Chapter 1: Flashback

Sakura's P.O.V

Namaku Haruno Sakura dan aku adalah seorang dokter. Sudah dua tahun, ya dua tahun aku telah menjadi dokter pribadi dari orang yang sangat penting di Negeri ini. Yang Mulia Ratu dan Pangeran. Aku sendiri tidak percaya dengan apa yang kukerjakan. Yang aku tahu, 2 tahun yang lalu aku baru saja selesai menjalankan ujian prakter selama satu tahun di sebuah rumah sakit di Ibukota…

Flash back

"Untuk putri kami yang cantik!" Kata ayah sambil mengangkat segelas sampanye tinggi-tinggi

"Kau hebat putriku, sungguh hebat" , sanjung ibuku

"Ya, lulusan terbaik tentu saja hebat" ayahku menyanjungku lagi

"Itu semua tidak luput dari bantuan dan doa kalian semua. Aku ucapkan terimakasih" kataku merendah

"Tidak hanya pintar, kau juga sangat bijaksana. Aku sangat beruntung punya putri sepertimu" kata ibuku lagi

"Ya, sangat bahagia keluarga kita. Anak laki-lakiku menjadi orang sangat berguna bagi Negara dan sebentar lagi, putriku akan berguna bagi semua orang. Kami sungguh bangga pada kalian berdua. Harusnya kita merayakanya di restouran saja" kata Ayahku

"Perayaaan kecil dirumah seperti ini sudah cukup yah, dan lagi Kak Sasori tetap tidak bisa hadir kan…" kataku sedikit kecewa, karena di hari yang berbahagia ini, kakakku tidak bisa hadir karena sedang melaksanakan tugasnya sebagai seorang Anbu.

"Kakakmu sedang mengemban tugas yang mulia, kau harus selalu mendoakanya, semoga saat kau sebahagia ini, dia juga bahagia ." kata Ibuku

"Iya bu, aku tahu. Aku juga akan mendoakan ibu dan ayah, semoga saat aku bahagia, kalian juga bahagia." Kataku . Setelah itu, kami semua tertawa

"Aku yakin diantara semua putri di dunia ini, putri kamilah yang paling bijaksana." Kata Ayahku

"Putri dari seorang Rektor Universitas terbaik di Konoha tentu saja harus bijkasana agar bisa mengimbangi kebijaksanaan ayahnya" kataku. Kami semua tertawa lagi.

"Sekarang, makanlah makanan yang terlah kusediakan." Kata Ibuku

"Terimakasih. Selamat makan" kataku


Beberapa bulan berlalu…

Aku sedang berada di ruang tamu kediaman keluargaku dengan dua orang yang mengaku sebagai sekretaris istana dan dokter pribadi keluarga kerajaan. Terjadi keheningan yang cukup lama sampai salah satu dari mereka menyerahkan amplop berwana putih dengan lambang Konoha ditengahnya kepadaku.

"Apa ini?" tanyaku pada Sekretaris istana

"Itu adalah surat permohonan untuk bekerja di istana" katanya. Mataku membelalak seketika

"A-Aku bekerja di istana?" kataku memastikan

"Jika kau menandatangani surat di amplop itu, ya,kau akan bekerja di istana"

"Bukanya aku menolak. Tapi, aku baru saja lulus ujian prakter beberapa bulan yang lalu. Aku belum mempunyai pengalaman yang banyak. Lagipula sekarang aku masih dalam proses percobaan menjadi seorang dokter di Rumah Sakit umum Konoha." Jawabku

"Dari data yang telah kubaca, kau sudah beberapa kali menjadi relawan korban bencana alam di Selatan Konoha, kau bahkan juga menjadi relawan perang saudara di Amegakure. Menurutku, pengalaman seperti itu sungguh sangat luar biasa dan sangat cukup untuk menunjukkan dedikasimu sebagai seorang dokter" sekarang giliran Dokter Istana yang menjawabku.

"Apa sebagai dokter istana, aku ini sudah dikatakan pantas? Maksudku adalah, aku belum pernah mengalami hal-hal seperti menyelamatkan anggota parlemen dan juga sebagainya. Yang aku tangani adalah warga sipil, tentu saja hal itu berbeda. Dan juga, jika hanya karena aku punya pengalaman yang memadai dan nilai ujianku yang tinggi, kurasa belum pantas bekerja di istana." Kataku

"Dari semua calon, hanya kau yang pantas berada di posisi ini. Kau adalah anak seorang rektor, kakakmu seorang anbu, tentu saja kau juga punya nilai plus dalam asal-usul keluarga. Juga aku yakin kau punya tata karma. Tapi, jika kau memang menolak pekerjaan ini, tidak apa-apa. Kau bisa memilih. Tapi kau harus menentukanya sekarang"

Akhirnya, dengan menimang-nimang bebrapa pilihan, aku menerimanya. Setalah itu, aku mengeluarkan surat dalam amplop. Dan ternyata, aku menjadi Dokter pribadi Yang Mulia Ratu, Uchiha Mikoto dan Pangeran Uchiha Sasuke. Sesaat aku ragu, tapi karena sudah memilih, akhirnya aku tetap menandatangani surat itu. Dan juga, aku mulai bekerja bulan depan.


