Chapter 4 : a Complication

Summary : Kyuhyun dan Sungmin terpisah ketika mereka kecil. Berbekal kenangan pahit masa lalunya, Sungmin akan menemukan Kyuhyun yang dulu dikenalnya sebagai Kui Xian. Bisakah ia?

-KyuMin Fanfiction-

YAOI

Tittle : Memories

Pair : KyuMin /slight Super Junior couple

Other Cast :

(akan bertambah sewaktu-waktu)

Genre : Yaoi, Romance, Friendship, Hurt/Comfort

Warning : typo(s), bad language, don't like don't read

Disclaimer : Super Junior milik kita, KyuMin milik kita dan FF ini milik saya. Okeh?

DON'T JUDGE ANYTHING ABOUT ALL THE CHARACTERS IN THIS FICTION! IF YOU WANT, JUDGE ME! DEAL ..

Memories

-Kyuhyun's POV-

Terjebak dengan kilatan-kilatan cahaya yang bersautan adalah bagian dari gaya hidup yang aku jalani dimulai hari ini. Dulu mungkin aku asing dengan semua ini, tapi mulai sekarang aku harus membiasakannya. Karena aku adalah publik figur. Kilatan kamera adalah makanan sehari-hari kami. Tanpanya, kami bukanlah apa-apa. Tentu saja, memangnya siapa yang membuat kita dikenal orang tanpa foto? Emm, dan artikel tentunya.

Fans..

Mereka tidak akan mengenal idola mereka jika tidak ada wartawan dan reporter di dunia ini. Ahh~ aku tidak sabar akan hal itu. Membayangkan saja sudah membuatku mati gaya. Aku yang dulunya hanya seorang siswa biasa, sekarang berbalik menjadi publik figur. Aku yang dulunya punya banyak teman—koreksi, aku tidak pernah punya teman, sekarang (mungkin) berbalik punya banyak antis. Gaya hidup yang terasa begitu membebaniku.

Satu-satunya cara yang aku gunakan untuk membunuh semua rasa takutku, melihat dia duduk elegan di sampingku sambil bibir menyerupai bentuk 'M' nya membentuk sebuah senyum yang kusukai adalah cara yang ampuh.

Aku tidak takut lagi. Leeteuk hyung melindungiku, dia mengambil alih semua pertanyaan memojokkan yang sebenarnya ditujukan padaku dari semua reporter itu. Di samping kiri, lima baris berturut Siwon hyung, Donghae hyung, Eunhyuk hyung, Heechul hyung dan paling pinggir Leeteuk hyung. Sisanya di samping kananku.

Aku menahan diri agar tidak tertawa saat ingatan itu muncul lagi di benakku. Beberapa saat lalu ketika kami memasuki gedung mewah ini seluruh mata tertuju pada kami. Beberapa dengan cekatan meraih atribut mereka lalu menekan dengan tergesa-gesa tombol yang ada di kamera. Kami, lengkap 13 orang, berdiri sejajar beserta lima jari kami terbuka dan diangkat setara dada.

Setelah prosesi foto selesai, kami menuju kursi yang telah disediakan. Niatan awal adalah aku harus cekatan mengambil tempat tepat di samping dia (Sungmin hyung). Tepat sekali. Beruntung aku selalu mengawasinya. Hampir saja kursi disebelah kiri Sungmin diambil oleh Siwon hyung. Aku kalah cepat dengan Ryeowook yang sudah lebih dulu duduk di sebelah kanannya. Dan faktanya, semua yang kulakukan adalah sugesti untuk diriku sendiri. Sungmin hyung menggerutu karena tiba-tiba aku berada di dekatnya. Mungkin dia tahu aku sengaja. Tapi inilah aku—setidaknya sejak kemarin—aku menyukai Sungmin hyung yang marah-marah untukku, hehe.

