Warning ! : cerita ini mengandung unsur boys love (shounen-ai) dengan alur yang bisa dikatakan cepat. Tiap karakter agak ooc. dengan unsur AU dan diikuti typo's dan miss typo yg nyelip tanpa disengaja.. Jika anda tidak menyukai fic ini silahkan untuk segera meninggalkannya, tentu anda cukup pintar untuk membaca warning ini 'kan….? terima kasih.


.

.

.

"Selamat pagi dokter," sapa beberapa orang suster yang tengah bertugas memeriksa pasien. Sang dokter yang disapa hanya memberikan senyuman ramah membalas sapaan tersebut.

Bunyi sepatu pantofelnya, memecahkan kesunyian disepanjang lorong rumah sakit. Sesekali ia menyapa beberapa pasien atau keluarga pasien yang sedang dikenalnya.

Hampir semua penghuni rumah sakit Konoha menyukai dokter yang satu ini, selain berwajah tampan ia juga terkenal sangat ramah dan ceria. Tak heran, banyak pasien yang senang dirawat olehnya. Tapi ada juga beberapa pasien wanita yang sengaja berlama dirawat agar bisa bertemu terus dengan sang dokter.


Disclaimer : Masashi Kishimoto sensei


Dokter Uzumaki Naruto namanya, dokter muda berumur 24 tahun yang sudah 4 tahun bekerja di rumah sakit Konoha sebagai dokter umum. Lulus di umur 20 merupakan sebuah bukti betapa jenius dirinya, meskipun begitu ia tak merasa hebat atau sombong. Justru ia masih sering belajar dengan beberapa dokter senior seperti dokter Tsunade, dokter Hatake dan dokter Nara yang sudah ia anggap sebagai panutannya.


UCHIHA SASUKE & UZUMAKI NARUTO


"Selamat pagi Sakura-chan, bagaimana keadaanmu pagi ini?" tanya dokter Naruto pada salah satu pasiennya yang berumur 5 tahun.

"Baik dokter, aku merasa sehat-sehat saja," jawab Sakura dengan riang melihat dokter favoritnya akhirnya datang untuk mengecheck kesehatannya.

"Bagus, apa obatnya sudah diminum?" tanya Naruto lagi sambil mengarahkan stetoskopnya ke dada Sakura dan mendengar nada suara pernapasan dari gadis kecil itu.

"Sudah dong! Suster Hinata menemaniku minum obat." Sakura tersenyum riang ketika Naruto telah selesai memeriksa tubuhnya.

Naruto hanya tersenyum dan mengeluarkan sebuah permen lolipop dari balik saku jas dokternya lalu memberikannya pada Sakura. kebiasaan setiap pagi yang dilakukan Naruto pada setiap pasien anak-anak, maupun orang dewasa yang ia rawat yaitu selalu memberikan sebuah permen. Meskipun beberapa kali ia sudah ditegor oleh dokter Tsunade, tetapi ia tetap saja melakukan hal itu dengan diam-diam.


Kanon1010 Present…..

LIFE+


Have a nice Read….

dozo…~


"Bagimana hasil laboratorium mengenai keadaan Sakura, suster?" tanya dokter Naruto kepada suster Hinata yang telah memegang hasil laboratorium.

"Tekanan darah normal, dan juga asmanya sudah terkendali dengan baik dok. menurut hasil laboratorium, besok Sakura sudah boleh pulang," jelas Hinata sembari memberikan kertas laporan kepada Naruto.

"Hehhhh! Besok aku pulang? Aku gak mau, nanti gak bisa ketemu dokter Naruto lagi." rengek Sakura sambil memeluk lengan Naruto.

Bagi Naruto perlakuan seperti Sakura ini bukanlah hal baru, ia seringkali mendapatkan reaksi yang sama terutama anak-anak yang sudah dinyatakan sembuh olehnya.

Naruto duduk di kursi sebelah ranjang sakura dan membelai rembut rambut pink itu. "Memangnya Sakura gak bosen di rumah sakit terus?"

"Nggak! Kan ada dokter Naruto."

"Sakura-chan gak kangen sekolah? Gak kangen teman-teman Sakura-chan?" tampak Sakura agak menundukan wajahnya, mengingat sudah hampir 2 minggu ia dirawat di rumah sakit karena penyakit asmanya, sehingga ia tak bisa bermain dan bersekolah.

"Kangen kan? Lagian kalau Sakura-chan kangen dokter, Sakura-chan bisa datang kesini, nanti dokter Naruto kasih permen rasa cherry yang banyak, mau?"

