The Angel Of Rain

Twoshoot

1 of 2

By Yuya Matsumoto

Desclaimer: Sungmin is always MINE… forever

Warning: Boys Love / YAOI, Too long oneshoot. Membosankan. Alur lambat.

Pair: KyuMin

Summary: Kyuhyun membenci hujan. Setiap hujan ia selalu bertemu dengan namja yang menarik. Suatu hari namja itu memperkenalkan dirinya sebagai Sungmin, pecinta hujan. Dimulailah rasa cinta di bawah derasnya hujan. Bisakah mereka bersatu?

.

.

\(^w^)/~ Happy Reading ~\(^0^)9

.

.

.

(+.+#!) Kyuhyun P.O.V

.

Tes… Tes… Tes… Jeduuuaaar! Hujan kembali turun membasahi permukaan bumi. Aku mengerucutkan bibirku. Sebal, tepatnya. Dari semua peristiwa di dunia ini, aku paling membenci hujan. Setiap hujan mulai turun aku pasti harus melakukan pekerjaan. Aku tidak suka kesenanganku diusik dengan pekerjaan membosankan itu. Sebelum aku dipaksa melakukan semua itu, aku harus bersembunyi. 'Ah, itu tempat yang paling tepat', pikirku saat melihat tumpukan kapas putih yang akan belum dibubuhi warna oleh pekerja lainnya.

Aku melihat ribuan teman-temanku sudah bersiap diri untuk melaksanakan tugas kami. Hehehe… Aku menyeringai senang, kali ini aku akan terbebas dari segala urusan memuakkan itu. "Horray!", teriakku tanpa sadar.

Telingaku terasa panas. Ada yang menarik telingaku tanpa keperimanusiaan. Aku menoleh kepada pelaku utama. Senyum tanpa rasa bersalah terlontar di sudut bibirku. "Hehehe"

"Bagus ya, Kyu! Semua mencarimu, tapi kamu asyik bersembunyi di sini. Aish! Aku akan menghukummu, jika tidak mendapatkan target yang sesuai", omel Heechul-eomma. "Cepat sana pergi!", bentaknya sambil menendang bokongku tanpa perasaan.

"Ne, Eomma! Jahat sekali sih! Aish!", gumamku kesal.

"Apa kau bilang? Awas ya, kalau pulang akan aku hukum!", teriak eomma tanpa main-main. Aku menolehkan kepalaku, melemparkan tatapan sebal ke arah eomma-ku itu. Eomma menyeringai senang, melambaikan PSP dalam genggamannya. Ommo! Eomma, kau jahat sekali sih!

Semua pasukan kecilku sudah siap sedia mengawalku untuk menjalani tugas. Hari ini hujan turun lebih lebat dari biasanya. Itu artinya akan lebih banyak lagi pasukan kecil dan saudara serta teman-temanku yang akan menjalani tugas. Aku membentangkan sayap putihku, bersiap untuk turun ke bumi. Aku akan memulai pekerjaanku, mengabulkan semua harapan manusia di muka bumi ini.

Ribuan pasukan kecilku sedang bekerja dengan baik, sedangkan aku duduk dengan tenang di atas pohon. Kali ini Eomma menurunkan aku ke sebuah kota kecil di Daegu. Dari atas sini aku bisa memantau pekerjaan pasukan kecilku itu. Satu, empat, dua belas… Aish! Pasukan kecilku sedikit demi sedikit menghilang.

BLAAAAAM! Asap merah besar mengepul ke atas langit, diiringi oleh suara dentuman yang keras. Aku menghela napas panjang. "Siapa lagi malaikat hujan yang menghilang?", ujarku berdiri, mencoba melihat kejadian yang terjadi di kota sebelah.

Saking serius mencari tahu target kali ini, aku tidak memperhatikan tanda peringatan yang berbunyi dari jam tanganku. Apa? Pasukan kecilku musnah sebanyak seribu dua ratus dalam waktu sepuluh menit. Aku harus segera bertindak sebelum mendapat hukuman keras dari eomma.

Aku turun dari pohon, mencari manusia yang masih mencintai hujan. Sepanjang aku mencari, aku hanya melihat wajah yang sedih, kesal, marah ataupun bosan. Telingaku berdengung sakit, mendengar umpatan, keluhan dan amarah yang keluar dari mulut manusia tak tahu syukur itu. Pantas saja keberadaan malaikat hujan semakin menipis. Aku tidak menemukan kebahagiaan dan rasa syukur atas hujan dari para manusia. Huft! Ini pekerjaan yang membosankan, itulah sebabnya aku membenci pekerjaan ini.

Tiba-tiba aku melihat puluhan pasukan kecilku melayang di atas langit. Mereka menunjuk suatu tempat di bawahnya. Tanpa menunggu lama, aku melesat ke tempat yang mereka tunjuk. Ini adalah sinyal yang biasa diberikan pasukanku untuk memberitahu keberadaan manusia yang masih bersyukur atas keberadaan hujan. Syukurlah, aku tidak akan menghilang dalam waktu dekat.