Aku tidak takut. Benar-benar tidak takut. Dimana pun aku, sebanyak apapun yang menyerangku, asal aku berada di tengah Super Junior, maka aku aman. Seperti yang kukatakan, satu-satunya cara yang aku gunakan untuk membunuh semua rasa takutku, melihat dia ada dan duduk elegan disampingku. Dia siapa? Sungmin hyung dong..

Apa lagi yang kutakutkan? Kurasa tidak ada. Hidupku sempurna bersama mereka.

"Kyuhyun-ssi, bisakah menunjukkan bakat bernyanyimu pada kami? Kudengar anda pernah menjuarai lomba bernyanyi saat SMA setingkat provinsi,"

Mendengarnya, aku langsung tersentak kaget. Refleks aku tersadar dari lamunanku. Bisa-bisanya aku melamun ditengah konfrensi pers untukku. Aku berpikir sejenak, bukan karena gugup melaikan lagu apa yang akan kunyanyikan. Believe. Aku cukup menguasai lagu itu. Hmm, itu saja.

"Ne, tentu.."

Aku berdiri. Memandangnya sejenak sebelum aku bernyanyi. Sungmin hyung balas memandangku. Sejenak kami saling bertatapan. Aku memberinya seulas senyum terbaikku.

~Uriga mannage doen narul chugboghanun ee bamun

Hanulen dari pyo-igo byoldurun misojijyo

Gudeui misoga jiwojiji anhgil baleyo onjena haengbokhan nalduri gyesog doegil bilmyo~

Riuh sebab puluhan pasang tangan bertepuk hampir bersamaan membuatku tegang. Mereka senang mendengarku bernyanyi. Termasuk hyung-deul. Seharusnya aku juga senang. Tapi ini justru membuatku tegang. Yasudahlah, aku duduk lagi saja..

"Whoa~ anda memiliki suara yang sangat lembut Kyuhyun-ssi. Pasti menyenangkan bisa mendengarkannya setiap hari. Apakah anda juga tinggal di dorm?" salah satu dari banyak wartawan berkata sambil bertepuk tangan. Dia wanita dengan kacamata tebal.

"Iya. Kurasa lebih baik seperti itu. Aku jadi bisa mengenal dan mengakrabkan diri dengan member lain."

Wartawan wanita itu mengangguk paham. Sepertinya dia masih ingin bertanya, "Kalau begitu, siapa teman kamar anda?"

"Minimi," kataku dengan santai. Aku suka ini. Nama ini.

"Siapa itu Minimi?"

Aku tersenyum geli menyaksikan beberapa orang langsung berkutat dengan laptop mereka. Mungkin memilah kembali barang kali ada nama member yang namanya kusebutkan tadi. Tapi bodoh. Itu kan nama yang kubuat untuk Sungmin hyung. Haha..

"Dia, Sungmin hyung." Ujarku. Lalu kulihat semua menatapku dengan heran. Aku tidak peduli. Aku melihatnya yang juga melihatku. Aku yakin Sungmin hyung tak kalah terkejutnya. Dia menatapku tajam seolah akan menghajarku setelah ini. Sekali lagi, aku tidak peduli. Malah kubalas tatapan tajamnya dengan senyuman lagi. Sungmin hyung pasti makin geram.

"Apakah itu semacam panggilan khusus untuk Sungmin-ssi?"

"Seharusnya begitu. Karena aku dilarang memanggilnya Sungmin hyung, maka kuputuskan memanggilnya begitu."

"Hahahahaha~~"

Semua tertawa. Mungkin mereka berpikir konyol sekali aku mengatakan hal itu. Dan faktanya memang benar adanya. Aku tidak mengada-ada. Sungmin hyung memang tidak memperbolehkanku memanggil namanya.

Sebenarnya aku merasa bersalah. Keadaan ini membuatnya tertunduk malu karena ditertawakan. Pipi putih bersihnya sekarang berganti rona merah yang mempesona. Minimi-ku sangat sensitif. Sedikit saja terusik, pipinya akan merona hebat.

