Beribu maaf atas keterambatan dan ngaret yang membuat semua kesel T.T, Amex udah sibuk banget untuk persiapan UAN. Dan semoga chapter ini gak mengecewakan. And big thank's for your Riview plus support more my fic /. Ok, it is my fic enjoy for read ya…

Gak suka gak usah baca

NA: 1. Gomen adegan yaoi nya amex buat sekitar 3-4 chapter aja jadi gomen untuk semua yang gak suka adegan SasuNaru di chapter depan nanti.

.

.

.

- amexki chan PRESENT-

.

.

.

Get To Normal

.

.

.

Disclaimer: INGAT NARUTO BUKAN MILIK saya tapi PUNYA KISHI-SENSEI

Warning : OOC,dan masih ada TYPO(s) berhamburan, alur kecepatan, penghancuran karakter, de el el lainnya, mengandung seks contains yang gak cocok dibawah 17 tahun, DOSA TANGGUNG SENDIRI .

Genre : Romance dan Hurt/comfort dulu deh.

Pairing: Naruto X Hinata

Summary : GAY? Ya, aku adalah seorang gay aku memiliki ketertarikan yang lebih dekat terhadap laki-laki. Dan pacarku adalah uchiha sasuke seorang yang sangat perfect dimataku bahkan kami selalu 'bermain' bersama saat aku di dalam apartemennya ataupun sebaliknya. Bisa dibilang aku tak tertarik sedikitpun kepada wanita, terserahlah kalian ingin mengangapku menjijikan aku tak peduli sama sekali tapi sering kali aku mencoba untuk berubah menjadi seorang pria yang normal yang ingin sekali memiliki nafsu dan tergoda kepada wanita. Dan akhirnya menemukannya, menemukan 'mainan' dan 'terapi' yang mungkin cocok untuk ku.

.

.

.

Kilas balik

.

.

.

Hinata kalut dan panik saat Naruto mendekat kearahnya. Cengkraman dari kedua tangannya semakin kuat menggenggam sabuk pengaman di depan dadanya dan kembali menutup matanya yang berisikan iris amethyst indah miliknya. Ia takut pikiran negatifnya menjadi kenyataan yang akan menyergapnya.

'TUK'

" Aw, i…itai " Terdengar suara lembut yang meringis saat pria yang berada di depannya ini menjentikan jarinya kepada gadis kecil yang berada di depannya.

" Huft… AHAHAHAHAHA " Terdengar suara seseorang yang tengah sibuk tertawa dan meneggelam kepalanya kedalam lipatan tangannya yang bertumpu pada setir mobil. Dengan bahu yang berguncang berusaha menahan dan mengendalikan tawanya yang meluncur dari bibir tipis miliknya. Sedangkan si gadis memiringkan kepalanya yang masih memegang bekas merah di pelipisnya bingung dengan tampang polos yang tercetak di wajah putihnya.

" A-apa Naruto-san baik-baik saja? " Tanyanya dengan nada yang pelan sambil memegang pelan bahu sang Direktur muda. Kemudian ia terkejut saat Naruto membalikkan tubuhnya menghadap Hinata dan kembali menatapnya dengan tulus. Bukan tatapan tajam yang menyebalkan ataupun seringai pria hidung belang. Tapi tatapan dan senyuman yang khas pria dewasa yang penuh perhatian dan membuat hinata terenyuh menatapnya.

" Maaf, aku hanya bercanda keterlaluan tadi. Aku tak bermaksud seperti itu Hinata-chan, hanya saja…" Katanya berusaha menyakinkan Hinata sambil memegang bahu Hinata dengan kedua tangan hangat miliknya. Sedangkan hinata hanya menatap bingung kearah Naruto yang ada dihadapannya saat ini.

.

.

.

Get To Normal

Chapter 3: To Move On!

.

.

.

"Hanya saja… kau terlihat begitu takut padaku, " gantungnya dan kemudian melanjutkannya lagi "apa aku terlihat seperti om-om yang menakutkan sehingga kau selalu memasang wajah sungkan kepadaku? Yah umurku baru saja menginjak duapuluh empat tahun. " sahutnya dengan nada bercanda.

"Bu-bukan begitu Naruto-san" Kata Hinata gugup. 'Eh duapuluh empat tahun menjadi direktur?' Batin Hinata. Perlahan tapi pasti bulir-bulir keringat dingin meluncur dari pelipisnya. Jujur saat ini Hinata merasa sangat tegang,mungkin?

"Ehem… bagaimana jika kita berkenalan lagi?" Sahut Naruto kemudian. Hinata memandang Naruto dengan tatapan aneh. Berkenalan? Bukannya saat dikantor mereka telah berkenalan? Sedangkan Naruto yang tahu arti pandangan Hinata cepat-cepat menjelaskannya. Weel, dia tak ingin di cap sebagai atasan yang aneh tentunya.