Rumah ini hanyalah rumah sederhana, kecil dan tertata rapi. Aku mendengar teriakan-teriakan bahagia dari dalamnya. Apakah klien-ku kali ini anak kecil lagi? Mm… Walau anak kecil tidak memberikan energi yang banyak, namun itu cukup untuk kami semua. Ayo, Kyu! Bekerjalah! SREEEET! Aku melesat turun, memasuki rumah itu untuk mencari manusia baik hati itu. Ommo! Mataku membelalak saat menemukan targetku, sesosok manusia dewasa.

.

(-^.^-) Sungmin P.O.V

.

Yeay! Hujan turun! Aku berlonjak senang saat air surga itu mulai membasahi permukaan bumi. Aku ingin sekali keluar rumah untuk merasakan sejuknya air itu membasahi seluruh tubuhku. "Eomma, aku mau main di luar ya?", teriakku masih asyik memandang keluar jendela.

"TIDAK, MINNIE! NANTI KAMU SAKIT!", jawab eomma dari dapur.

Aku mengerucutkan bibirku. Aish! Aku ingin sekali bermain keluar rumah. Hari ini hujan turun sangat lebat, itu artinya Tuhan sedang memberikan jutaan rezeki di depan sana. Aku harus mendapatkan rezeki yang paling besar hari ini. Kenikmatan pagi ini jangan sampai terlewatkan!

Aku mengendap-endap keluar rumah. Terpaan udara dingin menusuk tulang-tulangku. Aku telah memakai jas hujan transparan milikku. Walaupun aku mencintai air hujan, aku tidak ingin eomma menghukumku karena pulang dengan basah kuyup. Setidaknya jas hujan mengurangi intensitas air yang kusimpan dalam serat bajuku. Aku berputar riang menikmati air hujan yang menghantam permukaan tubuhku. "I LOVE RAIN!", teriakku bahagia.

BLUUUUSH! Sebuah mobil yang melaju kencang, mencipratkan genangan air ke arahku. Aish! Menyebalkan sekali. Ups! Aku harus tetap tersenyum, mungkin Tuhan hanya menguji kesabaranku. Aku mengelap air genangan yang mengotori jas hujanku. Di sekelilingku masih banyak orang yang menghela napas sebal. Hujan ini memang begitu lebat, membuat orang orang kesulitan untuk melakukan kegiatan. Wajar semua orang kesal, tapi tidak bagiku. Hujan ini begitu indah. Asyik!

Setelah bersenang-senang di taman kota yang sepi, aku bergegas pulang. Itu salah satu kesukaanku terhadap hujan. Di saat hujan taman kota pasti sepi, jadi aku bebas memainkan segala permainan tanpa harus menunggu orang lain berhenti bermain. Sebelum sampai rumah, aku menyempatkan diri ke café langgananku.

"Selamat datang, Minnie-ah!", sapa manager café saat aku baru saja membuka pintu. Ia tersenyum sangat manis. " Satu cone strawberry ice cream, kan?", tanyanya memastikan pesanan yang akan aku pesan.

Aku mengangguk senang. "Kamu tahu apa yang aku suka, Yesungie!", jawabku bersemangat. Aku mengeluarkan dompetku.

"Sudah, sudah! Jangan dibayar. Untuk hari ini pesananmu gratis!", kata Yesung, si manager café, dengan sedikit penekanan pada setiap katanya.

"Jeongmal? Semua?"

Ia menelan ludah. "Tidak semua sih. Cukup satu cone itu saja", jawabnya pelan.

"Hahahahaha… iya, aku mengerti! Gomawo, Yesung-ah!", ucapku saat menerima pesananku. Aku tahu, Yesung pasti takut kalau saja aku memesan beberapa cone ice cream lagi. Ia sangat tahu aku ini maniak ice cream. Hehe…

Yesung memang sudah sangat tahu kebiasaanku setiap hujan. Katanya hanya aku saja yang memiliki kebiasaan memesan makanan atau minuman dingin di saat udara menusuk seperti ini. Kebiasaan anehku inilah yang membuat hampir seluruh warga kota mengenalku. Hehehe… Aku jadi terkenal, salah satu dampak indah dari hujan.

"YA! SUNGMINNIE! KAMU KABUR LAGI YA!", teriak eomma saat ia memergoki aku memasuki rumah.

Aku menelan ludah mendapatinya marah besar. Lantai rumah basah, ditambah lagi lumpur dari sepatuku merusak karpet kesayangannya. Kenapa aku bisa lupa? Mungkin aku terlalu menikmati ice cream-ku.

"Hehehe…". Aku tersenyum tanpa rasa bersalah.

"Aigoo! Anak eomma ini memang bandel sekali", omel eomma sambil menarik telingaku. Aku meringis kesakitan. Kali ini eomma marah besar, sampai-sampai ia lupa akan kucuran air yang membasahi lantainya.

