Disclaimer : I own nothing. Super Junior and all cast in this fic belong to GOD and their self. Hanya fic ini yang murni punya saya, Jung Hyun Hyo ^^ Don't copy without permission, please!

Main cast : – Kangin a.k.a Kim Youngwoon

- Leeteuk a.k.a Park Jungsoo

With all slight Super Junior official couple (HanChul, YeWook, HaeHyuk, KyuMin, SiBum, Shindong+Nari)

Warning : BL, shonen-ai, OOC, abal, typo(s). So, if you DON'T LIKE, DON'T READ! NO BASHING!

.

.

.

Chapter 1 : All Starts Here.…

"ANDWAEEEE! KYUHYUUN!"

Kangin tersentak saat mendengar teriakan menggelegar Leeteuk –yang otomatis menariknya kuat-kuat dari alam mimpi. Matanya mengerjap selama sedetik untuk mengumpulkan nyawanya yang tercerai-berai karena terbangun dengan sebuah kagetan. Setelah otaknya jernih, ia langsung turun dari tempat tidur dan menggoyangkan tubuh Leeteuk yang bersimbah keringat dingin di kasur sebelahnya.

"K-Kyuhyuuun! Andwaee!" teriak Leeteuk lagi. Kangin semakin panik dan cemas saat Leeteuk menangis dalam tidurnya, sementara kedua tangannya menggapai-gapai udara –seolah ingin menangkap sesuatu yang tidak kelihatan.

"Hyung! Bangun, hyung! Teuki-hyung!" sahut Kangin kencang –mengalahkan teriakan Leeteuk yang membahana di ruangan itu. Tubuh besarnya memegang kedua bahu Leeteuk dengan sangat kuat dan menggoncangnya kencang –mencoba membangunkan sang leader.

Semenit kemudian, terdengar suara derap langkah memburu dari luar. Oh, Tuhan. Mungkin teriakan Leeteuk sudah membangunkan seluruh penghuni dorm apartemen Super Junior.

"Hyung! Leeteuk-hyung! Gwaenchana?!"

"HEY, JUNGSOO, APA KAU BAIK-BAIK SAJA?!"

"Hyung! Kangin-hyung, buka pintunyaaa!"

Kangin mendengar teriakan gaduh dari depan pintu kamarnya, ditambah dan diiringi gedoran dan handle pintu yang terkunci dan berusaha dibuka paksa oleh salah satu member, namun ia tidak ambil pusing. Ia hanya fokus pada sang leader sekaligus kekasihnya yang berteriak semakin kencang.

"KYUHYUUUN! T-tolong… Dia… Jebal! Kyuu!"

"KANGIN-HYUNG, APA YANG TERJADI?!"

"Hyung, kumohon, buka pintunyaaa!"

DOK DOK DOK!

Kalau boleh jujur, kepala Kangin serasa mau pecah mendengar teriakan-teriakan yang bersahutan itu. Dengan amarah yang meluap-luap, Kangin berteriak tidak kalah kencang seraya menoleh ke arah pintu.

"DIAM SEMUANYAAA!"

Berhasil.

Tidak terdengar bunyi kasar lagi dibalik pintu itu, meski Kangin masih bisa mendengar suara bisikan antar member yang lumayan kencang. Dan saat ia menolehkan kepalanya ke arah Leeteuk, ia terperanjat menemukan sang leader sudah terbangun dengan mata berwarna merah muda sepenuhnya. Bola mata coklatnya seakan tenggelam dibalik genangan air matanya. Wajahnya yang putih, merah padam dihias peluh dan air mata yang bahkan tidak berhenti meleleh hingga detik ini. Keringat dingin di sekujur tubuhnya termasuk di kepalanya membuat poni coklat lembutnya berantakan. Nafasnya pendek, tersengal, dan putus-putus. Bibirnya pucat dan bergetar hebat sementara terengah-engah.

"Teuki-hyung… Gwaenchana?" tanya Kangin lembut seraya mengusap keringat di dahi Leeteuk. Sementara tangan yang satunya lagi ia tempatkan di belakang leher Leeteuk –memeluknya secara tidak langsung.

