Title : All That I Am

Chapter : 17

Author : Daiichi aka Yukishima

Rating : M (bukan krn NC tapi untuk isi cerita yg tidak sesuai untuk konsumsi dibawah umur)

Genre : Drama, Romance, angst, OOC

Fandom : Super Junior

Pairing : Sibum (main); Sichul; slight Simin,slight GDTOP (mentioned), slight Haebum, GS

Disclaimer : Minjem nama doang. Tapi cerita milik saya ^_^

Note Author : Hey-yo... Apa kabar? Udah lama nungguin update kah? Maaf ya kelamaan krn saya punya kesibukan2 yg lain ^^b *alasan klise*

Saya hanya meminjam nama2 dalam ff ini, tapi cerita tetap ide saya. Jika ada yang protes, maafkan saya. Bukan maksud hati membuat imej mereka jadi jelek ato gimana :-) Karakter di ff dengan tokoh asli tentu saja berbeda hehehehe...

Ingat2 pesan saya, ini hanya sekedar fic bukan kenyataan. Ambil yang baik, jangan ditiru hal yang buruknya. Jadilah readers yg bijak ^^

Saya terima kritik, bash maupun flame karena saya menghargai perbedaan pendapat dan tidak mempermasalahkan jika anda tidak menyukai tulisan saya ^^ Gak mungkin juga saya memaksa Anda untuk menyukai tulisan saya kan? Tapi mungkin akan lebih baik lagi Anda gak membacanya jika memang gak suka daripada mengganggu penglihatan dan pikiran anda hehehehehe... Kalau kritik tentang cerita saya terima dengan senang hati.

Happy Reading...

=o=

Praaakk...

Ponsel mahal itu terlempar atau lebih tepatnya dilempar oleh seorang pria tampan berlesung pipi hingga hancur tak berbentuk lagi. Wajah tampannya tampak mengeras, urat-urat lehernya menegang, dan rona mukanya kini kemerahan menahan amarah. Kontras dengan wajah pria setengah baya yang berwajah tak kalah tampan darinya yang berdiri tak jauh dari hadapannya. Ia tak bergeming dari tempatnya berdiri. Wajah pria itu tampak tenang bahkan cenderung dingin walau wajahnya tadi hampir saja terkena lemparan ponsel dari laki-laki tampan yang lebih muda darinya itu.

"Kenapa? Kenapa kau lakukan itu tuan Ahn?," tanya laki-laki bernama Siwon sambil menatap gusar laki-laki yang lebih tua darinya tersebut.

"..."

"Kenapa kau diam saja ahjusshi?," geram Siwon.

"Aku hanya melakukan hal yang harus kulakukan, Choi sajangnim," ucap pria bernama Ahn Chil Hyun atau Kangta dengan wajah yang masih terlihat tenang bahkan cenderung tanpa ekspresi, seolah tak mempermasalahkan ketidaksopanan Siwon yang usianya lebih muda darinya tersebut.

"Aku sudah memintamu jangan menyentuhnya. Tapi..kau! Kau hampir membuatnya kehilangan nyawa...," Siwon menatap tajam Kangta.

"Aku sudah menganggapmu sebagai putraku sendiri karena kau adalah putra dari sahabatku, Choi Seunghyun. Dia adalah orang yang berjasa padaku, memberiku pekerjaan bahkan mau berteman denganku tanpa memandang status sosial yang kumiliki," Kangta menatap lurus kearah Siwon. "Selama ini, aku membantumu melakukan semuanya hingga kita bisa sejauh ini. Aku berusaha memasuki Kim corp, bekerja disana..hingga aku berhasil mendapat kepercayaan dari Kim Jungmo dan menjadi tangan kanannya. Bahkan dia tak menaruh kecurigaan sama sekali dan mempercayakan semua urusan perusahaan padaku. Semua itu kulakukan untuk ayahmu, juga dirimu. Tapi hanya karena seorang wanita, kau hampir melupakan tujuan kita semula. Membuatmu melakukan kecerobohan. Bahkan sekarang anak-anak Kim Jungmo mengetahui semua perbuatan kita."

Siwon terdiam mendengar perkataan Kangta. Ia mengakui bahwa dirinya bersalah karena jatuh cinta dengan seorang Kim Kibum. Namun Siwon tak mengira bahwa Kangta akan mencelakai Kibum tanpa sepengetahuannya demi memuluskan kembali rencana mereka. Wanita yang dicintainya itu bahkan hampir saja kehilangan nyawa.

"Tapi aku sudah mencampakkannya dengan cara yang keji. Apakah itu tidak cukup? Kenapa harus mencelakainya? Dia sama sekali tak ada hubungannya dengan ini semua," ujar Siwon masih dengan menahan emosi.