BLAAAAM! Eomma membanting pintu kamarku keras.

"Jangan harap bisa makan strawberry shortcake buatan eomma! Kamu dihukum! Satu minggu tanpa makanan kesukaanmu, dilarang keluar rumah dan tidak boleh dekat-dekat dengan Hyaku!", ancam eomma membuatku terduduk lemas di atas lantai.

Aku menarik napas, menghembuskannya kembali. Aku berdiri, menggedor pintu kamarku. "AKU BUKAN ANAK KECIL LAGI, EOMMA! JANGAN SEPERTI ITU!"

"Kamu memang sudah besar tapi kamu terlalu kekanak-kanakan. Pikirkan dulu kesalahanmu! Eomma akan tetap menghukummu!", teriak eomma penuh ketegasan.

Aku melangkah gontai ke dalam kamar mandi yang ada di dalam kamar. Ah, lagi-lagi eomma marah. Aku memutuskan membersihkan diri, daripada mengeluh yang tak memberikan apa pun. Setelah membersihkan diri, aku duduk di pinggir jendela kamar, memandang langit. Aku memanjatkan doa, yakin sepenuh hati bahwa Tuhan sedang mempersiapkan kejutan besar untukku.

TOK! TOK! TOK! "Sungmin-ah!", panggil seseorang dari luar pintu.

Aku menggeliat malas, mencoba membuka mata. Ah, aku tertidur. Aku melirik jam dinding. Ini sudah malam, pukul tujuh. Aish! Aku beranjak bangun, menghampiri pintu kamarku. Tanpa perlu menebak siapa yang datang, aku membuka pintu kamar. Sebuah boneka kelinci besar berwarna pink tersuguh di depan hadapanku.

"TADA! SURPRISE!". Wajah Appa mencuat dari balik boneka besar itu. "Untuk Nae Minnie kesayangan Appa!", teriak Appa sambil menyodorkan hadiah darinya.

"Gomawo, Appa!", teriakku senang. Aku mengambil hadiah dari Appa-ku itu. Ah, kebahagiaan dari hujan pagi ini. Terima kasih, Tuhan! Terima kasih, malaikat hujan!

.

(+.+#!) Kyuhyun P.O.V

.

"Kenapa kamu senyum-senyum begitu, Kyu?", tanya Eomma saat aku sudah selesai bekerja.

"Aku hanya senang saja pekerjaanku selesai dengan baik! Mana PSPku, eomma?", tanyaku dengan nada memaksa.

"Nih!", jawab eomma marah. Aish! Dia memang senang sekali marah. Menyebalkan.

"Oh iya, eomma! Siapa yang menghilang hari ini?", tanyaku sambil mengotak-atik PSPku.

"Ryeowook. Makanya kalau kerja yang benar, Kyu. Eomma tidak mau kamu menjadi korbannya. Terlalu banyak anak eomma yang menghilang", ujarnya lemah. "Sudahlah. Eomma mau ke tempat Han-appa, ya!", lanjutnya dengan langkah gontai.

Aku tahu pasti eomma sangat sedih. Semenjak manusia semakin banyak yang senang mengeluh dan membenci hujan, kami tidak mendapat asupan energi cukup untuk melanjutkan kehidupan kami. Sebenarnya sistem dalam pekerjaan ini mudah, yaitu: kami mendapatkan energi dari manusia lalu memberikan kebahagiaan kepada mereka. Hubungan timbal-balik yang cukup adil bagiku. Hanya saja manusia sudah luput dari rasa syukur. Mereka selalu menyalahkan hujan yang merupakan berkah dari Tuhan sebagai akibat bencana yang terjadi. Bukan salah kami atau pun Tuhan jika terjadi banjir, pohon tumbang atau pun penyakit kulit lainnya, itu salah mereka yang tidak merawat lingkungan.

GAME OVER. Dua kata yang paling aku benci tertera di atas layar PSPku. Aku melangkah ke arah ruangan eomma dan appa. Aku bisa mendengar eomma menangis. Ibu mana yang tidak sedih jika kehilangan anaknya lagi. Okay. Heechul bukanlah eomma kandung kami karena sebagai malaikat kami tidak memiliki orang tua. Heechul mengurus kami sejak kecil sehingga kami sudah menganggapnya seperti eomma kami sendiri, sama halnya dengan Hangeng-appa. Mereka berdua malaikat senior yang memiliki karisma luar biasa. Kami, malaikat hujan, bangga kepada mereka.

'Terima kasih, Tuhan. Terima kasih, malaikat hujan'. Sebuah suara terdengar di gendang telingaku. Suara ini sangat lembut dan terdengar tulus sekali. Pasti namja itu. Aku tak pernah melihat namja dewasa manis, imut sekaligus tampan sepertinya. Apalagi ditambah sifat kekanak-kanakan miliknya. Manusia unik.

Tanpa kusadari aku tersenyum memikirkan namja itu. Aish! Aku harus menenangkan diri di dalam kamar, sebelum Tuhan meminta eomma-appa untuk menurunkan hujan lagi.

