Fandom : UNYIL

Title : Wake Up

Disclaimer : I am sorry, I am not the writer of UNYIL

Unyil membuka mata pelan. Mengerjap, lalu mengucek matanya agar lem yang biasa merekatkan matanya selagi tidur segera hilang. Unyil berpikir sambil mengingat ini hari apa. Jam dinding di kamarnya berdetak keras pun tak bisa membantunya mengingat. Hanya berdetak dan menunjukkan waktu pukul lima. Entah itu lima pagi atau lima sore, rasanya sama saja, sama-sama masih gelap , sama-sama sud ah gelap. Mungkin aku masih mengantuk pikirnya. Karena entah mengapa jam dinding itu terlihat besar sekali, seperti sedang memelototiku. "ya sudahlah aku tidur lagi." Begitu pikir Unyil. Tapi Unyil langsung membelalakkan matanya lebar-lebar. "Tapi aku harus sholat subuh!" sambil melawan rasa kantuk yg menggelayut di kelopak matanya. Unyil langsung memutar tubuhnya lari, mencari posisi baru yang lebih nyaman untuk memeluk guling kesayanganyya. "Benda hijau besar apa ini…?" batin Unyil ketika ia memutar tubuhnya. Ia berbalik lagi, menoleh kanan, kiri, atas, meraba di bawah tubuhnya, di bagian kakinya, di atas kepalanya. Guling kesayang….an Unyil hilang. "Ah, mana mungkin jatuh di bawah, atau jatuh di kolong kasur," pikirnya. Unyil bangkit di pembaringan untuk mengambil guling sambil berangkat mengambil air wudhu pikirnya.

Kali ini ia berpikir untuk tidak tidur lagi, karena dia melihat hal aneh. Tempat tidurnya tiba-tiba terasa sangat luas dan lebar. Poster-poster yang terpasang di dinding kamarnya tiba-tiba sudah menjadi raksasa. Apalagi lemari bajunya yang sudah sebesar dan setinggi gedung rektorat Brawijaya. Belum lagi pintu kamar dan jendela kamarnya yang sudah bisa dipastikan dapat dilalui T-Rex . Unyil semakin yakin kalo dia belum benar-benar bangun. Ia masih di dunia mimpi. "ya pasti mimpi, " pikirnya. Unyil menampar pipi kirinya untuk meyakinkan dirinya. Plak! "sakit….," Unyil merintih. "Berarti nyata! Kok bisa? Kok gini? Ah gak mungkin, pasti mimpi! Coba lagi ah." Plak!" masih sakit. " Unyil bingung, buru-buru berdiri dari tempat tidur. Mencoba melihat sekeliling, semua masih tampak sama. Besar! Semuanya membesar! Apa yang terjadi? Abah….! Emak….! Tak ada yang menyahut, hanya hening. Tak ada yang mendengar. Wahyu Rinaras W.