"Gadis itu sedang mengandung bukan? Dan dia tidak mau menggugurkan kandungannya. Jangan kau kira aku tidak mengetahuinya," ucap Kangta dingin ketika melihat ekspresi terkejut Siwon. "Sudah cukup dengan istrimu yang mengetahui perselingkuhanmu dengan Kibum-ssi. Jika Heechul, Kyuhyun, atau siapapun yang berhubungan dengan keluarga Kim mengetahui kehamilannya, entah apa yang mereka lakukan terhadap kita, Choi Siwon."

"Tapi..."

"Aku selalu mengatakan hal ini padamu dari dulu saat kau ingin membalas dendam pada mereka bukan? Jangan menggunakan perasaan apapun, jangan tergoda apapun. Kau telah menyanggupinya. Karena itu, aku rela melakukan apa saja untuk membantumu meskipun nanti aku harus masuk penjara."

"Ahjusshi..."

"Aku tahu perasaanmu pada gadis itu. Bagaimanapun, aku juga pernah muda. Tapi, sekarang ini bukan saatmu untuk menjalin hubungan dengan seseorang dan terlena dengan romantisme cinta. Aku juga tahu bahwa kau tak mungkin bisa mencelakai orang yang kau cintai. Karena itu, aku yang melakukannya sendiri."

Kangta masih tetap bersikap tenang. Sementara Siwon hanya terdiam seribu bahasa tanpa mengucap sepatah katapun lagi. Bibir tipis yang biasa menyunggingkan senyuman joker itu terkunci rapat. Kedua tangannya mengepal keras. Walau kini ia ingin mengumpat dan menghajar pria setengah baya yang telah mencelakai gadis yang dicintainya, namun Siwon juga masih membutuhkan pria itu. Orang yang telah menolongnya melalui masa-masa sulit hingga kini. Orang yang tentu saja telah berjasa pada dirinya karena telah mengulurkan bantuan padanya ketika ia dalam kesulitan menghadapi kerasnya hidup semenjak kematian sang ayah. Semua ini membuat Siwon tersiksa. Ia terperangkap ke dalam permainan yang ia lakoni sendiri.

=o=

Sementara itu di sebuah kamar rumah sakit, nampak seorang gadis cantik berkulit salju yang tergolek tak sadarkan diri. Rona mukanya terlihat pucat dengan balutan perban di beberapa bagian tubuhnya. Sudah dua hari ini gadis itu belum juga siuman setelah kecelakaan – atau lebih tepatnya dicelakai – yang menimpanya. Seorang laki-laki tampan berwajah kekanakan tampak menungguinya dengan cemas di pinggir ranjang.

Perlahan gadis bernama Kibum yang sedang tergolek tak berdaya itu mulai membuka matanya yang terasa berat. Ia bermaksud bergerak mengangkat kepala tapi tubuhnya terasa ngilu semua terutama perutnya dan kepalanya juga terasa berat. Akhirnya dirinya jatuh terkulai lagi di ranjang. Pandangannya berusaha mengenali tempat asing itu. Semuanya serba putih dan bau obat yang menusuk hidung. Kemudian Kibum berusaha memanggil memori-memori di dalam otaknya, mengingat-ingat apa yang baru saja terjadi pada dirinya. Tapi ia masih belum seberapa mengingat dengan jelas kejadian yang telah menimpanya.

Laki-laki yang menungguinya – bernama Donghae – itu kemudian memanggil dokter ketika melihat tanda-tanda kesadaran sahabatnya. Tak lama kemudian dokter dan seorang perawatnya memasuki ruangan tersebut.

"Akhirnya kau sadar juga," ucapnya sambil tersenyum lalu memeriksa denyut nadi dan tekanan darah Kibum.

"Dokter, apa yang terjadi padaku?," tanya Kibum lemah.

"Kau baru saja mengalami kecelakaan agasshi. Sudah 2 hari ini kau tak sadarkan diri. Tapi beruntung, kau tidak mengalami luka serius, hanya lecet dan memar serta gegar otak ringan. Dalam beberapa hari ke depan, mungkin minggu depan kau sudah bisa pulang."

'Bayiku…?,' batin Kibum sambil meraba perutnya dengan panik karena ia mulai mengingat bahwa dirinya sedang mengandung.

"Jangan khawatir. Kau masih memilikinya. Untung kau tiba dengan cepat sehingga kami berhasil menyelamatkannya..," dokter itu tersenyum ramah.

Mendengar penjelasan dokter tersebut membuat Kibum bernafas lega.

"Karena itu kau harus bed rest selama satu minggu sampai kandunganmu kuat kembali atau kau akan kehilangan bayimu," ujar dokter itu lagi.

"Baik. Terimakasih dokter," ucap Kibum lemah.

