya memutih.

"ya. Saya bersedia.." ulangnya lagi.

.

.

.

"kalian akan bulan madu kemana?" tanya Junsu.

"backpacker ke Eropa" jelas Changmin penuh semangat.

YooSu hanya bisa menggelengkan kepala.

"heh. Ingat, istrimu itu sedang mengandung. Jangan terlalu diporsir saat berpergian"

Changmin hanya memainkan bola matanya. Dan ucapkan terima kasih kepada Junsu yang telah menahan Yoochun untuk tidak meninju perut maknae yang cueknya keterlaluan.

Sang pengantin wanita yang terlihat sempurna dalam satu gaun broken white dengan sejumput renda ala Grace Kelly hanya bisa tersenyum di samping mereka. Masih melayang saat benar-benar menyadari bahwa dia telah menjadi seorang istri. Benar bahwa Changmin adalah cinta baginya. Perlahan dia mengelus perut yang tidak lagi sama. Isinya tidak sekedar asam lambung saja, ada nyawa hampir tiga bulan di sana. Roh kehidupan yang memuat sebagian Changmin. Dia tidak akan lupa bahwa memilih bertahan bersama Changmin adalah perjudian. Dari Manhattan bertahun-tahun lalu hingga hari ini dia masih sama.

Tidak peduli apakah Changmin benar mencintainya.

"kau lelah?" tanya Changmin pada istrinya.

.

.

.

Flashback.

"berjanjilah untuk selalu mencintaiku"

"…"

"berjanjilah untukku, Changmin.."

Mereka berpelukan erat di ranjang saksi keperawanan bokong Changmin di Paris. Setelah menghabiskan satu botol wine dengan tahun yang sama seperti waktu itu.

Hotel yang sama. Kamar yang sama.

Mereka menapaki jejak-jejak masa lalu saat segala yang terjadi hanya berjudul tidak sengaja. Hingga akhirnya mereka kembali dengan perasaan yang benar-benar ada dan tidak lagi ingin dianggap hanya sesaat.

"Changmin…"

"Yunho. Kau ingat kesalahan terbesar kedua dalam hidupku?" tanya Changmin.

Yunho terdiam berpikir sejenak.

"menyuruh Junsu mencari lelaki lain selain dirimu?"

Changmin mengecup dada pria yang merengkuhnya.

"aku tidak menyesal karena menolaknya. Aku hanya merasa bersalah karena mengarahkannya pada pelukan Yoochun"

"tapi kini mereka bahagia. Kau tidak bersalah, Changmin"

"bahagia setelah Junsu hancur berpuluh-puluh kali, Yunho.."

Keduanya menyekap sunyi. Lama sekali.

Yunho menarik selimut untuk menghangatkan tubuh mereka.

"dan kau tahu apa kesalahan terbesar nomor satu milikku?"

Kali ini Changmin bertanya dengan menatap serius wajah kekasihnya.

"…"

Yunho tidak memiliki ide apa pun untuk menjawab.

"…membiarkan diriku mencintaimu dengan mudah" lanjut Changmin menjawab pertanyaannya sendiri.

Yunho tidak berkedip sedikitpun.

.

.

.

"one day, I will move on Yunho.."

"…"

"ketika waktu itu tiba, aku tidak akan kembali lagi"

.

.

.

"baik. hingga saat itu tiba, aku tidak akan menahanmu lagi"

Yunho berjanji.

Pada Changmin.

Pada dirinya.

Flashback end.

.

.

.

Ketukan pelan pada kaca mobil membangunkan Yunho dari tidur singkatnya.

"di sumpah pernikahan tadi kenapa tidak ada?" tanya Jaejoong.

Yunho mengusap wajahnya dengan kedua tangan.

"terdengar kok. Dari speaker" jawabnya.

Mata Jaejoong berkeliling memperhatikan interior mobil yang baru pertama kali di dudukinya. Bertahun-tahun dia tidak pernah berada di dalam mobil pribadi Yunho.

"you look pathetic" Jaejoong menaikkan satu alisnya.

Yunho tengah menggulung lengan kemejanya. Jas yang dipakai tadi pagi rupanya telah terbaring nista di bangku belakang. Jaejoong dapat mencium samar-samar bau rokok diselingi aroma freshener. Yunho hanya merokok disaat frustasi. Satu kebiasaan yang diketahui semua orang di lingkungan mereka.

"hanya aku yang dicintainya nomor satu" balas Yunho.

Jaejoong memiringkan kepala.

"kata siapa?"

"Changmin yang bilang"

Jaejoong tertawa cukup keras.

"dan kau percaya? Dia itu Changmin. kau tahu-" ejeknya.

Yunho menganggukkan kepala, " setidaknya aku berharap yang terbaik"

Jaejoong terdiam.

Yunho terlihat yakin.

Matanya menyusuri Yunho dari atas ke bawah. Ekspresi Yunho yang seperti ini mengingatkannya pada satu kenangan lama.

Saat Yunho bersikeras melarangnya keluar dari perusahaan.

Air muka yang sama.

Atmosfer mobil menjadi kaku. Dua orang di dalamnya seperti kehabisan bahan pembicaraan. Kalau diumpamakan potongan anime, entah sudah berapa kali angin berhembus dari utara.

Akhirnya Yunho berinisiatif menghidupkan musik instrumental. Satu soundtrack dari Final Fantasy.

CD punya Changmin yang tertinggal.

"Jae, sepertinya kau telah melupakanku" ucap Yunho memecah kebisuan.

Mata Jaejoong melebar.

"atau jangan-jangan.. belum ya?" Yunho bergumam dengan gaya mengesalkan.

"terus saja bermimpi Jung sialan!" amuk Jaejoong.

.

.

.

END

Sudah berakhir!

Ada yang protes akhirnya begini?
maaf buat yang mengharapkan HOMIN bersatu.

Saya sempat berpikir untuk membuat mereka bersama tapi, entah kenapa jadinya malah tidak pas. *plak

Maksudnya, di karakter cerita ini…

Changmin kok menikah dengan perempuan lain?

Jawabannya: karena dia Shim Changmin, makanya dia begitu.

Yunho kok nggak melarang Changmin?

Jawabannya: karena dia Jung Yunho, makanya dia begitu.

Nggak ngeh ya saya ngetik apaan? Iya. Saya juga kok *plak

Pokoknya terima kasih untuk semua readers yang setia mengikuti dari chapter 1-19, menunggu update sampe berbulan-bulan, sampe disindir-sindir dalam fanfic Homin EL *hehehehe, dan sempat di-mention juga oleh salah satu author baru. *tengkyuu

Terima kasih untuk semua reviews (bahkan bashing^^). Maaf nggak bisa dibalesin satu persatu.

p.s. : chapter terakhir, sayang loh kalo jadi silent readers *kedip-kedip

RnR ya^^

p.s.s. : dari Chapter 1-19 bagian mana sih yang paling berkesan? Dan apa quote/kalimat favorit kalian?