Semenjak itu, aku jadi rajin membaca Koran dan melihat berita tentang situasi istana. Ada rumor yang mengatakan kalau hubungan rumah tangga di sitana sedang tidak bagus. Yang Mulia Raja tidak pernah lagi didampingi Ynag Mulia Ratu dalam beberapa kesempatan, dan begitu pula sebaliknya.

"Nona" panggil seorang pelayan keluargaku

"Iya ada apa?" tanyaku

"Tuan Muda sudah ingin bicara dengan nona di kamarnya" Jawabnya. Tanpa basa-basi lagi, aku segera berlari ke kamar kakakku. Dia sedang duduk diatas tempat tidurnya

"Onii-san!" panggilku. Aku berlari dan memeluknya. Aku suka harum tubuh kakakku, sangat menenangkan.

"Sakura. Kau sudah besar, bagaimana kau memeluk kakakmu seperti ini" katanya. Aku melepaskan pelukanku dan duduk disampingnya

"Aku sangat merindukan kakak. Sudah 3 bulan ini semenjak misi terakhir, kakak tidak pernah pulang. Apa semuanya baik-baik saja, kakak baik-baik saja kan?" tanyaku pada Kak Sasori. Dia adalah figure seorang kakak yang menurutku sempurna. Wajah yang tampan dan ramah, otak yang cerdas, serta sifat bijaksana dan sayang pada sesama membuat orang tekagum-kagum padanya, termasuk aku, adiknya sendiri.

"Aku baik-baik saja. Yang perlu kau khawatirkan adalah dirimu sendiri. Aku dengar dari ayah kalau ada utusan istana datang kemari beberapa waktu yang lalu. Apa itu benar?" Tanya kakakku

"Itu benar" jawabku. Ada raut wajah cemas yang kentara pada kakakku.

"Kau tahu, ayah sangat tidak suka akan hal ini. Belum lagi ibu yang tak henti-hentinya membujukmu untuk membatalkanya. Aku juga begitu. Aku tidak setuju dengan pilihanmu. Kau tidak tahu apa yang akan kau hadapi setelah kau masuk."

"Kak…"

"Dinding yang megah, ukiran dan pahatan yang indah itu tidak seindah yang kau harapkan Sakura. Bahaya besar sedang menantimu."

"Kak Sasori… "

"Semua perkataan, semua tindakan yang semua orang lakukan di istana itu, semuanya sudah direncanakan matang-matang. Termasuk menunjukmu sebagai dokter istana. Apa kau tahu itu? Semakin kau dekat dengan orang yang berkuasa, semakin dekat pula kau dengan bahaya. Sebelum kau menghadapi bahaya yang sekiranya tak bisa kau hadapi, ada kalanya kau harus menghindar." Kata Kak Sasori

"Tapi aku belum tahu, apa bahaya itu? Bagaimana aku tahu aku tidak bisa menghadapinya?"

"Sakura…"

"Ketika kakak memilih menjadi Anbu, bagaimana reaksi ibu dan ayah? Mereka menentangnya dengan keras. Ayah berkata Negara telah mengambil putra kesayangnya. Tapi apa yang terjadi sekarang. Mereka bahagia kau menjadi Anbu." Kataku

"Itu berbeda. Aku sama sekali tidak telibat dengan unsur politik apapun. Aku bekerja untuk negeri ini, bukan untuk salah satu penguasa di negeri ini. Raja, Ratu, Putra Mahkota, aku tidak bekerja untuk mereka. Sementara kau, kau bekerja untuk mereka Sakura, apa kau mengerti?"

"Apa kakak mau bilang kalau suatu hari nanti aku akan menjadi orang yang haus kekuasaan karena aku dekat dengan penguasa? Kak, aku cukup pintar untuk tidak melakukan hal itu. Aku punya ayah yang akan selau menasehatiku dan kau sebagai pelindungku. Apa yang harus kukhawatirkan?". Selang beberapa saat, kakakku mengeluarkan suara. Dia mengubah posisi duduknya dengan bersila

"Kau harus tahu kenapa Ayah dan Aku sangat menentangmu. Keadaan negeri ini sedang tidak bagus. Dengan terpilihnya Hyuuga sebagai perdana menteri dan Penobatan Itachi sebagai Putra Mahkota, akan menjadi gejolak besar Negara ini" kata Kakakku

"Bagaimana kau bisa memanggil Putra Mahkota dengan namanya. Kau tahu itu hal yang tabu bukan?"

"Sebelum dia Putra Mahkota, dia adalah sahabatku dari kecil. Bahkan ayah telah memperkirakan bahwa putri keluarga Hyuuga akan menjadi Ratu berikutnya. Jika kekuasaanya semakin besar, akan terjadi kudeta. Apa kau tahu itu? Belum lagi, ayah juga bilang kau menangani Yang Mulia Ratu dan Pangeran, apa itu benar?"

"Ya, itu benar kak,"

"Untuk Yang Mulia Ratu, kau aman untuk sementara ini, dia yang mengatur istana. Tapi untuk Pangeran, setelah Itachi menjadi Raja dan Sasuke menikah, orang yang pernah bekerja pada mereka akan dikeluarkan juga dari istana, tentu kau sudah tahu bukan? Belum lagi, memikirkan keadaan dimana rumah tangga istana sedang kalang kabut saat ini. Sebagai pelayan Ratu dan Pangeran, posisimu tidak aman Sakura" kata kakakku

"Kak Sasori…"

"Untuk kali ini Sakura, maukah kau mendengarkanku? Maukah kau mendengar permintaan ayah. Sekarang kita berbicara sebagai anak ayah dan ibu. Kau bilang padaku kalau Negara telah merebut putra kesayangan ayah. Apa sekarang kau juga membiarkan Negara mengambil putrinya yang cantik?" tanya kakakku. Aku perlu beberapa saat untuk menjawab.

