a/n: Halo readers! Author kembali dengan chapter terakhir dari Help me, Prince! Sebelumnya terima kasih banyak yang sudah membaca fic yang selalu terbengkalai ini T^T terima kasih sudah menunggu selama dua tahun sampai cerita ini selesai T^T terima kasih banyak yang sudah setia membaca fic ini dari awal sampai akhir cerita T^T hiks, author terharu T^T. Maafkan bila ada kesalahan kata dalam fic ini, lalu maafkan author juga karena sudah sangat membuat readers sekalian menunggu lama sekali T^T. Jadii.. semoga chapter ini bisa disukai readers sekalian T^T.

Untuk Mey Mey Hinamori, kazufika, Viona H A, Akira-Bellachan, Fujimoto Hanami, karinokazune, lulu m amry, dan ayu. dinarwati. Terima kasih banyak sudah mereview^^ Author tidak bisa berkata apa-apa lagi karena saking senangnya karena sudah reviewT^T Semoga chapter berikut juga disukai ya~ Mohon maaf tidak di balas satu persatu m(_ _)m


Selamat membaca~^^~

Disclaimer: Kamichama Karin & Kamichama Karin chu © Koge Donbo

Warnings : AU, OC, OOC, miss typo, dll

.

.

.

~*Help me, prince!*~


Gadis manis yang merupakan putri dari Kerajaan Eastern tampak begitu serius memperhatikan setiap kata yang tertulis di buku yang ia pegang sekarang. Buku yang sudah terlihat tua dan berjudul The History itu mempunyai informasi yang ternyata sangat berkaitan dengan situasi di Kerajaan Western. Buku yang menyimpan segudang informasi tentang kekuatan yang sudah diturunkan sejak jaman dahulu kepada mereka pewarisnya, Pangeran dan Putri dari setiap kerajaan.

"Dalam buku ini dikatakan bahwa kekuatan para pewaris itu akan semakin kuat bila mereka saling berdekatan dan mempunyai ikatan batin yang kuat. Selain itu kejadian seperti ini pun pernah terjadi sebelumnya, dimana Blackguard mengincar kekuatan terbesar di antara para pewaris dan… mengambil kekuatannya dengan membunuh seseorang itu." Ujar Kazusa membacakan isi dari buku itu.

Rika yang mendengarkan merasa takjub karena ia baru tahu bahwa kekuatan para pewaris mempunyai sejarah yang menarik. Selama ini dirinya hanya tahu bahwa kekuatan itu untuk melindungi kerajaan masing-masing, ternyata setelah mendengar ceritanya, Rika tahu bahwa kekuatan itu saling berhubungan dan menguatkan satu sama lain.

"Tapi, apa dalam buku itu tercantum bagaimana Blackguard gagal mengambil kekuatan terbesar dari para pewaris itu?" tanya Rika penasaran. Kazusa masih saja diam menilik-nilik setiap sub bab yang mungkin berkaitan dengan yang Rika tanyakan tadi. Tujuannya membaca buku itu bukan lain lagi untuk mencari cara menghentikan segala peperangan yang sedang terjadi ini.

"Eh?" serunya sedikit terkejut.

Sekilas matanya menemukan kata kunci 'masalah' dalam halaman yang sedang ia baca, tetapi ia masih bingung dengan apa arti dari kalimat itu.

"Umm, apa maksud dari kalimat ini? 'Satu masalah tidak akan selesai bila satu langkah tidak di lakukan'?" tanya Kazusa kepada Rika barang kali dirinya tahu. Tapi bila hanya satu kalimat itu saja sepertinya masih terlihat abu-abu dan sulit untuk diketahui apa maksudnya.

"Mungkin ada kelanjutannya?" tanya Rika sembari mendekati Kazusa dan melihat buku itu.

"Kelanjutannya… ah ada! Disini dikatakan, 'jadikan kesombongan itu bening tanpa bekas'. Jadi? Apa maksudnya?" Kazusa semakin bingung dengan kalimat yang begitu menyusahkan. Rika sendiri tidak bisa berbuat apa-apa karena dirinya tidak terlalu pandai menebak semacam teka-teki.