"Dokter janji ya?" Naruto mengangguk dan tersenyum lembut, membuat suster Hinata dan kakak Sakura, Sasori merona dibuatnya.

Sasori yang telah berhasil mengusir rona merah di wajahnya menghampiri Naruto. "Dokter, terima kasih telah merawat adik saya."

"Sama-sama bukan hanya saya kok ada suster-suster yang ikut merawat adik anda, tolong diperhatikan kesehatannya ya, saya permisi dulu." Naruto pamit undur diri untuk pergi memeriksa pasien lainnya.

.

.

Setelah keluar dari bangsal anak-anak, Naruto memutuskan untuk istirahat sejenak di kantin. Mengingat sebenarnya ia tidak boleh terlalu lelah dengan pekerjannya tetapi mau bagaimana lagi, ia sudah terlalu cinta dengan pekerjaannya sebagai dokter meskipun sebuah kenyataan pahit, ia tidak bisa mengobati dirinya sendiri.

Tap..tap..tap

Suara langkah kaki yang agak cepat terdengar dari bagian luar kantin, tampak beberapa suster dan dokter mendorong ranjang pasien dengan tergesah-gesah menuju ke arah kiri yaitu dimana tempat beradanya ruang operasi.

Sebenarnya Naruto ingin menjadi seorang dokter ahli spesialis, tetapi orang tua Naruto tepatnya sang ibu, Kushina tidak mengijinkan anaknya yang satu itu untuk menjadi seorang ahli spesialis.

"Hah~" Naruto menghembuskan napasnya setelah meminum segelas es jeruk yang sangat disukainnya. Saat ini jam kerjanya sedang senggang, tak ada kegiatan seperti ini membuat Naruto bosan, hingga suara riuh mengalihkan lamunannya.

"Dimana dokter Uchiha?" tanya seorang dokter dengan kacamata dan rambut peraknya pada seorang suster berrambut merah.

"Saya tidak tau dok, sudah saya cari kemana-mana dan saya hubungi, tetapi tidak ada jawaban," jawab si suster dengan wajah pucat panik.

Mendengar nama Uchiha, Naruto segera menghampiri kedua orang tersebut tentunya setelah ia membayar minuman yang ia minum tadi.

"Ada apa ini dokter Kabuto?"

"Ah! dokter Uzumaki, begini kami sedang mencari dokter Uchiha karena salah seorang pasiennya yan mengalami gagal jantung mengalami masalah di bagian klep jantungnnya dan kami harus segera melakukan operasi, tetapi sampai saat ini dokter Uchiha tak ditemukan." Kabuto nampak panik dan ketika melihat salah seorang suster keluar dari ruang operasi ia segera menyuruh untuk melakukan pertolongan sementara.

"Boleh aku bantu mencarinya? Sepertinya aku tau dimana dia berada."

"Benarkah? Tolong ya dokter Uzumaki dan maaf merepotkanmu," Kabuto menunduk memohon lalu Naruto berlari menuju ke salah satu tempat yang ia perkirakan sang subjek yang dicari berada.

.

.

"Dokter Sasuke… bangun,"

"Ngh…berisik!"

"Sasuke! Banguuuunnn!"

"Bawel! Bisakah kau datang 2 jam lagi."

"TEME! BANGUN! ATAU KAU MAU KUSIRAM!" Naruto mulai kehilangan kesabaran saat membangunkan Sasuke atau dokter Uchiha yang tengah tidur lelap di ruang asrama karyawan.

"Iya, iya aku bangun puas! Ada apa?" Sasuke nampak kesal acara tidurnya terganggu. Sebenarnya wajar saja ia sangat mengantuk saat ini karena sudah 2 hari ini ia kurang tidur karena pasien-pasiennya yang sangat bawel.

"Pasien kamar 302, tuan Kakuzu klep jantungnya terbuka saat ini keadaan sangat kritis dan harus segera di operasi dan kau sudah ditunggu oleh dokter Kabuto." Jelas Naruto panjang lebar.

"Cih, kenapa tidak kau panggil saja si Kotetsu atau dokter Ibiki?"

"Ayolah teme, kau harus cepat keadaan pasien sangat kritis." Mohon Naruto dengan wajah melas saraya menarik-narik kemeja Sasuke, kalau saja ia yang menjadi dokter spesialis tentu ia sudah menggantikan Sasuke.

"Baik, baik kau menyusahkan saja dasar penganggu." Agak kesal Sasuke memakai baju jubah dokternya.