"Untuk hal itu, ketika aku telah melangkah, aku tidak bisa mengulang waktu dan menghapus langkahku. Kak, aku yakin aku bisa melindungi diriku sendiri. Setidaknya saat ayah dan kakak tidak ada, aku ingin tetap menjadi kebanggaan kalian. Setidaknya, ketika ibu tidak ada, aku ingin menjadi orang yang membahagiakanya. Jika seseorang yang telah mengharapkan surga tidak mendapatkanya, tapi dia telah berusaha keras, setidaknya langit telah menerimanya"

"Itu-"

"Kakak yang mengatakanya padaku. Apa kakak ingat? Setidaknya, aku telah berusaha keras supaya bisa mengimbangi kakak. Aku tidak punya niat untuk melampaui kakak, atau ayah. Aku hanya berusaha untuk mengimbangi kalian. Dengan kesempatan yang hanya datang sekali ini, aku ingin menunjukkan, aku juga bisa berguna bagi negeri ini seperti kakak dan ayahku. Jadi aku mohon, lihatlah usahaku ini kak, jika kakak ingin melindungiku, tentu saja aku sangat bahagia. Tapi saat ini, aku ingin melakukanya sendiri." Kataku. Kak Sasori memelukku dengat hangat setelah itu, dari sekian pelukan orang, pelukan kakakku adalah yang paling hangat dan menenangkan, bahkan jauh melampaui ayah, aku akan merindukan pelukan kakakku sepanjang waktu. Dia benar-benar khawatir rupanya..

"Apapun yang kau lakukan, kau harus mempertimbangkanya terlebih dahulu. Jangan sampai terjerumus pada lubang keserakahan. Mereka akan mendekatimu. Jangan biarkan seorang-pun masuk dalam hatimu. Jangan lakukan hal yang seharusnya tidak kau lakukan. Jangan bertemu dengan Raja dan Putra Makhota terlalu sering. Hal yang sama berlaku untuk Ratu dan Pangeran. Jangan sampai melakukan kesalahan fatal. Hukum di istana menganut hukum kuno sebagai hukumanya. Kau meluki jari Ratu, maka kau akan mendapatkan 10 cambukan pada tangamu, kau mengerti?" Tanya kakakku. Aku tersenyum mendapati nasehatnya.

"Aku mengerti Kak.."

"Berhati-hatilah Sakura…, setiap 2 bulan sekali, kau diijinkan pulang. Langsung pulang dan temui ayah, ibu "

"Aku mengerti". Dia mulai mengkhawatirkanku lagi…

"Apa lagi disana?" gumam kak Sasori

"Kak, tak perlu mengkhawatirkanku sampai sejauh itu…"

"Kau tidak suka kakakmu peduli padamu. Aku mengatakanya karena aku ingin kau bahagia." Kata kak Sasori

"Maafkan aku kak.." aku terkikik geli mendengar perkataan kakakku ini

"Dan aku ingin kau tahu tentang perbedaan perlakuan antara Putra Mahkota dan Pangeran, bahkan sampai pelayan-pelayan mereka sekalipun. Pelayan Putra Mahkota lebih didahulukan dari pada pelayan pangeran. Kau pelayan pangeran, kau harus berhati-hati" kata kakakku lagi

"Darimana kakak tahu hal itu?"

"Aku ini Anbu, aku tahu semua tentang Negara ini. Kau lupa?"

"Tentu saja aku ingat. Sedetikpun aku tidak pernah lupa kalau kau ini Anbu kak, percayalah padaku aku bisa melindungi diriku"

"Sakura…"


"Sakura, kau harus janji padaku untuk selalu menjaga kesehatanmu, mengerti?" Tanya ibuku saat melepas kepergianku ke istana

"Aku ini dokter bu, aku harus selalu menjaga kesehatanku kalau aku mau menjaga kesehatan orang lain" jawabku dengan geli

"Kau harus janji dulu!"

"Baiklah ibu, aku berjanji"

"Sakura, jangan lupa dengan semua yang pernah kukatakan padamu" kata Kak Sasori

"Aku akan selalu mengingatnya sampai aku mati kak"

"Setidaknya, temuilah ayah dulu,"

"…"

"Ayah pasti akan merindukanmu, Sakura."

"Baiklah". Aku pergi ke ruang kerja ayahku, hari ini hari Minggu, jadi dia libur bekerja.

"Ayah, boleh aku masuk?" tanyaku

"Tentu"

"Ayah, aku akan pergi sekarang. Semoga ayah selalu sehat dan bahagia" kataku

"Seharusnya aku yang mengatakan itu padamu Sakura. Aku tidak bisa menghentikan putraku kala itu, sekarang aku juga tak bisa menghentikan putriku. Aku benar-benar sudah gagal" kata Ayahku. Aku mendekati ayah yang sedang duduk dibelakang meja kerjanya. Aku menggengggam tangan ayahku. Terasa hangat, tapi tidak sehangat milik kakak.