"Aku tidak terlalu mengerti, tapi setelah membaca dua kalimat itu aku hanya bisa menalarnya. Setiap masalah memang tidak akan selesai bila kita tidak berbuat apa-apa," ujar Rika hampir seperti mengulang kalimat itu.

Kazusa semakin geremat karena ia tidak bisa menemukan arti dari kunci masalah yang sedang ia hadapi. Ia terus menyambung-nyambungkan keadaan saat ini dengan arti 'jadikan kesombongan itu bening tanpa bekas'.

"Apa mungkin untuk kalimat yang kedua, kesombongan itu mengarah pada suatu kata benda dan bening tanpa bekas itu mungkin secara kasarnya… dihapuskan? Dihilangkan? Dimusnahkan? Tapi kenapa?" lagi-lagi ucapannya berujung dengan pertanyaan. Ia bingung harus mencari tahu arti itu kemana. Tidak ada yang bisa membantunya selain Rika di ruangan itu sekarang.

"Bila benar seperti yang Putri katakan, mungkin kesombongan itu merupakan kekuatan gelap lalu untuk mengalahkannya kita harus merencanakan satu strategi untuk menghapuskannya?"

"…"

"…"

"… AH! KAU PINTAR SEKALI RIKA!"

.

.

.


[Kazune POV]

Aku tidak bisa bergerak. Kekuatan Jin yang menyerap kekuatan Karin membuat kekuatanku juga melemah. Tidak hanya diriku, orang-orang yang berada di sekitarku pun tidak ada yang bisa menggerakkan tubuhnya. Aku saja yang mempunyai kekuatan seperti Karin tidak bisa bergerak, apalagi mereka yang tidak mempunyai kekuatan sama sekali.

"AHAHAHA! Ini hebat! Aku bisa menguasai dunia dengan kekuatan sebesar ini! HAHAHA!" Jin bersorak dengan keras. Rasanya aku ingin menghajarnya, aku sangat kesal dengan apa yang ia lakukan pada Karin!

"K-Kau..!" dengan emosi yang bergejolak aku hanya bisa mengucapkan satu kata itu. Aku berusaha semakin keras untuk menggerakan tubuhku, tapi semuanya sia-sia. Aku tidak bisa menggerakan tubuhku karena setiap kali aku menggerakan tubuhku kekuatanku pun semakin melemah.

Sekilas aku melirik pada pengawal pribadiku yang tadi sedang mengobati Michi, tapi saat itu juga aku mendapat tatapan penuh arti dari Michi yang kebetulan sekali sudah berlutut di tempatnya ia berpijak.

'Pangeran, bisa mendengar suaraku?!' ujar suara dalam pikiranku. Bagus, aku beruntung karena tadi aku melirik pada mereka.

'Aku mendengarmu, Michi. Bagaimana dengan lukamu?' tanyaku sedikit khawatir dengan luka yang ia dapat setelah bertarung melawan Jin. Saat aku datang sebelumnya ia sudah terlihat sangat kepayahan. Tapi sepertinya ia sudah agak baikan sekarang karena ia bisa berkomunikasi denganku dengan pikirannya.

'Terima kasih sudah mengkhawatirkanku. Tapi ada yang lebih penting lagi yang harus aku sampaikan padamu, Pangeran. Cara untuk mengalahkan Jin—'

'Apa?! Kau tahu caranya?!' tanyaku memotong perkataannya.

'Iya, satu-satunya cara untuk menghentikan Jin adalah dengan menyatukan seluruh kekuatan para pewaris, mereka harus saling berdekatan dan menyerahkan seluruh kekuatan mereka pada pewaris yang mempunyai kekuatan terbesar, yaitu Putri Karin.'

Aku terdiam memikirkan kata-kata Michi. Saat ini cara untuk mengalahkan Jin sudah diketahui, tapi untuk melakukan hal itu, semua pewaris harus bersatu dan dimana lagi pewaris kekuatan itu selain aku, Karin, dan Kazusa?

'Yang kita butuhkan sekarang tinggallah Putri Kazusa, aku berusaha menghubunginya tapi sepertinya jarak tempat ini dengan Putri Kazusa terlalu jauh,'

Lagi-lagi aku diam mencerna kata-kata Michi. Apa maksudnya hanya tinggal Kazusa yang harus datang? Bukannya hanya ada aku dan Karin di sini?

