A/N: Maaf lama update. ==" Sesuai janji, ini chapter yang memuat kumpulan OMAKE. Semoga pembaca menyukainya. :D


Reborn Angel From the Past, With Her Amburadulness Presents

The OMAKE of

Calon Suami?

Pandora Hearts © Jun Mochizuki

Calon Suami? © 2012 Reborn Angel From the Past

Rating: T

Genre: Full Humor Dari Awal until The End

WARNING(S) TAMBAHAN!: Lebih OOC+OOT, bahasa ketoprak, humor lebih garing, side story jayus yang dapat membuat anda tersedak saat makan

Maka dari itu, jangan membaca OMAKE ini saat anda sedang makan, terutama ketika anda sedang mengunyah permen karet :P

Don't like, kabur sebelum dikubur Author *JEGERRR!*

Enjoy the OMAKE :D


OMAKE 1: Derita Liam – Part 1: Hukum Newton Kesepuluh?

Kata Bapak Tebe *BUAGH!* kata seseorang-entah-siapa-mungkin-hanya-khayalan, orang yang baik, rajin, suka menolong, dan rajin menabung itu sering dijadikan bulan-bulanan oleh orang berkuasa. Lebih tepatnya sih dijadikan kacung alias suruhan alias pembantu alias de el el untuk mengerjakan berbagai macam tugas nista bin abal yang bisa bikin siapapun kejang-kejang.

Dalam fanfic ini, Hukum Newton tersebut berlaku untuk seorang pria baik, kelewat rajin, suka disuruh menolong, dan rajin menabung kacamata bernama Liam Runettes. Banyak contoh yang dapat dijadikan bukti berlakunya Hukum Newton Kesepuluh tersebut:

"Liam, tolong kamu belikan kasur baru berkualitas keluaran PT. KaSuRbAgUs ya. Langsung kamu bawa ke rumah saya. Kagak usah pake jasa delivery order apalagi cleaning service."

Liam hanya manggut-manggut.

"Liam, tolong semua tugas bulan ini kamu selesaikan dalam waktu dua minggu. Makin cepat makin baik. Sekalian kamu beresin gudang arsip dalam waktu dua minggu juga."

Liam pasrah sambil mengelap keringatnya.

"Liam, jangan lupa besok ada meeting dengan para bangsawan. Tolong kamu siapkan makalah sekaligus slide show-nya."

Liam mengelap kacamatanya sambil mengingat meeting terakhir yang ternyata malah menjadi arisan khusus pria tanpa pembicaraan mengenai bisnis apalagi harga BBM bersubsidi yang batal naik.

"Liam, saya baru ingat. Ada tugas dari Cherryl untukmu. Dia memintamu mengumpulkan data tentang ketiga puluh bangsawan yang ada dalam daftar ini. Kamu harus mengumpulkan datanya dalam waktu satu bulan."

Liam langsung menyemburkan kopi yang sedang ia minum, "Ma-maksudnya... Saya harus mengumpulkan data setidaknya satu orang per hari? Bagaimana caranya mendapatkan data yang akurat dalam waktu singkat?"

"Kamu bisa mengikuti mereka satu per satu. Beres kan?"

Liam refleks mematahkan kacamatanya, "Ma-ma-maksudnya... Stalk?"

Rufus mengangguk.

Liam berpikir untuk melompat dari atap sekarang juga. Apa kata orang – apalagi dunia – kalau tahu dia men-stalking tiga puluh bangsawan yang jelas-jelas cowok dan mencatat semua kebiasaan mereka? Bisa-bisa ia dikira kelainan...

"Oh ya, hampir lupa. Bawa digital camera 5 megapixel tanpa flash untuk memotret. Jangan sampai ketahuan, apalagi ditangkap polisi."

Sejak kapan PT. Barma Jaya ini jadi sekolah pelatihan stalker?, batin Liam sambil memikirkan cara melompat dari atap tanpa terkena resiko tewas. Dengan teknik ala bungee jumping-kah?