"Sabarlah, apa yang terjadi jika aku di posisi orang itu? apa kau akan malas seperti ini Sasuke? dan menganggapku pengganggu?" tanya Naruto seperti sedang memancing Sasuke.

"Apa maksudmu?" Sasuke menghentikan sejenak kegiatannya yang tengah mengambil beberapa peralatan kedokteran dan menatap Naruto intens.

"Heheh, tidak ada sudah sana cepatlah nyawa seseorang sedang terancam."

Sambil di dorong Naruto, Sasuke diam dan membalikan badannya sehingga mata onyxnya mentap langsung sepasang manik saphire dari kedua mata Naruto dan mengecup bibir pink itu sekilas. "Jika kau di posisi orang itu, 24 jam aku rela tidak tidur dan akan terus merawatmu, tidak boleh ada dokter lain yang merawatmu."

Menciptakan rona merah dari kedua pipi Naruto dan melihat Sasuke yang sudah pergi dengan membiarkannya terpaku dengan kata-kata yang dilontarkan pemuda bermarga Uchiha itu. seulas senyum miris tercipta menggantikan rona di wajah itu.

"Terima kasih Sasuke…."

.

.

Uchiha Sasuke, 2 tahun lebih tua dari Naruto tetapi sama-sama lulusan kedokteran di universitas yang sama. Sasuke mengambil spesialis jantung, karena di masa lalu sang kakak meninggal karena masalah di jantung, dan ia berharap tak ada lagi yang mengalami nasib seperti kakaknya.

Ia dan Naruto selain sesama rekan kerja, juga sepasang Kekasih. Sudah hampir 2 tahun mereka menjalin cinta, meskipun semua orang di rumah sakit mengetahui hal itu, tidak mempengaruhi kepopuleran mereka berdua.

Sasuke kebalikan dari Naruto. Ia bukan tipe orang yang ceria dan ramah, Sasuke itu dingin, susah bersosialisasi, kurang ramah, dan perfeksionis. Tetapi di depan Naruto ia berubah menjadi orang yang agak romantis, posessif, dan juga penuh ekspresi.

Tetapi, perbedaan itu lah yang membuat mereka saling mengisi. Awal pertemuan di Rumah sakit membuat Sasuke terpesona dengan keramahan dan kelembutan yang dimiliki Naruto. Istana kaca yang dibentuk dalam hatinya perlahan mencair seiring perjumpannya dengan Naruto, dan akhirnya Sasuke menyatakan sukanya pada Naruto beruntungnya lagi Naruto tidak menolak.

.

.

Uzumaki Kushina tampak sedang berdiri mondar-mandir di depan rumahnya menunggu sang anak bungsu keluar dari kamar. Sejak tadi ia tampak tak tenang terlihat dari gerakan kedua tangannya yang saling meremas.

"KYUBIIII! CEPAT TURUUUNNN!" teriak Kushina dari lantai bawah, membuat orang yang dipanggil merinding seketika.

"Iya..iya kaa-san, ini sudah turun sabar sebentar kenapa sih!" Tampak bocah laki-laki berumur 18 tahun dengan rambut ke-oranye-an dengan baju santai berjalan malas-malasan.

"Bagaimana mau sabar, tantemu Fuuka masuk Rumah sakit kita harus segera menjenguknya." Kushina membuka pintu mobil dan duduk disamping kemudi yang ditempati oleh Kyuubi.

"Memangnya Tante Fuuka dirawat dimana?" masih dnegan tampang malas, Kyuubi mulai menjalankan mobilnya.

"Rumah Sakit Konoha."

GLEK!

Kyuubi menelan ludah dan keringat mulai muncul, kenapa ahrus disana pikirnya. Karena ada suatu hal dimana sang kakak, Naruto harus berbohong sedang pergi ke Jerman kepada ibunya. Dengan berat hati Kyuubi mengantarkan ibunya ke rumah sakit Konoha dan berharap sang kakak tidak akan bertemu dengan Ibunya.

.

.

Naruto setelah membangunkan Sasuke ia beranjak menuju ke ruangan salah seorang pasien anak-anak yang dirawatnya. Naruto lebih sering menangani pasien anak-anak dibandingkan orang dewasa, karena sifat ramahnya mudah disukai oleh anak-anak.

"Ino-chaaannn~" teriaknya pelan melihat seorang gadis kecil berambut pirang yang dikuncir ponytail yang sedang duduk bersama boneka kesayangannya dan disuapi beberapa potong buah oleh ayahnya.