.

v(*.* YuyaLoveSungmin *.*)v

.

"Turun, Kyu! Saat ini tugasmu di Incheon! Susah sekali sih!", teriak eomma dari bawah awan yang aku duduki.

Aku hanya tersenyum jahil mendengar panggilannya. Aku malas jika harus pergi ke kota yang jauh dari Daegu. Aku hanya ingin bertemu dengan Sungmin, namja imut itu. Entah sejak kapan dan apa rencana Tuhan, aku selalu mendapat tugas di Daegu. Sudah satu bulan ini aku sering bertemu dengan Sungmin. Memang sesekali aku diberi tugas ke kota lain, tapi tidak sesering di Daegu. Ah, kali ini aku tidak mau jika harus pergi ke Incheon. Sungmin pasti tidak ada di sana. Bisa-bisa aku kehilangan ribuan pasukan kecilku. Aku tidak mau!

"Kyuhyun cepat turun! Atau eomma akan menghukummu!"

Aku menjulurkan lidahku. "Weee… Aku tidak peduli"

BRAAAAK! Tubuhku menghantam dasar awan dengan keras. Aku mengelus bokongku yang nyeri. Appa sudah berdiri di hadapanku. Wajahnya tenang, tapi aura tubuhnya berkata lain.

"Baiklah, appa! Aku akan segera turun!", ujarku sebelum Appa memarahiku. Ah, tindakannya barusan saja sudah membuatku kesakitan. Ugh, tak dapat kubayangkan jika appa sudah marah. Hanya seorang Han-appa yang memiliki kekuatan untuk bertindak tegas pada semua malaikat hujan, seperti yang barusan ia lakukan padaku.

Aku mengerucutkan bibirku, asyik melayang di antara awan-awan yang melayang. Kali ini aku harus mencari targetku secepatnya. Aku tidak ingin pasukan kecilku menghilang lebih banyak lagi. Aku ingin melihat tingkah lucu seorang Sungmin. Pasti sangat menggemaskan. Aku benar-benar harus segera menyelesaikan tugas ini, jadi aku bisa menemui Sungmin. Aku harap siapapun malaikat hujan yang bertugas tidak akan memberikan cobaan yang berat untuknya. Amin.

Aish! Kok aku melamunkan namja itu. Huh!

Akhirnya aku mendapatkan target, seorang pastur tua. Pastur itu sangat sabar dan bijaksana dalam bersikap. Wajar sajalah, ia kan seorang pastur. Untung saja tugasku kali ini tidak berlangsung lama. Energi yang didapat pun cukup besar. Aku bisa bersenang-senang setelahnya. Hehehe…

Tiba-tiba hatiku berdenyut keras. Aku merasakan nyeri yang luar biasa. Ada apa ini? Sepertinya sesuatu yang buruk akan terjadi.

CIIIIIT! BRAAAAK! Suara dentuman keras terdengar di jalanan bawah tempatku melayang saat ini. Aku mengurungkan niatku untuk kembali ke kamarku di atas awan. Rasa penasaranku melebihi rasa lelahku. Aku harus tahu apa yang sedang terjadi.

BRUUUK! Aku menabrak sesuatu.

"Eomma / Kyuhyun", seru kami bersamaan.

Mimik wajah eomma berubah. Ia terlihat panik dan salah tingkah. "Apa yang eomma lakukan di sini? Tidak biasanya eomma di sini", tanyaku langsung.

"Tidak ada apa-apa, Kyu. Eomma hanya mendapat sedikit perintah saja", jawabnya tercekat. Aku tahu eomma pasti menyembunyikan sesuatu dariku, tapi aku tidak tahu apa. "Aku pulang duluan ya, Kyu!", lanjutnya langsung melesat menembus langit.

Aku bergegas turun ke arah suara tadi. Malaikat hujan, Kim Kibum, sedang berdiri di atas seonggok mobil yang terbalik. Aku menepuk bahu Kibum pelan.

"Apa yang terjadi?", tanyaku sangat penasaran. Aku melihat ceceran darah di sekitar aspal, jendela mobil dan jok mobil.

"Oh, tidak ada apa-apa. Aku hanya memberi cobaan kepada orang yang ada di dalam sana. Dia itu pecinta hujan. Aku ingin melihat apa sudut pandangnya terhadap hujan tidak akan berubah setelah ini", jawab Kibum datar dan dingin. Aish! Kenapa dia harus menjadi malaikat hujan? Sebaiknya ia menjadi malaikat salju saja. Huh! Benar-benar dingin.

"Kemana orangnya? Apa kau tidak membunuh dia jika seperti ini keadaannya?", tanyaku memastikan. Kalau dilihat dari luar, siapa saja pasti meninggal di dalam mobil yang hancur itu.

"Tidak akan. Aku tidak bisa membunuh manusia. Sudahlah, aku akan kembali. Ayo, Kyu. Hujan sudah mulai berhenti, tidak baik berada di bawah naungan langit cerah", ajak Kibum.