"Dan satu hal lagi... Nggak ada kenaikan gaji apalagi tiket gratis bunuh diri di atap. Mengerti?"

Liam speechless. Mungkin sebaiknya ia batalkan niatnya melompat dari atap...


OMAKE 2: Derita Liam – Part 2: Dari Modern Menuju Konvensional

Secara ajaib tanpa guna-guna dari dukun apalagi dana dari koruptor yang sedang mendekam di penjara, Liam berhasil mengumpulkan semua data para bangsawan yang akan dijodohkan dengan Sharon dalam waktu dua puluh hari!

Dengan bahagia memikirkan berakhirnya penderitaannya dari kerjaan nista ini, Liam mengetik semua data yang berhasil ia kumpulkan serapi-rapinya di laptop kesayangannya. Namun, entah karena jampi-jampi dukun atau memang sudah nasib, lima hari sebelum batas deadline laptop-nya malah diserang virus! Ini nih akibatnya kalo terlalu sering donlot lagu metal di situs yang jelas-jelas abal.

Untungnya sih Liam menyimpan data-data pentingnya di sebuah piranti berguna bernama flash memory yang entah kenapa lebih dikenal sebagai flash disk. Tapi lagi-lagi entah karena kutukan jin kaleng bukan banci kaleng atau kesandung sial, printer satu-satunya di kantor malah menemui ajal di tangan salah seorang pegawai kantor yang ceroboh!

Niatnya sih mau lanjut ngetik di warnet atau paling nggak minta jasa pengetikan di ruko terdekat. Namun apa daya, dompet keburu jebol gara-gara Rufus lupa memberi ongkos jalan saat men-stalking para bangsawan. Beli pulsa seribu perak aja udah nggak sanggup. You-know-deh dimana aja para bangsawan sehari-hari nongkrong...

Alhasil Liam lembur di rumahnya sendiri untuk menuliskan semua hasil kerjanya di kertas-kertas kosong. Inilah cara mahasiswa-mahasiswi zaman dahulu mengumpulkan skripsi tanpa komputer kecuali punya mesin ketik. Sengsara abis dah!


OMAKE 3: Derita Liam – Part 3: Misteri Perapian

Sharon pun meninggalkan ruang tamu tanpa mempedulikan Liam, perapian, bahkan amplop berisi foto-foto terkutuk beserta rol filmnya.

Tentu para pembaca masih mengingat paragraf ini. Dan banyak yang masih penasaran, bukan? Kenapa bisa ada perapian yang menyala di tengah musim panas?

Jadi, pada suatu siang di musim panas, seorang maid berkacamata yang dulu-sempat-hampir-ditabrak-Sharon sedang berjalan menuju taman samping sebuah mansion mewah tempat dirinya bekerja untuk menjemur pakaian. Namun secara tiba-tiba, turunlah hujan panas yang amat deras, sehingga maid itu mengurungkan niatnya untuk menjemur pakaian.

Namun... Entah karena tersambar petir di siang bolong atau otaknya sedang kelewat encer bak susu encer, maid tersebut mendapat ide untuk menyalakan perapian di ruang tamu dan menjemur pakaian-pakaian dalam keranjang tersebut tepat DI DEPAN perapian.

Sang Maid segera mengambil arang yang tersedia di sebelah tungku di dapur, menyalakan api di perapian hingga ruang tamu tersebut menjadi kelewat panas. Heran, Si Maid nggak kena gejala dehidrasi, pusing, penat, berkeringat, apalagi gejala 5L alias anemia!

Setelah dirasa cukup (baca: sangat) panas, maid tersebut berniat mengambil keranjang baju yang ia tinggalkan di teras samping. Tanpa sengaja ia menoleh ke jendela ketika berlari menuju teras, dan mendapati bahwa hujan telah berhenti dan matahari bersinar amat cerah. Maid tersebut kegirangan, lalu memutuskan untuk tetap menjemur pakaian di taman samping...

... dan melupakan perapian di ruang tamu yang telah ia nyalakan.

Yang selanjutnya terjadi, tentunya tidak perlu diceritakan lagi.


