Sasuke berpikir sebentar. Merepotkan sih, tidak. Yang terpenting adalah Sasuke tidak terjebak disini bersama Hinata yang basah kuyup untuk waktu yang lama.

"Tidak sama sekali,"

Sasuke lalu menerobos hujan dan mengambil sepedanya yang ia parkir dipinggir jalan, dan menduduki sadel sepedanya,

"Cepat naik."

Hinata terlihat ragu-ragu, "T-terimakasih, ta-tapi..."

"Cepat! Kau harus segera ganti baju, baka!" Sasuke tanpa sadar berseru pada Hinata, dan suaranya mengalahkan deru hujan yang deras. Spontan, wajah mereka berdua memerah. Sasuke tanpa sengaja meneriakkan pikirannya!


Frenzied
Chapter 2

Characters on this fanfiction,
are under Masashi Kishimoto's rights.


Hinata lalu tersadar bahwa bajunya basah kuyup, dan apa yang ada dibawah bajunya tercetak jelas. Hinata langsung menutupinya biarpun tahu bahwa Sasuke sudah melihatnya.

"Ma-maaf..." Hinata menunduk, berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah.

"...Sudahlah. Cepat naik." Sasuke kembali menyuruh Hinata untuk duduk di boncengan sepedanya. Hinata pun duduk di sadel boncengan di belakang Sasuke, lalu menggenggam ujung kaus Sasuke, sebagai pegangannya.

"Pegangan yang benar, baka." Ujar Sasuke pada Hinata yang sedang duduk dibelakangnya.

"Ta-tapi..."

Sasuke lalu mengeraskan suaranya, "Pegangan yang benar!"

"Ba-baik!" Hinata selalu takut pada suara Sasuke yang terdengar seperti bentakan. Padahal sebenarnya Sasuke mengeraskan suaranya untuk menutupi nada bicaranya yang berantakan. Hinata pun melepaskan genggamannya pada kaus Sasuke dan lalu memeluk punggung Sasuke yang lebar. Tangan Hinata tidak cukup panjang untuk memeluk Sasuke, sehingga dia pun memajukan posisi duduknya agar bisa berpegangan dengan sempurna.

Tapi justru, dada Hinata jadi menempel pada punggung Sasuke. Pada awalnya Sasuke tidak menyadarinya, tapi begitu Sasuke mulai mengayuh sepedanya, pegangan Hinata semakin erat. Semakin lama Sasuke makin merasakan sesuatu yang lembut menempel di punggungnya. Tapi Sasuke tidak berpikir yang aneh-aneh saat itu, karena sedang mengayuh sepedanya dibawah hujan dalam kecepatan tinggi.

Dan tepat tiga menit kemudian, Sasuke dan Hinata serta sepedanya sampai dirumah keluarga Uchiha dengan selamat.

Hinata turun dari sepeda dan berdiri di teras depan, menunggu Sasuke masuk duluan ke dalam rumah. Sasuke lalu memarkir sepedanya dan menghampiri Hinata yang masih berdiri didepan pintu masuk, dan kemudian membuka pintu masuk rumahnya yang tidak terkunci.

"Pe-permisi..." Hinata lalu memasuki pintu itu setelah Sasuke masuk kedalam rumah. Hinata memang orang yang sopan, apalagi sekarang dia sedang berkunjung ke rumah laki-laki.

Tiba-tiba Hinata teringat, Sasuke hanya tinggal bersama kakaknya disini. Orangtua Sasuke tinggal di luar negeri, sama halnya seperti orangtua Hinata.

Melihat keadaan rumah yang sepi, Hinata berasumsi bahwa dirumah ini cuma ada mereka berdua.

Karena agak segan, Hinata memperlambat langkahnya.

"Sedang apa kau?" Sasuke bertanya pada Hinata yang terdiam di pintu masuk. Sebisa mungkin, Sasuke tidak melihat kearah Hinata sebab baju Hinata basah sekali sekarang, segalanya terlihat jelas kali ini.

"Ti-tidak ada apa-apa..." Hinata lalu berjalan membuntuti Sasuke tanpa berkata apapun. Hinata khawatir nada suaranya yang gugup akan terdengar aneh di telinga Sasuke.

Sasuke berjalan menaiki tangga menuju ke lantai dua, sedangkan Hinata mengikuti dibelakang Sasuke.