"Dokter Naruto!" serunya riang sambil tersenyum manis.

"Selamat siang Yamanka-san," sapa Naruto pada ayah Ino dan dibalas anggukan oleh pria paruh baya tersebut. "Ino-chan, apa kau sudah meminum obatmu?" tanya Naruto masih dnegan senyum hangatnya.

"Tentu saja sudah, dibantu sama ayah." Ino si gadis kecil itu memeluk lengan ayahnya. "Oh ya dokter, ini ada hadiah buat dokter."

"Hum?" Naruto melihat tingkah aneh dari Ino yang sedang berbisik dnegan ayahnya dan kemudian Inoichi, ayah Ino mengambil sesuatu dari dalam tas.

"Ini buat dokter Naruto, sebuah bunga iris yang masih segar." Ino menyerahkan 3 batang bunga iris kepada Naruto dan dibalas dengan pelukan dari Naruto.

"Terima kasih Ino-chan"

"Sama-sama." balas Ino dengan senyum kecilnya. setelah kepergian Naruto, Ino memandang ayahnya dengan berbbagai arti yang tak dapat diungkapkan.

.

.

Naruto keluar dari kamar Ino dengan perasaan bahagia. Ia senang sekali mendapat hadiah tersebut, bahkan tak hanya Ino beberapa pasien dan keluarga pasien kadang kala memberinya hadiah yang tak sebebrapa tetapi sangat berharga buat Naruto.

"Nii-chan!" teriak Kyuubi saat mendapati kakaknya sedang berjalan di depannya.

"Ky-Kyuu? Kenapa ada disini?" Naruto langsung menoleh kanan dan kiri mencari sosok yang tak bisa ditemuinya saat ini. "Kaa-san, mana?"

"Sedang ada di lantai 4 dikamar tante Fuuka, aku sama bunda sedang menjenguk tante Fuuka." Naruto terdiam dan ingat bahwa kemarin tantenya Fuuka masuk rumah sakit karena jahitan saat operasi usus buntu terbuka, Naruto hanya bisa melihat tantenya itu dari balik kaca pintu tetapi tak bisa masuk. Jika ia masuk maka tantenya itu pasti akan melaporkan ke Kushina.

"Nii-chan, sebaiknya nii-chan jangan berkeliaran dulu kalau kaa-san sampai tau gimana?"

"Baiklah, kabarmu sama tou-san baik-baik saja kan?" Naruto tampak kahwatir dengan adik dan orangtuanya.

"Baik, nii-chan sendiri? nii-chan jangan terlalu cape ya, istirahat yang cukup kalau perlu."

Naruto mengusap-ngusap kepala adik yang disayanginnya itu. "Iya iya sudah sana nanti kaa-san nyariin lho."

"Siip! Salam buat Sasuke-nii ya," teriak Kyuubi dari kejauhan dan seulas senyum lirih terpancar di wajah Naruto.

.

.

"Hwaaaaaaaaaaa!" Naruto berteriak kaget ketika seseorang memeluknya dari belakang. "Sasuke! Jangan mengagetkanku seperti itu!" rengutnya yang nampak seperti anak kecil.

"Hn," balas Sasuke singkat dan masih tetap memeluk Naruto dan meletakkan dagunya di bahu Naruto sehingga ia bisa mencium aroma citrus dari tubuh kekasihnya itu.

"Te-teme, lepas! Aku tak bisa bergerak." Ronta Naruto mencoba melepaskan pelukan Sasuke, tapi yang ada malah Sasuke semakin mengeratkan pelukannya.

"Tidak mau, biarkan sejenak seperti ini, aku lelah dobe." pinta Sasuke dengan manja.

Naruto menghembuskan napas jika sudah melihat kelakuan Sasuke yang mendadak menjadi manja. "Baiklah tetapi aku harus membereskan tumpukan buku ini, karena ini sangat berat teme," rupanya daritadi Naruto menahan beberpa buku yang lumayan berat karena dia sedang membereskan buku-buku di meja kerjanya.

"Hn." dengan berat hati Sasuke melepaskan pelukannya dan berjalan keluar ruangan Naruto. Naruto pikir Sasuke marah tetapi tak lama kemudian dia kembali lagi.

Naruto segera duduk di sofa panjangnya disusul Sasuke yang langsung merebahkan kepalanya di paha Naruto dan menutup matanya dengan sebelah lengannya.

"Tadi kenapa keluar? Kau marah?"

