Darah. Darah. Darah. Hanya itu yang bisa ia lihat di ruangan ini. Cairan pekat berwarna merah begitu mendominasi ruangan yang ia tempati.

Ia tidak tahu apa yang terjadi. Ia hanya bisa menatap saat makhluk buas bertaring panjang itu memangsa satu persatu penghuni rumah ini. Apalah yang bisa ia perbuat? Sedangkan ia hanya seorang anak kecil berumur lima tahun. Jangankan melawan, membaca dan berhitung saja ia belumlah mampu melakukannya.

Anak laki-laki itu terlihat ketakutan. Perlahan ia menghampiri seseorang yang ia yakini sebagai ibunya. Digoncangkannya tubuh ibunya itu. Tak bergerak. Sudah pasti sang ibu takkan bergerak lagi karena nyawanya sudah melayang. Tubuh sang ibu berlumuran darah akibat sabetan kuku tajam yang berasal dari makhluk buas tersebut.

Matanya menengok ke arah sang ayah. Nasibnya pun tak berbeda jauh dengan sang ibu. Tergeletak tak bernyawa dengan tubuh berlumuran darah. Apa yang sedang terjadi sebenarnya? Apa yang terjadi pada kedua orang tuanya? Apa yang terjadi pada mansionnya ini?

"Ummaappa…" sang anak memanggil lirih. Ia begitu ketakutan. Ia menangis. Tak ada lagi makhluk hidup yang menghuni mansion ini. Semuanya sudah mati. Dan hanya tinggal ia sendiri di sini. Sendiri…

Sang anak menangis dengan kerasnya. Hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini. Ia ingin bersama ayah dan ibunya. Tapi… mereka…

"Hoo… rupanya masih ada manusia di mansion ini."

Sang anak berhenti menangis. Dengan mata yang masih mengeluarkan air mata dan isakan yang masih terdengar, sang anak mendongak. Untuk melihat siapa yang telah berucap tersebut.

"Halo anak kecil yang manis." Sapa makhluk itu. Ia menyeringai, memamerkan giginya yang runcing dengan lapisan darah di sekitar bibirnya. Terlihat sekali kalau makhluk itu habis memangsa.

Sang anak kecil hanya bisa melihat tanpa bisa berbuat apa-apa. Ia pun tidak tahu, makhluk apa di depannya ini. Setahunya, manusia tidaklah mempunyai gigi setajam dan seruncing itu.

"Baumu sangat harum, anak kecil." Ujar makhluk itu lagi. Ia mendekati anak itu dan berjongkok, untuk mengetahui rupa anak itu. "Siapa namamu, hm?"

Dengan polosnya ia menjawab, "Lee Sung Min." Bahkan saat ini ia mengira bahwa makhluk ini adalah penyelamatnya. Tanpa tahu apa yang akan terjadi nanti.

"Lee Sung Min, ya?" Sang makhluk terkekeh kecil. Makin menampakkan giginya yang runcing tersebut. Ia pun mencengkram kedua bahu anak tersebut. Membuat sang anak meringis kesakitan.

"Sakit, Paman. Sakit. Lepaskan Min…" Sang anak merintih. Airmata kembali mengalir dari matanya yang terpejam. Apalagi saat kuku-kuku tajam makhluk itu menusuk kulit putih mulusnya.

"Melepasmu? Jangan membuatku tertawa!" bentaknya keras. Namun setelah itu ia tertawa dengan kerasnya. Sang anak yang bernama Sungmin itu tak pernah dibentak sebelumnya. Alhasil, ia menangis keras.

"Andwae! Lepaskan Min, lepaskan Min!" Sungmin mencoba memberontak. Tapi apa daya, kuku-kuku itu malah makin menancap dalam. Membuat darah perlahan-lahan mengalir dari luka tersebut. Sungmin menangis sejadi-jadinya.

Sang makhluk buas tersebut kembali tertawa. "Kini saatnya untuk mencicipi darahmu yang harum itu, Anak Kecil."

Merasa ada nada berbahaya dari ucapannya makhluk yang mencengkramnya itu, Sungmin kembali memberontak dengan isakan tangis yang kuat. Berkali-kali ia mencoba menghentakkan tangannya, tapi nyatanya makhluk itu terlampau kuat.

Saat taring makhluk itu menuju lehernya, Sungmin hanya bisa terpaku. Ia membelalakan matanya, tak sanggup bergerak sedikitpun…

Crash!

"Ugh!" Cairan pekat merah tua membasahi baju Sungmin. Ia masih terdiam. Mencoba mencerna apa yang telah terjadi. Bisa ia lihat wajah makhluk bertaring itu meringis kesakitan. Di dada makhluk itu pun bolong. Dan pada akhirnya jatuh di pangkuan Sungmin. Lalu tak seberapa lama, makhluk bertaring yang sudah tak hidup itu pun menghilang.

Sungmin mendongak. Melihat siapa yang telah membunuh makhluk bertaring tersebut. Mata yang masih mengeluarkan airmata itu membuatnya tak bisa melihat dengan jelas siapa yang membunuhnya. Dengan lengan kemeja yang masih dipakainya, ia gosokkan bekas airmata yang masih menghalangi pandangannya. Barulah ia sekarang bisa melihatnya.