"Sudah tugasku. Jika membutuhkan sesuatu, kau bisa menekan tombol ini. Permisi," pamit si dokter yang kemudian meninggalkan Kibum seorang diri.

"Maaf...," Kibum menangis tanpa suara sambil meraba perut datarnya.

Berkali-kali ia mengusap lembut perutnya. Ia menyesal telah bertindak ceroboh dan hampir kehilangan janin yang masih dikandungnya.

'Siwonnie... Kumohon, jangan melakukannya lagi. Jangan...,' rintih Kibum dalam hati.

Di saat seperti inipun Kibum masih mengingat Siwon. Ia masih teringat perkataan Siwon yang secara tak sengaja didengarnya ketika di cafe sebelum kecelakaan. Kibum berharap Siwon tak melakukan hal-hal bodoh dengan mencelakai orang kembali. Sedangkan Donghae yang menunggu di luar pintu kamar hanya bisa menatap miris kearah sahabatnya tersebut ketika mendengar perkataan dokter yang disampaikannya terhadap Kibum tadi.

=o=

Siwon mengemudikan mobil mewahnya tak tentu arah menelusuri jalanan kota Seoul yang sedikit lengang malam ini. Dalam hatinya masih mencemaskan keadaan Kibum. Walau ia mengetahui bahwa Kibum masih hidup, namun tidak dengan kondisi pasti dari gadis itu. Betapa Siwon ingin menuju ke rumah sakit tempat Kibum dirawat saat ini juga dan melihatnya langsung untuk memastikan apakah Kibum baik-baik saja. Namun tentu saja hal itu tak dapat dilakukannya. Siwon hanya bisa mengutuki dalam hati saja. Mencerca takdir yang membuatnya mengalami semua ini. Bahkan ia secara tak langsung telah mencelakai orang yang dicintainya.

Bibir tipisnya berdecak kesal ketika ponsel barunya berdering pertanda panggilan masuk. Semula Siwon mencoba mengabaikan gangguan itu karena tidak mengenali nomornya. Namun lama-lama ia merasa risih mendengarnya. Dengan gusar Siwon meraih headset lalu memasangnya ke telinga.

"Halo...," sapa Siwon dengan nada dingin.

"..."

"Apa?"

"..."

"Jangan bercanda!"

"..."

"Baiklah.. Aku mengerti."

Wajah tampan Siwon terlihat serius setelah mengakhiri telefonnya. Segera ia mempercepat laju mobilnya menuju suatu tempat.

Berselang 30 menit kemudian, mobil mewah Siwon akhirnya sampai juga di tempat tujuan. Sungai Cheonggyecheon. Sebuah sungai di tengah kota Seoul yang dulunya adalah sebuah sungai kumuh dan tercemar yang kini disulap menjadi tempat rekreasi umum bagi masyarakat. Jauh dari kesan kotor maupun bau seperti dahulu. Tempat itu kini bahkan sering didatangi orang untuk bersantai atau menyaksikan keindahannya.

Sepasang kaki panjang Siwon melangkah menuju pinggir sungai. Mata elangnya menatap kearah aliran sungai yang jernih dan tenang. Siwon memang sengaja memilih tempat yang sepi, tidak ada orang selain dirinya.

"Maaf, lama menungguku..," suara lembut seorang wanita membuat Siwon menoleh.

Di hadapan Siwon kini berdiri seorang gadis cantik bertubuh sedikit mungil namun proporsional dengan sepasang mata rubahnya yang indah. Wajahnya terkesan kekanakan dan manis. Siwon menatap cukup lama gadis itu. Ia seperti pernah mengenalinya. Wajah yang mengingatkan Siwon kepada adik kandungnya yang telah terpisah lama.

"Darimana kau tahu nomorku?," tanya Siwon dengan nada tidak suka.

"Kau lupa padaku, oppa?," gadis itu tersenyum tipis.

"Kau?," Siwon mengernyitkan dahi.

"Aku Sungmin, adikmu...," jawab Sungmin masih tetap tersenyum.

"Tidak. Tidak mungkin...," Siwon menggeleng tak percaya.

Sudah hampir 18 tahun yang lalu ia berpisah dengan adik kandungnya Sungmin yang dibawa oleh ibunya ketika orangtua mereka bercerai. Walau guratan wajah gadis di hadapannya memang mirip dengan Sungmin kecilnya, namun Siwon tak mempercayainya begitu saja. Mungkin saja gadis ini suruhan Heechul atau Kyuhyun untuk mengelabuinya bukan? Saat ini ia memang harus lebih waspada.

"Ini.. Aku masih menyimpan kalung pemberian orangtua kita," Sungmin menangkap keraguan di mata Siwon. Karena itu, ia segera menunjukkan kalung perak dengan liontin bintang yang sama dengan milik Siwon.