Betapa terkejutnya Kangin ketika Leeteuk memberontak kuat hingga membuat tubuh besar Kangin terdorong. Namja rakun itu terperangah saat Leeteuk turun dari tempat tidur seraya mengusap air mata dengan kedua punggung tangannya. Tergesa-gesa dan setengah terseok, Leeteuk berlari menuju pintu dan membuka kuncinya. Ia terdiam sejenak –bingung mendapati sebagian dongsaengnya berdiri di ambang pintu. Wajah Siwon, Kibum, Donghae, Eunhyuk, Heechul dan Shindong yang cemas memenuhi pikirannya. Namun, ia tersentak takut ketika tidak menemukan sang magnae disitu.

"KYUHYUN! ANDWAEE! MANA KYUHYUN?!" teriak Leeteuk histeris. Ia menerobos kerumunan dongsaengnya dan segera berlari menuju kamar Kyuhyun.

Dengan tubuhnya yang dalam keadaan baru bangun tidur, kepala Leeteuk serasa dihantam dengan palu saat berlari. Pusing sekali. Kakinya bergetar hebat –belum siap diperintah dan dikoordinasikan oleh otak yang nyawanya baru terkumpul seperempat. Keringat mengalir semakin deras dari keningnya –membuat rasa takut sang leader memuncak. Namun ia tidak peduli. Jantungnya mungkin tidak akan berhenti berdebar kalau belum menemukan Kyuhyun.

Kenapa ia, Eunhyuk, dan Shindong bisa baik-baik saja? Lalu kemana Kyuhyun? Apa ia masih di rumah sakit dalam keadaan kritis? Kenapa ia seketika sudah sehat?

Pertanyaan itu menghantui kepala Leeteuk dan berdenging di telinganya. Dengan tangan gemetar, ia mendobrak pintu kamar KyuMin dengan cukup keras. Seketika, ia membatu menemukan Kyuhyun –yang sedang bermain PSP dengan santainya di atas tempat tidur, sementara Sungmin –sepertinya– sedang memarahi Kyuhyun dengan berceloteh kesal di sampingnya.

KyuMin menoleh serempak ke arah pintu saat mendengar bunyi dobrakan yang keras. Pandangan mereka berdua berubah heran menemukan sang namja tertua muncul di ambang pintu dengan keadaan kacau.

"Teuki-hyung, gwaenchana? Ada apa hyung?" tanya Kyuhyun cemas.

"Hyung? Astaga, apa yang terjadi denganmu, hyung?" tanya Sungmin tidak kalah cemas. Tak urung, dua namja itu merinding ketakutan ketika Leeteuk justru terkekeh pelan alih-alih menjawab pertanyaan mereka berdua.

Pandangan Leeteuk mengabur saat itu juga. Ia ingin sekali menangis lega menemukan sang magnae baik-baik saja. Kelegaan menjebol dinding kecemasannya yang berdiri tegak dan kokoh. Kyuhyun baik-baik saja. Ya, namja termuda itu sudah sehat.

Kedua kaki Leeteuk gemetar hebat saat otaknya diserang ribuan memori.

Ya ampun, kejadian itu berlangsung tahun 2007, dan sekarang sudah tahun 2008, tentu saja mereka baik-baik saja!

Kyuhyun memang sempat mengalami masa kritis, namun ia berhasil melewatinya.

Wajah dongsaengnya yang menangis saat menjenguknya di rumah sakit. Terutama Kangin yang selalu mengelus kepalanya lembut dengan tatapan sedih.

Saat ia beristirahat dirumahnya.

Bagaimana Sungmin dan Yesung dengan penuh kesabaran yang selalu merawat dan membantunya.

Leeteuk membeku. Ya, semua itu sudah berlalu. Yang tadi itu mungkin saja mimpi. Tapi… Kenapa rasanya nyata sekali? Leeteuk bersumpah, ia sama sekali tidak berbohong saat mengatakan bahwa ia seolah mengalami kecelakaan itu lagi. Otaknya membeku takut.
Dengan tubuh bergetar hebat, Leeteuk seketika ambruk ke lantai. Kepalanya seakan mau pecah saat mendengar bunyi kepala bagian belakangnya yang menghantam lantai kayu tersebut. Bergema di telinganya dan semakin kuat, seolah kepalanya terantuk berulang lagi.

Leeteuk meringis. Ia memandang nanar langit-langit kamar Kyuhyun dan Sungmin. Air matanya meluncur tanpa bisa ia kendalikan. Rasanya ia mau mati saja. Sungguh tekanan mental yang luar biasa berat.

Dan yang terakhir Leeteuk lihat adalah wajah panik Kangin yang berhambur ke arahnya, diikuti seluruh dongsaengnya. Mereka menyerukan nama Leeteuk kencang. Lalu semuanya gelap.