OMAKE 4: Darah Daging

"Oke, oke. Tapi kenapa harus kami?" Alyss mendelik kepada Sharon, yang kini memasang wajah memelas ala anak kucing kelaparan.

"Kan kalian sahabat gue. Pastinya kalian tahu apa yang gue suka, apa yang gue benci. Bantuin gue milih calon *cough-cough* gue ya? Gue lagi butuh bala bantuan, nih!"

"Huft... Okelah. Tapi ada imbalannya lho."

"Tenang, nanti gue traktir kalian di Èsla Café sampai puas."

Alyss tersenyum lebar, "Oke, Sharon. Kami sebagai sahabatmu akan membantu memilih. Tapi jangan coba-coba protes dengan calon-calon yang sudah kami pilihkan ya. Dan setidaknya jangan kecewakan nenekmu, kan dia menganggapmu sebagai darah dagingnya sendiri."

"Aku kan memang darah dagingnya," Sharon tersenyum geli, "tapi terima kasih ya, Alyss. Mohon bantuannya."

"Aku juga akan membantu!" Teriak Alice penuh semangat.

"Woah, semangat sekali! Jangan bilang kamu juga mau mencari pasangan hidup?" Tanya Alyss dengan nada menggoda.

"Oh, tentu saja! Mudah sekali menemukan pasangan hidup. Ayo, Sharon! Kita pergi!" Teriak Alice sambil melompat-lompat seperti kelinci.

"Hah? Ke mana? Ke rumahku?"

"Tentu saja ke toko daging!"

.

.

.

Hah?

"Toko daging? Tapi kan kita mau mencari pasangan hidup-"

"Lho? Justru itu kita pergi ke toko daging kan? Kalian bilang mau mencari daging untuk dijodohkan dan dijadikan pasangan hidup Sharon kan? Aku bisa memilihkan daging terbaik kok!" Kata Alice dengan polosnya.

GUBRAK!

Betapa lupanya mereka bahwa Alice itu sedikit lemot, dan sebagian besar pikirannya dipenuhi daging. Atau sekarang selain terjadi sindrom galau dan alay, juga sedang terjadi sindrom ambiguasi?

Entahlah, kelihatannya hanya Tuhan dan Author sableng ini saja yang tahu...


OMAKE 5: Èsla Café – The Founder

"Hmmm... Siapa sebenarnya pendiri café ini?" Sharon bergumam pada dirinya sendiri. Sekarang ia berada di Èsla Café untuk mengikuti acara perjodohan. Alice dan Alyss juga sudah tiba.

"Anda sungguh ingin tahu siapa pendiri café ini?" Tanya seorang waiters yang bertugas untuk melayani Sharon dan semua orang yang berada di Èsla Café cabang kesatu di Leveiyu itu.

"Tentu saja! Pendiri café ini pasti seorang pria yang kreatif dan jenius. Aku ingin melihat seperti apa orangnya." Kata Sharon dengan antusias.

"Aku juga. Mungkin seseorang yang menyukai dan punya selera yang sangat tinggi terhadap seni." Kata Alyss.

"Atau mantan juragan daging sapi?" Alice memegangi perutnya yang mulai keroncongan.

Semua orang sweatdrop.

"Kalau begitu, silakan ikuti saya." Waiters itu berjalan menuju bagian belakang café yang dekat dengan pintu dapur. Terdapat sebuah pigura raksasa yang ditutupi kain merah.

"Emmm... Sebelumnya, apa ada di antara kalian yang memiliki penyakit jantung?"

Tiga Serangkai di Pandora University itu cengo, tapi mereka menggelengkan kepala.

"Baguslah kalau begitu. Tapi tetap siapkan hati kalian," Waiters tersebut memegangi kain merah yang menutupi pigura, "bersiap... tiga, dua, satu... yak!" Pigura itu tersingkap...

... dan apa yang terpajang di pigura itu membuat Tiga Serangkai jawdrop.