'Bukannya kita butuh empat orang? Bila hanya dengan Putri Kazusa, kita masih kurang satu orang lagi!' ujarku mengotot. Tapi setelah aku mengatakan hal itu, Michi merespon dengan agak lama sampai membuatku menunggu.

'…'

'… Ada apa?'

.

'Umm, apa aku lupa memberitahumu

bila aku adalah salah satu pewaris juga?'

.

.

"APA?!" suaraku keluar begitu kencang karena saking terkejutnya. Michi dan yang lainnya pun sepertinya ikut terkejut dengan suara lantangku. Tapi aku tidak memikirkan hal itu, aku hanya memikirkan, jadi selama ini Michi adalah pewaris juga? Berarti dirinya adalah salah satu pangeran juga?

Drap drap drap drap!

Suara langkah kaki kuda terdengar mendekati wilayah tempatku ini dan membuyarkan pikiranku tentang Michi. Sekilas dua kuda berlari mendekati kami, tetapi saat hampir mendekati kami, Michi berseru dalam pikiranku.

'Tunggu! Diam di sana Putri Kazusa!' serunya melarang. Aku terkejut lagi saat mendengar bahwa Kazusa datang tanpa pengawal satu pun, meskipun ia bersama Rika. Kenapa dirinya bisa keluar istana?

'Pangeran Michi? Pangeran Kazune?' tanyanya sedikit bingung, mungkin karena ia baru pertama kali berkomukasi melewati media ini.

'Bila kau mendekat kau tidak akan bisa bergerak. Lebih baik Anda menjauh dari tempat ini Putri Kazusa!' seru Michi sedikit memerintah. Aku setuju dengannya, karena bila Kazusa sama-sama terperangkap disini, maka tidak akan ada lagi yang bisa mencari bantuan.

'Aku tahu tentang hal itu. Maka aku kesini untuk membebaskan kalian.' Jawab Kazusa sembari mengucapkan suatu kalimat yang tidak aku mengerti dan tiba-tiba saja tubuh kami bercahaya biru.

Criiing!

Tidak lama setelah cahaya itu pudar aku bisa menggerakkan tubuhku kembali.

"A-Aku bisa bergerak kembali!" ujarku tidak percaya. Mereka pun yang terbebas dari perangkap Jin ternganga dengan apa yang dilakukan Kazusa.

Tapi sebaliknya dengan Jin, ia kembali menampakkan wajahnya yang seram itu dan menatap kami dengan sinis. "KALIAN—!"

"I am god!"

Kazusa turun dari kudanya dan bertransformasi. Gaunnya berubah dan tongkatnya pun muncul dengan bersinar terang. Jin terlihat sedikit tersilaukan dengan cahaya transformasi Kazusa, dan saat itu juga aku mendengar kata-kata yang baru kali ini membuatku merinding selain perkataan Jin…

"Aku tidak akan segan-segan melawanmu, Jin Kuga."

.


[Karin POV]

"Helllooo?! Ada orang disini?!" tanyaku pada entah siapa. Lagi lagi aku berada di tempat yang asing. Setelah terjatuh ke lubang hitam, aku baru sadar bahwa aku sudah diam di suatu tempat yang sangat gelap sampai aku tidak bisa melihat sama sekali. Aku mencoba menggapai-gapai apapun yang ada di dekatku tapi tidak ada sama sekali yang dapat aku gapai. Saat ini aku seperti berada di ruangan kosong.

"Dimana ini sebenarnya? Kenapa aku berada di tempat ini?" tanyaku sekali lagi sebelum aku mendapatkan cahaya yang tiba-tiba menyilaukan mataku. Sinar itu begitu terang sampai aku tidak sanggup membuka mataku. "S-Sinar apa itu?!

Tapi perlahan sinar itu tertutupi oleh bayangan orang, lebih tepatnya bayangan beberapa orang yang tidak dapat aku lihat wajahnya.