.

.

.

Kangin mengusap wajahnya stress. Ia sungguh penat. Kepalanya hampir meledak mengetahui Leeteuk –orang yang ia sayangi sekaligus leader yang ia hormati sepenuh hati terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

Namja yang kerap disebut sebagai 'appa' Super Junior itu melirik jam tangannya. Sudah 20 menit lebih sang Prince Manager ada di dalam ruang rawat Leeteuk dan menjaga kekasihnya itu. Sang leader sudah terbaring tidak berdaya tanpa kesadaran sejak pagi. Dongsaeng-dongsaengnya sudah pergi untuk live perform di KBS. Kalau ada yang bertanya, mereka hanya akan menjawab kalau Leeteuk kelelahan hingga dilarikan ke rumah sakit.

Cklek.

Kangin langsung berdiri ketika pintu terbuka dan menampilkan sosok tampan sang manager. Wajahnya yang sumringah membuat Kangin mengambil kesimpulan kalau… Leeteuk sudah sadar! "Bagaimana, hyung? Leeteuk-hyung sudah bangun?" tanya Kangin tanpa basa-basi. Sang manajer –dengan wajah lelah, mengangguk seraya mengulas sebuah senyum tipis. "Ia ingin bertemu denganmu. Masuklah, tapi jangan membuat keributan."

Tanpa berkata sepatah kata pun lagi, Kangin langsung masuk dan menutup pintu di belakangnya dengan sangat hati-hati. Ia menghela nafas pelan mengetahui Leeteuk masih menutup matanya. Hidungnya ditutup oleh sebuah selang oksigen, sementara di kedua punggung tangannya tertancap infus yang mengalirkan cairan –entah apa. Huf, tidak apa-apalah. Mungkin namja tertua itu masih beristirahat.

Kangin duduk di bangku putih di sisi tempat tidur. Ia pandangi wajah cantik yang terbaring itu lekat-lekat. Wajah itu cantik, memesona, berwibawa, sekaligus… sayu, dengan gurat lelah yang tersirat jelas. Namja itu mengulurkan tangannya dan mengelus pipi sang 'umma' Super Junior dengan lembut.

Leeteuk membuka matanya lemah mengetahui sesuatu yang lembut dan penuh kehangatan menyentuh pipinya. "Ah… Kangin-ah…" sahutnya tanpa daya.

Kangin tersenyum lelah. Matanya menatap lekat-lekat kedua mata coklat indah Leeteuk untuk menenangkan sang namja cantik. Kelereng matanya menangkap sinar penuh kecemasan dan permintaan maaf Leeteuk. Mungkin Leeteuk merasa tidak becus menjadi seorang leader dengan keadaannya yang seperti ini. Selalu. Pasti.

"Tidak apa-apa, Teuki-hyung… Semua baik-baik saja. Bagaimana keadaanmu?" tanya Kangin lembut sembari mengelus surai almond Leeteuk. Leeteuk menutup matanya sejenak saat merasakan dadanya berdesir hangat menerima perlakuan Kangin yang begitu memanjakan. Dan Leeteuk semakin merasa hangat saat membuka mata dan mendapati namja di hadapannya tersenyum –membuat kedua matanya menyipit dan memamerkan deretan gigi putihnya. Manis sekali. Kangin's angel smile tidak pernah kalah menawan dibanding senyumnya sendiri.

"Kepalaku pusing…" sahut Leeteuk jujur. Yah, dari tadi kepalanya berdenyut kencang. Sebenarnya Leeteuk ingin mengatakannya pada manajer tadi, tapi ia tidak mau berurusan dengan dokter. Sudah cukup. Mungkin denyut di kepalanya ini akan hilang kalau… Kalau ia bertemu Kangin…

Tanpa disuruh, Kangin sedikit mencondongkan tubuhnya dan memijat pelan kening Leeteuk –membuat sang namja cantik itu tercekat. Benar firasatnya. Denyut menyakitkan itu perlahan memudar, dan hilang setelah Kangin memijatnya beberapa lama dalam keheningan. Leeteuk mendesah lega –membuat senyum yang lebih lebar terpampang di wajah berwibawa Kangin.

"Gomawo, Kangin-ah… Aku sudah merasa lebih baik…" sahut Leeteuk jujur. Kangin hanya membalasnya dengan senyuman. Tangan kanan Kangin menyusup ke bawah selimut dan menemukan apa yang ia cari. Jemari kecil Leeteuk langsung ia genggam erat untuk menyalurkan kehangatan tubuhnya. Leeteuk tersenyum mengetahui Kangin diam-diam memegang tangannya erat.