"Maksudku bukan seperti di kantor tapi diluar, kau tahulah Hinata-chan bagaimana acara perkenalan kita tidak berjalan dengan lancar" ucapnya menjelaskan. " Apalagi ada 'Sedikit' gangguan tadi" ujarnya sambil menekan kosa kata 'Sedikit' dengan wajah yang tampak sangat kesal."Dari tadi aku ingin bicara sesuatu padamu, yah mungkin ini sedikit pribadi" Kemudian ia menatap Hinata yang dibalas pandangan polos yang terpancar dari iris amethyst miliknya. Naruto kembali meneguk ludahnya sendiri saat ia bertatapan dengan model ciliknya. "Er…tapi jika kau tak ingin jawabnya juga tak masalah" seraya tertawa kikuk. Dan Hinata hanya mengangguk mengiyakan.

"Boleh aku tahu mengapa kau menjadi model?" Sambil menyalakan kembali mesin mobilnya dan kembali menjalankannya. Well, Hinata merasa sangat bingung dan ia pun kembali memainkan jari-jarinya yang lentik. Sedangkan pemuda yang berada disampingnya masih setia menunggu jawaban yang akan ia berikan.

"A…ano gomen aku tak bisa menceritakannya Naruto-san. Ta-tapi yang penting kaa-san merasa senang aku menjadi model." Katanya setengah berbohong. "Aku akan melakukan apapun jika itu membuat kaa-san merasa senang. Aku tak ingin mengecewakannya" Sambungnya sambil menerawang jauh dan tersenyum kecil. Naruto sedikit terpaku melihat senyum Hinata yang sangat menenangkan hatinya. Namun tak ia pungkiri bahwa ada artian lain dari senyuman itu. "Baiklah intinya ibumu yang menginginkan Hinata-chan menjadi model ?" Tanyanya kembali.

"Uhm…" Hinata hanya mengangguk pelan dan menunduk membiarkan mahkota indigonya menutupi wajahnya yang putih, namun satu yang pasti ia berharapkan bahwa direktur muda disampingnya tak akan memperpanjang maupun mengingatkannya kembali dengan kenangan buruk yang berusaha ia lupakan.

"Kapan-kapan bolehkah aku menemui ibumu sepertinya dia adalah ibu yang sangat baik" Naruto tersenyum lebar kearah Hinata sedangkan Hinata yang melihatnya hanya terdiam kaku dan dengan suara bergetar ia berusaha menjawab dengan suara yang nyaris tak terdengar.

"Kaa-san sudah meninggal saat aku berumur empat belas tahun" sahutnya. Perasaan tak nyaman kembali menggerogoti sepasang muda-mudi yang terpaut usia yang jauh itu. Naruto merasa sungkan karena tanpa sengaja ia kembali menorehkan luka lama Hinata. Ia mengerti bahwa ditinggal oleh seseorang yang kita sayangi sangatlah pahit. Sedangkan Hinata kembali mengingat rentetan kejadian-kejadian berharga sekaligus menyakitkan baginya yang telah ia rasakan.

"Ah…Er gomen aku tak bermaksud" Ucapnya tak enak hati. Ia hanya memandang Hinata yang kini sibuk memainkan jari tangannya yang ramping. Secara inisiatif Naruto berusaha untuk melanjutkan pembicaraannya "Aku lahir tanggal 10 oktober di Tokyo. Lulusan Todai University dan bersenang-senang itu hal yang kusuka… atau termasuk hobiku" katanya sambil tersenyum kearah Hinata yang menatapnya dari iris amethystnya. Pancaran matanya kini tampak bingung, Naruto pun hanya terkekeh pelan atas reaksi bocah Hyuuga yang ada di hadapannya. Perasaan yang membucah dan rasa nyaman saat berdekatan seperti ini padanya.

Walau pun mereka baru pertama kali bertemu.

"Hei aku sudah memberitahumu tentangku Hinata-chan, tidak adilkan jika aku saja? Aku juga ingin tahu tentangmu." Jawabnya seraya tersenyum dan memacu mobilnya dengan pelan. Seakan tersadar apa yang ia ucapkan Naruto mengatupkan bibirnya rapat. Ini aneh pikirnya. Entahlah ia merasa aneh saat berdekatan dan bersampingan dengan bocah model yang baru saja ia temui. Ia tahu juga dan menyalahkan bahwa ia bodoh! Ya bodoh karena sok dan terlalu ingin tahu untuk mencampuri urusan orang lain yang ujung-ujungnya ia dapat terlibat. Suasana hening kembali menyapa mereka, Hinata hanya diam saja. Sebenarnya dia juga ingin berbicara tentang dirinya walaupun kelihatannya sulit tapi apa salahnya terlebih lagi dia merasa suasana yang nyaman dan tak membuatnya merasakan tertekan. Dengan canggung ia terus memainkan jarinya sedangkan Naruto sibuk memperhatikan jalan dan sesekali menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"A-aku kelas dua SMA, be-bekerja sebagai model saat usiaku sebelas tahun ka-karena Kaa-san se-sebenarnya a-aku tak mempunyai hobi yang spesial ta-tapi aku sangat su-suka membaca buku." Katanya sambil bersemu merah entah ,sejak kapan wajahnya kembali memanas tapi yang pasti karena Naruto memandanginya.