"Siapa di sana? Apa kau tahu dimana ini?! Hey! Tolong jawab aku!" seruku pada sosok itu. Ia terdiam masih menutupiku dari sinar cahaya yang berada di belakangnya. Aku pun mencoba mendekatinya tapi saat itu juga mereka berjalan mundur seperti menyuruhku untuk mengejarnya.

"Tunggu! Aku butuh bantuanmu! Hey!" Aku berlari mengejarnya yang semakin jauh dariku. mereka bergerak menuju sumber cahaya itu dan aku pun tidak mempedulikan ada apa di balik sumber cahaya itu, yang penting untukku sekarang adalah mengejarnya, aku tidak ingin sendirian di tempat gelap seperti ini.

"Karin…" aku terkejut saat namaku dipanggil oleh seseorang. Atau mungkin yang memanggilku adalah mereka?

"Teman-temanmu sudah menunggu.. mereka menunggu kebangkitan dari kekuatan para pewaris." Masih dalam keadaan mengejar sosok itu aku mendengarkan suara itu mengiang di telingaku. Ucapannya sedikit tidak aku mengerti, tapi apa yang dimaksud kebangkitan dari kekuatan para pewaris?

"Dan ingatlah, Karin. Kekuatan besar itu tidak akan ada artinya bila kau tidak mempunyai kepintaran. Aku tahu kau mengerti. Jaga baik-baik kawan-kawanmu."

Wushh!

Saat kalimat terakhir itu selesai, angin kencang berhembus dari sumber cahaya itu dan menghilangkan sosok mereka menjadi debu. Pada awalnya angin itu membuatku terpental kembali menjauhi cahaya itu, tapi lama kelamaan, arah angin itu berbalik dan dengan seketika tubuhku tertarik ke sumber cahaya itu.

.

.

.


[Normal POV]

BYARRR!

Ledakan besar terdengar di tengah lapangan rumput hijau yang kini di serbu oleh prajurit dari berbagai kerajaan. Ratusan prajurit yang mengenakan pakaian dominan biru berasal dari Kerajaan Northern, warna dominan putih kebiruan berasal dari Kerajaan Eastern, warna dominan putih kehijauan berasal dari Kerajaan Southern, dan warna dominan hijau berasal dari Kerajaan Western yang sekaligus tuan rumah.

Semua prajurit itu tidak datang tiba-tiba, mereka di perintahkan langsung oleh Pangeran dan Putri mereka untuk membantu menyelesaikan masalah yang menyangkut seluruh kerajaan setelah mereka bebas dari perangkap Jin.

Ledakan itu pun terjadi karena saat itu juga para pewaris kekuatan legendaris itu bersatu dan melakukan rencana mereka untuk menyudahi peperangan antara Blackguard dengan para pewaris itu.

"KUNCI KEKUATANNYA SEKARANG!" perintah Kazune pada Kazusa dan Michi. Ketiga pewaris selain Karin itu dengan segala upaya sudah berhasil mengambil posisi mereka mengelilingi Jin dan Karin yang berada di tengah mereka. Mereka melakukan langkah awal untuk mengalahkan kekuatan Jin yang menyerap kekuatan Karin. Kini dengan berkumpulnya para pewaris, kekuatan Karin akan semakin besar.

"Pangeran Kazune! Pasukan blackguard sudah mulai mengepung para prajurit!" seru Kazusa sembari masih menggunakan kekuatannya membelenggu Jin bersama kekuatan Kazune dan Michi.

"Serahkan semuanya pada para prajurit. Kita tidak bisa melakukan langkah kedua bila kita tidak terfokus pada kekuatan kita sendiri!" jawab Kazune dengan susah payah.

Para pewaris mengerahkan seluruh kekuatan mereka untuk membelenggu Jin karena Karin berada di tangannya, dengan hal itu Karin akan mendapat tambahan kekuatan dan juga Jin terbelenggu tidak bisa menyerap kekuatan Karin. Tetapi langkah kedua tidak akan bisa berhasil bila Karin tidak sadarkan diri, dan ketiga orang itu hanya bisa berharap agar Karin dapat mendengar suara batin mereka.

Boom!

Serangan api hitam hampir saja mengenai tepat kepada Kazune, Michi dan Kazusa. Mereka berhasil menghindar tetapi api yang membentur tanah itu sedikit menciprat pada mereka.