Foto yang dipasang pada pigura raksasa itu adalah foto sesosok manusia yang oh-nein-itu-ya-makhluk-yang-sering-dikejar-Satpol-PP-tiap-malam-di-perempatan-lampu-merah-?. Tambahan lagi, di bawah pigura-yang-bikin-bulu-kuduk-berdiri itu tertempel sepotong kertas putih yang dibubuhi tulisan-yang-kelihatannya-seperti-huruf-Arab-versi-alay.

Melihat Tiga Serangkai yang terlihat tidak percaya Bumi masih berputar, Sang Waiters memutuskan untuk angkat senja-eh, angkat bicara.

"Ehem... Biar saya terjemahkan huruf yang tertera di bawah pigura Pendiri Èsla Café ini. Jadi yang bentuknya kayak cacing kesurupan itu huruf I. Yang bentuknya kayak angsa encok itu huruf S. Terus yang kayak tiang diterjang tsunami itu huruf L. Dan yang bentuknya kayak Leveiyu Tower dipanjat King Kong itu huruf A. Terus..."

Kursus singkat "Menerjemahkan Huruf Arab Versi Alay" itu berlanjut hingga Cherryl Rainsworth dan Rufus Barma tiba di TKP.


OMAKE 6: Women and Cats

Semua orang tahu bahwa seorang Gilbert Nightray tidak begitu pandai menghadapi wanita sendirian. Dimulai dari keluarganya, teman-temannya, para pelayan, tetangga, wartawan, sampai fans-nya saja sudah tahu akan hal itu. Namun hal itu malah dianggap imutoleh fans-nya!

Benar, sodara-sodari. Imut. Tidak ada kata lain yang disinonimkan dengan kata imut, kecuali cute.

Lantas, bagaimana caranya Sharon dan seluruh orang yang ada di Èsla Café tahu bahwa Gilbert tidak menyukai kucing? Padahal walau keluarga dan teman-temannya serta para pelayan tahu, tetangga dan wartawan serta para fans sama sekali tidak tahu-menahu. Dan orang-orang yang ada di Èsla Café tidak termasuk dalam golongan tahu bukan tempe.

Rupanya semua ini bermula dari sebuah insiden yang terjadi lima menit setelah Gilbert memasuki Èsla Café...

"Miaw~..."

Gilbert spontan bergidik. Sementara Sharon langsung menolehkan kepala ke bawah meja.

Rupanya seekor kucing lucu berwarna putih sedang mengeong-ngeong manja sambil menatap Gilbert. Yang ditatap malah memasang muka horor seolah baru saja menonton film horor macam "Suster Shower". Dan setelah acara tatap-menatap itu berlangsung selama semenit, Sharon baru menyadari bahwa Gilbert sudah pingsan sambil duduk dan membuka mata!

Sharon shock berat. Sementara si kucing malah mulai mengelilingi kaki Gilbert sambil terus mengeong-ngeong, sukses membuat mulut Gilbert berbusa!

Insiden kucing itu berakhir setelah salah satu waiters mengaku bahwa itu adalah kucing liar yang sering meminta makanan dari pintu belakang café, dan langsung mengamankan kucing itu ke dapur.

Semenjak insiden itulah, Sharon mengurungkan niatnya untuk memilih Gilbert sebagai calon suami.


OMAKE 7: Ternyata...

Elliot mengangguk sekilas, lalu berjalan menuju pintu.

Sebelum tangannya mencapai gagang pintu, seorang waiters memanggilnya, "Errr... Tuan? Itu kucingnya mau dibawa pulang juga?"

Delapan pasang mata langsung menatap Elliot. Yang ditatap hanya diam tanpa kata, karena tertangkap basah meramp-*PLAK!* eh, tertangkap basah membawa kucing putih yang jadi pelaku insiden sejam yang lalu dalam tasnya.

"Kenapa? Loe nggak suka? Ini kan juga bukan kucing elo!" Elliot akhirnya angkat bicara pakai bahasa gahol~.

"Emang, sih. Tapi masa laki-laki segalak anda hobi sama hewan-hewan lucu kayak kucing?"