Dia tidak pernah berubah.. tetap menggemaskan seperti dulu.

.

.

.

Satu jam berlalu, akhirnya aku menghabiskan durasi dengan tanya-jawab seputar aku dan Minimi. Wartawan-wartawan itu senang sekali mengorek informasi tentang kami. Dalam pikirku aku bertanya, sebenarnya konfrensi pers macam apa ini? Untukku atau aku dan Minimi?

Kulangkahkan kakiku meninggalkan gedung megah ini. Kami bersiap kembali ke dorm. Hari esok sudah menanti. Banyak yang harus kami siapkan untuk itu.

Hari ini, kalau ingatanku masih bagus, kurasa tidak ada jadwal apapun untuk Super Junior. Tapi personal job tetap ada. Sepertinya di dorm sebentar lagi hanya tersisa aku, Minimi, Ryeowook, Eunhyuk hyung dan Yesung hyung. Sisanya seperti yang kukatakan tadi.

Tanpa berganti pakaian terlebih dahulu, aku merebahkan diri di kasur baruku yang baru kutempati malam tadi. Mencari posisi ternyaman untukku memejamkan mata. Aku lelah sekali. Semalam tidak tidur. Terlalu asyik menonton bersama Leeteuk hyung lalu saat kembali ke kamar, aku menyadari terlambat untuk mengucapkan selamat malam pada Minimi. Dia tidur seperti bayi. Wajahnya damai saat aku tak mengerjap memandanginya.

Sayangnya setelah itu dia tidak tahu apa yang terjadi. Mwo? Apa yang terjadi malam tadi? Haha~ tidak.. aku hanya bercanda. Kalian memikirkan apa? Tentu saja aku tidak melakukan apapun padanya setelah itu aku mencoba tidur tapi gagal. Makanya, sekarang ini biarkan aku tidur sebentar saja. Hitung-hitung Leeteuk hyung sedang ada job. Kalau dia ada di dorm, pasti marah-marah jika ada dongsaengnya yang malas-malasan. Yah, kudengar seperti itu.

-Kyuhyun's POV end-

.

.

.

'Cklek'

Sungmin terkesiap melihat satu ranjang di kamarnya telah berpenghuni. Kyuhyun tertidur pulas dengan masih mengenakan jas dan belum berganti sama sekali. Sungmin mendengus sebentar.

"Dia bahkan belum melepas sepatunya." Gumamnya pelan sambil membuka jasnya.

Sungmin menghampiri kursi yang terletak disamping nakas dekat jendela kamarnya lalu meletakkan jasnya disana. Dia juga mengambil beberapa potong pakaian biasa untuk dibawanya ke kamar mandi. Mencegah kemungkinan terburuk kalau-kalau Kyuhyun tiba-tiba bangun dan melihatnya sedang berganti pakaian. Meskipun sesama pria, Sungmin rasa tubuhnya tetap privasi.

Selesai mengganti pakaian, Sungmin tidak langsung melengos keluar dari kamar mereka. Dia memperhatikan Kyuhyun yang sedang tertidur nyenyak di kasurnya. Sungmin gemas. Dia tidak suka melihat orang yang jorok. Tidur dengan pakaian seperti itu.

"Ish! Apa dia tidak risih," gerutunya lalu beralih mendekati ranjang Kyuhyun.

"Kyu~~ Kyuhyun-ah bangun. Ganti pakaianmu dulu," Kyuhyun menggeliat sedikit terusik tapi tetap tidak membuka matanya. Sungmin belum menyerah.

"Kyu, ganti dulu, setelah itu kau boleh tidur lagi." Kali ini Kyuhyun makin pulas. Dia seakan mengacuhkan Sungmin. Sungmin mendengus, "Ish! Kalau sudah tidur seperti mayat, tidak bisa diganggu. Dasar tukang tidur!" cibirnya sarkastik.