"Bagaimana ayah bisa berkata seperti itu? Kakak berkata, dia akan naik jabatan tahun ini, putra ayah telah berhasil, dan sekarang giliranku untuk menunjukkan bahwa aku bisa pada ayah. Ayah adalah ayah terbaik didunia ini." Kataku.

"Sepertinya memang keputusanmu sudah bulat. Terkadang aku benci sifat keras kepalaku menurun kepada kedua anakku. Yang bisa kukatakan adalah, jaga dirimu baik-baik. Buat kami bangga sekali lagi"kata Ayah, beliau tersenyum, aku juga ikut tersenyum.


Istana ini sungguh sangat besar dan megah. Di halam depan terdapat lambang Konoha dan taman bunga yang sangat cantik, pahatan-pahatan disepanjang dindng luar istana memberikan kesan klasik dan berseni. Suasananya sangat damai dan bisa dibilang sepi. Hanya ada beberapa tukang kebun yang menyiram tanaman dan juga membersihkan patung-patung yang berada disekitar halaman samping istana.

Ada beberapa bangunan di istana ini. Yang pertama adalah Bangunan Utama berlantai 4. Terdapat tempat tidur Anggota keluarga kerajaan, ruang pertemuan dan masih banyak lagi. Dibagian samping dan belakang Bagunan utama, ada bangunan-bangunan yang tidak terlalu besar, menurutku itu adalah kamar para pekerja. Bangunan itu tetap indah, dan berlantai 2. Tepat ditengah-tengah istana, ada sebuah bangunan yang sangat indah karena dikelilingi taman bunga. Ada juga bangunan penjaga istana yang terpisah dari serangkaian bangunan tadi. Menurutku yang paling indah adalah bangunan di tengah-tengah istana tadi.

Aku menempati sebuah kamar mungkin dengan leba dengan dua tempat tidur. Siapa yang menjadi teman kamarku ya?

"Hai, kau pekerja baru ya?" Tanya seseorang tiba-tiba diambang pintu. Dari caranya berpakaian, aku langsung tahu kalau dia adalah seorang koki. Rambutnya pirang, dikuncir, dia punya mata biru aquamarine dan perawakan yang proporsioanal. Dia melangkah mendekatiku

"Ah iya. Namaku Haruno Sakura. Mohon bantuanya" kataku sambil membungkuk

"Aku Ino Yamanaka. Aku koki disini. Kau?"

"Aku dokter yang merawat Yang Mulia Ratu dan Pangeran"

"Dokter?" tanyanya terkejut

"Iya. Itulah yang tertera. Apa ada yang salah?" tanyaku

"Aneh. Seorang dokter pribadi tentunya harus punya kamar pribadi. Dokter istana yang bekerja disini punya kamar pribadi" katanya

"Dan aku ingin kau tahu tentang perbedaan perlakuan antara Putra Mahkota dan Pangeran, bahkan sampai pelayan-pelayan mereka sekalipun. Pelayan Putra Mahkota lebih didahulukan dari pada pelayan pangeran. Kau pelayan pangeran, kau harus berhati-hati"

Aku mengingat kata-kata Kak Sasori. Dimulai secepat ini?

"Ah tidak. Mungkin saja karena aku baru, jadi aku harus punya teman yang akan memberitahuku tentang seluk beluk istana ini kan? Lagi pula kalau kau koki, kau menyiapkan makanan untuk siapa?" jawabku mencari alasan

"Oh, itu untuk Pangeran. Juga untuk pelayan-pelayanya" kata Ino

"Itu bagus bukan, jika ada masalah dengan makanan, aku tinggal bilang padamu benar?" tanyaku.

"Kau benar juga. Semoga kita menjadi teman yang baik" katanya sambil tersenyum manis

"Aku berharap juga begitu" jawabku dengan senyuman juga.


Aku berjalan menuju kamar Yang Mulia Ratu dengan didampingi seorang perawat bernama Matsuri. Aku sampai didepan ruangan kerjanya dan menghadap kepada Kepala Pelayan Yang Mulia Ratu. Aku membungkuk memberikan hormat.

"Saya dokter baru yang akan merawat Ratu dan Pangeran, nama saya Sakura. Saya akan melakukan pemeriksaan malam" kataku sambil memperkenalkan diri.

"Aku akan memberi tahu Yang Mulia Ratu. Kau tunggu disini." Dia mengetuk pintu dan berkata bahwa aku datang untuk pemeriksaan malam.

"Masuk". Jawab seseorang dari dalam ruangan itu. Aku dan Matsuri akhirnya masuk dan melihat Yang Mulia Ratu sedang duduk dan membaca beberapa dokumen.

"Jadi kau dokter baru itu?" tanyanya dengan sinis

"Itu benar Yang Mulia Ratu. Nama saya Haruno Sakura" kataku memperkenalkan diri

"Aku tidak bertanya siapa namamu" . Aku mulai bertanya apa aku melakukan sebuah kesalahan? "Kau perawat disana. Semua cepat keluar dari sini. AKu ingin berbincang dengan dokter baruku" katanya tegas. Semua orang termasuk Matsuri keluar dari ruangan. Kenapa aku jadi tidak enak ya?

"Ayahmu pasti sangat berkuasa sampai-sampai bisa menyusupkanmu kesini" katanya dengan sinis

"Maaf?"