"Dimana yang lain?" tanya Leeteuk. Kangin kembali mencondongkan tubuhnya –membuat Leeteuk mengernyit tidak mengerti–, dan –

CHU ~

CHU ~

"Mereka di KBS. Live perform. Tenang, media hanya tahu kalau hyung kelelahan hingga dirawat di rumah sakit." jawab Kangin santai setelah mencium kedua pipi Leeteuk yang membuat wajah Park Jungsoo memerah. Leeteuk hanya diam –menikmati rasa hangat yang menjalar di pipinya karena malu. Uh ~

Kangin tertawa, lalu melanjutkan. "Yah, dan apa yang seharusnya dilakukan seorang appa kalau sang umma sakit? Tentu saja harus menjagainya hingga ia sadar kan? Itulah contoh suami yang baik." canda Kangin.

DEG!

Wajah Leeteuk yang sudah berwarna pink hingga memerah sepenuhnya hingga Kangin semakin tidak bisa menahan tawanya. Jujur saja, namja rakun itu senang melihat Leeteuk tersipu malu seperti ini. Ia manis kan? Dan kalau mau dihitung, masih sangat jarang orang yang mampu membuat wajah Leeteuk merona.

Leeteuk sendiri –walau dalam posisi berbaring–, ia sibuk menetralkan detak jantungnya yang bergejolak gila-gilaan. Mungkin kalau ada mesin pendeteksi detak jantung di ruangan ini, ia akan langsung mengenyahkannya. Terbayang betapa malunya ia kalau Kangin tahu. Heuh!

"Y-yah, aku juga bisa menjadi suami yang baik!" sahut Leeteuk tidak terima –sekaligus mengalihkan perhatian Kangin dari wajahnya. Ia tidak mengerti kenapa namja bertubuh tambun namun tegap itu suka sekali menatapnya.

Kangin menaikkan sebelah alis. "Heu ~ Kau hanya akan menjadi 'istri'ku, hyung. Kau tidak boleh menjadi milik orang lain. Kau hanya milikku."

Blush ~

Oh, ya ampun. Wajah Leeteuk bisa-bisa meledak. Meskipun Kangin –mungkin– hanya bercanda soal peng-klaim-an atas dirinya, namun tetap saja…

Kangin tiba-tiba bertanya dengan raut serius sebelum Leeteuk sempat menimpali kalimat Kangin. "Hyung, sebenarnya apa yang semalam kau impikan? Kenapa kau begitu panik dan ketakutan saat bangun?"

Leeteuk mengerjap. Ia membuka mulutnya untuk menjawab, namun otaknya memerintahkannya untuk diam dengan sangat keras. Seolah bekerja sama dengan si otak, lidah Leeteuk kelu, belum dengan tenggorokannya yang tercekat.

"A-aku –ump!"

Leeteuk melotot kaget ketika Kangin sudah berada di hadapannya tanpa ia sadari dan mengecup bibirnya pelan. Ia tidak sanggup bereaksi. "Jangan bohong padaku, hyung. Kumohon. Selain diri hyung sendiri, hanya aku yang tahu bagaimana keadaan hyung. Dan aku tidak tahu harus melakukan apa kalau hyung kenapa-kenapa." sahut Kangin lembut. Namja yang paling suka kalau ada yang memanggilnya dan Leeteuk dengan 'KangTeuk' itu menyapu bibir Leeteuk lembut dengan ibu jarinya.

Tidak tahan lagi, akhirnya Leeteuk menceritakan semuanya pada Kangin dengan air mata yang satu per satu menerobos keluar dan menjebol dinding kecemasan Leeteuk. Namja itu sungguh tidak tahan kalau harus menjabarkan apa yang ia impikan tadi… Mengerikan!

Super Junior's Dorm, 20.34 PM

"YEEEEEEEE, LEETEUK-HYUNG PULAAAAAAAAAAAAAAANG!"

"Teuki-hyung! Teuki-hyung, gwaenchana?!"

"Leeteuk-hyuuuuuung! Bogoshipooooooooo!"

Teriakan yang memekakkan seluruh dorm Super Junior itu pecah saat Leeteuk yang digendong bridal style oleh Kangin masuk ke dalam ruangan besar tersebut. Leeteuk reflek mengeratkan pelukannya pada lengan Kangin karena kaget. Matanya melotot melihat ruang tamu dorm yang berantakan oleh snack dan cola juga bungkus makanan delivery.