"Loe sibuk amat sih! Emang loe tahu apa? Belum tentu gue bawa kucing ini untuk dipelihara!" Teriak Elliot kesal, lalu keluar sambil membanting pintu.

Belakangan, di sebuah majalah bernama Go-gO-SIP!, terpajang beberapa foto Si Bungsu Nightray sedang memeluk selusin kucing di halaman belakang rumahnya dengan mata berbinar bak anak kecil. Beredarnya foto ini membuat fans Elliot meningkat drastis, terutama sesama maniak kucing...


OMAKE 8: Banting Setir

Roman, roman, dan roman...

Percintaan?

Sudah tiga menit lamanya Reo terus memikirkan pertanyaan yang dilontarkan Sharon beberapa puluh menit yang lalu. Well, dirinya memang tidak tertarik dengan buku bertema percintaan. Namun melihat ekspresi Sharon yang berbinar ketika membahas hal itu, Reo pun bertanya-tanya.

Sebagus apa sih buku yang mengangkat tema percintaan?

Hampir sepanjang tahun, buku-buku bertema serupa memenuhi rak-rak toko buku dan diserbu banyak pembeli khususnya wanita. Tapi banyak juga laki-laki yang membeli buku serupa, membuat Reo heran sendiri.

Ia justru lebih tertarik pada buku-buku bertema detektif dan sebangsanya, karena menurutnya alur ceritanya tidak gampang ditebak, menegangkan, dan mengasah kemampuan berpikir. Tapi percintaan... yang melibatkan laki-laki dan perempuan – yang bahkan dalam beberapa kasus favorit fujodanshi melibatkan sesama jenis? Yang dalam setiap halamannya dipenuhi kata-kata romantis dan berbagai falsafah tentang cinta? Yang selalu dikaitkan dengan pacaran, pertunangan, lalu pernikahan?

.

.

.

Rasanya tidak ada salahnya membaca buku seperti itu sekali-sekali. Ya, sekali-sekali.

Saat pulang dari Èsla Café, Reo langsung mengunjungi toko buku untuk membeli "Love Is Never Late" karya Sharo Linguiford. Tapi, tunggu dulu!

Daripada novel, buku itu malah berisi kumpulan definisi lebay tentang cinta, Reo!


OMAKE 9: Jack's Fate

Nasib Jack sebulan kemudian, setelah menerima 'meni-pedi' gratis dari Sharon dan Reo:

Rupanya Si Kepang Dari Vessalius ini memutuskan untuk mengunjungi Alyss dalam rangka meminta maaf – walau dia tahu kecil sekali kemungkinan ia akan dimaafkan. Firasatnya mulai terbukti benar ketika yang membukakan pintu untuknya adalah...

Glen Baskerville.

"Ha-hai, Glen. Lama tidak jumpa." Jack menyapa dengan nervous.

"Sori, tapi gue nggak butuh ucapan selamat pagi-siang-sore apalagi malam dari elo. Pergi sekarang juga dari sini!" Glen membalas sapaan Jack dengan tajam tapi gaul, lalu membanting pintu tepat di depan muka Jack.

"Glen! Tolong pertemukan gue dengan Alyss! Gue mau minta maaf!" Jack masih berharap memiliki kesempatan untuk minta maaf.

Pintu kembali terbuka, kali ini yang muncul adalah...

Revis Baskerville.

"Halo, Revis," Jack berusaha untuk terlihat ramah bin sopan, "baru pulang dari Mesir ya?" Tambahnya melihat Revis memakai perban di sekujur tubuhnya.

"Iya, gue lagi asyik-asyik menjelajah piramida, tapi tiba-tiba ditelepon pulang sama istri tercinta," Revis menarik nafas panjang, "karena ELO DENGAN SEENAK JIDAT LOE MEMPERMAINKAN ANAK GUE! BERANI BANGET LOE MENDUAKAN ANAK GUE DENGAN LOTTIE!"

Yak, suara Revis langsung naik tiga oktaf begitu membahas kasus poligami Jack. Tentunya Bapak dari Kembar Baskerville ini tidak terima anaknya diduakan dengan Lottie yang notabene tetangga mereka.