Aku belum bergeming dari tempatku berdiri, ralat, melayang. Aku masih penasaran dengan manusia di dalam sana. Tak beberapa lama, suara sirine ambulans dan kepungan beberapa warga memenuhi mobil itu. Aku tidak bisa melihat jelas tubuh sang korban. Tindakan evakuasi terjadi sangat cepat. Sebenarnya siapakah yang menjadi korban itu? Hatiku sangat perih. Aku tidak tenang sebelum tahu. Akh! Tuhan siapa dia?

Aku membalikkan badanku saat sesuatu berwarna pink mengalihkan pandanganku. Sesuatu berwarna pink teronggok di atas aspal, membuatku berhenti dari tujuan utamaku untuk pulang. Sebuah gantungan kunci berbentuk kelinci berwarna pink dengan jepit biru di telinganya. Itu kan gantungan kunci milik Sungmin. Apakah ia? Ah, aku harus mengejar ambulans yang membawanya pergi.

SREEEET! Seseorang menarikku ke atas kepulan awan putih. "KYUHYUN, PULAAAAAANG!". Teriakan Appa menggelegar seanterio langit.

"Ya, Kyuhyun! Kamu ingin mati? Berada di bawah naungan langit cerah bisa menguras seluruh energi simpananmu! Bla… bla… bla…", omel eomma ketika aku sudah sampai di atas langit. Aku tidak mempedulikan semua ucapan eomma. Satu pikiran menyelimutiku, bagaimana keadaan Sungmin.

.

Satu Bulan Kemudian

.

Aku diam-diam sering duduk di atas pohon, menunggu dirinya terbangun dari tidur lelapnya. Sebulan ini namja manis itu terkukung dalam tidur panjangnya. Aku merasa kehilangan. Tidak ada lagi tingkah imut menggemaskan dari sosok mungil itu. Tidak ada lagi teriakan gembira dari bibir merahnya setiap tetesan hujan menghujam bumi. Tidak ada lagi doa-doa menenangkan yang terpanjat dari dalam hatinya. Sosok ini benar-benar menyita perhatianku. Aku sungguh merindukannya. Cepatlah bangun, Sungminnie!

Heechul-eomma selalu memarahiku jika aku menghilang di tengah udara panas yang mencekat. Ia terlalu mengkhawatirkan keadaanku. Sekarang aku lebih giat melaksanakan tugasku setiap harinya, agar dapat menjenguk Sungmin. Sejak kecelakaan sore itu, aku pasti mau menerima semua perintah eomma. Melaksanakan tugas dengan baik adalah syarat dari eomma agar aku bisa menjenguk Sungmin dengan bebas.

"Kyuhyun! PULAAAANG!", teriak Appa menggelegar.

Kebiasaan Appa akhir-akhir ini, memanggilku seenaknya. Aku kan masih betah di sini. Biar saja sudah malam, aku tidak peduli. Malaikat tidak mengenal waktu. Huh! Appa jahat! Aku mengepakkan sayapku, melayang malas ke arah lautan awan yang membentang. Siap-siap dimarahi Appa lagi. Huft!

.

(-^.^-) Sungmin P.O.V

.

Aku mengerjapkan mataku pelan. Kepalaku terasa berat, seperti terhantam benda keras. Pusing. Cahaya lampu merasuk ke dalam retina mataku, membuatku harus beradaptasi oleh terangnya cahaya itu. Aku memalingkan kepalaku ke arah jendela yang menunjukkan kelamnya malam. Tiba-tiba mataku memaku kepada sesosok yang berada di atas pohon. Sebuah sayap putih bersih terbentang luas dari dalam tubuhnya. Sosok itu melayang, terbang menjauhi pohon di dekat jendela kamarku ini. Apa itu?

"Akh!", rintihku saat kepalaku terasa lebih sakit dari sebelumnya.

"Ommo! Sungmin! Kau sudah bangun!", teriak seseorang di sisiku.

Aku tersenyum kecut melihat orang yang ada di samping ranjangku ini. "Eomma", ujarku pelan.

Eomma memelukku erat. "Syukurlah kau bangun, chagiya!", isaknya keras.

.

v(*.* YuyaLoveSungmin *.*)v

.

Apa? Aku sudah koma selama satu bulan? Aish! Pantas saja badanku terasa lemah seperti ini. Beberapa hari ini aku hanya diperbolehkan untuk sedikit mendudukkan badanku. Aku dilarang melakukan tindakan ekstrim seperti duduk atau pergi ke kamar mandi. Aku masih memakai selang kateter untuk urine-ku. Hiks. Aku benar-benar tersiksa.

Aku memandang keluar jendela. Hujan. Biasanya aku menikmati ice cream kesukaanku di café Yesung-hyung. Huhuhu… Kenapa aku harus berada di ruangan sempit seperti ini? Menyebalkan! Aku mengaitkan kedua tanganku, memejamkan mata.