Kangin melirik tajam pada orang-orang yang dengan suksesnya memecahkan kedua gendang telinganya. "BERISIK!" geramnya singkat. Leeteuk hanya tertawa lemah.

Ketiga orang yang tadi berteriak –Ryeowook dan duo EunHae langsung menghapus senyuman lebar di wajah mereka saat melihat dan menyadari bahwa di tangan kiri Leeteuk masih tertancap jarum infus. Dan mereka kompak memasang wajah cemas saat Leeteuk melepas satu lingkar tangannya dan menahan kantong infus di perutnya yang hampir jatuh.

Selain ketiga orang tadi, tidak ada yang berbicara. Semua namja disana hanya tersenyum lebar mengetahui Leeteuk sudah pulang kembali, namun mereka juga memasang raut yang tidak kalah mencemaskan melihat gerakan sang leader barusan.

Kangin mendengus, lalu berusaha mendudukkan Leeteuk di sofa. Ia menyuruh Yesung, Siwon dan Sungmin yang sedang duduk di sofa untuk memberikan Leeteuk ruang untuk duduk, yang langsung dipatuhi oleh ketiga orang tersebut. Tidak mungkin kan, ia menyuruh Shindong dan Hankyung yang sedang duduk di sofa single untuk minggir?

"Terima kasih, Kangin-ah… Hei, semuanya, bagaimana live perform kalian? Sukses kan?" tanya Leeteuk penasaran saat Kangin mendudukkan tubuhnya dengan lembut di sofa. Namun, dongsaengnya tidak ada yang menyahut maupun menjawab. Semua perhatian adik-adiknya berkumpul di tubuhnya, membuat Leeteuk merasa sedikit risih.

"Hyung, gwaenchana? Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Kibum khawatir. Stik PS yang tadi ia genggam sewaktu bertanding dengan Kyuhyun ia lempar begitu saja, lalu ia beringsut mendekat ke sofa.

"Aku baik-baik saja. Tubuhku memang sudah tua, sepertinya, hahaha." canda Leeteuk. Namun usahanya untuk mencairkan suasana gagal. Masih tidak ada yang bersuara. Kyuhyun yang biasanya menganggap candaan itu lucu dan meledeknya habis-habisan saja, sekarang diam sambil menggenggam stik PSnya lebih erat. Ia hanya memandang penuh kekhawatiran pada Leeteuk.

"Ayolah, dongsaengdeul ~ Aku baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan ~ " sahut Leeteuk pasrah. Ia mengibaskan tangannya untuk memberitahu bahwa ia baik-baik saja.

"Kau… tidak marah melihat dorm berantakan seperti ini, Jungsoo?" tanya Heechul tidak sopan.

Leeteuk tersenyum dan memperlihatkan deretan gigi putihnya yang manis nan rapi. Sedetik kemudian, ia tertawa dan menggeleng. Untuk saat ini, entah kenapa, Leeteuk justru tidak bisa marah melihat dorm yang sangat hancur lebur dan berantakan ini, karena, jujur saja… Leeteuk merasa tidak asing dengan suasananya. Serasa seperti… pulang ke rumah.

Para member menghela nafas lega mendengar tawa lepas dan tulus sang leader. Mereka tersenyum dan mulai beraktivitas seperti biasa. Siwon bangkit dari sofa dan duduk di belakang Kibum –menyemangatinya saat Kibum mulai menyalakan PS dan bertanding melawan Kyuhyun. Heechul kembali menyemangati Kyuhyun –sesekali memukul belakang kepala Kyuhyun ketika menurutnya Kyuhyun melemah dalam game. Hankyung hanya tertawa melihat itu semua, sementara Shindong menyaksikan pertandingan Kyuhyun dan Kibum sambil memakan snack.

Kangin dan Leeteuk tersenyum. Kalau sedang tersenyum seperti ini, terlihat sekali kalau mereka adalah sosok umma dan appa Super Junior yang berwibawa. Dua detik kemudian, Kangin menepuk pundak Yesung, lalu membisikkan sesuatu di telinganya. Yesung mengangguk, lalu ia berdiri dari sofa dan mengikuti Kangin ke dapur.