"So-soal itu, ka-"

"DAN GUE NGGAK BUTUH MAAF DARI ELO! ALYSS NGGAK BAKALAN BALIK SAMA LOE!" Pintu kembali terbanting di depan muka Jack.

"Hadoh! Gimana caranya biar gue bisa ketemu Alyss?" Jack masih nekat untuk mengetuk pintu mansion. Kali ini yang menyambutnya adalah...

Lacie Baskerville.

"Kamu! Masih berani muncul di sini? Sudah kukatakan dari sejak dua puluh tahun yang lalu untuk tidak muncul lagi di sini, kan?" Jack tidak diberi kesempatan untuk berbicara.

"Hah? Dua puluh tahun yang lalu?" Reo tiba-tiba muncul dari belakang Lacie, "Tante, memangnya Jack ini umurnya berapa sih? Kok manggil Ayah sama Paman dengan nama doang?"

"Coba kamu kalikan angka empat dengan sebelas." Ujar Lacie sambil mendelik ke arah Jack.

"HAH? EMPAT PULUH EMPAT TAHUN?" Reo shock berat.

"Iya, dia ini teman sekolah Paman dan Ayahmu. Dulu juga sering menggoda Tante, tapi akhirnya Tante nikah sama Pamanmu." Komentar Lacie sambil menunjukkan album foto yang muncul entah dari mana.

"Gila! Kok wajahnya nggak ada keriput kayak Paman?" Perempatan muncul di wajah Glen mendengar komentar Alice – yang juga muncul tiba-tiba.

"Maklumlah, operasi plastik di luar negeri." Komentar Revis dengan sinis.

"Ta-Tapi... Om-om empat puluh tahunan pacaran sama anak kuliahan... NGGAK BANGET!" Reo mulai berteriak dengan OOC.

"Jack, loe jadi kelainan jiwa sejak ditolak Lacie ya? Masa sampai anak kami loe pacarin juga?" Revis geleng-geleng kepala.

"Emangnya nggak boleh? Mumpung wajah gue kembali kece kayak di masa kejayaan gue, nggak ada salahnya gue senang-senang kan?"

BUAGH! PLAK! BLETAK!

"SENANG-SENANG? DASAR OM-OM LOLICON! PERGI DARI SINI SEKARANG JUGA!" Alyss yang muncul tiba-tiba langsung menghajar Jack dengan frying pan curian dari fandom tetangga, sukses membuat playboy tiga zaman itu lari terbirit-birit.

Pesan moral untuk OMAKE ini: Jangan main-main dengan cinta, dan wanita.


OMAKE 10: Happy Ending!

Tiga bulan berlalu semenjak acara perjodohan yang menghebohkan itu berakhir. Di mansion Rainsworth kini, pesta pertunangan antara Sharon Rainsworth dan Xerxes Break Sinclair sedang dilangsungkan. Banyak orang-orang dari kalangan selebriti dan bangsawan diundang dalam pesta ini, dan semuanya turut merayakan acara ini dengan meriah.

"Selamat ya, Sharon! Akhirnya loe lepas juga dari gelar "Ratu Jojoba" di kampus kita!" Zwei – salah satu teman kampus Sharon – memberi ucapan selamat sambil memeluk Sharon.

"Makasih banyak, Zwei. Tapi jujur, omonganmu barusan kok rasanya menusuk amat ya?" Komentar Sharon dengan pertigaan menghiasi wajahnya.

"Walau nusuk, yang penting tepat." Ucap Zwei sambil mengacungkan jempol.

"Mau mencoba harisen Nenekku?"

"Aduh, Sharon! Nggak perlu repot-repot begitu. Kapan-kapan gue cobain. Udahan dulu ya!" Dan Zwei pun ngacir dari hadapan Sharon.

"Dasar Zwei. Selalu seperti itu kalau merasa dalam bahaya." Komentar Alice yang sejak tadi ada di samping Sharon. Sharon hanya terkekeh.

"Oh iya, Alyss mana?"