"Apa istimewanya kalungmu? Semua orang bisa membuat kalung dengan liontin seperti itu," Siwon masih tak percaya juga.

Tanpa banyak bicara Sungmin membuka sesuatu yang berada dibalik liontinnya. Di bagian dalam liontin, pada dua sisinya terdapat foto lama orang tua mereka. Choi Seunghyun dan pada sisi lainnya Kwon Jiyong. Sungmin menyerahkan kalung itu pada Siwon.

"Siapa mereka?," sanggah Siwon meskipun sepasang mata elangnya kini tampak berkaca-kaca.

Gadis dihadapannya adalah Sungmin adik kandungnya yang telah terpisah hampir 18 tahun lamanya. Namun tak mudah bagi Siwon untuk mengakuinya di hadapan Sungmin. Ia bukan lagi Siwon yang dulu. Siwon yang sekarang telah jauh berbeda.

"Siwonnie oppa... Apa kau melupakan wajah orangtuamu?," lirih Sungmin dengan suara yang sedikit serak menahan gejolak hatinya. Gadis ini mati-matian menahan tangis yang ingin keluar.

"Orangtuaku sudah tiada. Kau salah mengenali orang, agasshi," sahut Siwon sambil mengembalikan kalung itu ke tangan Sungmin. "Selamat malam," ujar Siwon sambil membalikkan tubuh bermaksud meninggalkan Sungmin.

"Oppa...," sepasang lengan Sungmin menahan tubuh atletis Siwon, memeluknya dari belakang. Buliran airmata mulai menggenangi sepasang mata bulat gadis itu. "Selama bertahun-tahun aku merindukanmu. Aku berusaha mencari keberadaanmu. Bagaimana kau bisa berbicara sekejam itu padaku," isak Sungmin. "Aku tidak mungkin salah. Di dunia ini satu-satunya saudara kandungku adalah Choi Siwon, dan itu adalah dirimu. Meskipun kita telah lama terpisah, namun aku akan selalu mengenalimu."

Siwon hanya terdiam. Ia bisa merasakan bahwa punggungnya basah oleh airmata Sungmin. Sebenarnya ia tak ingin melakukan hal ini. Selama 12 tahun ia hidup sendiri tanpa sanak saudara setelah ayahnya meninggal. Bahkan telah terpisah selama 18 tahun dengan adik kandung satu-satunya yang ia miliki. Siwon ingin memeluk gadis kecil yang kini telah tumbuh dewasa tersebut. Melepaskan semua kerinduan mereka. Namun ketika mengingat semua yang ibunya lakukan ketika meninggalkan sang ayah dan membawa pergi Sungmin membuat hati Siwon diliputi amarah kembali. Kemunculan Sungmin tak urung memanggil kembali luka lama dalam dirinya.

"Ini sudah malam. Aku harus pergi.," ucap Siwon dingin sambil berusaha melepaskan pelukan Sungmin. "Kau juga pulanglah. Tidak baik seorang gadis keluar malam-malam sendirian," kata Siwon lagi sebelum melangkahkan kembali kakinya.

"Eomma sakit..."

Ucapan Sungmin membuat langkah Siwon terhenti.

"Oppa... Ia selalu merindukanmu. Tak sedetikpun dalam hidup eomma melupakanmu," ucap Sungmin dengan suara tercekat.

Siwon masih memasang wajah dingin. Ia tahu bahwa ibu kandungnya itu masih hidup. Tentu saja. Siapa yang tidak mengenal Kwon Jiyong, desainer ternama di Korea Selatan yang kini menjadi istri salah seorang pengusaha ternama di Korea Selatan bernama Lee Seunghyun. Bahkan nama Jiyong telah dikenal di kancah internasional. Mengetahui hal itu membuat amarah Siwon selalu bertambah dari hari ke hari. Bagaimana mungkin wanita yang berstatus ibu kandungnya itu bisa meninggalkan dirinya bersama sang ayah untuk pria lain dan kini hidup bergelimang harta dan kesuksesan. Sementara dulu ayahnya hidup dalam keterpurukan dan kemudian mengakhiri hidupnya sendiri. Membuat Siwon harus menjalani hidup sebatang kara di usia belia dan berjuang untuk melanjutkan hidup dengan penuh kesulitan seorang diri. Beruntung ketika itu Kangta kemudian datang dan membantu dirinya. Jika tidak, entah apa yang terjadi pada diri Siwon kini.

"Sudah kukatakan tadi kalau orang tuaku sudah meninggal," sahut Siwon kemudian.

"Kenapa kau berkata sekejam itu? Dia adalah ibu yang telah melahirkanmu. Bagaimana bisa kau tidak mengakuinya?," ujar Sungmin yang tak percaya ketika mendengar perkataan sang kakak.