"Tuhan, aku mohon berikan keajaibanmu. Sembuhkanlah aku segera, agar bisa bersama orang-orang yang menyayangiku dan kusayangi. Amin", panjatku.

Aku selalu memegang teguh perkataan halmoni bahwa hujan itu membawa berkah. Halmoni mengatakan bahwa di setiap tetes air hujan, ada malaikat yang bersedia mengabulkan permohonan setiap manusia. Aku hanya diminta yakin dan selalu berbaik sangka kepada anugerah Tuhan ini. Sejak kecil sampai aku sebesar ini, aku selalu meyakini perkataan halmoni.

"Sungmin-ah!", panggil seseorang dari balik pintu kamar rawatku. Kepala besarnya menyembul. 'Yesung-hyung!', jeritku dalam hati. Aku berusaha mendudukkan diriku. Yesung menghampiriku dengan wajah cemasnya. "Sungmin, berhenti!"

Aku hanya tersenyum kecil menanggapinya yang panik. "Bawa apa?", tanyaku antusias.

Ia mengacungkan bungkusan di depanku. Seplastik besar ice cream. "Ini seplastik penuh berisi beberapa cone ice cream berbagai rasa. Aku tahu kamu pasti suka"

Tanpa pikir panjang, aku segera merebut bungkusan itu dari tangan Yesung. "Aku suka sekali. Gomawo, Yesungie!", jeritku bahagia. Terima kasih, Tuhan. Hehe…

"Ya! Sungmin-ah! Jangan terburu-buru memakan ice cream-nya!", protes Yesung saat aku mulai melahap satu cone besar ice cream strawberry. Ia mengelap sudut bibirku. "Aish! Berantakan sekali sih?"

"Hehehe... Aku suka ice cream!", jawabku tak peduli.

Kami berdua saling berbincang, menghabiskan waktu bersama. Eomma sedang mengurus beberapa hal, jadi hanya kami berdua di ruangan ini. Kami bebas mengungkapkan berbagai hal. Tak perlu basa-basi ataupun malu. Kami sudah seperti saudara. Aku sayang Yesungie.

"Aih, jangan senyum-senyum seperti itu. Mengerikan, tahu!", cibir Yesung sambil mencubit pipiku. Aku mengerucutkan bibir, sebal. "Eh, hujan sudah berhenti. Aku pulang ya, Sungmin-ah! Annyeong"

Aku melambaikan tanganku ke arah Yesung yang telah berpamitan denganku. Argh, sendirian lagi deh. Hujan sudah berhenti. Aku berusaha bangkit dari posisi dudukku. Pusing. Aku memegang kayu sisi ranjang, menstabilkan posisi berdiriku yang berat ini. Aish! Ruangan ini seperti berputar. Aku melangkahkan kaki perlahan, menuju jendela itu. Ada sesuatu yang menyita perhatianku.

GREEEP! Aku menjatuhkan tubuhku di sofa yang ada tepat di bawah jendela itu. Sosok itu melontarkan ekspresi panik saat aku terjatuh tadi. Aku memegang kepalaku yang terasa nyeri, mengatur napas satu per satu. Ya ampun, berjalan sejauh dua meter saja bisa menguras tenagaku seperti ini.

Aku membuka jendela kamar yang berhadapan langsung dengan pohon. "Hei, siapa kau?", tanyaku kepada sosok yang ada di hadapanku itu.

Wajahnya kaget saat aku menyapanya. Ia memutar kepalanya, mencari sesuatu di belakangnya. Ia kembali menatapku dengan matanya yang terbelalak lebar. "Kamu bicara dengan siapa?", tanyanya dengan tampang terbodoh yang pernah kulihat.

"Kamulah. Siapa lagi!", jawabku serius.

Ia mundur, menjauhiku. Terlihat sekali kalau ia panik saat ini. SREEET! Sayap putih itu kembali membentang dari punggungnya. Tanpa berkata-kata, ia meninggalkanku, menembus langit berhias pelangi sore ini. Siapa sih dia sebenarnya? Kenapa ia selalu ada di pohon itu? Kenapa ia selalu memperhatikanku?

Ouch! Kepalaku pusing. Sakit sekali. Argh! Tubuhku terasa ringan, seperti tertarik oleh angin yang kencang. BRUUUK! Aku merasakan tubuhku menghantam dinginnya lantai. Semuanya menjadi gelap. Aku hanya bisa mendengar teriakan yang memanggil namaku, sebelum kegelapan menyelimutiku.

.

$_$ YuyaLoveSungmin ^.^

.

.

(+.+#!) Kyuhyun P.O.V

.

Seminggu terlewati sejak Sungmin menyapaku sore itu. Aku masih suka mengunjunginya, mengintipnya dari balik jendela. Satu hal yang membuatku bingung, dia tidak pernah menyapaku lagi. Saat ini aku berada di hadapannya, tepat di depan wajahnya. Ia sedang memandang suasana kota yang terselimuti hujan. Wajahnya terlihat sendu. Bibirnya mengerucut, membuatku ingin menciumnya. Kenapa kali ini ia tidak melihatku? Apa dia berhalusinasi sebelumnya?