"Lalu, Kapan Hinata-chan lahir?" Tanyanya.

"A-ano aku lahir tanggal 27 Desember, Naruto-san." Katanya pelan dan nyaris tak terdengar.

"Wah berarti Hinata-chan ulang tahunnya bulan ini ya eng… lahir di musim salju ya, setelah natal kalau begitu" dan hanya dibalas dengan anggukan hinata. Rambutnya menutupi matanya dan secara refleks Naruto menyapukan tangannya ke mahkota indigo Hinata dan menyelipkannya dibelakang telinga.

"A –Ah apa yang –" katanya dengan menjauhkan dirinya merapat kedinding pintu mobil yang terasa dingin. Naruto yang merasa tahu maksud dari reaksi Hinata yang aneh disampingnya hanya tersenyum kecil.

"Aku hanya membetulkan rambutmu saja, kalau kau tak senang atas perlakuanku aku minta maaf" katanya menggaruk pipinya yang tak gatal. Ia tersenyum maklum walaupun masih ada beberapa hal yang mengganjal dihatinya. Hinata hanya menatap Naruto dan perlahan membetulkan posisi duduknya saja. Namun, masih saja raut ketakutan terpancar dari wajahnya yang semakin pucat. Dan Naruto yakin Hinata mengeluarkan banyak keringat dari pori-porinya. Dan ia berani bersumpah suhu di mobilnya kurang dari duabelas derajat, dan itu masih kategori dingin pikirnya (dan bulan desember adalah waktu menjelang musim dingin). Terlihat Hinata sibuk untuk menenangkan pikiran dan hatinya ia tak ingin merusak suasana ini untuk membuatnya tak nyaman lagi walaupun itu sulit. Ia hanya tak ingin kejadian yang pernah ia rasakan membuat traumanya lebih parah. Dengan ketetapan hatinya ia menatap Naruto yang masih tersenyum kearahnya.

"Ano… Terima ka –kasih Naruto-san, gomen telah mencurigaimu" katanya pelan. Ia bodoh telah berpikir jelek terhadap Naruto yang terlihat seperti pria baik-baik ini. Dan ia merasa bersalah telah mencurigainya. Karena, Naruto adalah seorang pria dewasa yang baik dan normal terhadapnya, pikirnya. Apa kau yakin ia normal Hinata?

"Ah tidak apa-apa, oh iya dimana rumahmu? Ini sudah sangat larut pastilah keluargamu apalagi kakakmu itu pasti ia cemas, jika adik kecilnya belum pulang sekarang" Ujarnya memacu mobilnya ke jalan tol untuk menghemat waktu.

"Uhm, di kompleks perumahan Hyuuga disebelah barat Naruto-san. Ano… Arigatou sudah repot-repot mengantar" katanya mencoba tesenyum dan hei senyumannya lebih mirip seperti sadako berambut biru saking pucatnya. Dan hanya Naruto terkekeh.

"Hahaha sudahlah santai saja Hinata-chan, aku tak akan mengapa-ngapaimu kok dan aku jamin Hinata-chan akan ku antarkan dengan selamat" ucapnya masih terkekeh geli sambil ekor matanya mengawasi raut wajah Hinata yang merah padam atas reaksi Naruto. 'Ah, ternya benar bocah ini menarik' ucapnya dalam hati dan ia pun menghadap kearah berlawanan dengan Hinata kemudian menampilkan seringai rubahnya. 'karena dia adalah terapi untukku'

Entah mulai kapan dan semakin jauh dan waktu yang ditempuh rasanya suasana diantara mereka semakin mencair layaknya musim panas yang mencairkan butir-butir es pada musim dingin yang jatuh kebumi dan kehangatan yang mampu melelehkan kebekuan yang terasa menyengat. Hinata Nampak lebih segar sekarang. Ia mulai membicarakan tentang dirinya begitu pula dengan Naruto. Mulai dari hobi, sekolah, makanan, dan hal basa-basi lainnya. Walaupun begitu Hinata senang jika ternyata direktur yang berusia jauh lebih tua dari pada dirinya atau seusia seperti kakaknya sangatlah ramah dan baik, sama sepperti kakaknya (walaupun tidak dengan perfeksionisnya).

"Kalau boleh tahu kau sekolah dimana Hinata chan? "

"Di- di Tokyo Konoha International School Naruto-san" ujarnya gugup.