"Katakan siapa ayahmu? Ibumu? Mereka dari partai apa?" Tanya Yang Mulia Ratu dengan dingin

"Maaf, tidak ada anggota keluarga saya yang berpartisipasi dalam politik apapun" jawabku jujur.

"Eh! Kau ingin aku percaya? Bagaimana bisa mereka mengirim bocah untukku dan Sasuke? Sekarang mereka sedang berusaha membunuhku dan anakku. Aku tak percaya mereka melakukan sejauh ini" katanya. Aku semakin tidak mengerti apa yang beliau katakan.

"Yang Mulia, maaf jika saya lancang. Apa yang anda maksudkan?"

"Bagaimana bisa kau menjadi dokterku. Seberapa besar pengalamanmu. Kau masih sangat muda. Jika ayahmu tidak berpartisipasi dalam politik, tentunya dia seorang penjilat!". Aku tidak percaya dengan apa yang beliau katakan. Bagaimana bisa? Amarahku karena dia menjelekkan ayahku mulai muncul.

"Apa pekerjaan ibumu? Penggoda ayahmu?". Amarahku semakin memuncak.

"…"

"Tidak? Kalau begitu kau pasti punya kakak yang bodoh tapi pandai mengambil hati orang dan memasukkanmu kesini, hal itu sama dengan PENJILAT!". CUKUP SUDAH. TIDAK ADA YANG BOLEH MENGHINA KELUARGAKU. Kepalaku yang sedari tertunduk sekarang tegak menatapnya langsung kematanya

"Maaf jika saya lancang Yang Mulia Ratu! Saya percaya anda punya tata karma dan tutur kata terbaik diseluruh penjuru negeri"

"Kau terlalu memujiku.."

"Tapi saya yakin bahwa otak anda tidak lebih dari otak seekor siput. Lambat!"

"Apa kau bilang!"

"Anda hanya bicara terus-menerus sebelum anda mengetahui kebanaran. Tong kosong bunyinya nyaring. Apa anda pernah mendengar hal itu?"

"Kau berani padaku? Kau mengguruiku?"

"Ya! Saya menggurui anda. Jika anda benar-benar ingin tahu! Ayah saya adalah rektor Universitas Konoha. Dan tentu saja dia adalah orang yang cerdas, dia menggunakan otaknya sebelum bertindak. Beliau tidak pernah sekalipun ingin masuk dunia politik. Dan ibu saya adalah orang paling mulia! Bahkan melebihi anda! Dia mendirikan yayasan untuk tuna daksa, mereka semua berkerja sebagai pengrajin mainan dibawah kepemimpinan ibu saya. Dan setahu saya, itu namanya aktivis. Bukan penggoda! Dan jangan! JANGAN sekali-kali menghina Kakak Saya! Penjilat? Anda bilang seorang Anbu adalah penjilat? Dia mempertaruhkan nyawanya setaip melakukan misi hanya untuk negeri ini! Dia hanya pulang 2 – 3 bulan sekali! Dia mengkesampingkan urusanya demi negeri ini! Jangan pernah menghina keluarga saya!" kataku dengan lantang. Aku tidak peduli setelah ini akan dicambuk berapa ratus kali. Tidak ada yang boleh menghina keluargaku, bahkan Ratu atau Raja sekalipun!

"Kau sadar akan perbuatanmu barusan?"

"Saya tidak peduli siapa anda! Tidak ada yang boleh menghina keluarga saya!"

"Bagaimana kalau aku menghukummu?" Tanyanya dingin

"Saya tidak peduli mendapatkan 100 cambukan. Saya tidak peduli leher saya dipatahkan. Aku kan terus melindungi mereka semua, bahkan sampai nafas saya yang terakhir" kataku. Tiba-tiba beliau berbalik dan duduk di sebuah sofa ruangan itu. Matanya berkaca-kaca

"Sampai begitukah?"

"Maaf?" tanyaku dengan nada yang masih tinggi karena masih ada emosi dalam diriku

"Sampai seperti itukah kau akan melindungi keluargamu?"

"Tentu" jawabku mantab.

"Aku iri padamu"

"…"

"Kau bahkan berani melawan Ratu negeri ini hanya untuk membela mereka. Kau sungguh berani. Sedangkan aku? Aku Ratu negeri ini, tapi tidak berani melawan siapapun untuk melindungi keluargaku" katanya sambil terisak-isak. Sekarang aku mulai panik.

"Saya tidak mengerti"

"Kau tidak perlu mengerti. Maaf aku menghina keluargamu. Aku baru tahu sifatku ini jelek. Aku juga baru sadar, semua orang pasti perlahan meninggalkanku. Kau membenciku?" beliau bertanya padaku.

"Orang mulia tidak menyalahkan surga dan mendendam pada orang lain. Anda seharusnya memang meminta maaf pada saya. Dan sebagai Ratu negeri ini, anda berhasil mengalahkan ego anda untuk meminta maaf pada orang yang lebih rendah. Jadi saya akan memaafkan anda" Nada bicaraku sudah kembali normal. Beliau sedikit tersenyum

"Darimana kau belajar analek Konfisius?"