"K-Kya!" jerit Kazusa saat api itu mengenai tangannya yang mulus. Terlihat luka-luka di sekujur tubuh mereka meskipun mereka sudah berhasil menghindar.

"P-Pangeran Kazune, apa cara ini akan berhasil? Bagaimana bila Putri Karin tidak sadarkan diri juga?! Jin pasti akan terus menyerang kita!" ujar Michi yang sudah mulai kelelahan dengan menyalurkan kekuatannya pada Jin dan Karin.

Kazune terdiam, ia tidak tahu apa lagi yang harus ia lakukan. Ia hanya terus berusaha menggapai Karin dari batinnya. Mereka, hanya mempunyai satu harapan…

"—Putri Karin!—"

.

.

.


[Karin POV]

"—Putri Karin!—"

.

Aku mendengar mereka. Mereka meneriaki namaku. Aku pun merasa bila kekuatanku kembali, bahkan lebih kuat.

Flash!

Mataku terbuka dan mendapatkan diriku ini sudah melayang di tengah kumpulan prajurit dan ketiga orang yang sangat aku kenal. Kazusa, Michi, dan Kazune. Mereka sudah bertransformasi dan kini mereka menyalurkan kekuatan masing-masing pada… diriku?

"A-Ada apa ini?" aku bertanya dan melihat pada tubuhku yang ternyata memancarkan cahaya putih keemasan. Aku merasakan kekuatanku yang sangat banyak, gaun yang aku pakai pun tidak seperti biasanya, tongkatku berbeda bentuk dan kekuatan ini… sangatlah besar.

"Putri Karin!" seruan namaku mengalihkan perhatianku dan berasal dari arah depanku. Ternyata Kazune memanggilku, ia terlihat luka-luka, bukan hanya dirinya, tapi Kazusa dan Michi pun sama-sama terlihat kelelahan dan terluka.

"K-Kazune?" aku masih belum bisa mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Lalu aku melihat di sampingku, Jin yang terbelenggu dengan cahaya putih keemasan yang mirip dengan kekuatanku sekarang.

"Kami tidak bisa berbuat lebih dari ini! Sekarang tinggal dirimulah yang bisa mengalahkannya!" seru Kazune yang kini jatuh berlutut menopang tubuhnya yang sudah mulai kehabisan kekuatannya. Aku sedikit khawatir dengan mereka, tapi mendengar perintah Kazune itu membuatku teringatkan dengan ucapan yang berada dalam mimpiku.

'Kekuatan besar itu tidak akan ada artinya bila kau tidak mempunyai kepintaran'

"K-kekuatan ini. Satu-satunya cara untuk mengalahkan kekuatan gelap… tapi apa yang harus aku lakukan?" bisikku dengan panik. Aku tidak tahu harus melakukan apa dengan kekuatan sebesar ini?

'Karin, Karin! Jangan panik!' seruan familiar terdengar di pikiranku. Aku menatap seseorang yang memanggilku itu dan kini ia sudah hampir tidak bisa bergerak lagi, Kazune, ia sudah tergeletak mengatur napasnya dengan berat.

"P-Pangeran Kazune!" jeritku tidak percaya karena ia akan sampai mengerahkan kekuatannya sampai seperti itu. Aku tidak bisa, aku tidak bisa membiarkan semua ini berlanjut!

Aku melayang menghampiri Kazune melihat keadaannya. Syukurlah dia masih bernapas. Lalu aku melirik kesamping kanan dan kiriku, terlihat Michi dan Kazusa pun sudah kelelahan seperti Kazune.

"Tidak.. aku tidak ingin semua ini terjadi..!" seruku dengan kesal. Air mataku mulai bercucuran menetes pada wajah Kazune yang berada di pangkuanku. Aku tidak ingin melihat teman-temanku menderita seperti ini. Aku tidak ingin!

Tap

Tangan dingin menyentuh wajahku yang dibasahi oleh air mata. Saat aku membuka mata, saat itu juga tatapanku terpaku pada mata biru safir milik Kazune. Sangat indah dan menenangkan. Tangan dinginnya itu mengusap lembut air mataku yang jatuh.