"Sungminnie, ayo kita pulang", ajak seorang wanita paruh baya yang sejak tadi merapikan pakaian Minnie ke dalam tas.

Ya, aku memanggilnya Minnie. Menurutku nama itu sangat cocok dengan dirinya yg manis.

"Malaikat hujan, aku ingin bertemu denganmu lagi", gumam Sungmin sontak membuatku kaget. Ia mengelus pelan pada kaca jendela dari dalam. Matanya benar-benar sendu, syarat akan kesedihan.

Aku tak tega melihat dirinya yang bermuram durja seperti itu. Hatiku teriris pilu, saat melihat dirinya melangkah pergi dari ruangan itu. Aku mengibaskan sayapku, bersiap untuk mengikuti Sungmin. Pekerjaanku sudah selesai jadi aku bisa leluasa menggunakan waktuku.

Sesampainya di rumah, Sungmin terbaring lemah di atas ranjangnya. Ya, dia memang belum sembuh benar. Lagi-lagi aku hanya bisa memandanginya dari luar. Aku tidak bisa menembus masuk ke dalam kamarnya padahal aku ingin membelai rambutnya, menyalurkan kasih untuknya. Aish! Ini benar-benar menyiksaku.

"Sedang apa kau di sini, Kyu? Bukannya kau harus bertugas di Gwangju?", tanya Kibum yang tiba-tiba menyapaku.

Aku menghempaskan tubuhku di atas genting yang basah karena sekarang hujan masih turun rintik-rintik. "Pekerjaanku sudah selesai, Bum! Aku hanya sedang beristirahat saja", jawabku asal. Aku tidak terlalu berminat untuk membahas Sungmin dengan Kibum.

"Kamu aneh, Kyu. Biasanya kamu tidak akan merelakan sedetik pun tanpa kekasih segiempat-mu itu. Sekarang hanya demi seorang manusia, kamu rela bersikap lalai seperti ini. Hentikan omong kosongmu, sebelum masalah semakin besar. Lebih besar dari sebelumnya", ujar Kibum memperingati.

Masalah? Lebih besar? Tunggu dulu! Bukannya Kibum ada di tempat kecelakaan Sungmin. Bukannya…

"Tunggu, Bum-ah! Katakan sesuatu yang kau tahu tentang Sungmin. Kamu yang mencelakai Sungmin kan? Jawab!", desakku kepada Kibum yang telah membentangkan sayapnya.

Kibum menolehkan kepalanya kepadaku, memberikan killer smile-nya. "Tuhan memiliki rencana atas diri setiap makhluk-Nya, Kyu! Tugas kita semua hanya menjalani yang terbaik sesuai perintahnya. Tidak perlu banyak menerka, karena itu hanya akan memasukkanmu ke dalam kegelisahan tak berujung", jawabnya dengan kata-kata bijak yang membingungkan bagiku. Ia menepis tanganku pelan, terbang menembus perbatasan bumi dan tempat kami di atas awan.

Aish! Apa sih maksudnya? Kibum itu memang malaikat hujan paling pintar dan paling membingungkan. Hujan mulai berhenti perlahan. Aku mengepakkan sayapku, turun ke tanah. Bagaimana rasanya menjadi manusia? Mereka menapakkan kakinya di atas sesuatu yang keras seperti ini. Terkadang basah dan kotor. Aku menutup sayapku, menghilangkannya di dalam punggungku. Aku melangkahkan kakiku, menuju taman di dekat perumahan Sungmin. Taman ini sangat sepi, mungkin karena hujan baru saja membasahi bumi. Banyak manusia yang malas berkegiatan di luar ruangan saat hujan.

BRUUUUK! Suara sesuatu mengusik lamunanku. Aku berdiri, mencari asal suara. Udara panas mulai menyengat kulit putihku. Aku menengadahkan kepalaku ke atas langit. Hah? Sudah siang! Berapa lama aku berada di sini? Huft!

"Appo!", teriak seseorang membuatku kembali kepada rasa penasaranku tadi.

Aku kembali mencari asal suara yang terus meringis kesakitan. Aku melihat seorang sedang terduduk membelakangiku. Keluhan terdengar dari arahnya. "Neo gwenchana?", tanyaku sambil berjongkok di hadapannya. Ia menundukkan kepalanya, fokus kepada luka di lututnya yang tak terbalut kain celana santainya.

"Appo! Kakiku terluka", rengek namja itu. Ia menunjukkan wajahnya yang sontak membuatku shock. "Bisakah kamu membantuku?", tanyanya semakin membuatku kaget. Ia mengulurkan tangannya. Aku menyambutnya, membantu Sungmin berdiri.

Sungmin berdiri dengan susah payah. Ia mengalungkan salah satu lengannya di bahuku. "Tolong antarkan aku pulang", pintanya dengan nada memerintah.