"Hei kita sekolah ditempat ang sama, aku juga lulusan disana loh Hinata-chan. Aku paling benci saat tes masuk disana gara-gara itu aku harus belajar dua hari dua malam dan bergadang semalaman. Ini semua perbuatan licik si Direktur utama itu, cih bisa-bisa nya aku di bodohi olehnya." Ujarnya sebal sambil menggerucutkan bibirnya. Dan Hinata hanya terkekeh pelan mendengar ocehan layaknya seperti anak kecil yang keluar dari bibir pria dewasa disampingnya.

"A-ano Direktur utama itu…"

"Ya, dia Tou-chan ku. Tampang nya saja yang sok jenius tapi ternyata dia tak lebih dari pembohong ulung" ucapnya dengan nada sebal yang dibuat-buat. Dan mereka berdua pun hanya tertawa geli.

"Se-sebenarnya… " Hinata menggantungkan kalimatnya. "se-sebenarnya aku takut terhadap laki-laki Ano… mungkin lebih tepatnya Trauma terhadap laki-laki." Naruto sedikit terkejut saat model ciliknya mulai berbicara mengenai suatu yang pasti akan membuat dirinya tanpa sadar ikut terjebak dan menjadi salah satu disana. Suasana yang hidup tadi kembali sunyi tak ada satu pun yang terlihat ingin memulai pembicaraan. Jujur saja dihati kecil Naruto mau pun Hinata sangat menyukai atmosfer seperti tadi. Mereka berbicara dan tertawa selayaknya seperti sebagai seorang teman. Memang ia tadi sempat bicara jika model ciliknya boleh berbicara apapun. Tapi, jika hal itu menyangkut masalah pribadi , itu lain soal. Sejenak hati Naruto menjadi bingung, terbelenggu oleh perasaan ragu dan penasaran. Ia mencoba untuk berpikir hal yang baik dan berharap tak akan menimbulkan masalah bagi dirinya ataupun model ciliknya itu. Apa ini akan baik-baik saja? Kepalanya seakan berdenyut-denyut dan membuatnya sedikit nyeri. Bagus Naruto, pada akhirnya kau bingung harus bagaimana sekarang?.

Tapi, diam itu bukan berarti nyaman.

"Trauma dengan lelaki ?" perlahan Naruto berbisik sambil berusaha untuk focus menyetir mobil. Jujur saja ia penasaran apa yang membuat bocah beriris amethyst itu mempunyai tatapan yang sedih dan menyakitkan. Naruto meneguk ludahnya sendiri. Walaupun pada akhirnya itu akan membawa masalah untuknya, masalah yang rumit antara Hinata gadis er–bocah yang belum genap enam belas tahun– dan Dirinya –Pemuda yang berdarah panas penuh masalah– akan menyergap mereka.

"Ya." Jawabnya singkat. "Karena suatu hal aku menjadi takut terhadap laki-laki, mungkin ini sedikit keterlaluan kedengarannya tapi itu membuatku menjadi membenci diriku dan menjadi takut terhadap laki-laki." Hinata menggantungkan kalimatnya. Sejenak ia kembali mendesah berusaha menata perasaannya untuk siap menceritakan kembali kisah lama yang ia pendam menata hatinya dan menyusun memori-memori yang berusaha mengingat semuanya. Kepahitan dan rasa sakit yang ia rasakan.

"Ta-tapi aku me-merasa Naruto-san berbeda. Pada awalnya a-aku merasa takut tapi akhirnya aku salah, aku tidak takut berdekatan seperti ini de-dengan Naruto-san. Naruto-san adalah orang yang baik" Hinata tersenyum manis kearah Naruto yang masih sedikit cengo. Ia tak menyangka bahwa bocah ini takut terhadap kaum lawan jenisnya.

'Pantas saja sikapnya aneh' ucap Naruto membatin. Namun ia kembali memasang wajah rubahnya kembali. Ia berpikir bahwa bocah ini dapat menolongnya begitupun sebaliknya.

Ia dapat keluar dari perilaku sex yang menyimpang dan Hinata Hyuuga dapat melupakan Traumanya.

"Apa tidak masalah jika kau terlalu memujiku seperti itu Hinata-chan?" katanya memcoba untuk bertanya. Ia tahu basa-basi di saat seperti ini juga pasti sangat membantu. Dan tanpa ia sadari bahwa ia adalah seorang yang licik karena berpikir layaknya maniac, kan?

"Mungkin, ta-tapi aku merasa te-tenang" ucapnya tenang dan senyuman manis masih bertengger setia di sudut bibir ranum miliknya. Asalkan kau tahu Hinata bahwa Direkturmu ini telah berpikir yang macam-macam, terhadapmu. Well, walaupun ia bukan berpikir bagaimana cara bercinta denganmu seperti para lelaki hidung belang yang selalu ada di sekitarmu tentunya.

.

.

.