'Eh? Tukang tidur?' ulang Sungmin dalam hatinya. Sungmin seperti tidak asing dengan julukan itu. Tukang tidur.. kalau tidak salah Kui Xian juga tukang tidur.

'Tidak, tidak, tidak! apa yang kau pikirkan Lee Sungmin!' Sungmin menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Melawan hatinya sendiri. Dia tidak akan banyak berharap kalau Kyuhyun adalah Kui Xian-nya. Meskipun sering kali ia terpikir juga tentang hal itu.

"Aku terlalu merindukannya. Ya, hanya terlalu merindukannya. Kyuhyun tetaplah Kyuhyun—dan bukan Kui Xian." Tutur Sungmin membesarkan hatinya.

.

.

.

Seseorang pernah berkata, menangislah jika itu bisa membuatmu tenang. Laki-laki yang berani mengeluarkan airmatanya untuk sesuatu yang membebaninya adalah laki-laki yang sesungguhnya. Namun mereka tetaplah makhluk dengan harga diri tertinggi yang pernah ada. Mereka tak akan menunjukkannya. Mereka tak memerlukan tempat sandaran seperti kebanyakan kaum wanita. Menyendiri untuk menangis yang mereka lakukan.

Tak dipungkiri, Sungmin pun melakukan hal yang sama. Dia berada di balkon dorm. Menyeret kursi yang ada disana, duduk menikmati hembusan angin siang menjelang sore menyapa kulit wajahnya. Sambil memejamkan mata, ternyata Sungmin tidak kuasa menahan airmata-nya. Membiarkan zat bening itu keluar dengan sendirinya. Tidak ada isakan disana. Sungmin hanya merutuki kharismanya sebagai seorang pria. Pria tidak boleh cengeng—menurutnya.

Dua kali sudah dia menangis sejak kemarin. Dua kali juga dia menangis karena Kyuhyun, padahal pemuda itu tidak menyakitinya. Dia yang sulit mengontrol emosinya sendiri. Tak sepantasnya menyalahkan orang lain.

'AH!' Sungmin membulatkan matanya saat tiba-tiba sebuah tangan menyentuh bahunya. Sungmin menggigit bibir bawahnya cemas. Gawat—pikirnya. Orang itu mengagetkannya.

"Min.." panggil orang itu dengan suara pelan. Sungmin menghembuskan nafas lega. Paling tidak Sungmin tahu suara itu milik Hyuk Jae. Sungmin tidak keberatan Hyuk melihatnya menangis. Mereka saling berbagi sejak dulu. Tidak ada rahasia selama ini. Coret untuk masalah Kui Xian. Eunhyuk tidak pernah tahu tentangnya.

"Hyuk, kau disini?" Sungmin membetulkan posisi duduknya setelah terlebih dulu menyeka airmatanya. Eunhyuk mengambil kursi lain lalu duduk disebelah Sungmin.

"Kau menangis lagi, eoh?" tanya Eunhyuk pelan.

Sungmin tersenyum getir, "Aku cengeng sekali belakangan ini Hyuk. Maaf, aku malu untuk memberitahumu."

"Waeyo? Aku sahabatmu Min. Aku tahu kau sedang menyembunyikan masalahmu. Kau mengira dirimu kuat, tapi tidak selamanya seperti itu Min. Kau butuh seseorang untuk membagi masalahmu. Dan aku tidak keberatan dengan hal itu," tutur Eunhyuk dengan sedih. Terkadang dia merasa Sungmin terlalu memaksakan diri. Padahal dia ada. Dia ada untuk kapanpun Sungmin ingin berbagi.

"Aku tahu.. aku tahu itu Hyukkie, mianhae."

Eunhyuk mendengus, "Sekarang ayo ceritakan. Aku tidak mau melihatmu menangis lagi, itu memalukan Sungmin."