"K-Karin. Bodoh, t-tugasmu adalah menghancurkan kekuatan kegalapan.. b-bila kau ingin menyelamatkan kami.. lakukan yang seharusnya kau lakukan.. Karin.." ujar Kazune dengan lemas, senyuman tipis yang lembut pun membuat hatiku meleleh. Air mataku berhasil dibuat menderas dengan senyuman itu.

"Tapi—"

Trak! Crash!

Suara retakan terdengar dari arah Jin, mataku terbelalak hebat saat melihat serpihan kekuatan para pewaris untuk membelenggu Jin berjatuhan.

"Huh?!" aku membalikkan tubuhku dan saat itu juga aku tercekik dengan tangan yang kuat.

"Ack!" tubuhku terangkat dengan satu tangannya. Aku berusaha melepaskan diri tapi cengkraman tangannya sangatlah kuat.

"Kau tidak akan bisa mengalahkanku! RASAKAN INI!" genggaman tangannya semakin keras saat kalimatnya selesai dan ia mendorongku ke tanah membuatku berbenturan langsung dengan tanah. Tongkatku pun terlempar agak jauh saat aku di dorong oleh Jin.

"K-Kh! J-Jin!" Aku sulit bernapas karena cengkraman tangannya yang tidak ia lepas dan aku berusaha menggapai tongkatku. Wajahnya yang kulihat sudah sangat-sangat liar, aku tidak bisa mengenali Jin saat ini.

"K-karin!" seruan namaku lagi-lagi terdengar dari Kazune. Tapi Kazune, Michi, dan Kazusa sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena kekuatan mereka sudah dikerahkan semua kepadaku.

"Pengganggu harus dimusnahkan!" Jin mengarahkan satu tangannya pada Kazune lalu melempar Kazune dengan kekuatan gelapnya, kemudian ia melakukan hal yang sama terhadap Michi dan Kazusa.

Duar!

Ledakan terdengar saat mereka terpental karena kekuatan Jin. Aku panik. Aku semakin panik dan ketakutan bila terjadi apa-apa dengan mereka.

"J-Jin! Hentikan!" seruku sembari mengarahkan tanganku pada Jin dan mengeluarkan api yang berkobar putih keemasan dari tanganku. Berhasil, Jin melepaskan tangannya dari leherku dan ia melompat agak jauh dariku. Lantas dengan sigap aku mengambil tongkat sebelum Jin menyerang kembali. Benar saja, saat aku mengambil tongkatku, Jin sudah mengumpulkan kekuatannya di tangannya. Dan kekuatan itu… sangatlah besar.

"Kali ini giliranmu. Kau tidak akan bisa kabur lagi! KALIAN JUGA AKAN DIHABISI BOLA API INI! AHAHAHAHA!"

Wush!

Bola api hitam besar itu terlempar ke arahku. Mataku terbelalak hebat saat aku melihat betapa besarnya bola api itu, diameternya bisa mencapai lima meter. Aku tidak akan bisa menghindari bola api itu karena bila menghindar pun hasilnya akan tetap mengenai seluruh orang di sekitarku. Apa yang harus aku lakukan untuk melawan bola api itu?! Bagaimana bila orang-orang terkena bola api itu?!

"HANCURKAN DIAA! AHAHAHA" suara itu membuatku takut.

Aku terpaku diam di tempatku berada kini menanti bola api itu menghadang. Aku tidak bisa berbuat apa-apa.

.

.

.

(Time stop)

'Bodoh! Jangan menyerah begitu saja!'

Aku terkejut saat mendengar suara Kazune dalam pikiranku. Bukannya Kazune tadi—

'Putri Karin.. kami selalu bersamamu. Jangan menyerah!' Eh? Suara ini… Kazusa?

'Putri Karin, kau pasti bisa! Kami mendukungmu!' kali ini, Michi?!

Mereka kenapa bisa…?

'Karin. Apa kau menyerah setelah di ujung perjuangan kita?'

Perjuangan kita. Perjuangan yang kita tempuh sampai memakan korban. Apa aku harus menyerah setelah kini berada di puncak perjuangan?

.

.

.