Ryeowook langsung menyambar tempat duduk Yesung dan menggenggam erat lengan Leeteuk –layaknya seorang anak yang mengkhawatirkan umma-nya dengan memeluk tangan sang ibu untuk menyemangatinya. "Hyung mau aku masakkan sesuatu? Masih ada beberapa bahan makanan di kulkas, jadi kalau sup hangat aku masih bisa buat!" sahutnya semangat.

Leeteuk tertawa. "Mungkin nanti saja, Wookie-ah, sebelum aku tidur, jangan sekarang." Bukan apa-apa, sejujurnya, Leeteuk takut. Ia tahu Kangin sedang memberitahukan keadaannya pada Yesung. Kalau Ryeowook tahu, maka mungkin member Super Junior juga semuanya tahu.

"Hyung, hyung sebenarnya sakit apa sih? Kok infusnya belum bisa dilepas?" tanya Eunhyuk penasaran. Ia menyambar tempat duduk yang tadi diduduki Siwon dan menggait lengan kiri Leeteuk –seperti Ryeowook. Matanya berbinar penuh rasa penasaran pada Leeteuk dan kemudian ia mengusap-usapkan pipinya pada Leeteuk –seperti anak kucing yang minta dimanja.

Sementara, Donghae duduk di sebelah Eunhyuk dan bertanya dengan polosnya. "Tapi Leeteuk-hyung tidak akan mati, kan?" Pertanyaan itu sukses mengakibatkan kepalan tangan Eunhyuk mendarat di kepalanya.

BLETAK!

"Appo!" sahut Donghae memelas.

"Yah, jangan berisik semuanya! Leeteuk-hyung kan lagi sakit!" teriak Ryeowook keras. Ia memajukan bibirnya ketika semua orang mengacuhkan dirinya.

"DI SITU! TEMBAK DI SITU! ARRGH, PABBOYA KYUHYUN! SINI, BIAR AKU SAJA YANG MAIN! Rugi aku menyemangatimu, huh!" sahut Heechul kencang karena kesal dan geram. Namja cantik itu menjitak kencang kepala Kyuhyun ketika magnae itu tidak mau melepaskan stiknya. Kyuhyun merengut, dan dengan benjol setinggi 2 meter di kepalanya, ia melanjutkan permainan dengan Heechul yang berteriak persis di kupingnya.

Kibum tersenyum. Ia tidak mempedulikan teriakan semangat dari Siwon di belakangnya –matanya tertuju lekat pada layar TV.
Benar-benar gaduh dan berisik.

Tapi, inilah 'rumah'nya. Inilah keluarga keduanya. Leeteuk tersenyum.

.

.

.

Yesung mengangguk-angguk mendengar penjelasan Kangin. "Jadi… Leeteuk-hyung terkena amnesia?"

Kangin menelan ludah dan mengangguk.

"Dan… Amnesia itu menyusahkannya, dimana ia menjadi tidak ingat hal-hal tertentu, justru yang penting-penting?"

Kangin mengangguk lagi, kali ini seraya menggaruk belakang lehernya.

"Lalu… Kau memintaku menjaga rahasia ini dan memerhatikan Super Junior –terutama Leeteuk-hyung yang keadaannya lebih rentan sekarang ini secara diam-diam karena tidak ingin Leeteuk-hyung merasa khawatir dan tidak becus?"

Kangin, untuk yang kesekian kalinya, mengangguk lagi.

Yesung menghela nafas. Lalu ia ikut mengangguk –setuju dengan ide Kangin.

.

.

.

TOK TOK!

"Hyung ~ "

"Ah, nee, Wookie-ah, masuk saja!" teriak Leeteuk dari dalam. Ryeowook membuka pintu kamar dan masuk dengan semangkuk sup hangat dan segelas teh hangat di tangannya. Leeteuk yang sedang membaca sebuah buku di atas tempat tidur tersenyum. "Nee, gomawo, Wookie-ah. Sudah, taruh di meja itu saja, jangan repot, nanti aku yang ambil sendiri. Gomawo, Wookie-ah." sahut Leeteuk lembut melihat Ryeowook bingung menempatkan kedua benda itu supaya Leeteuk mudah memakannya. Ia sungguh berterimakasih pada salah satu magnae itu yang masih mau repot-repot di dapur saat waktu tidur untuk membuatnya merasa lebih baik.

"Ah, tentu, hehe ~ Aku tidur ya, hyung! Jaljjayo!"

"Jaljjayo, Wookie-ah!"