"Ayah saya adalah seorang rektor, sejak kecil saya sedikit demi sedikit diajari hal itu. Demikian juga dengan kakak saya." Jawabku

"Keluargamu pasti sangat menyenangkan"

"Ya, mereka semua sangat menyenangkan"

"Sekali lagi aku minta maaf kepadamu. Ada banyak permasalahan yang sedang kuhadapi" katanya merasa bersalah

"Apakah tentang terpilihnya Hiashi Hyuuga sebagai Perdana Menteri?" Tanyaku. Dengan terkejut Ratu segera menoleh padaku. Aku langsung membekap mulutku sendiri. Dia tertawa aneh

"Apa yang kau tahu tentang itu?"

"…"

"Katakanlah!"

"Kakak dan ayah saya sering membicarakan politik Negara. Tapi bukan berarti mereka ingin berpolitik. Kakak saya bilang bahwa dengan diangkatnya Hyuuga sebagai Perdana Menteri, cukup ganjil dengan Penobatan Putra Mahkota". Sekali lagi Ratu terkejut.

"Aku yakin kakakmu punya otak yang cerdas. Siapa dia?"

"Namanya Sasori. Dia seorang Anbu"

"Anbu…, mungkin sekarang aku sedang iri dengan ibumu"

"Maaf?"

"Ibumu punya suami dan anak-anak yang hebat. Ayahmu adalah rektor Universitas Konoha. Universitas terbaik di negeri ini. Kakakmu Anbu, dan kau adalah lulusan terbaik fakultas kedokteran Universitas Konoha. Aku sudah membaca data tentangmu, tapi aku meragukanya. Kau pernah menjadi relawan perang. Siapa ibu yang tidak bangga?"

"Pertama, terimaksih telah memuji saya. Tapi bagaimana bisa anda berkata seperti itu. Semua wanita diluar sana sangat iri dengan anda. Anda adalah Ratu, suami anda adalah seorang Raja. Anda mempunyai 2 orang anak laki-laki. Yang satunya akan menjadi Raja selanjutnya. Bagaimana anda bisa iri dengan yang lain?" tanyaku heran

"Jika aku bertanya apa ibumu iri padaku? Bagaimana kau menjawabnya?"

"Ibu saya tidak pernah iri pada siapapun didunia ini, karena beliau selalu merasa cukup dengan kehidupan yang sudah Tuhan berikan kepadanya. Budidaya orang tergantung pada perbaikan pikirannya, jika seorang dipengaruhi nafsu maka dia tidak akan benar dalam perbuatannya.."

"Kau benar-benar cakap dan pintar. Aku bisa berkata mungkin kemampuan sastramu setara dengan anak-anakku. Ada orang diluar!". Kepala Pelayan masuk dan member hormat.

"Setelah pemriksaan malamku, aku ingin jamuan teh untukku dan dokter muda ini" katanya. Aku sedikit tertohok dengan ada yang Ratu katakan.

"Sekarang tolong check keadaanku" pinta Ratu. Aku menganggu dan sesuai prosedur, aku melakukan pemeriksaan rutin malam. Denyut nadi, tekanan darah, gula darah, suhu tubuh, kulit, semuanya sudah.

"Hamba sudah selesai Yang Mulia" kataku

"Ikutlah denganku. Sebelum perjamuan, kau harus memeriksa anakku terlebih dahulu bukan?"

"Benar Yang Mulia". Setelah itu, aku, Matsuri dan 8 pelayan Ratu mengikuti Yang Mulia Ratu pergi. Beliau membawa kami ke kamar Pangeran.

"Beri tahu kedatanganku, Kakashi" katanya pada salah satu pengawal Pangeran

"Baik Yang Mulia". Dia masuk dan membukakan pintu untuk Ratu.

"Yang Mulia, apa yang anda lakukan semalam ini?" seorang laki-laki rupawan bertubuh jangkung kecil muncul dari dalam ruangan. Matanya sehitam Yang Mulia Ratu, dan rambutnya bermodel emo, tak salah lagi. Pangeran Sasuke.

"Ah Pangeran, aku hanya ingin melihatmu. Oya, ini adalah dokter kita yang baru. Namanya Haruno Sakura. Dia adalah lulusan terbaik fakultas kedokteran Universitas Konoha tahun ini" kata Ratu memperkanalkan aku pada Pangeran. Aku membungkuk memberi salam untuknya. Sebuah uluran tangan mengarah padaku.

"Namaku Sasuke. Jangan seformal itu padaku. Tunjukkan wajahmu". Aku tidak bergerak. Mana mungkin aku bisa melakukanya.

"Bagaimana aku bisa melihat rakyatku kalau meraka tidak mau aku melihatnya?" Tanya Pangeran. Seketika aku terkejut dan mendongakkan kepalaku. Dia lebih rupawan jika dilihat dari dekat. Dia menggerakkan tanganya seakan mengajakku berjabat tangan. Aku menerima tangan itu.

"Sakura. Namaku Haruno Sakura". Kami melepaskan tangan kami

"Nama yang cocok untukmu, dan untuk rambutmu juga. Sangat pantas dan sangat cantik" katanya memujiku. Wajahku memerah dan aku langsung memalingkan wajahku. Aku hanya berharap Yang Mulia Ratu tidak melihatnya.

"Kalau begitu ayo masuk" kata Ratu. Aku, Ratu, Pangeran, dan Matsuri masuk ke dalam kamarnya. Ruangan itu besar, sebuah tempat tidur yang luas, satu set sofa, beberapa meja, ada dua pinta lain yang jika aku tidak salah menebak adalah kamar mandi dan almari pakaian. Kami bertiga duduk di sofa. Aku duduk di samping Pangeran karena akan memeriksanya. Saat aku memeriksa Pangeran, kadang aku mencuri pandang untuk sekedar melihat rupa menawanya. Alangkah terkejutnya ketika aku mencuri pandang, mataku bertemu dengan matanya. Kami langsung mengalihkan pandangan kami dengan cepat.