"Tidak, hanya berkata pada suster Hinata agar tidak ada yang mengganggu dokter Uzumaki Naruto sampai dapat ijin dari dokter Uchiha Sasuke, karena dokter Naruto sedang mengobati kekasihnya." jelas Sasuke yang membuat Naruto tertawa pelan.

"Dasar teme,"

"Hn."

Keheningan menerpa keduannya, Naruto mendengar bunyi napas Sasuke yang teratur, dipastikan pemuda tampan itu sudah tertidur lelap. Perlahan ia menyingkirkan tangan Sasuke yang menutupi mata ke samping dan mengusap perlahan helaian rambut emo tersebut.

Cklek..

"Ah, dokter Naruto – eh upss maaf mengganggu." Konohamaru, seorang coas yang sedang magang dibawah pengajaran Naruto masuk tanpa mengetuk pintu dan melihat adegan Sasunaru di sofa.

"Tak apa, masuklah asal jangan berisik dia baru tidur." Intruksi Naruto dengan menunjuk Sasuke.

"Maaf menganggu dok, tapi saya membutuhkan tanda tangan anda di laporan magang saya." ujar Konohamaru seraya memberikan secarik kertas dan pulpen kepada Naruto.

"Terima kasih dok, sepertinya dokter Uchiha tampak sangat lelah," tanya Konohamaru begitu melihat wajah Sasuke yang tenang seperti anak kecil.

"Iya, sudah 2 hari dia tidak tidur dengan tertatur." Balas Naruto mengelus helaian rambut Sasuke.

"Anda sangat menyayanginya ya, kalian berdua sangat serasi. Tapi, jarang-jarang juga liat dokter Uchiha setenang ini biasanya ia sangat menakutkan."

"Aku mendengar itu." tiba-tiba Sasuke berbicara tetapi matanya masih tertutup membuat Konohamaru kaget dan langsung pamit keluar.

Naruto hanya tertawa pelan karena ia tau kalau Sasuke terbangun saat Konohamaru masuk. Setelah Konohamaru keluar ia menjitak kepala Sasuke pelan.

"Apa-apaan sih dobe," Sasuke nampak sedikit kesal dengan perlakuan kekasihnya itu.

"Jangan suka isenk, sudah tidur sana."

"Cium…"

"Hah?"

"Begini maksudku dobe," –cups- Sasuke menarik leher Naruto hingga ia menunduk dan bibirnya tepat mendarat di bibir Sasuke.

Muka Naruto langsung merona dengan kejadian yang mendadak seperti itu. tentu saja ia tau kalau kekasihnya itu mesum tingkat akut, dan kadang suka tak mengenal tempat jika ingin bermesraan.

"Dasar mesum."

"Hn."

.

.

.

Jam menunjukan pukul 17.00 waktu Konoha, dimana sekarang saatnya bagi Naruto untuk memberikan pemeriksaan rutin kepada pasien-pasiennya. Sesaat setelah dari kamar Sakura ia bersama suster Hinata akan beranjak menuju kamar Chiyo, seorang pasien nenek-nenek yang menderita sakit punggung. Tetapi tak disangka-sangka suatu hal yang dihindarinya malah terjadi.

"Naruto?... kau Naruto kan?" panggil suara seorang wanita di belakangnya.

Naruto mendadak berhenti berjalan karena hapal betul dengan suara wanita itu, keringat dingin tampak bermunculan di pelipisanya padahal ruamh sakit tersebut dilengkapi dengan air conditioner yang sangat dingin.

"Uzumaki Naruto! Berbalik dan menghadap ke kaa-san sekarang juga!" perintah wanita atau bisa dikatakan itu adalah Kushina, ibu dari Naruto.

Perlahan dengan pelan Naruto membalikan tubuhnya dan menunduk tak berani menatap langsung mata ibunya.

"Ka-kaa san,"

"Sedang apa kamu disini? Bukannya kamu ke Jerman bersama dokter Tsunade untuk perawatan?" Kushina memadang Naruto dari atas sampai bawah dan melihat Naruto tengah mengenakan jas dokternya. "Kamu bekerja Naru? AYO DI JAWAB!" emosi Kushina mulai meledak.

"A-aku harus bekerja kaa-san, masih banyak pasien-pasien yang harus kutangani. Maaf kaa-san."

Kushina menarik tangan Naruto. "Ayo pulang! Pulang sekarang juga UZUMAKI NARUTO!"

"Ta-tapi kaa-san Naru gak bisa, Naru mau bekerja." Naruto menghempaskan tangan Kushina.