Hinata berjalan dengan canggung dibelakang Sasuke. Sebab, ini baru pertama kalinya Hinata datang kerumah seorang laki-laki, ditambah lagi, yang tinggal tanpa orangtuanya. Tapi Hinata percaya, kalau Sasuke itu orang yang baik. Ya, orang yang sangat baik. Dan tidak akan melakukan macam-macam kepadanya.

Sedangkan, Sasuke juga baru pertama kalinya mengajak seorang cewek untuk datang kerumahnya. Dan untunglah, Sasuke tidak berpikir yang aneh-aneh saat ini, biarpun beberapa saat yang lalu pikirannya masih kacau.

Sesampainya didepan kamar Sasuke, kecanggungan Hinata semakin bertambah.

CKLEK

Sasuke membuka pintu kamarnya dan membiarkan pintu itu terbuka. Sasuke lalu masuk dan membuka lemarinya, mencari sebuah kaus lama yang bisa dipakai oleh Hinata. Dan beruntung, Sasuke menemukan sebuah kaus yang tidak berukuran terlalu besar; meskipun sebenarnya masih terlalu besar untuk ukuran Hinata.

Sasuke pun menyerahkan kaus itu pada Hinata tanpa melihat kearahnya dan tanpa berkata apapun.

"Te-terimakasih..." Hinata berkata pelan, lalu mengambil kaus berwarna biru gelap itu dari tangan Sasuke dengan hati-hati.

Sasuke kemudian mengambil satu kaus dan celana untuk ia pakai. Karena tadi hujan-hujanan, Sasuke juga ikut basah kuyup.

"Kau ganti disini saja, aku yang diluar." Ujar Sasuke sambil berjalan kearah pintu kamarnya, dan kemudian menutup pintu itu sebelum Hinata sempat berterimakasih sekali lagi.

Hinata lalu terdiam sebentar, sebelum mulai melepas bajunya. Dia merasa canggung kalau harus menanggalkan seluruh bajunya di kamar seorang cowok yang bahkan belum ia kenal baik. Tapi saat melihat pakaiannya yang jadi transparan karena basah, wajah Hinata kembali memerah. Dan dalam hati, Hinata bersyukur karena Sasuke berlaku baik padanya, meskipun sudah melihatnya basah kuyup dalam pakaian tersebut.

Hinata pun mulai membuka bajunya, dan juga pakaian dalamnya yang sudah basah karena hujan lebat, dan lalu memakai kaus lama Sasuke yang berukuran hampir dua kali lipat dari ukuran tubuhnya.

Beberapa saat setelah Hinata selesai mengganti baju, Sasuke berseru dari luar pintu,

"Kalau sudah, buka pintunya."

Dan Hinata pun segera membuka pintunya. Sasuke langsung menyerahkan sebuah laundry bag pada Hinata,

"Masukkan pakaianmu kesini."

Tanpa basa-basi, Hinata langsung mengangguk dan kemudian memasukkan semua pakaiannya yang basah kedalam laundry bag itu. Setelah itu, Sasuke bergegas pergi sambil membawa laundy bag tersebut.

"K-Kau... Mau kemana?" Hinata bertanya dengan ragu.

"Mengeringkan ini." Sasuke menjawab dengan ringan. Spontan, wajah Hinata memerah. Didalam kantung itu ada pakaian dalamnya, bagaimana kalau Sasuke melihatnya?

"Bi-biar aku saja!" Hinata langsung menghampiri Sasuke dan menyodorkan tangannya, meminta Sasuke untuk menyerahkan laundy bag itu padanya.

"Terserah kau saja."

Sasuke menyerahkannya pada Hinata dan kemudian menunjuk ke bawah tangga, "Belok kanan, kau akan menemukan mesin pengering."

Hinata kemudian mengangguk dan mengucapkan terimakasih pada Sasuke, dan langsung berlari kecil menuruni tangga dan menaruh pakaiannya di mesin pengering. Karena sepertinya akan memakan waktu agak lama, Hinata kembali naik ke lantai dua dan menuju kamar Sasuke.

Dengan hati-hati, Hinata membuka pintunya. Namun, Sasuke tidak ada didalam kamar itu.

'Mu-mungkin... Dia sedang ke toilet...?' Batin Hinata, menyimpulkan seenaknya.

Hinata lalu berdiri sebentar di ambang pintu dan memperhatikan kamar Sasuke itu. Memang agak sedikit berantakan, ada beberapa buku yang tidak tersusun di rak buku, meja belajar yang agak berantakan, dan tirai jendela yang tidak dirapikan dengan baik. Tapi secara keseluruhan, kamar Sasuke lumayan rapi, pikir Hinata.