Mendengar ejekan Eunhyuk, Sungmin malah tertawa terbahak. Merasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi, untuk pertama kalinya Sungmin ingin menceritakan masa lalunya. Pada Eunhyuk, hanya pada Eunhyuk. Sungmin percaya Eunhyuk bisa membantunya.

Sungmin bercerita, Eunhyuk mendengarkan dengan baik-baik. Sebenarnya kenangan itu terlalu menyakitkan untuk dikatakan lagi, membuat Sungmin lagi-lagi tidak tahan untuk tidak menangis. Biarlah, toh hanya kali ini saja. Selanjutnya dia tidak akan mengulas kembali kenangan pahitnya itu.

Eunhyuk bak pendengar yang baik. Dia mendengar setiap keluh kesah yang terlontar dari mulut sahabatnya. Eunhyuk memberikan kesempatan untuk Sungmin menangis, lalu dia yang bertugas mengusap sesekali menepuk-nepuk punggungnya. Termasuk saat Sungmin bercerita mengenai jati dirinya yang ternyata bukanlah dari keluarga Lee. Dia dipungut. Eunhyuk bisa merasakan tekanan teramat sangat yang dialami Sungmin. Dia menyesal tidak menanyakan hal ini sejak dulu. Pasti Sungmin tak harus merasa sesakit ini.

Eunhyuk memeluk Sungmin saat Sungmin mengakhiri ceritanya. Sungmin masih menangis. Tapi kali ini seperti lebih ringan. Tidak seberat dulu.

"Jadi, kalian berasal dari Mokpo?" tanya Eunhyuk pelan. Sungmin mengangguk-angguk sambil menghapus airmatanya.

"Kau sudah mencarinya lagi kesana?"

Sungmin mengangguk.

"Bagaimana hasilnya?"

"Tidak ada." jawab Sungmin dengan polos.

Sejenak keheningan yang menggantikan percakapan mereka untuk sesaat. Jujur saja, Eunhyuk juga bingung. Kira-kira bagaimana cara untuk menemukan Kui Xian lagi. Fatalnya, Kui Xian di jual entah kemana. Bagaimana kalau ke luar negri? Ck, pasti akan sedikit kemungkinan dapat menemukannya.

"Hei, bagaimana dengan nama?" Eunhyuk mengusul dengan tiba-tiba. Sungmin tidak mengerti. Dia memiringkan kepalanya bingung.

"Maksudmu?"

Wajah Eunhyuk berubah serius, "Maksudku, bisa jadi namanya bukan Kui Xian lagi. Itu kalau kita mengumpamakan dia di jual masih dalam wilayah Korea. Pikir saja, kalau kau orang asing yang menetap di Korea, apa kau akan nyaman menggunakan nama aslimu disini? Kau pasti segera mencari nama Korea-mu bukan? Kui Xian itu nama asing lo,"

Sungmin mengerjap satu kali, tiba-tiba saja pendapat Eunhyuk menarik perhatiannya.

"Hey!" tegur Eunhyuk tidak sabar. Sungmin mengangkat kepalanya lalu menunduk untuk bergumam sesuatu. Dia masih berpikir.

"Kau benar Hyukkie." Katanya sambil menatap lekat-lekat pada Eunhyuk. "Menurutmu Kui Xian itu nama dari negara mana?" sambungnya.

"Tidak tahu. Aku sering terkecoh dengan nama orang Jepang dan China." Jawab Eunhyuk sambil mengusap dagu bak detektif. "Yang membuatku heran, kalian sama-sama berasal dari Mokpo. Kenapa namamu Korea dan Kui Xian asing? Apa dia bukan anak dari orang Korea?"

"Entahlah Hyuk, aku tidak pernah menanyakan hal itu." Sungmin mengendikkan bahunya.

"Kalau begitu yang tersisa hanya orang bernama JungIn itu. Kita bisa menanyakan kemana dia menjual Kui Xian."

Sungmin terkesiap. Dia ingat sesuatu. "Ngomong-ngomong, Kui Xian meninggalkan kalungnya untukku."