"..."

"Kau adalah kesayangan eomma. Aku bahkan selalu iri karena eomma selalu mengatakan oppa adalah anak laki-laki yang paling membanggakan. Eomma bahkan selalu menyuruhku untuk menirumu karena aku ini tak sepertimu yang sempurna. Oppa tampan, pintar, selalu bersikap dewasa dan penyayang. Sedangkan aku ini bodoh dan selalu bersikap manja. Hanya bisa merajuk pada appa jika eomma memarahiku. Eomma bahkan..."

"CUKUP!," suara Siwon yang meninggi menghentikan perkataan Sungmin.

Siwon memejamkan mata dengan menutup kedua telinganya. Wajah tampannya terlihat menegang menahan emosi.

"Siwonnie oppa.."

Setelah beberapa saat Siwon bisa mengendalikan diri, ia pun membalikkan tubuh menghadap kearah Sungmin.

"Jangan lanjutkan lagi pembicaraan tak berguna ini. Siwon yang dulu sudah mati. Yang berdiri di hadapanmu sekarang adalah Choi Siwon yang baru. Choi Siwon yang tidak memiliki orang tua dan adik perempuan. Jadi, kita memiliki kehidupan sendiri-sendiri agasshi," ujar Siwon sambil menatap tajam ke dalam manik mata adiknya. Ucapan datar Siwon itu menusuk hati Sungmin.

"Baiklah," Sungmin tersenyum getir. "Tapi, sebelum kau pergi, aku mohon untuk yang terakhir kalinya oppa mau mendengar perkataanku. Aku janji, setelah ini tidak akan mengganggu kehidupanmu...," ujar Sungmin dengan tatapan memelas.

"..."

"Kau diam berarti setuju. Terimakasih," Sungmin menghela nafas lega.

Sungmin mulai menceritakan bagaimana dulu setelah bercerai dengan sang ayah, ibunya membawa dirinya. Jiyong kemudian menikah dengan Lee Seunghyun yang ternyata memiliki seorang putri yang usianya lebih muda dari Sungmin bernama Lee Chaerin. Lee Seunghyun atau ibunya biasa memanggil suami barunya itu Seungri memperlakukan ia dan ibunya dengan sangat baik, bahkan tidak membedakan meskipun Sungmin bukan putri kandungnya.

Semenjak berpisah dengan Choi Seunghyu dan menikah dengan Seungri, sikap Jiyong berubah menjadi dingin. Sungmin merindukan sosok ibunya yang dulu. Meskipun ia merasa ibunya itu cerewet dan disiplin, namun Sungmin tahu itu semua untuk kebaikannnya. Sungmin merindukan Jiyong yang dulu daripada Jiyong yang sekarang. Meskipun berkata anggun dan lembut namun sorot matanya terlihat dingin. Tidak ada kehangatan dan kasih sayang disana.

Jiyong memang terlihat baik-baik saja dan tidak pernah mengatakan apapun, seolah melupakan masa lalunya. Namun ketika sedikit beranjak besar Sungmin mulai mengerti. Ia sering memergoki sang ibu memandangi foto yang diam-diam selalu disimpannya. Foto keluarga mereka yang lama. Bagaimana sang ibu selalu menatap dengan penuh kesedihan dan senyum kegetiran. Apalagi setelah mendengar kabar kematian Choi Seunghyun yang tragis. Jiyong tidak mendatangi upacara pemakaman mantan suaminya bahkan melarang Sungmin juga untuk datang kesana. Namun Sungmin ketika itu ternyata tidak sengaja melihat bagaimana Jiyong terlihat rapuh dan menangis sendirian ketika ayah tirinya sedang tidak ada.

Ketika Sungmin telah dewasa, ia akhirnya mengetahui bahwa diam-diam selama ini ibunya pun diam-diam mencari putra sulungnya yaitu Choi Siwon dan selalu mengikuti berita perkembangan dari Siwon hingga sekarang. Ketika beberapa tahun yang lalu Siwon menikah dengan Kim Heechul – putri dari pengusaha Kim Jungmo – wajah Jiyong terlihat bahagia saat memandangi foto Siwon yang tercetak di halaman depan surat kabar. Namun semua itu tak dapat menghapus kerinduan seorang ibu terhadap anaknya. Siwon mungkin tak jauh darinya, namun ia tak bisa merengkuhnya.