Kurang lebih tiga puluh menit Naruto telah berada di pintu gerbang kompleks perumahan Hyuuga yang besar dan megah, belum lagi beberapa pengawal yang ikut menjaganya. Tak salah jika ini adalah kompleks perumahan bangsawan yang terkenal itu. Naruto memandang takjub saat keluar dari mobil sport miliknya dan Hinata yang mulai memasuki gerbang besar raksasa itu. Hinata tersenyum melihat reaksi Direkturnya yang ia anggap tidak biasa –Berlebihan.

"Arigatou Na-naruto – san telah mengantarku pulang" ucapnya sambil membungkuk sopan. Sedangkan Naruto yang sedari tadi cengo kemudian ikut membungkuk juga.

"Sama-sama. Senang dapat menolongmu Hinata-chan." Seraya menggaruk pipinya yang berwarna tan eksotis. Dan Hinata terlihat menggosok-gosok kedua tangannya yang terasa kebal saking dinginnya suhu udara malam. Sebagai seorang yang Gentle Naruto menyuruhnya untuk segera masuk kedalam rumahnya.

"Sampai jumpa besok untuk kerja samanya Hinata-chan" ucapnya. "panggil saja aku Naruto Hinata-chan" katanya lagi Hinata yang mendengarnya tampak mengerutkan keningnya pertanda ia tak terima dan ingin memprotes kemabali.

"Ta-tapi tidak sopan jika aku memanggilmu seperti itu, apa lagi Naruto-san adalah orang yang lebih tua dariku dan terlebih lagi atasanku"

"Santai saja anggap saja aku temanmu,lagi pula aku juga tidak biasa dipanggil terlalu formal seperti itu." Katanya tersenyum menatap Hinata yang masih bingung. Namun dengan enggan Hinata mengucapkan namanya.

"Ba-baiklah Naruto-kun" katanya mencoba dan menambahkan sufiks –Kun dibelakangnya.

"Begitu lebih baik" sahut Naruto kemudian

Tap…Tap…Tap

"Ehem, Terimakasih Namikaze-san karena telah repot-repot mengantar adik saya pulang" terdengar suara baritone seorang pria seusianya dengan nada angkuh, Ia tahu bahwa pemilik suara angkuh dan sombong ini adalah…

"Tidak masalah Hyuuga Neji-san" katanya dengan perempatan siku—siku yang tampak di sudut keningnya dan senyuman yang tampak sangat,sangat dipaksakan. Hinata yang melihatnya buru-buru masuk kedalam sambil membungkuk meminta izin kepada Direktur yang telah berbaik hati memberinya tumpangan untuk mengantarnya pulang kerumah.

"Pe-permisi Naruto-kun" ucapnya buru-buru. Dan Neji Nampak sedikit tak suka dengan panggilan itu. 'Ada hubungan apa Hinata dan Direkturnya itu? Bukannya Hinata trauma dan tak mau dekat dengan laki-laki lagi?' batinnya.

"Oyasuminasai Hinata-chan"ucapnya lembut dan serta merta membuat Hinata membalikkan badan dan tersenyum kearah Naruto walaupun disamping Hinata ada sang kakak yang perfeksionis yang mengawalnya dan memperhatikan gerak-gerik mereka yang ia rasa janggal.

.

.

.

Malam ini membuat hatinya tak karuan dan bingung, jujur saja hatinya menjadi tak karuan saat mendengar rahasia Hinata akan traumanya. Namun, juga ia tak memungkri bahwa ia sedikit menaruh perhatian yang berbeda (dalam artian lain) tentunya. Ia mengambil ponsel miliknya dan menelepon seseorang. Jika sudah seperti hanya itu yang akan membuatnya merasa lebih baik dan merasa tenang. Apakah kau ingin membuat dirimu semakin menyesal heh Naruto-kun?

"Hm, ada apa kau menelepon ku lagi Naruto?" sahut seseorang bersuara khas lelaki dewasa di seberang.

"Aku memerlukanmu sekarang Teme." Ia memutus telponnya tanpa menunggu jawaban dari sang penerima telpon.

Pip.

"Apa yang terjadi padaku?" katanya sambil bersender di pintu mobil dan mengambil sebatang rokok dari saku celananya lalu menghisapnya.

.

.

.

Naruto pemuda yang penuh kharisma dan multi talenta, Bekerja sebagai direktur muda di kantor milik ayahnya Namikaze Minato, Namikaze Corp. Perusahaan yang sangat disegani karena melahirkan bintang-bintang baru yang berbakat di dunia hiburan maupun dalam dunia bisnis saham. Direktur ini berumur dua puluh empat tahun. Ya, cukup muda bagi seorang yang menjabat sebagai direktur bukan? Semua yang ada padannya dapat dikatakan nyaris sempurna, Namun satu yang disayangkan dari dirinya. Well, Direktur muda ini adalah pecinta sesama jenis lebih tepatnya dia adalah seorang gay. Hei kalian jangan terkejut itu memang nilai minusnya? Oh baiklah bukan nilai minus tapi kelainan sexs kan? Menikmati kebersamaan bersama 'pacar' diatas ranjang adalah kegiatan yang sangat-sangat dinikmati olehya, Dan menjadikannya sebagai jadwal kegiatan utama baginya. Entah apa yang ada di pikirkannya apa mungkin ia bosan dengan wanita atau gadis-gadis muda yang cantik yang bisa ia inginkan dengan hanya menjentikan jarinya saja.