"Benarkah?" tanya Eunhyuk bersemangat. Sungmin mengangguk dengan wajah serius.

Tanpa menunggu lama, Sungmin segera beranjak dari duduknya lalu berlari kecil ke kamarnya tempat dimana dia menyimpan kalung Kui Xian. Sungmin membuka kenop pintu dengan tergesa. Setelahnya Sungmin mendapati Kyuhyun ternyata masih tidur dengan pulasnya. Ia sedikit bernafas lega. Kebetulan sekali, dia tidak harus menjawab pertanyaan Kyuhyun jika pemuda itu sudah bangun.

Sungmin membuka lemari pakaiannya lalu menarik laci yang ada disana. Sebuah kotak berukuran kecil dengan motif bulat-bulat biru menjadi tempat pilihan Sungmin untuk menyimpan kalung Kui Xian. Segera dia mengambilnya lalu meletakkan kembali kotak itu dan menutup pintu lemarinya.

Sungmin kembali berlari, kali ini sedikit lebih cepat karena dia sudah tidak sabar untuk memperlihatkan kalung itu pada Eunhyuk.

"Ini,"

Eunhyuk melihat uluran tangan Sungmin tepatnya pada benda yang dibawanya. Sebuah kalung putih dengan liontin inisial 'K'. Kalung itu masih berkilau menandakan Sungmin selalu merawatnya.

"Pakailah Min selagi kita mencari Kui Xian. Mungkin dengan begitu dia bisa mengenalimu." Kata Eunhyuk.

"Tapi kalung seperti ini pasti banyak juga yang memakainya Hyuk. Lagipula—"

"Tidak semua artis memakainya. Berdoa lah Kui Xian melihatmu saat kau perform diatas panggung. Apalagi namamu Sungmin." Eunhyuk menyela perkataan Sungmin.

Sungmin tidak menjawab melainkan memainkan bibir bawahnya. Sedetik kemudain dia menganggukan kepalanya seperti pasrah.

"Kenapa?" tanya Eunhyuk setelah melihat ketidak puasan tergambar di wajah Sungmin.

"Ani.. Baiklah, aku akan mencobanya." Jawab Sungmin sambil memaksakan sebuah senyum.

Sejak saat itu Sungmin memulai harinya dengan kalung Kui Xian di lehernya. Dia tidak pernah melepasnya. Dengan harapan rencananya dan Eunhyuk menjadi kenyataan. Namun faktanya hingga waktu berjalan hampir dua bulan lamanya, tidak ada seorang pun yang mencarinya. Mencari dalam artian tersendiri. Sungmin tidak putus asa, setidaknya dia sudah melakukan berbagai upaya untuk menemukan Kui Xian. Dan seandainya gagal, dia sudah siap untuk itu. Mungkin memang dia bukan takdir Kui Xian.

.

.

.

Dua bulan kemudian.

Hanya dalam waktu dua bulan saja Kyuhyun sudah berhasil mengambil hati semua member. Kyuhyun dengan mudahnya membuat semua orang menyukai dirinya.

"KYUHYUN-AH, PALLI!"

Teriakkan Sungmin terdengar sangat keras dari luar kamar mandi. Dia sudah siap dengan handuk yang dikalungkan di lehernya, lalu ditangan kirinya menggenggam sebuah sikat gigi. Namun yang ditunggu seolah tak tahu diri dan malah asyik bersiul ditengah gemercik air.

"Masuk saja Minimi, ngga dikunci kok~" sahut Kyuhyun dari dalam dengan nada menggoda. Sungmin semakin mencak-mencak ditambah pipinya yang sudah merona karena malu.

"Yah! Lain kali aku tidak akan membiarkanmu mandi duluan Kyu!"

-Other Side-

"Ish! Mereka itu!"