Hingga ketika Jiyong jatuh sakit, ia baru menceritakan itu semua pada Sungmin. Selama bertahun-tahun lamanya Jiyong menyimpan sendiri rasa rindu dan rasa bersalahnya. Betapa ia merasa sangat berdosa karena telah menuruti kemauan Choi Seunghyun untuk berpisah. Membuat Siwon membencinya dan mau mengikutinya sehingga ia terpaksa meninggalkan putra sulungnya itu bersama mantan suaminya. Ia semakin mencemaskan Siwon ketika Choi Seunghyun meninggal. Putranya itu masih remaja dan harus melanjutkan pendidikannya. Bagaimana hidup Siwon yang seorang diri?

Jiyong pun diam-diam mencari tahu keberadaan Siwon. Memastikan keadaannya. Tak lama kemudian ia mendengar bahwa putranya mendapat beasiswa ke Amerika. Jiyong sedikit lega. Ditambah lagi beberapa tahun yang lalu Jiyong mengetahui bahwa Siwon kemudian menikah dengan Heechul. Sebenarnya Jiyong ingin mendatangi dan melepas rindu dengan sang putra. Namun ia merasa tak pantas untuk bertemu dengan Siwon. Asalkan ia mengetahui bahwa Siwon baik-baik saja, itu sudah cukup baginya.

"Tidak mungkin... Kau pasti berkata bohong!," elak Siwon setelah Sungmin mengakhiri ceritanya.

"Oppa.. Kumohon. Temuilah eomma walau sekali," pinta Sungmin dengan wajah memelas.

"Tidak. Kau pasti berkata bohong untuk mengelabuiku. Apa Heechul yang menyuruhmu? Berapa mereka membayarmu?," kata Siwon dengan nada sinis walau dalam hati ia berusaha menekan rasa bersalahnya mengatakan ini kepada Sungmin.

"Oppa?"

"Sia-sia kau berusaha menipuku agasshi. Kau juga telah membuang waktu berhargaku dengan pertemuan tidak berguna ini. Selamat malam," ujar Siwon dingin. Ia kemudian melangkahkan kaki meninggalkan temapt tersebut tanpa memberi kesempatan Sungmin untuk berbicara kembali.

Siwon berusaha mengingkarinya dalam hati. Selama ini ia menyimpan dendam dan kebencian pada sang ibu yang telah meninggalkan ayah dan dirinya demi pria lain yang lebih kaya. Begitu pemikiran yang selalu tertanam di otaknya hingga sekarang. Namun kini Sungmin datang dan menceritakan kenyataan yang berbeda dari yang selama ini dipikirkannya. Itu semua membuat Siwon terpukul hebat. Ia telah menanamkan kebencian yang tak berdasar dalam dirinya. Kebencian palsu yang ia kubur dalam-dalam karena pada dasarnya Siwon tak pernah sungguh-sungguh membenci sang ibu. Siwon sebenarnya merindukan sosok itu. Selalu. Setiap saat. Semua tindakan balas dendamnya selama ini sia-sia belaka. Hanya pelampiasan semu saja.

Setiap kali Siwon berusaha berperang dengan batinnya sendiri bahwa tindakannya ini salah. Namun egonya kembali mengalahkan. Kini dirinya sudah terlanjur terlampau jauh terjatuh dalam perangkapnya sendiri. Siwon tak bisa kembali ke masa lalu. Sudah banyak kesalahan yang dilakukannya. Ia tak dapat menarik diri lagi. Semua harus ia selesaikan hingga akhir. Walau nyala api itu terasa panas, maka ia tak peduli jika harus terbakar di dalamnya.

=o=

Hampir satu minggu ini Kibum tergolek di atas ranjang rumah sakit. Setelah hampir keguguran karena kecelakaan, dokter mengharuskannya untuk bed rest untuk mencegah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan serta agar kondisi kandungannya cepat pulih. Selama itu pula Donghae, Eunhyuk, dan Ryeowook bergantian sering mengunjunginya. Bahkan Donghae selalu menungguinya sepulang dari kerja seperti yang dilakukannya hari ini. Kibum tak ingin rekan-rekan kerjanya mengetahui keadaannya, karena itu ia telah berpesan pada teman-teman dekatnya tersebut agar tidak memberitahukan kondisi sebenarnya pada orang lain.

"Ayolah Bummie, makanlah walau cuma sedikit. Kau harus mengisi perutmu agar tidak sakit lagi. Sejak masuk rumah sakit kau tidak mau makan sama sekali. Hanya sedikit saja langsung kau muntahkan," Donghae menyuapkan sesendok bubur ke mulut Kibum, tapi gadis itu tetap mengunci mulutnya rapat-rapat.

Pandangan mata Kibum tetap kosong. Selama beberapa hari ini kondisinya belum pulih benar. Tubuhnya lemah dan nafsu makannya menghilang. Ia masih saja memikirkan kejadian beberapa hari yang lalu ketika tanpa sengaja mendengar percakapan ponsel dari Siwon di cafe yang dikunjunginya terakhir kali.