"Anghhh…ahh ah Teme…" Desahan itu kembali menguar dari bibir tipis sang pemuda berambut pirang.

Seluruh tubuhnya serasa menegang, Akibat permainan sang 'pacar' yang terus memainkan jari-jarinya keluar masuk dalam lubang kenikmatan Naruto yang telah basah. Bukan hanya memaikan jari-jari rampingnya, ke dalam lubang kenikmatan milik Naruto tapi juga menghisap dan menjilat penis Naruto yang menegang akibat kegiatan oral yang di lakukan olehnya. Membuatnya harus terus mengerang erotis hingga meremas lengan sang pemuda berambut Raven yang mendekapnya erat dan semakin erat.

"Ahh..uhhh…anghh…aku tak tahan lagi Teme, ini sungguh nikmat" Racaunya. Kini tangannya masih sibuk meremas apapun yang berada didekatnya. Terlihat dari seprai berwarna krim pucat yang tampak lusuh dan acak-acakan.

"Hn… kau begitu menikmatinya Dobe" Bisiknya di telinga Naruto dan seraya menghentikan sejenak kulumannya di penis Naruto yang masih menegang.

"Anghh su…sudahlah Teme kau jangan menggodaku lagi" Racaunya setengah menutup mata, meresapi kenikmatan yang merambat kesekujur tubuhnya.

"Sepertinya kau sudadah sangat horny sekarang, tak kusangka kau begitu mesum Naru-kun." Sambil menyapukan bibirnya kearah kulit punggung tangan Naruto yang kini wajahnya tampak merah padam. Aksi pemuda berambut Raven pun berlanjut ke bibir tipis Naruto yang semakin intens menciumi bibir tipis menggoda itu. Kemudian turun menciumi rahang, leher Naruto, dengan bibir miliknya yang basah dan tak lupa meninggalkan tanda di kepemilikannya. Menesapi kesensualitas yang dilakukannya. Hanya untuk sang 'pacar' tersayangnya. Sasuke menyentuh dagu Naruto dengan sedikit kasar kembali menciuminya lagi, lidahnya menyapu bibir itu kasar dan memaksanya untuk terbuka, Sedangkan Naruto hanya mengerang pasrah dan membuka mulutnya seolah megizinkan lidah sasuke untuk mengeksploitasi rongga mulutnya sesukanya. Dan dengan cekatan sasuke memasukan lidahnya kedalam mulut Naruto dan mulai mengabsen satu persatu gigi milik sang pemuda berambut kuning jabrik dan membelit lidahnya dengan lidah miliknya, menghisap lidah Naruto kuat. Menimbulkan bunyi dari air liur mereka yang saling bercampur dan kemudian menetes melalui sudut mulut mereka yang saling menatap intens seakan saling menyelami perasaan yang membucah akan kenikmatan dari 'permainan' meraka ini. Sungguh 'permainan' yang sangat tabu. Suara becek, serta erangan terus keluar dari mulut sang pemuda berambut pirang dan tatapan sayunya adalah pertanda bahwa ia menyukainya. Sangat menyukai 'permainan' kali ini.

"Bagaiamana? Apa kau menyukai 'ini' Naru-kun?" katanya menyeringai menampilkan gigi taringnya yang membuat dirinya semakin menggoda.

"Hah… hah… harus kah aku mengakuinya Teme Anghh!" Desahnya kala jari- jari ramping Sauke kembali mempermainkan lubang kenikmatannya yang telah becek oleh cairan miliknya sendiri dengan melakukan gerakan meng in-out kan jari-jari ramping miliknya semakin cepat.

" Hnggg – " Ia menahan desahannya, menggigit kulit tangannya demi menahan sensasi nikmat yang menyergapnya.

"Heh? Jangan bilang seperti itu, melakukan oral ini kan adalah permintaanmu Naru-kun" Sahutnya tak mau kalah dan terus memaju mundurkan jari-jarinya yang telah basah oleh cairan orgasme milik Naruto.

"Angghhh! S-sasuke!" serunya keras hingga tubuhnya mengejang mendapati klimaksnya yang entah keberapa kalinya dan cairan miliknya mengalir membasahi paha, tangan, serta ranjang yang menjadi saksi bisu permainan mereka. Lidah Sasuke menjilati sisa cairan milik Naruto di sela-sela jari-jarinya yang basah.