Yesung menutup telinganya dengan kedua tangan rapat-rapat. Setiap hari seperti ini. Kyuhyun dan Sungmin berebut kamar mandi yang kebetulan letaknya tepat disamping kamarnya dan Kibum. Suara Sungmin yang melengking membuat telinganya sakit.

Hari sudah sore. Yesung rebahan diranjang dan ditemani Ryeowook yang sedang serius membolak-balikkan album terbaru artis favoritnya yang baru dibelinya tadi pagi dengan posisi tengkurap. Yesung sedikit melirik kearah Ryeowook saat namja manis itu terlalu focus sampai tidak protes sama sekali dengan suara Kyu-Min yang bising.

"Chagi, kau baik-baik saja?" ujar Yesung sambil menggeser posisi tengkurapnya lebih dekat dengan Ryeowook.

"Eum," Ryeowook mengangguk, masih membolak-balikkan lembaran photobook dalam album itu.

Yesung dan Ryeowook selalu seperti ini. Ryeowook akan datang ke kamar Yesung saat Kibum tidak ada, nanti Yesung yang ke kamar Ryeowook saat Eunhyuk tidak ada. Mereka lebih sering berduaan di dalam kamar ketimbang berduaan di depan umum. Menghabiskan waktu bersama hanya berdua—paling tidak sampai roommate mereka kembali, setelah itu mereka akan bersikap seperti biasa lagi.

Tapi yang mereka lakukan di dalam kamar dan saat berdua adalah monoton. Tidak ada hal lain yang mereka kerjakan selain rebahan di ranjang lalu melakukan kesibukan sendiri-sendiri. Seperti sekarang ini. Sebenarnya mereka berdua lebih banyak diam ketimbang mengobrol. Mengingat Ryeowook sendiri merupakan orang yang pelit obrolan, dan Yesung sendiri juga tidak pandai menanggapi. Tapi mereka cukup senang, asal bisa berdua.

"Chagi~ kita usul lagi ke Teuki untuk satu kamar yuk.. aku tidak tahan jika setiap sore mendengar ributan Kyuhyun dan Sungmin. Mereka menggelikan,"

Ryeowook tersenyum simpul mendengar rengekan seme-nya tapi tetap tidak melepaskan perhatiannya pada buku kecil berisi foto itu.

"Tidak ingat ya sudah berapa kali kita meminta itu dan selalu ditolak?" katanya. Bibir Yesung mengatup lalu dimajukan kedepan. "Lagipula sepertinya keputusan Teuki hyung benar. Kalau kita satu kamar pasti seharian tidak akan keluar dan terus berdiam diri disini—kecuali ada job."

Yesung berdecak, "Kalau begitu aku akan menghajar dua orang itu kalau besok masih ribut masalah mandi!"

"Hahaha~ biarkan saja. Mereka itu sedang dalam masa adaptasi. Seperti kita dulu hyung. Ingat bagaimana Sungmin hyung mendiamkan Kyuhyun dulu? Ini kemajuan mereka mulai bisa mengobrol dan bercanda." Ryeowook terkikik sendiri saat berbicara, "Jadi jangan diganggu."

"Kita tidak separah itu Wookie. Kyuhyun itu suka sekali menggoda Sungmin. Sungmin sendiri jika digoda malah marah-marah, tapi tidak jera berdekatan dengan Kyuhyun. Mereka pasangan yang menyebalkan—Ya! Wookie lihat aku saat aku berbicara padamu!" Kata Yesung bersungut-sungut karena Ryeowook tidak melihatnya sama sekali. Melirikpun tidak. Uke-nya lebih memilih memperhatikan album itu.

Ryeowook menutup album idolanya lalu merubah posisinya menjadi duduk diatas ranjang. Dia menarik lengan Yesung, mengisyaratkan untuk mengikutinya duduk. Yesung menurut.

Cup

Yesung membulatkan matanya saat Ryeowook dengan tiba-tiba mengecup kilat pipi sebelah kirinya.