"Tuh, lagi bermesraan sama kekasihnya." Alice menunjuk dua insan yang sedang berdansa bersama di lantai dansa.

"Ckckck... So sweet banget ya. Dan untung banget Kevin nggak kayak Jack. Semoga saja mereka hidup bahagia selamanya."

"Amin..." Alice berjalan meninggalkan Sharon untuk mengambil makanan.

Cherryl lalu menghampiri Sharon sambil tersenyum, "Aku ingin bicara denganmu sebentar, Sharon."

Sharon mengangguk.

"Selamat ya, Sharon. Nenek akan selalu mendoakan kebahagiaanmu. Ayah dan Ibumu di Surga juga pasti akan merestui hubunganmu dengan Xerxes. Sebagai bentuk restu dari Nenek, Nenek akan memberikanmu harisen ini." Cherryl mengeluarkan sebuah harisen, lalu memberikannya kepada Sharon.

Sharon sweatdrop. Apa harisen itu sudah menjadi benda keramat dalam keluarganya?

"Pergunakan harisen ini sebaik-baiknya. Dan soal pernikahan," Sharon menahan nafas, "Kalian berdua saja yang menentukan tanggal pernikahan. Tapi kalau bisa, secepatnya." Cherryl lalu pergi meninggalkan Sharon sendirian.

Sharon menghembuskan nafas. Untunglah bukan Neneknya yang menentukan tanggal pernikahan. Kalau sampai itu terjadi... tanggalnya pasti cukup dekat dengan tanggal pertunangan.

Sharon mulai mencari Break untuk mendiskusikan masalah hidup dan mati mereka berdua itu...

... dan yang didapatinya malah Break yang sedang melakukan akrobat ala pemain sirkus di suatu sudut ruangan, sukses membuat Sharon jawdrop dan geleng-geleng kepala.

"Break... apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Sharon begitu tiba di dekat Break.

"Eh... Aku nggak ada kerjaan. Jadi kupikir tidak ada salahnya melakukan ini untuk mengisi waktu."

Tidak ada kerjaan? Kan setidaknya ada hal lain yang lebih normal untuk dilakukan daripada berdiri di atas sebuah tongkat lalu melakukan sulap?, batin Sharon.

"Break, turun sekarang juga. Ada yang harus kita bicarakan." Kata Sharon dengan nada galak.

"Nggak mau. Aku nggak mau turun. Sharon galak, ah!"

"Galak! Galak! Galak!"

"Break! Pokoknya turun sekarang juga!" Suara Sharon mulai menarik perhatian para tamu.

"Hmmm... Bisa saja, sih. Tapi..."

"Tapi apa?"

"Kalau aku turun, kau mau mengabulkan permintaanku?"

"Permintaan apa?" Tanya Sharon.

"Ups, itu rahasia! Baru kukatakan kalau kau setuju." Break tersenyum tipis.

"Nggak adil, dong! Masa aku tidak tahu sama sekali?"

"Jadi iya atau tidak? Kalau tidak aku nggak akan turun sampai pestanya berakhir."

"Break!" Sharon mulai marah.

"Ayo, ayo! Iya atau tidak?"

Seisi ruangan mulai sunyi. Musik sudah berhenti mengalun. Dan kelihatannya, semua mata kini memandang Sharon seorang, membuat Sharon nervous.

"Break, jangan bercanda. Turun sekarang juga dan masalah selesai."

"Masalah tidak akan selesai kalau kau tidak bersedia mengabulkan permintaanku~..."

"Memangnya apa permintaanmu?"

"Ayolah, kau hanya perlu bilang iya untuk mengetahuinya."

Sharon speechless, wajahnya juga mulai merah padam. Ruangan malah semakin sunyi. Suara orang bernafas saja hampir tidak kedengaran, membuat Sharon merasa gugup.

"B-Baiklah. Akan kukabulkan permintaanmu..." Wajah Sharon kini semerah tomat. Break tersenyum geli melihatnya.