"TIDAK! Kaa-san tidak ijinkan kamu bekerja, terlalu berresiko. Ayo pulang sekarang juga Naruto! Kaa-san gak mau terjadi apa-apa denganmu." Kembali Kushina menarik tangan Naruto dan Naruto meronta-ronta menolak keinginan ibunya.

"Kaa-san, aniki!" Kyuubi datang dan langsung melerai mereka berdua.

"Kyuu? Jadi kamu ikutan bersekongkol dengan anikimu untuk menipu kaa-san?"

"Maaf kaa-san, tapi aniki memang harus menangani para pasien."

"Pasien? Pasien apa? bahkan dia sendiri seorang dokter yang tak bisa menyembuhkan dirinya sendiri! DIA JUGA PASIEN KYUUBI!" emosi Kushina semakin memuncak. Kushina hanya takut akan terjadi sesuatu lagi dengan anak sulungnya itu.

"Ayo pulang Naruto!"

"TIdak!"

"Naruto!"

"Tidak kaa-san… Naruto…- arghhhh" Naruto tba-tiba terduduk menyentuh dadanya yang terasa sakit.

"Na-naru sayang … ayo jawab kaa-san." Kushina menepuk-nepuk pipi Naruto yang sudah pingsan di lantai, beberapa suster dan dokter langsung mengangkat tubuh Naruto dan membawanya ke ruang ICU.

.

.

Dengan langkah kaki terburu-buru, Sasuke berjalan menuju ruang ICU. Baru saja ia selesai melakukan operasi malah mendapatkan kabar kalau Naruto masuk ICU. Sasuke sendiri sebenarnya belom tau kalau Naruto memiliki masalah di bagian jantungnya. sejak kecil Naruto mengalami gagal jantung, sudah berkali-kali ia menjalani operasi untuk katup jantungnya yang tak berfungsi baik. Tapi, hingga saat ini tak ditemukan jantung yang cocok untuknya.

Dengan agak kasar ruangan pintu ICU tersebut dibuka paksa oleh Sasuke. Para suster dan dokter yang tengah menangani Naruto langsung menoleh ke sumber suara bising tersebut.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Sasuke to the point kepada Nara Shikamaru yang tengah mengecek tekanan darah Naruto.

"Cukup buruk, keadaan jantung melemah. Kita harus segera melakukan penutupan katup jantung yang terbuka ini." tunjuk Shikamaru pada sebuah kertas x-ray.

"Baik, biar aku yang menangani Naruto, dan kamu membantuku saja. tak boleh ada yang menanganinya selain aku."

"Ck, merepotkan…"

.

.

2 jam penuh ketegangan berlalu, Shikamaru beranjank keluar ruangan operasi dan menghampiri keluarga Naruto dan mengabarkan kalau Narutp sudah melewati masa kritisnya. Sedangkan Sasuke masih berada did alam ruangan menatap sendu wajah Naruto yang biasanya cerah merona, sekarang pucat bagaikan tak ada kehidupan.

Sasuke mengelus perlahan pipi naruto dnegan kasih sayang. ia tak menyangka kalau kekasihnya itu mempunyai penyakit seperti itu. pantas saja, setiap ada pasien yang sedang sekarat ia yang paling panik sama seperti kejadiaan tadi dengan keadaan pasien Kakuzu.

"Dokter," panggil salah seorang suster mengembalikan lamunan Sasuke.

"Hn?"

"Ini, laporan kesehatan dokter Uzumaki." si suster berambut hitam legam itu menyerahkan kertas yang berisi hasil pemeriksaan Naruto.

"Hn, terima kasih dan tolong bawa ia ke sebuah kamar rawat."

"Baik dok."

.

.

.


..To Be Continue…

.

.


A/N : fic ini kanon buat 2 chapter aja kok… chapter selanjutnya akan segera kanon update…..

buat fic yang aitakutte… ngerasa ga sih kalo fic itu kehilangan charmingnya? kanon bikin lanjutannya merasa agak garing dan terlalu klise.. mau di updatepun agak ragu.. tapi kanon usahakan itu ditamatkan.. kanon minta doanya supaya itu cepat selesai ya ^^… dan kanon minta maaf juga jika ada kesalahn mengenai hal-hal medis di fic ini, akrena kanon hanya tau seadanya saja. hontou ni gomenasai.

akhir kata setiap fic kanon tunggu saran, kritik, masukan, sanggahan, dan lainnya di kotak REVIEW…

+hug and kiss+