"Seperti biasa ini selalu terasa manis, Dobe" Katanya menyeringai kemudian berdiri dan beranjak ke kamar mandi apartemen Naruto. Sedangkan Naruto hanya terpejam dan terengah-engah di atas ranjang dengan peluh yang membasahi tubuhnya yang telanjang tanpa sehelai benangpun. Dan dengan sebelah tangannya untuk mengelap peluh hasil 'permainan' mereka tadi.

"Bagaimana ini kebiasaanku semakin sulit dihentikan, Apa mungkin aku menjadi seorang gay selamanya? cih memuakkan." Gumamnya lirih dan menatap langit-langit kamar apartemennya yang sedikit remang-remang.

"Tou-san dan Kaa-san pasti akan menangis jika tau anaknya seorang gay." Gumamnya lagi sambil menghela nafas dan bersandar pada pinggiran ranjang.

Sekitar lima belas menit dia hanya merenung dan menatap langit-langit kamarnya. Ceklek, bunyi suara pintu kamar mandi terbuka menampakkan seorang pemuda berambut Ravennya yang basah dan hanya memakai sehelai handuk berwarna biru yang telah tersedia disana. Tubuhnya yang basah terekspos sempurna aura maskulin sangat terasa padanya sekarang, ditambah lagi perutnya six pack mungkin akibat sering berolahraga di gym atau lainnya dengan handuk berwarna senada yang terlampir dibagian tengkuk lehernya. Dan kemudian duduk di tepi ranjang mengeringkan rambutnya yang kini setengah kering kemudian menatap Naruto.

"Aku meminjam kamar mandimu sebentar" Katanya datar dengan wajah stoic miliknya yang tak pernah hilang dari wajahnya yang tampan. "Tumben kau memanggilku jam satu tadi, Untung aku sudah selesai bersama Karin tadi." Tanya nya sambil beranjak dari pinggir ranjang dan mengambil sebatang rokok dan menghisap zat nikotin yang dapat menghancurkan tubuh serta ginjal itu. "Dan kau hanya meminta aku melakukan Oral saja? Kau aneh" Katanya sambil mengambil bajunya yang berserakan dan memakainya.

"Wow kau berbicara lebih panjang padaku, hebat sekali" Sahut Naruto dengan mengangkat sebelah alisnya dengan senyuman meremehkan. Sasuke hanya memutar badannya dan menghadap kearah Naruto sembari memijit pelipisnya pelan kemudian menghembuskan asap nikotin itu ke udara.

"Jangan mengganti topik, jawab pertanyaanku" Sahut sasuke kesal.

"Apa yang harusku jawab. Aku tak menyembunnyikan apapun Dobe!" sungut Naruto dengan tatapan meremehkan miliknya. Mendengarnya Sasukepun hanya mendesah pelan sambil mengirup zat nikotin yang berada di sela jari telunjuknya, kemudian mengambil ponsel smartphone miliknya dan menelepon seseorang.

"Hn, ini aku apa barang yang kupesan sudah datang? Barang persediaan di club milikku sudah habis, Ck baiklah aku akan langsung kesana saja." Dan teleponpun terputus.

"Kau masih saja mengurus club malam mu itu dobe"

"Hn, begitulah." Sambil melihat jam dinding di kamar Naruto. "Ck aku harus pergi lagi Teme" Dengan perlahan lelaki Bernama lengkap Uchiha Sasuke itupun memakai pakaian yang kini tampak berserakan di sofa. Dengan perlahan mengkancing kemeja putihnya dan memakai rompi bartender hitamnya.

"Wah kau merangkap menjadi bartender, heh?" Tanya Naruto dengan seringai kecilnya.

"Hm… baiklah aku pergi sekarang jika kau perlu aku hubungi saja aku." Dan beranjak keluar dengan langkah lebarnya yang terlihat santai, dan memutar kenop pintu perlahan.

Sunyi merayap masuk, udara yang telah dingin semakin memerangkap ruangan yang kini terasa hampa dan kelam. Layaknya sebuah dermaga tengah malam yang sepi. Kini sang direktur muda meringkuk dalam sambil menggenggap kakinya dan meneggelamkan kepalanya yang kini terasa berat serasa tertimpa beribu-ribu ton baja. Ditambah perasaan yang menyesakkan di dadanya. Pikirannya lelah ia merasa hari ini sangat melelahkan dan menguras tenaganya. Dan yang ia sesalkan raut wajah gadis manis bermanik amethyst kembali menari-nari dalam pikirannya yang membuatnya muak. Muak karena mulai terpeangkap oleeh pesona Hyuuga Hinata yang notabenenya seperti adiknya sendiri.

Dan diwaktu yang sama di kediaman Hyuuga Hinata. Ia membaringkan dirinya di atas futonnya sambil memandang kearah lagit-langit kamarnya sambil memegang rambut berwarna indigonya.