"Sepertinya kalian harus kutinggal. Kalian terlihat canggung, aku akan pergi saja. Sakura, aku menunggumu di kamarku" kata Yang Mulia Ratu meninggalkan kami berdua.

"Kenapa Yang Mulia pergi?" Tanya Yang Mulia Sasuke kepada Ratu

"Sebenarnya, aku hanya ingin memperkenalkan dia pada Pangeran, karena aku sudah melakukanya, jadi tidak ada alas an aku tetap disini" katanya keluar dari ruangan. Setalah itu, suasana malah tambah hening. Aku mengecek gula darahnya. Normal, dan selanjutnya nadi.

"Yang Mulia, bisa anda singsingkan lengan baju anda sedikit. Saya akan memeriksa nadi anda"

"Hn"

"Maaf?"

"Ah, itu maksudnya iya"

"Oh…". Dia menyingsingkan lengan bajunya sehingga aku bisa marasakan detak nadi melalui pergelangan tanganya dengan jariku. Normal.

"Jadi, berapa umurmu?"

"…"

"Aku tanya berapa umurmu"

"Umur saya 22 tahun"

"Bulan?"

"Maret. 28 Maret"

"Kalau begitu, kau lebih muda 8 bulan kurang 5 hari dariku"

"Itu berarti anda…"

"Ya. Aku lahir bulan Juli. 23 Juli. Kau lahir saat musim semi dan dinamai bunga yang tumbuh di musim semi. Sangat serasi." Puji Pangeran

"Terimakasih atas sanjunganya.". Kami berdua sama-sama tersenyum untuk satu sama lain. Itulah pertemuan pertamaku dengan Pangeran Sasuke.

End of Flash back

Dan jika kalian ingin bertanya apa yang dikatakan Yang Mulia Ratu padaku setelah itu, kalian tidak akan bisa mempercayainya. Aku dan Matsuri melangkahkan kaki menuju Kamar Pangeran untuk pemeriksaan pagi.

"Tuan Kakashi, tolong beritahukan kedatanganku" pintaku

"Baik Sakura. Tunggu sebentar ya…". Hubunganku dengan beberapa pelayan dan kasim di istana ini cukup baik.

Aku mengenal baik Kakashi, kepala pelayan dan pengawal Pangeran. Kurenai, kepala pelayan Ratu, Matsuri, Ino malah sudah seperti saudar untukku, dia sangat menyenanngkan. Ada pula beberapa pelayan, tukang kebun dan yang lainya. Hubungan antara pekerja satu dengan yang lainya di istana ini sangat dekat dan akrab. Mungkin saat ini, Matsuri berkedudukan lebih rendah dari aku, tapi ketika sudah tidak bertugas, maka kita semua sama. Bahkan, ulang tahun ke-23 ku dirayakan di dapur istana dengan Ino yang membuat kuenya. Dan mereka semua telah merencanakananya. Aku juga membantu banyak pelayan istana yang sakit. Suasana ini sangat menyenangkan untukku.

"Sakura, masuk." Kata Kakshi membuka pintu untukku

"Terimakasih" . Aku dan Matsuri masuk ke dalam dan melihat Pengeran Sasuke sedang membaca buku di sofa. Aku mendekatinya dan memberi salam untuknya. Matsuri mempersiapkan alat-alatnya dan segera mundur beberapa langkah dari aku

"Saya datang untuk pemeriksaan pagi Yang Mulia"

"Hn" katanya singkat. Aku memulainya dan ketika sudah selesai, seperti hari-hari bisaa, dia menyerahkan sebuah surat untukku. Aku segera menerimanya dan segera menyelipkanya di saku jubahku.

"Saya mohon undur diri"

"Kau boleh pergi" katanya singkat. Sudah 1 tahun ini, aku dan Yang Mulia sasuke bertukar surat. Dia akan memberikan suratnya pagi, sedangkan aku akan memberikan suratku saat pemeriksaan malam. Sebelum ini, aku dan Yang Mulia Sasuke secara langsung berbincang-bincang, tapi entah kenapa atau memang aku yang tidak tahu. Aku dianggap melanggar peraturan . Aku dianggap MEGGODA SASUKE. Aku mendapat 5 cambukan disetiap pergelangan tangaku. Dan yang lebih mengejutkan lagi, Tuan Kakashi juga ikut dihukum. Aku merasa bersalah padanya sejak itu. Dan sikap Sasuke lebih praktis padaku sejak saat itu

Flash Back

"Tuan Kakashi, saya minta maaf atas kesalahan saya. Anda jadi menderita karena saya" kataku pada Tuan Kakashi setelah mendapat hukuman. Darah segar masih meluncur dari pergelangan tanganku tak henti-hentinya. Aku sudah mencoba untuk sekedar menghentikanya dengan membalutnya dengan bandana yang aku pakai, tapi sepertinya lukanya cukup dalam.