Donghae menghela nafas panjang dengan sikap sahabat yang telah dianggapnya adik itu. Ia sudah menanyakan pada dokter tentang keadaan Kibum. Menurut dokter, secara fisik Kibum memang sehat, tetapi secara psikologis jiwanya terguncang. Mungkin trauma akibat kecelakaan ditambah dengan beban pikiran yang ditanggungnya. Entah apa yang meyebabkan Kibum seperti ini. Donghae menyeka airmata yang membasahi pipi Kibum lalu merapikan rambut Kibum menggunakan tangannya.

Laki-laki tampan ini merasa terpukul setelah mengetahui keadaan Kibum dari dokter. Kibum hamil, padahal gadis itu belum menikah. Donghae merasa gagal menjaga Kibum. Ia tahu benar bagaimana sahabatnya. Kibum tak pernah dekat dengan laki-laki manapun selain almarhum ayahnya dan dirinya. Kibum seorang gadis yang polos dan belum pernah memiliki kekasih. Tapi kini Donghae mendengar kenyataan bahwa Kibum hamil diluar nikah. Bagaimana ini semua bisa terjadi? Kibum bahkan tak pernah bercerita padanya jika ia memiliki kekasih.

"Bummie, kau jangan begini. Kata dokter kau harus menjaga kondisi tubuhmu agar bayimu sehat," bujuk Donghae.

Perkataan Donghae tadi membuat Kibum mengalihkan pandangan padanya. Kibum sudah menduga kalau pada akhirnya Donghae akan mengetahui semuanya. Ia tak mungkin menyembunyikan hal ini selamanya.

"Aku mengetahuinya dari dokter," jawab Donghae seolah mengerti arti tatapan mata Kibum.

"Oppa... Maaf," ucap Kibum lirih. Ia merasa malu dihadapan Donghae.

"Sudahlah. Semua telah terjadi," Donghae menghapus buliran airmata yang mengalir dari sudut mata Kibum.

"Kau boleh marah padaku karena aku telah mengecewakanmu."

"Benar. Aku memang kecewa padamu Bummie. Kita saling mengenal sejak lama. Bahkan kita sudah seperti saudara. Tentu saja aku kecewa karena kau menyembunyikan hal seperti ini dariku. Aku merasa gagal sebagai sahabat juga kakakmu Bummie," ucap Donghae lembut.

"Maaf... Aku hanya tidak ingin selalu bergantung padamu. Kau punya kehidupan pribadi sendiri. Suatu saat kau pun juga akan menikah. Aku tidak mau merepotkanmu dengan masalahku," ujar Kibum dengan suara serak karena masih menangis.

"Bummie, aku tidak pernah berpikir kalau kau merepotkanku karena aku sudah berjanji pada almarhum orangtuamu untuk menjagamu.

Kibum menatap Donghae lalu tersenyum tipis.

"Terimakasih oppa, aku tahu kau mencoba menghiburku. Aku juga tahu apa yang harus kulakukan," Kibum memandang keluar jendela dengan tatapan penuh arti. "Oppa...," panggil Kibum tanpa menoleh.

"Ya?"

"Apa Hyukkie eonni dan Wookie eonni tahu tentang kehamilanku?," tanya Kibum lirih.

"Tidak. Aku belum mengatakan pada mereka bahkan pada kekasihku sendiri," jawab Donghae. Ia mengerti bahwa Kibum belum siap jika orang lain selain dirinya mengetahui hal ini.

"Terimakasih," ucap Kibum sambil menatap sendu keluar jendela.

=o=

Pagi ini Siwon sengaja berangkat ke kantor lebih pagi. Ia ingin mampir dulu ke suatu tempat. Seperti hari sebelumnya, Heechul istrinya tak pulang lagi ke rumah. Bahkan Heechul semakin sering mengajak Taemin keluar dengan alasan ingin bersama putrinya lebih lama karena waktunya ia habiskan untuk bekerja dan menunggui ayahnya – Kim Jungmo – yang masih terbaring koma di rumah sakit. Siwon tak mempedulikan hal itu.

Dengan kecepatan sedang Siwon mengendarai mobil mewahnya dan menghentikannya ketika sampai di tempat tujuan. Sebuah rumah sakit berkelas internasional. Di tempat ini pula Kim Jungmo juga dirawat. Namun bukan untuk itu tujuan Siwon datang kesini.

Setelah memarkirkan mobil, Siwon memasuki rumah sakit tersebut. Menaiki lift manuju lantai 3. ketika sampai di lantai 3 Siwon menuju sebuah kamar di ujung lorong. Mengintip melalui kaca yang berada di pintu tersebut. Siwon sedikit heran. Papan nama yang tertera masih tertulis dengan jelas nama Kwon Jiyong. Namun tak seorang pun berada di dalam. Penasaran, Siwon mencari-cari di setiap lorong. Terbersit sebuah pemikiran. Mungkinkah disana? Tapi ini musim dingin. Namun kemudian Siwon berpikir tidak ada salahnya mencari kesana.