Begitu Break turun dari atas tongkat atraksinya, Sharon langsung menanyainya, "Jadi apa permintaanmu? Kalau kau meminta sesuatu yang konyol, aku-" Sebelum Sharon menyelesaikan kalimatnya, Break langsung merengkuh wajahnya lalu menyapukan bibirnya dengan bibir Sharon.

Zwei mangap, sementara saudara kembarnya – Echo – tanpa sadar menekan tombol kameranya. Alice menjatuhkan daging yang ia makan, Alyss berusaha menahan diri untuk tidak menjerit (baca: kegirangan), sementara Kevin bersiul. Yang lebih heboh lagi: Oz langsung menebar mawar, sementara Pamannya malah menari-nari, membuat Ada – adik Oz – sweatdrop. Gilbert nyaris pingsan – mungkin terlalu shock melihat adegan ciuman di depan umum – sementara Vincent terkekeh-kekeh. Elliot berusaha bersikap seolah tidak melihat adegan barusan, dan Reo malah membatin: Ini salah satu adegan yang sering muncul dalam novel percintaan ya?

Sepuluh detik berlalu, keduanya akhirnya melepaskan ciuman itu.

"Sharon..." Break berbisik.

"Break..." Jelas sekali bahwa wajah Sharon kini lebih merah daripada tomat.

"Break, aku..."

"Ya?"

"... Jangan harap kau bisa selamat malam ini."

PLAK!

Seisi ruangan kembali shock, bahkan ada yang berteriak "Ouch!" dan mengernyit, seolah turut merasakan rasa sakit yang diderita Break begitu harisen baru Sharon menyentuh kepalanya – dengan sangat keras.

Break langsung tepar, sementara seisi ruangan memutuskan untuk kembali berpesta. Musik yang dialunkan terlalu meriah dan suara orang yang berbicara keras-keras membuktikan kegugupan orang-orang ketika melihat salah satu pemeran utama dalam pesta itu masih mengeluarkan aura hitam dari tubuhnya. Cherryl hanya tertawa pelan melihat adegan itu, mungkin bangga karena Sharon menggunakan harisen itu sebaik-baiknya?

Tapi hei, tidak adakah yang bersedia menolong Sang Sinclair yang masih tepar di atas lantai itu?

Yah, setidaknya usaha berani Break itu tetap sukses membuat Sharon tersipu malu dan tersenyum.

OMAKE – End


A/N: OMAKE 1-3= Tidak ada maksud mem-bashing (mungkin), menistai, ataupun menyengsarakan Liam. Hanya OMAKE yang terpikir karena peran Liam sangat sedikit diceritakan dalam cerita utama. :P

OMAKE 4= Plot awal yang batal dimasukkan ke dalam cerita utama. :P

OMAKE 5= Sebenarnya terdiri dari dua bagian, tapi bagian pertama terlalu panjang. Jadi hanya bagian ini saja yang dimasukkan.

OMAKE 6-8= Hanya ide jayus yang terbersit ketika membuat cerita utama. :P Ngomong-ngomong, Sharo Linguiford dan judul bukunya itu hanya unsur fiktif dalam original story milik saya. Jadi cantumkan Disclaimer kalau memakai namanya, ya. :P

OMAKE 9= Tidak ada maksud mem-bashing, menjelek-jelekkan, ataupun menistai Jack. Waktu membuat plot utama, saya hanya kepikiran nasib Jack kalau Baskervilles tahu apa yang ia lakukan terhadap Alyss. :P

OMAKE 10= Plot awal yang juga batal dimasukkan dalam cerita utama. :P

Balasan Review buat Anon= To Yosukehunter, Thanks banget buat review-nya! :D Syukurlah nggak abal-abal kayak perkiraan saya. Ini OMAKE-nya sudah di-publish. :P Semoga suka. :)

Terakhir, minta kritik, saran, komentar, CONCRIT, ataupun FLAME dalam bentuk review. Review dari pembaca sangat membantu saya untuk meningkatkan semangat dalam membuat fanfic dan memperbaiki kualitas fanfic-fanfic saya. :)

See you again in another story? :D