"Lee Sung Min." Ujar makhluk di depannya. "Apa kau yang bernama Lee Sung Min?"

Sungmin yang masih memandang makhluk tersebut hanya bisa mengangguk membenarkan. Ia tak tahu apakah makhluk yang di depannya ini baik atau jahat. Tapi tak ada salahnya bagi Sungmin untuk menjaga diri.

Makhluk itu pun mendekati Sungmin. Dan refleks, Sungmin bergeser mundur untuk menghindar.

"Jangan takut. Aku bukanlah orang jahat. Justru aku ingin menolongmu, Lee Sung Min."

Sungmin terdiam di tempatnya. Ia masih saja memandang rupa dari makhluk itu. Tampan, tentu saja. Tapi bagi Sungmin, wajah itu hanya terlihat menarik untuknya. Bahkan kata 'tampan' pun ia tidak mengerti artinya.

Makhluk itu mendekati Sungmin, kemudian berjongkok di hadapannya. Tangan itu terjulur, menghapus jejak-jejak airmata di pipi mulus Sungmin.

"Kau hanya sendiri. Semua anggota keluargamu tidak ada yang selamat."

Sungmin tetap terdiam. Bahkan ia membiarkan saja pemuda tak bernama ini mengusap wajahnya. Membersihkan jejak-jejak airmata dan membersihkan noda darah di wajahnya. Terasa sangat dingin sekali saat tangan itu mengusap wajahnya.

"Apa kau ingin membuat kontrak denganku?"

Sungmin memerengkan kepalanya, bingung. "Kon…trak?"

"Ya." Jawab pemuda itu. "Buatlah kontrak denganku. Dengan begitu, selama aku masih bernapas, aku akan terus mengabdi padamu."

"Mengabdi?" Ulang Sungmin.

"Ya. Dan sebagai balasannya…" Pemuda itu menjulurkan tangannya ke arah luka yang ada di bahu Sungmin. Ia mencolek sedikit darah dari luka itu, "Kau harus memberikan darahmu ketika aku membutuhkannya."

Sungmin tidak terlalu mengerti apa yang dikatakan oleh makhluk di depannya ini. Tapi ia bisa merasakan bahwa makhluk di depannya ini menawarkan bantuan kepadanya. Ya, saat ini ia membutuhkan pertolongan. Dan dengan begitu ia mengangguk. Menandakan ia menerima kontrak tersebut.

Makhluk di depannya tersenyum. Senyum yang sangat bahagia. Tangannya mengusap wajah Sungmin yang tak ternoda itu. "Ini sedikit sakit." Makhluk itu menarik kepala Sungmin ke samping, memberikan akses makhluk itu agar bisa melihat lehernya yang putih tersebut. "Dan ingatlah bahwa aku di sini tidaklah menyakitimu."

Kejadiannya terlalu cepat. Sungmin terkejut. Lehernya kini tertancap dua pasang taring yang terus menekan lehernya. Sakit dan terasa dingin. Membuat Sungmin ingin berteriak. Tapi tak bisa… tangan itu… tangan dari makhluk itu menutup erat mulutnya. Mencegahnya untuk berteriak sekerasnya.

Sungmin tak menduga bahwa darahnya akan dihisap seperti ini. Ini sangatlah sakit. Dan tak terasa airmata kembali meleleh. Sakiiit… Sungmin ingin memberontak. Tapi makhluk itu memeluknya erat. Seolah enggan untuk melepasnya.

Kesadarannya tak bisa ia pertahankan lagi. Karena rasa sakit itu, ia tak mampu mempertahankannya. Perlahan lahan… kelopak matanya tertutup. Dan pada akhirnya ia terkulai lemas.

Makhluk itu melepaskan gigitannya di leher Sungmin. "Kontrak selesai." Ia memandang wajah Sungmin yang tampak sangat polos ketika tidur. Tidak. Makhluk itu tidak membunuh anak kecil nan manis itu. Anak kecil tersebut hanya tidak tahan akan rasa sakit itu. Pada akhirnya ia pingsan di pangkuan makhluk itu.

Sang makhluk tersenyum. Ia mengelus rambut Sungmin dengan sayang. Kemudian ia mengangkat tubuh anak itu dalam gendongannya. Ia biarkan kepala anak itu bersandar dengan nyaman di dadanya.

"Aku, Cho Kyu Hyun. Mulai sekarang aku adalah pengabdimu, Tuan Muda Lee Sung Min."

Dengan begitu, kedua makhluk berbeda jenis itu meninggalkan mansion yang penuh dengan gelimpangan mayat dan ceceran darah merah pekat.

There is Always You

Present By: Haren

Main Cast: Kyuhyun and Sungmin

Don't Like Don't Read

...

Prolog end

TBC

Gimana chingu dengan prolognya? Apakah fanfic ini layak buat dilanjutkan? Kalau pengen dilanjutin, komen ya ^^

Tanpa komen, Haren tidak tahu apakah fanfic ini layak publish apa nga.

Oh ya, ada yang bisa menebak fanfic ini ntar temanya seperti apa? Mudah banget kok :3

Ok, minta reviewnya~