Leeteuk mengangguk saat Ryeowook keluar. Persis saat pintu ditutup, Kangin yang baru selesai menggosok giginya keluar dari kamar mandi. "Nuguya?" tanyanya.

"Ryeowook. Dia membuatkanku sup." Leeteuk melirik ke arah sebuah mangkuk sup yang tersaji dengan asap halus yang bergulung di atasnya. Wajahnya penuh senyum. Kangin menyeringai. "Tumben si magnae itu bisa sopan. Biasanya kurang ajar tidak ketulungan."
Leeteuk tertawa. Tawanya sungguh renyah dan enak di dengar. Kangin diam-diam memperhatikan Leeteuk. Namja cantik bersurai almond itu manis sekali kalau tertawa. Lesung pipitnya muncul dan deretan gigi putihnya sangat memesona. Matanya menyipit lucu dan kedua ujung bibir yang tertarik membuat pipinya menggembung imut. Manis ~

Kangin mengedikkan bahu, lalu menyambar mangkuk sup dan duduk di tepi tempat tidur Leeteuk. "Ayo, hyung. Aku suapi."

Leeteuk mengerjap, lalu sedetik kemudian ia menggeleng malu. Pipinya merona pink. Huh, Kangin jadi ingin menciumnya ~

"Ngomong-ngomong hyung, hyung besok tidak bekerja kan?" tanya Kangin seraya menyuap sup ke dalam mulut Leeteuk. Yah, setelah beberapa kali paksaan, belasan kali ciuman –termasuk di bibir dan pipi Leeteuk, dan beberapa kali bujukan, Kangin berhasil membuat Leeteuk mau makan disuapi olehnya.

Leeteuk menyingkirkan poninya dan mengangguk. "Aku ada jadwal besok. Tiga. MC, Sukira, lalu KBS."

Wajah Kangin mengeras tidak suka. "Sampai jam berapa?"

Leeteuk memasang wajah berpikir. Ia mengingat beberapa lama sebelum menjawab. "Kalau tidak salah, sampai jam 10 malam, tapi paling terulur lagi. Jadi… jam 12-lah, paling tidak."

Kedua mata Kangin membulat mendengarnya. "Apa?! Jam 12? Hyung sudah gila? Hyung itu lagi sakit, kenapa memaksakan diri sih?!" tanya Kangin tidak percaya.

"A-aku… Yah, tidak mungkin aku meninggalkannya. Hari ini saja aku sudah melewatkan dua perform, satu MC, dan dua reality show, jadi…"

"Hyung tidak ingat keadaan hyung?"

Leeteuk menghela nafas lesu. Ia menunduk dan memainkan jari-jarinya. "Tapi…"

Kangin tersenyum. Dengan lembut, Kangin mengangkat kepala Leeteuk dengan ibu jari yang diletakkannya di dagu Leeteuk. Lalu ia mengecup bibir merah itu pelan. Hangat dan warna merah adalah sesuatu yang menjalar di kedua pipi Leeteuk. "Kumohon, hyung. Aku hanya ingin hyung beristirahat, tiga hari saja, tidak usah lama-lama. Otak hyung pasti sudah lelah dengan ribuan informasi, kenapa harus menambahnya lagi? Hyung harus istirahat. Dan aku akan menemani hyung selama tiga hari ini."

Giliran mata Leeteuk yang membulat. "Tapi…!"

"Aku appa-nya. Dan aku juga sudah meminta izin. Boleh kok ('meski susahnya setengah mati,' tambah Kangin dalam hati). Oke, Teuki?" tanya Kangin. Ia memanggil nama Leeteuk langsung dan mencium pipi bulat Leeteuk. Sang leader menunduk dan tersenyum malu-malu.

.

.

.

"Kyu?"

Kangin memanggil sosok tinggi yang sedang duduk di dapur itu. Magnae berambut madu tersebut termangu menatap mesin dispenser dengan dagu yang ditopang kedua telapak tangan. Kangin membawa mangkuk bekas sup dan gelas bekas teh itu ke tempat cuci piring dan membasahinya dengan air, sementara Kyuhyun hanya melirik punggungnya. "Kyu, kau tidak tidur? Nanti sakit. Kau besok ada jadwal kan?"

Kyuhyun hanya menghela nafas sebagai jawaban. Sedetik kemudian, ia berkata. "Hyung, aku boleh tanya sesuatu?"

Kangin membilas mangkuk dengan air sabun. "Tentu. Tanya apa?"