"Tidak. AKU TIDAK AKAN MENYERAH!" seruku sembari menggengam erat tongkat yang aku dapat dari kekuatan para pewaris. Ya. Aku akan mengerahkan seluruh kekuatanku meskipun nyawaku adalah taruhannya. Demi semua perjuangan ini!

CRIIIING!

Dengan cepat aku mengumpulkan kekuatanku di satu titik di hadapanku dan membuat cahaya itu berbentuk sangkar di sekitarku, bola api hitam itu, dan Jin. Kalian tahu apa yang aku lakukan?

Ya benar, dengan begini aku akan meredam ledakan yang akan terjadi dan orang-orang di luar sangkar cahaya ini tidak akan terkena. Jin sepertinya tidak menyangka bahwa aku akan melakukan hal ini. Ia terlihat sangat terkejut dengan keputusanku. Iya, keputusan terakhirku untuk menyelamatkan semua kawan-kawanku. Memerangkap diriku bersama Jin dalam ledakan yang ia buat.

"Tidak! Kau tidak boleh melakukannya! Hentikan!" seru Jin dengan panik. Aku hanya terdiam menunggu bola api hitam itu datang padaku. Tidak ada yang bisa kuperbuat lagi. Kali ini aku bisa tersenyum. Akhirnya aku bisa melakukan sesuatu untuk mereka yang sudah mengorbankan kekuatan mereka untukku.

'Karin! Apa yang kau lakukan! Hentikan!' seru Kazune dengan keras. Aku tidak bisa meresponnya, aku takut bila aku menjawabnya akan mempengaruhi keputusanku yang sudah bulat ini.

'Putri Karin! Aku mohon jangan lakukan hal itu!' seru Kazusa dalam pikiranku dengan panik. Lalu Michi, 'Putri Karin! Masih ada cara yang bisa kau lakukan!' ujarnya.

Tapi mendengar suara mereka, aku… aku menangis. Aku sedikit takut, tapi aku senang karena aku bisa menyelamatkan nyawa orang-orang yang aku sayangi.

Lantas tanpa mendengarkan ocehan yang lain, aku menatap Jin dengan dingin.

"Jin, aku tidak menyangka bahwa semua yang terjadi akan berakhir dengan keadaan seperti ini. Kau senang bukan aku akan mati? Itu keinginanmu bukan?" tanyaku sembari tersenyum.

"K-kau—!"

"Semoga setelah kejadian ini akan muncul kebaikan.

Benarkan Jin?" tanyaku sekali lagi.

Sebelum…

.

.

.

.

BOOOOOM!

.

.

.

.


{2 tahun kemudian}

Kejadian yang mengguncang seluruh kerajaan pun akhirnya menjadi sejarah yang tidak akan terlupakan. Kejadian itu berakhir dengan kedamaian, meskipun sampai sekarang Putri dari Kerajaan Western dan Jin belum ditemukan setelah ledakan besar yang hampir mengancam nyawa orang banyak. Setelah kejadian itu, para pewaris pun kehilangan kekuatan mereka dan kini mereka menjalani hari-hari mereka menjadi pangeran dan putri di kerajaan masing-masing.

Michi, kembali ke kerajaannya setelah perang melawan Blackguard dan Putri Karin menghilang. Kazusa kembali ke kerajaannya dengan rasa kehilangan, kehilangan seorang temannya, Putri Karin, dan ia kehilangan tunangannya, Jin. Sedangkan Kazune, ia kembali ke kerajaannya bersama Himeka dengan rasa… bersalah. Ia menyesal karena telah membiarkan Karin melakukan hal bodoh semacam itu.

Andai dirinya bisa membalikkan waktu, mungkin ia lebih baik menukar posisinya dengan Karin…

[Kazune POV]

Sudah dua tahun Karin menghilang. Sudah dua tahun pula aku sering mengunjungi Kerajaan Western. Raja dan Ratu Kerajaan Western memperbolehkanku untuk datang sesuka hati karena mereka sudah merasa sangat dekat denganku. Aku pun sudah merasa dekat dengan mereka. Tapi setiap aku mengunjungi istana… yang aku pikirkan hanyalah Karin.