Setelah sekitar dua menit berdiam diri didepan pintu kamar Sasuke yang terbuka, Hinata melangkahkan kakinya masuk ke kamar yang kosong itu, dan kemudian duduk di kasur Sasuke yang rapi.

'Semoga... Uchiha-kun tidak keberatan kalau aku duduk disini...' Batinnya.

Hinata duduk, dan kembali terdiam. Ia masih merasa canggung dan segan. Ia melihat keluar jendela, hujan masih turun. Memang tidak sederas tadi, tapi Hinata sepertinya masih harus menunggu sedikit lebih lama untuk dapat pulang kerumahnya.

Lima menit berselang, Sasuke datang sambil membawa segelas minuman hangat di tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya menggenggam sekaleng jus tomat favoritnya.

'Ternyata... Dia dari dapur?' Hinata membatin dalam hatinya.

Sasuke menyodorkan minuman hangat itu kepada Hinata,

"Minumlah." Ujarnya. Nada suara Sasuke terdengar sedikit canggung. Tentu saja, sebab ini pertama kalinya dia mendapat tamu perempuan yang berkunjung ke kamarnya. Akan sangat tidak sopan jika tidak menyuguhkan sesuatu, apalagi datangnya Hinata kesini karena ada pemaksaan, pikir Sasuke.

Hinata mengangguk pelan sambil meraih gelas itu. Hinata dapat menebak bahwa gelas itu berisi susu panas. Hinata memegang gelas itu dengan kedua tangannya, membuat telapak tangannya menerima kehangatan yang sama dengan susu panas itu.

"Terimakasih... Uchiha-kun..." Ujar Hinata pelan, sambil kemudian meniup permukaan minuman berwarna putih bersih itu, berharap suhunya sedikit menurun agar ia dapat meminumnya dengan mudah.

Sasuke hanya bergumam sebentar, lalu kemudian duduk di lantai sambil bersandar pada rak bukunya, membuka kaleng jus tomatnya, dan mulai meneguknya.

Melihat Sasuke yang duduk di lantai, Hinata langsung bangkit dari posisi duduknya,

"Ma-maaf, Uchiha-kun! K-kau bisa duduk disini..." Hinata berkata dengan terburu-buru. Rasanya tidak sopan kalau tuan rumah yang harus duduk di lantai, sedangkan tamu mendapat tempat yang lebih tinggi, pikir Hinata.

"Tidak us-"

Lagi-lagi,

wajah Sasuke memerah.

Saat Hinata berdiri dari posisi duduknya, Sasuke baru sadar kalau Hinata hanya memakai kaus miliknya yang kebesaran. Sepertinya Hinata melepas rok yang tadi ia pakai, karena basah tersiram hujan. Dan sekarang, kaki Hinata yang putih bersih terlihat jelas oleh Sasuke, mulai dari lima senti diatas lutut.

"...Sebentar." Ujar Sasuke pelan.

Sasuke berusaha sebisa mungkin agar nada suaranya tidak terdengar berantakan, dan dia sangat berikeras agar wajahnya tidak terlihat panik. Ia lalu berdiri, meletakkan kaleng jus tomatnya diatas mejanya dan kemudian membuka lagi lemari pakaiannya.

"A-ada apa...?" Tanya Hinata dengan lugunya. Saking tidak pekanya, sehingga ia tidak sadar bahwa penampilannya yang hanya memakai selembar kaus kebesaran itu sangat 'berbahaya'.

"Jangan bertanya." Sasuke mengaduk isi lemarinya. Sasuke tidak dapat menemukan sesuatu yang dapat dipakai Hinata untuk menutupi kakinya yang sangat atraktif. Sasuke diam-diam murka terhadap majalah dewasa yang sempat ia lihat tadi. Seandainya tadi dia tidak melihatnya, di otaknya sekarang tidak akan terlintas hal yang aneh-aneh yang bisa membuat karakternya berubah 180 derajat.

"K-kalau mencari sesuatu, a-akan kubantu," Ujar Hinata sambil melangkah mendekat pada Sasuke.

"Jangan mendekat!" Sasuke spontan berseru pada Hinata, yang kemudian terlihat agak kaget karena suara Sasuke terdengar agak menyeramkan. Sebenarnya Sasuke berseru demikian karena ia panik.