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan Leeteuk-hyung? Aku cukup yakin kalau ia tidak hanya kelelahan. Dari tadi aku perhatikan dia memegang kepalanya terus dan menerawang kosong. Ia kadang mengerjap bingung kalau aku tanya. Kalau Leeteuk-hyung memang kelelahan, ia pasti tidak akan bertindak bodoh. Ia pasti akan langsung makan, minum obat, lalu tidur cepat supaya ia bisa beraktivitas lagi. Tapi, tadi Leeteuk-hyung tidak seperti itu." beber Kyuhyun panjang lebar. Analisanya yang cerdas dan hebat membuat Kangin hampir menjatuhkan mangkuk yang sedang ia cuci.

Mengendalikan diri, Kangin menjawab dengan nada cuek untuk menenangkan degup jantungnya yang melompat-lompat. Ya ampun, magnae ini tidak boleh tahu sekarang! "Ya, kurasa juga begitu. Leeteuk-hyung perlu banyak istirahat. Ia sudah seperti robot yang tidak pernah dimatikan."

"Leeteuk-hyung sudah tidur?" tanya Kyuhyun penasaran. Kangin mengangguk.

"Lalu, apa yang sebenarnya Leeteuk-hyung pikirkan? Jujur saja, aku cemas dan kaget setengah mati ketika pagi tadi Leeteuk-hyung masuk ke kamar dengan keadaan kacau dan memanggil namaku keras, lalu pingsan. Hyung tidak bertanya pada Leeteuk-hyung? Selama perform tadi aku teringat Leeteuk-hyung terus…"

Pertanyaan Kyuhyun sekali lagi membuat gelas keramik yang sedang dibilas Kangin oleh air hampir terlepas dari tangannya. Namun, untung saja posisinya yang memunggungi Kyuhyun membuat si magnae itu tidak bisa melihat ekspresi yang terpatri di wajah Kangin. Kangin cepat-cepat memasukkan gelas dan mangkuk itu ke dalam lemari. "Aku tidak tahu, Kyuhyun. Tadi aku memang bertanya, tapi Leeteuk-hyung tidak menjawab. Kau tanyakan saja pada Leeteuk-hyung besok. Sekarang sebaiknya kau tidur."

"Tapi –"

"Cepat tidur." potong Kangin cepat sebelum Kyuhyun mulai mencerocos lagi soal Leeteuk. Ia memutar tubuhnya dan memicingkan mata pada sang magnae –menyuruhnya kembali ke kasur. Kalau begini, aura seorang 'Ayah' sangat terpancar dari tubuh Kangin. Ia terlihat seperti seorang ayah yang ngotot dan mati-matian menyuruh anaknya tidur karena tidak mau sang anak jatuh sakit lagi. Luar biasa.

Kyuhyun mencibir. Namja yang mengenakan piyama tidur itu akhirnya berdiri dan mengacak rambutnya. Sambil lalu, ia menjawab. "Nee, appa."

Kangin menghela nafas lega. jujur saja, ia sulit menjadi orang yang paling tahu tentang keadaan Leeteuk. Terjepit. Di satu sisi, ia ingin memberitahukan keadaan Leeteuk pada seluruh member agar selalu ada yang bisa mengawasinya kalau-kalau terjadi sesuatu. Namun di sisi lain, Kangin tahu, harga diri Leeteuk sebagai seorang leader pasti terluka. Ia pasti tidak mau 'peristiwa kecil' ini membuatnya tidak bisa mengendalikan sahabat-sahabatnya menuju prestasi yang lebih baik.

Dan menyembunyikan hal yang paling kecil sekalipun adalah perkara sulit kalau kau adalah member Super Junior –yang sudah saling terikat seperti satu keluarga kecil. Mereka sudah tahu kebiasaan masing-masing. Mereka saling tahu apa yang dilakukan masing-masing member sebelum dan sesudah bangun tidur. Mereka saling tahu apa yang masing-masing dari mereka rasakan hanya dengan menatap lurus bola mata sang hyung atau dongsaeng.

Kangin mematikan lampu dapur dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Well, mungkin ia tidak harus memikirkan semuanya sekarang. Pelan-pelan saja, seiring waktu.

.

.

.

TBC

Mohon maaf, chapter depan baru bisa Hyo cantumkan Review Reply ^^'

Tolong tinggalkan feedback dan komen berarti. Terima kasih ^^

Next chapter is update soon. So leave me a comment ^^

Follow me : Hyojunghyun