"Dibandingkan aku yang hanya mendapat 2 cambukan dipergelangan kaki, kau harus lebih khawatir pada dirimu sendiri. Lihat darah itu, kau bisa mati!" katanya sambil menatap lukaku

"Ah, aku kan dokter, bagaimana aku mati hanya gara-gara hal seperti ini"

"Kau ini. Bagaimana bisa kau tenang dalam saat seperti ini? Aku heran padamu Sakura"

"….". Aku hanya tersenyum menanggapi perkataanya.

"Tapi untunglah, kau ini dituduh menggoda pangeran. Coba kalau kau dituduh menggoda Putra Mahkota. Kau akan habis ditempat Sakura" katanya setangah bercanda

"Hahaha. Ya itu sebuah keberuntungan." Kataku sambil tersenyum. Kakashi juga ikut tersenyum. Dia memang orang yang ramah, tapi terkadang aneh juga. Saat kami melewati koridor menuju kamar pelayan untuk beistirahat. Kami melihat Putra Mahkota dan para pelayanya lewat. Aku dan Tuan Kakashi langsung menepi dan membungkuk. Putra Mahkota Itachi memiliki wajah yang tenang dan perawakan yang kecil akan tetapi kekar. Dia melewati kami, tapi sebelum benar-benar melewati kami, dia melihat luka kami dan bertanya

"Kenapa kalian bisa seperti itu?" tanyanya pada Tuan Kakashi

"Putra Mahkota. Ini bukan sesuatu yang penting" jawab Tuan Kakashi

"Hah! Bahkan pelayanpun menyembunyikan rahasia padaku.." katanya ironis

"Saya dituduh menggoda pangeran dan memanfaatkan situasi" kataku dengan cepat. Dia tampak berfikir sejenak dan bertanya

"Jadi kau dokter adikku?"

"Itu benar Yang Mulia"

"Kenapa kau bisa dituduh?"

"Itu memang kesalahan saya karena memulai pembicaraan disela-sela pemerikasaan rutin"

"Menggelikan! Mereka pikir hal seperti itu menggoda? Aku benar-benar bersimpati padamu. Katakan siapa namamu." Katnya tegas. Terdapat nada jengkel didalamnya

"Sakura. Haruno Sakura"

"Kau sungguh mirip dengan salah satu sahabatku"

"Mungkin Kak Sasori". Dia tampak terkejut

"Jangan katakan kalau kau adik Sasori?"

"Itu benar"

"Kalau dia tahu kau dicambukki seperti ini,aku yakin dia akan langsung menembak algojo tepat di otaknya yang selalu tunduk pada perintah tanpa memikirkanya terlebih dahulu" katanya lagi.

"Putra Mahkota. Yang Mulia Raja sudah menuggu anda" kata pengawalnya yang kuketahui bernama Iruka.

"Berisik. Sampai ketemu lagi Sakura. Dan jangan khawatir, Sasuke akan baik-baik saja. Aku yang akan memastikanya"

"Terimakasih…" kataku tulus.

End of Flashback

Semenjak itu, Sasuke dan aku menggunakan cara surat-surat ini untuk saling kenapa setelah bertemu dengan Putra Mahkota, keadaan tidak tegang lagi. Sasuke tidak dihukum apapun dan aku tidak dipecat. Aku bahkan tetap bertugas untuk merawat Yang Mulia Ratu dan Sasuke. Beberapa orang di Istana menyebutnya sebagai 'Keajaiban setelah bertemu Putra Mahkota' . Mungkin hal itu memang benar. Aku berharap dia bisa memberikan keajaiban kepada semua rakyat di negeri ini ketika dia sudah manjadi Raja.

"Sakura, aku harus ke rumah sakit istana dulu. Dah…" kata Matsuri melambaikan tanganya

"Hati-hati ya.." kataku padanya. Aku masuk ke kamarku dan segera membuka surat dari Sasuke, Pangeran Sasuke.

Sakura…

Tadi malam aku, kakak dan ibu mengunjungi sebuah acara amal. Kau pasti tahu bukan? Disana kami bertemu dengan Perdana Menteri, dia juga membawa putrinya. Dia lumayan, wajahnya manis dan dia juga pemalu. Tapi yang aku tidak suka, cara bicaranya yang terlalu bertele-tele dan mendesis-desis. Aku benar-benar tidak suka. Aku suka cara bicaramu yang lugas, tegas dan jelas. Diacara itu, ada cemilan kesukaanmu, manisan cherri. Jika aku bisa mambawanya dalam kantungku seperti anak-anak kecil yang ada disana, aku pasti melakukanya. Hahaha, itu sepertinya tidak mungkin terjadi. Hari ini aku akan berkunjung kesebuah sekolah untuk tuna netra, aku harap bisa melakukan yang terbaik. Dan aku juga selalu berharap kau selalu baik-baik saja ketika aku tidak ada.

Milikmu

Sasuke

Aku selalu bingung dengan bagian bawah surat milik Yang Mulia jujur saja, aku tidak merasa memilikinya. Aku segera menulis balasan untuk kuberikan badanya nanti malam.

Halo semua…, aku masih baru disini dan ini adalah cerita pertamaku. Aku harap kalian bisa membantuku. Tentang tanda baca, diksi dan sebagainya. Aku tidak terlalu pintar dalam bahsa Indonesia. Untuk membrikan kritik, saran, atau pesan, silahkan review cerita ini atau bisa melalui PM

Terimakasih telah membaca

AsillyRavenclaw