Buru-buru Siwon sedikit berlari menuju ke lantai bawah kemudian melangkahkan kaki menuju halaman belakang rumah sakit. Ketika sampai, ia menghentikan langkahnya. Nafasnya sedikit terengah dengan kepulan uap dingin keluar dari mulutnya. Pria tampan bertubuh tinggi atletis itu menatap sosok wanita setengah baya yang tengah duduk di sebuah kursi roda. Di belakangnya berdiri seorang gadis cantik yang ia kenali sebagai adik kandungnya, Sungmin sedang mendorong kursi roda tersebut. Saat ini pria bernama Siwon tersebut berada di halaman belakang sebuah rumah sakit terkenal di kota Seoul yang menyediakan perawatan kelas satu bagi pasien-pasien kelas atas.

Sosok di kursi roda itu adalah ibunya. Wajah itu tidak berubah banyak. Masih sama ketika Siwon mengingatnya ketika ia masih kecil. Meskipun tubuhnya terbalut jaket berbulu tebal dan syal namun Siwon bisa melihat bahwa wanita setengah baya itu terlihat lebih kurus dan wajahnya sedikit lebih tirus dan pucat. Tapi bagi Siwon ia masih terlihat cantik dan lebih muda dari usianya sekarang.

Sepasang mata tajam Siwon bisa melihat bahwa mereka sedang berbincang. Senyuman tipis walau sedikit dipaksakan tersemat di bibir pucat Jiyong. Jantung Siwon kini berdebar hebat kala melihatnya. Tubuhnya menggigil bukan kerena kedinginan namun karena emosi dalam dirinya yang bercampur-aduk menjadi satu. Betapa ia ingin mendatangi wanita itu dan memeluknya. Ia sangat merindukan sosok itu setelah sekian lama. Merindukan senyum itu. Merindukan pelukan sang ibu. Namun ia tak mungkin kesana. Ada tembok penghalang tak kasat mata yang menghalanginya.

"Eomma.. Bogoshippo...," ucapan lirih terlontar dari bibir joker Siwon.

Lama ia tetap berdiri dari kejauhan menatap dua sosok wanita berbeda umur tersebut. Tak mempedulikan hawa dingin yang mulai merasuk. Tak peduli dengan butiran salju yang mulai turun mengotori rambut dan coat yang dikenakannya. Memperhatikan hingga kedua sosok itu menghilang, masuk ke dalam rumah sakit. Tanpa sadar senyum getir terulas dari bibir tipisnya. Ia hanya bisa menatapnya dari jauh tanpa bisa menyentuhnya.

Tubuh tegap Siwon mundur perlahan. Ia kemudian meninggalkan tempat itu. Semakin lama diperlebar langkah dari sepasang kaki panjangnya. Meninggalkan tempat itu lebih cepat lebih baik sebelum pikirannya berubah.

"Hidup itu ibarat dedaunan yang melekat pada dahannya,

Kuncup daun yang kemudian tumbuh menjadi besar..

Seiring berjalannya waktu, daun itu menjadi tua dan menguning,

kemudian layu, dan terlepas dari dahannya

melayang bebas...terjatuh ke bumi ketika tertiup angin.

Apakah pohon itu akan merasa kehilangan sehelai daunnya?

Tidak...

Tak lama lagi, kuncup dedaunan baru akan tumbuh di tempat yang sama..

daun yang bersemi akan menggantikan yang lama,

Begitu seterusnya selama pohon itu masih berdiri kokoh...

Hidup manusia juga sama...

Hanya sekali, dan tak bisa diulang lagi...

Kita tak bisa kembali ke masa yang telah berlalu"

TBC

Hwahahahaha... Cukup segini aja chapt 17. Sibum moment belum ada? Hmm...saya simpan buat chapt depan aja deh. Tapi gak tau juga. Tergantung mood eike XDD *dirajam massa*

Thanx buat semua yg udah nungguin ff ini. Mian ya lama banget *deep bow *

Kalau ada yg mengkritik kenapa Sungmin jadi adik Siwon secara kenyataan dia lebh tua dari Siwon. saya jelaskan sekali lagi, ini hanya ff, jadi pembaca yg bijak akan bisa membedakan dnegan kenyataan... Semua tokoh disini saya hanya meminjam nama saja, dengan penyesuaian2 karakter dalam tokoh.

Saya udah baca semua review readers. Maaf gak bisa balas satu-persatu, tapi saya sangat menghargai komen Anda2 semua ^^

See u next chapt~~~~