"Maaf, aku terlalu senang mendapat album terbatas ini sampai mengacuhkanmu. Jangan marah hyung-ah," kata Ryeowook tulus sambil kedua tangannya menangkup tangan kiri Yesung.

"G-gwaenchana.." Yesung mendadak gugup sampai bicarapun terbata.

Ryeowook tersenyum manis membuat Yesung harus menggigit bibir bawahnya karena gemas.

"Sudahlah, kita lupakan Sungmin hyung dan Kyuhyun ya? Sekarang kita membahas nasib kita saja.."

"Nasib kita?" ujar Yesung mengulangi. "Memangnya ada apa dengan kita?"

Senyum Ryeowook perlahan memudar, "Super Junior 'kan sebentar lagi memiliki sub-grup. Sepertinya waktu kita untuk bersama akan semakin sedikit." Ryeowook menunduk sedih.

"Eh? Kenapa begitu? Siapa tahu kita tetap satu sub-grup."

"Tidak hyung, kita tidak bersama. Kau tahu Super Junior Mandarin yang katanya akan lebih fokus di China? Aku khawatir tidak bisa bersamamu dalam waktu lama saat kami promosi album."

"Kami? Maksudmu, kau sudah tahu siapa yang masuk kedalam Super Junior M itu?"

Ryeowook mengangguk.

"Kau masuk dan aku tidak?"

Ryeowook mengangguk lagi. Yesung mencoba tersenyum lalu mengusap kepala Ryeowook dengan sayang. "Tidak apa-apa, aku akan sering menghubungimu." Janjinya pada Ryeowook.

"Ngomong-ngomong, siapa saja mereka? Kenapa aku tidak diberitahu oleh manager,"

"Ah, ini saja aku yang memaksa manager hyung untuk memberitahuku. Tapi dia hanya memberitahu sub-grup yang menempatkanku. Katanya ada 7 member. Aku hanya tahu Hangeng hyung, Siwon, aku, Donghae dan Kyuhyun. Lainnya masih rahasia." Jelas Ryeowook.

"Rahasia? Jangan-jangan aku," tebak Yesung dengan penuh harap. Ryeowook tertawa.

"Bukan, kau masuk 'Happy' hyung.."

"Yaah~ lagi-lagi aku kalah dengan Kyuhyun. Enak sekali dia bisa dekat terus denganmu." Kata Yesung mulai merajuk. Ryeowook hanya menggeleng-gelengkan kepalanya maklum.

-TBC-

Taraaa~~

Udah cepet kan updatenya *ketawa setan* hehe, becanda .. iya tau, updatenya lama kan..

Habis tabrakan ama tugas akhir sebelum lebaran numpuuk banget -_-

Maaf ngga pernah balesin review satu-satu. Tapi semua udah dibaca kok dan bikin author semangat nerusinnya ^^ jeongmal gomawo *bow*

Sorry for typo. Koreksi ya kalau tulisannya ada yang salah atau ngawur.

Soal YeWook pacaran atau engga, jawabannya udah tau kan. Tenang aja, abis ini KyuMin nyusul, wkwkwk..

Readers sayang yang paling baiiiik sedunia, kasih tanggapan donk.. author sedih lo kalau Cuma bilang lanjut. Gini-gini pengen juga baca komentar kalian tentang jalan cerita, saya atau apadeh terserah.. yah yah? *puppy-eyes* #minjemMing

Special Thanks to :

MinYoungRa, Kim Soo Hyun, Choi sila, .5, hyuknie, Hikari tsuky, flower27, Bbuing Bbuing137, KyuLoveMin, iran dinas, Meytha Shora Andriyan, heeyeon, ANAKNYADONGHAE, Black Devil for Suju, kyurin Minnie, niyalaw, reaRelf, Guest (3), winecoup134, vina8402, Lee Jinhae, KS, QMing Kyutes 1371, EvilBunny-JoY, Angelica elf, nurinukie1, ayachi casey, SparKSomniA0321

Last, review?