"Naruto-kun" ucapnya sambil tersenyum dan menutup matanya.

.

.

.

AKU NARUTO UZUMAKI INGIN MENDAPATKAN KENORMALAN YANG SEBENARNYA.

AKU HINATA HYUUGA INGIN MENDAPATKAN KENORMALAN YANG SEBENARNYA.

.

.

.

Get To Normal

TBC : Chapter 3

.

.

.

Selesai dan sampai jumpa di chapter 4 semua. Gimana makin gaje kah?atau malah jelek? Tanpa sadar tata bahasa Amex bkok makin bede disetiap chapter ya? Ada yang sadar? Mungkin Amex bakal Hiatus dulu karena mau fokus untuk UAN Amex minta doanya ya minna-san semoga UAN Amex berhasil. Sekitar 2-3 bulan mungkin hatusnya / pokoknya amex mohon doanya ya.

Dan special buat kamu!

Guest: makasih udah ngermaikan kotak review amex tapi perlu kamu ketahui di atas udah ada notice 'gak suka gak usah baca' kan? Dan maaf demi chara di sini emang makai Naruto yang menjadi tokoh cowok utamanya, but i only one again thank you for review before ^^

Dan saatnya bales Riview ~

Moku-Chan : Wah pairnya bukan NaruSaku kok tapi NaruSasu ^^, tapi kalo diganti ama shion berarti Naru bukan gay dong? Makasih udah Riview ^^

lupa password : Gomen lama updatenya / ni updatetan nya semoga suka ^^

kiriko mahaera : ahaha tenang aja Hinata gak pernah kok tapi dia cumin pernah nyaris dan pelecehan yang berleihan aja *spoiler* makasih udah jelasin nya kiriko-senpai .

Hyuna toki: Umur Hinata belum genap 16 tahun disini sedangkan Naruto,Neji, dan Sasuke 24 tahun. Sedangkan Ino umurnya 23 tahun ^^

Haruka Hayashibara: Gomen kalo masih pendek nyuu gimana chapter ini? Oke ada perkembangankan mereka di chapter ini ^^ makasih udah review

Hoshi Yukinua: gomen telat update . gimana chapter ini? Masih pendek?

Konoha girls; makasih pujiannya nyuu *semangat 45* makasih udar review

kirei-Chan: Salam kenal juga, maaf nunggu telat ni udah update. Review lagi? ^^

ILA : Huwa makasih udah ngasih semangat ke amex ILA-senpai *peyuk-peyuk* Amex gak bakal berhent berkarya dan melanjutkan fic ini ame tamat apapun yang terjadi. Makasih udah review ^^

NaruGankster : Iyah disini Naruto-kun gay? doakan aja semoga 'terpinya' berhasil ^^ makasih udah Riview

Uchiha Niwa : makasih pujiannya, makanya baca terus sepak terjang Naru untuk kembali normal! Hidup Normal ^0^/

Arsakinoshita0: oke requeatnya dikabulin mogga suka chapter ini. Riview lagi?

geikai no sura: oke ni udah update, review lagi? ^^

miaw :Makasih udah ingatin moga typosnya rada berkurang, review lagi?

Lovely Orihime:Uwa maaf Amex gak nganngep gak penting kok senpai, semoga aja typosnya berkurag di chapter ini. Makasih udah ngasih semangat dan masukannya senpai /

sasuhina-caem: Iyap tunggu aja chapter yang bakal bahas masa lalu Hinata dan Naruto, syukur deh kalo suka nyuw. Makasih udah review ,

Fuyuki no hyorinmaru:oke untuk kamu sekrang Amex udah update ^^. Makasih udah review. Review lagi?

corvusraven:Tunggu aja chapter yang bakal ngebahas masa lalu mereka. Untuk Sebby yang slalu nodong nih udah update so gimana pendapatmu lagi yang pecinta yaoi?

merah kuning: makasih pujiannya, review lagi?

Putri Hyuzuma: ahaha sebenarnya Amex juga gak fans Yaoi fanatic kok tapi mau gak mau amex bela-beain ampe baca genre yaoi yang parah =.=, nantikan aja chapter yang bakal bahas mas lalu mereka berdua oke? Plus makasih pujiannya yang udah buat amex ame ketawa gaje begini

Na Fourthok'og: Ahaha pada penasaran ya? Tenang nanti bakal dibahas chapter tentang masa lalu Hinata dan Naruto ^^. Naruto ama Hinata emang cocok dengan yang manis-manis X3 Makasih udah review senpai

Oke bales ripiuw udah selese gomen kalo ada penulisan nama yang salah, Terima kasih bagi semua yang udah baca fic Get To Normal punya amex ^^ bagi yang mau kasih request entah itu slight pair,kritik,saran, atau apapun Riview adalah semangat bagi semua autor ^^ jadi…

Please

R

E

V

I

E

W

MINNA-SAN

.

.

.

Amexki chan