Aku hanya mengikuti semua permintaan Sungmin. Apa ini benar-benar terjadi? Bukan khayalanku saja kan?

"Ommo! Anak eomma kenapa?", teriak eomma Sungmin saat kami baru sampai di depan pintu rumahnya. "Ayo masuk!", ajaknya sambil membantuku menuntun Sungmin yang melangkah pincang. Sungmin duduk di atas sofa dengan aku di sebelahnya.

PETAAAK! "Lagian bandel banget! Siapa yang suruh kamu keluar?", marah eomma Sungmin setelah kembali membawa kotak P3K.

"Appo, eomma!", teriak Sungmin kesakitan. Ia mengelus kepalanya yang dipukul ibunya. "Di luar abis hujan, pasti cantik ada pelanginya. Aku hanya ingin ke café Yesung-hyung saja!"

"Apa? Ke café Yesung? Membeli ice cream? Aish! Dasar bandel!"

"Ya! Appo, eomma! Appo!", teriak Sungmin menjadi-jadi karena ibunya mengobati dengan kasar. Aku jadi teringat Heechul-eomma yang suka marah-marah. Walau aku tidak tahu rasa sakit seperti apa, tapi aku tahu bagaimana tidak enaknya berurusan dengan eomma yang evil mode on. Aku hanya bisa tersenyum melihat interaksi mereka berdua.

"Manja! Kamu ini namja bukan yeoja! Rasain! Emang bandel sih!", omel eomma Sungmin sambil merapikan semua peralatan P3K miliknya.

"Eomma, tolong buatkan minum untuk temanku ini ya!", teriak Sungmin, masih asyik meniupi luka di kakinya yang sudah diperban. "Terima kasih ya! Maaf merepotkanmu. Sungmin", ujarnya memperkenalkan diri.

Aku memandang uluran tangan Sungmin dengan tatapan bingung. "Sungmin!", ujarnya lagi. Aku perlahan menyambut tangannya, masih bingung dengan semua peristiwa ini. "Kyuhyun"

"Ini cokelat panasnya biar badanmu hangat", tawar eomma Sungmin memberikan secangkir minuman berwarna cokelat untuk Sungmin. Mm… Baunya enak!

Sungmin mengambil cangkir itu, menyesapnya dengan nikmat. "Enak, tapi kok temanku nggak dibawain, eomma?", tanyanya masih asyik menikmati minuman itu.

"Teman? Kamu kan pulang sendirian", jawab eomma Sungmin membuat kami berdua kaget, terutama aku.

"Uhuk! Ini di sampingku, eomma! Jangan becanda, ah!", jelas Sungmin menunjuk diriku.

"Kamu yang becanda, Min-ah! Penyakitmu merusak otakmu, ya? Tidak ada siapa pun di sana. Jangan mengkhayal! Sudahlah, kembali ke kamar!", kata eomma Sungmin mengambil cangkir yang sudah kosong itu.

"Eomma pasti becanda ya, Kyu! Masa dia tidak melihat namja setampan kamu. Hahahahaha". Tawa Sungmin terdengar canggung. Aku tahu ia masih shock dan tidak yakin atas semua perkataan ibunya.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman yang tak kalah canggungnya dengan Sungmin. Bukannya kembali ke kamarnya di lantai satu, Sungmin memilih untuk berbincang denganku. Aku bisa mendengar tawanya yang renyah. Sungmin benar-benar orang yang ramah. Kepribadiannya sangat menyenangkan.

"Kyu! PULANG!", teriak Appa memekakkan telingaku. Aku sontak menutup kedua telingaku, karena tak tahan mendengar suara Appa.

"Kenapa, Kyu?", tanya Sungmin dengan wajah khawatir saat aku menutup telingaku posesif.

Aku menggeleng pelan. "Tidak apa-apa. Aku hanya harus pulang!"

Sungmin mengapit tanganku dengan manja. "Shireo! Kamu harus di sini! Jangan pulang"

"Maaf, Min-ah! Aku benar-benar harus pulang!", jawabku sesopan mungkin. Aku menepis tangan Sungmin pelan. "Besok aku ke sini lagi. Janji deh!"

Mata Sungmin berbinar-binar. "Harus tepati janji loh!", katanya bersemangat.

Aku mengangguk mantap. "Eung! Janji!"

'Bisakah aku kembali kepada Sungmin, menyadari status kami yang berbeda? Aku tak terlalu yakin', batinku sambil melebarkan kepakan sayapku. Aku memutuskan untuk pulang, menghadapi amarah eomma-appa di langit.

.

.

:: TBC ::…

.

"~~Tuhan memiliki rencana atas diri setiap makhluk-Nya, Kyu! Tugas kita semua hanya menjalani yang terbaik sesuai perintahnya. Tidak perlu banyak menerka, karena itu hanya akan memasukkanmu ke dalam kegelisahan tak berujung~~"

By: Kim Kibum, The Angel Of Rain


Thanks for reading!

Please, REVIEW~

\(^O^)/