Biar bagaimanapun, Sasuke itu seorang laki-laki. Lebih spesifik, remaja laki-laki. Cowok mana yang tidak bereaksi kalau melihat seorang cewek yang begitu atraktif yang berpenampilan atraktif pula? Kalau Hinata mendekat, Sasuke justru akan semakin kalang kabut.

Tapi sialnya, karena kaget, gelas yang ada di tangan Hinata sedikit terguncang, sehingga susu panas itu tumpah seperempatnya ke lantai.

Dan sekarang, justru Hinata yang panik.

"Ma-ma-maaf! Maaf, Uchiha-kun! A-akan kubersihkan...!" Hinata berkata panik sambil meletakkan gelas berisi susu panas tersebut diatas meja. Lalu Hinata mengambil tisu yang ada diatas meja tersebut, kemudian menaruh lututnya di lantai dan mengelap tumpahan susu itu dengan panik.

Sasuke lalu melihat kearah Hinata yang sedang mengelap tumpahan susu di lantai. Susu yang tumpah cukup banyak, dan Sasuke tidak mau kalau lantai kamarnya lengket. Ia pun mengambil tisu dan membungkuk, hendak membantu Hinata mengelap tumpahan itu.

Dan...

Mata Sasuke, lagi-lagi menangkap objek yang membuatnya... kalang kabut.

Kaus yang longgar di badan Hinata itu, menggantung di lehernya saat ia membungkuk. Otomatis, Sasuke dapat melihat 'sesuatu' yang terdapat dibawah kaus itu.

Ya, dada. Sesuatu yang menjadi kelemahan kaum laki-laki.

Dan buruknya... Hinata tidak memakai pakaian dalam saat ini.

Sasuke terpaku, entah kenapa tidak dapat memalingkan matanya dari Hinata.

Dan lebih buruknya lagi, Hinata adalah seorang yang amat sangat tidak peka. Dia bahkan tidak sadar bahwa belahan dadanya dapat terlihat dengan jelas saat ini!

Sasuke tiba-tiba teringat, saat mengayuh sepeda tadi, dia merasakan ada benda lembut yang menempel pada punggungnya. Jangan-jangan, benda itu adalah...

'Berhenti melihat itu, baka!' Pikiran Sasuke berkecamuk, dia tahu dia tidak boleh melihat 'itu'. Sasuke lalu, untuk yang kesekian kalinya, meninju mukanya. Hukuman untuk dirinya sendiri, yang dilakukan dengan sekuat tenaga.

Namun, otak mesum Sasuke terus saja berulah. Bayangan di pikirannya tidak dapat dilenyapkan.

Apa boleh buat, Sasuke harus menyuruh Hinata duduk manis di ujung kasurnya. Kalau Hinata duduk diam, kecil kemungkinan Sasuke akan melihat hal-hal yang akan membayangi pikirannya, kan?

"Biar aku yang membersihkannya!" Sasuke berseru pada Hinata, untuk yang kesekian kalinya pula. Hinata langsung menghentikan gerakannya sesaat.

"Ke-kenapa...?" Tanya Hinata dengan polosnya.

Hinata tidak tahu bahwa ketidakpekaannya justru membawa malapetaka bagi Sasuke.

"Tidak usah bertanya, baka!" Ujar Sasuke. Hinata pun langsung bangkit dari posisinya, karena mendengar nada suara Sasuke meninggi.

"Ma-maaf..." Hinata menarik ujung kausnya, sambil menundukkan kepalanya. 'A-apa Uchiha-kun marah...?' Batinnya.

Saat Hinata menarik ujung kaus yang ia pakai, kausnya justru terlihat makin ketat dibagian dadanya. Dan entah mengapa, mata Sasuke selalu menangkap pemandangan-pemandangan seperti ini.

"Kau duduk saja disa-"

Nasib buruk kembali menimpa Sasuke. Saat akan menyuruh Hinata untuk duduk di ujung kasur, Sasuke tanpa sengaja menginjak genangan susu yang belum sempat dibersihkan seluruhnya.

Karena panik, dia tidak memperhatikan genangan susu itu.

Kaki Sasuke pun terpeleset, dan...

BRUK

"U-Uchiha-kun...?"

Sasuke dapat mendengar Hinata menyebutkan namanya, terdengar dekat sekali.

Tunggu, terdengar dekat? Dan kenapa... Rasanya lembut?

Sasuke dapat merasakan bahwa sekarang dia sedang menimpa kasurnya.

Sebentar, apa benar yang dia timpa sekarang itu kasur? Sasuke lalu mengangkat badannya, tanpa mengubah posisinya. Dan sekali lagi, wajah Sasuke memerah...

Menyadari bahwa bukanlah kasur yang ia timpa, melainkan Hinata Hyuuga,

yang jatuh bersamanya keatas kasur.

BRAK!

"Sasuke! Kenapa daritadi kau berisik seka-"

Itachi membanting pintu kamar Sasuke, dan langsung terpaku begitu melihat adiknya...

Bersama seorang perempuan yang hanya memakai selembar kaus,

Dan posisi mereka berdua... Cukup kontroversial.

Mereka bertiga terpaku. Terutama Hinata, wajahnya sangat merah sehingga tidak dapat dibedakan dengan warna jus tomat yang tadi diminum Sasuke.

Suasana benar-benar hening. Hujan yang tadi turun sudah berhenti seluruhnya. Yang terdengar sekarang hanyalah suara tetesan hujan yang mengalir dari dari tempat-tempat tinggi.

Sasuke dan Hinata tidak sadar, bahwa hujan sudah berhenti turun. Dan keributkan mereka sedari tadi, terdengar hingga ke kamar Itachi yang memang tidak jauh dari kamar Sasuke.

"A... A-Aku akan pulang...!" Ujar Hinata panik, disela-sela keheningan.

Dia langsung bangkit dari posisinya tadi, yakni dibawah tubuh Sasuke.

"Te-te-terima kasih atas semuanya... U-Uchiha-kun..."

Hinata langsung bergegas dengan paniknya, tanpa sempat menatap wajah Sasuke, ataupun Itachi yang berdiri di ambang pintu. Hinata melewati mereka begitu saja. Wajahnya benar-benar merah sekarang, dia sangat kaget karena tiba-tiba Sasuke menimpa jatuh badannya keatas kasur.

Dari kamar Sasuke, dapat terdengar gemuruh langkah kaki Hinata menuruni tangga, lalu berlari ke pintu depan dan suara Hinata membuka serta menutup pintu itu pun terdengar.

Sasuke masih terdiam, sementara Itachi berjalan masuk ke kamar Sasuke, dan menghampiri adiknya itu.

"Hei, Sasuke," Ujar Itachi pelan.

Sasuke tetap diam. Dia tidak ingin Itachi melihat wajahnya yang masih memerah.

"Maaf mengganggumu tadi. Tapi...

Ternyata kau hebat juga."

Itachi mengatakan hal yang tidak diduga oleh Sasuke. Sasuke pun langsung bertanya dengan nada suara yang penuh emosi,

"Hebat apanya, baka!"

"Maksudku..." Itachi berkata sambil menepuk pundak Sasuke,

"Aku bahkan belum pernah menyerang seorang perempuan, apalagi di kamarku sendiri."

Sasuke lalu terdiam beberapa saat,

urat tanda kemarahan muncul dikeningnya.

Dan dengan sekuat tenaga, Sasuke berteriak pada Itachi,

"Keluar kau dari kamarku!"

Itachi hanya senyum-senyum melihat Sasuke. Dia masih berpikir bahwa tadi adiknya itu benar-benar akan melakukan 'sesuatu', yang merupakan satu langkah menuju kedewasaan.

"Baiklah, aku keluar." Ujar Itachi sambil tersenyum, lalu menutup pintu kamar Sasuke dengan perlahan.

Satu hari yang benar-benar diluar dugaan bagi Sasuke. Dan benar-benar membuat pikirannya terkuras. Sasuke yang masih terbawa emosi pun berniat untuk tidur saja hingga hari yang penuh dengan hiruk pikuk ini berakhir.

Sasuke lalu melihat kearah kasurnya yang berantakan, benar-benar berantakan. Mungkin karena insiden tadi, saat Sasuke dan Hinata terjatuh ke kasur itu bersama-sama.

Sasuke berusaha melupakan apa yang terjadi padanya hari ini, dan lalu memegang ujung seprai kasurnya yang berantakan, sambil membatin dalam hatinya,

'Mulai saat ini, aku akan selalu membereskan kasurku sendiri.'

End


A/N: MAAF ATAS KETIDAKJELASAN CERITA INI -_-

Jadi, selesailah hari Sasuke yang penuh hiruk pikuk.

Dan sepertinya, akan ada side story dari fic ini, untuk menyelesaikan hal yang belum terselesaikan (?)

Terimakasih sudah membaca!