"Pangeran Kazune, selamat siang!" Sapa seseorang membuatku sedikit terkejut. Aku segera membalikkan tubuhku untuk melihat siapa yang menyapaku itu dan kembali terkejut saat mendapatkan Michi berjalan menghampiriku.

"Pangeran Michiru? Sedang apa kau disini?" tanyaku kepadanya. Untuk informasi, aku ini sedang berada di Kerajaan Western untuk melihat keadaan kerajaan ini, tapi lebih tepatnya… untuk mencari informasi tentang keberadaan Karin.

Melihat kedatangan Michi ke kerajaan ini sangatlah kebetulan, sudah lagi aku tidak terlalu sering berkunjung ke kerajaannya. Maka dari itu aku merasa beruntung telah datang ke kerajaan ini.

"Aku sedang melakukan pekerjaanku untuk mempererat kerjasama antara kerajaan. Jadi kebetulan sekali kita bertemu disini, bukan?" tanya Michi sembari menebar senyum. Aku mengangguk mengerti lalu menjabat tangannya sebagai sapaan formal.

"Iya benar. Um, bagaimana bila kita ke pergi ke ruang tamu saja agar kita bisa berbincang-bincang lebih leluasa?" tanyaku mengajaknya.

"Oh baiklah. Kau duluan, Pangeran Kazune." ujar Michi sembari memberiku jalan. Aku mengangkat tanganku dengan arti 'terima kasih' kepada Michi lalu mulai berjalan menuju ruang tamu di istana Kerajaan Western ini bersama Michiru di belakangku.

Sampai di depan ruang tamu yang terlihat begitu ekstravagan itu kami terdiam sebentar karena melihat beberapa pengawal tengah berjaga di depan ruang tamu. Aku menatap Michi dengan wajah bingung dan Michi pun sama-sama heran dengan situasi saat ini. Lantas aku menghampiri mereka dan bertanya kepada para pengawal itu.

"Apa sedang ada tamu penting?" tanyaku. Para pengawal itu menghormat dahulu kepada kami berdua lalu menjawab pertanyaanku tadi.

"Iya Pangeran. Putri dari Kerajaan Eastern sedang berkunjung di dalam." Jawabnya dengan tegas.

Lagi-lagi aku terkejut. Hari ini aku bertemu dengan Michi secara kebetulan, lalu sekarang Kazusa?

"Hahaha, hari ini sangatlah beruntung. Kita bisa berkumpul lagi setelah kejadian dua tahun yang lalu itu." Ujar Michi sembari terkekeh. Aku mengangguk dan memberi senyumanku juga. Aku merasa sangat aneh dengan hari ini.

Lalu aku dan Michi masuk ke dalam untuk menyapa Kazusa. Saat kami masuk, seperti dugaanku, Kazusa yang hanya sendiri di ruang tamu ini terlihat sangat terkejut mendapatkan kami berdua datang menghampirinya.

"K-Kalian ada di kerajaan ini juga? Astaga! Kebetulan sekali!" serunya dengan histeris. Aku sedikit terkekeh melihat kelakuannya yang tidak seperti putri itu.

"Senang bertemu denganmu Putri Kazusa. Sepertinya hari ini adalah hari spesial untuk kita reuni setelah dua tahun tidak berkumpul, haha." Ujar Michi sembari mengambil tempat duduk di sofa yang berhadapan dengan tempat Kazusa duduk. Sedangkan aku mengambil tempat duduk di sofa lain yang menghadap kepada mereka berdua.

"Sudah lama sekali aku tidak melihat kalian berdua. Sepertinya banyak kisah yang menarik yang bisa aku dengar ya?" tanya Kazusa sembari mengambil secangkir teh yang sudah di sediakan untuknya.

"Ya begitulah. Kejadian itu.. masih terus terbayang dalam memoriku." Ujar Michi membuka pembicaraan tentang kejadian itu. Aku sebenarnya tidak ingin membahas tentang kejadian dua tahun yang lalu itu. Tapi… yasudahlah.

"Selama ini belum ada informasi tentang Karin," ujarku mengikuti perbincangan mereka. Michi mengangguk, ia juga selalu mencari informasi tentang keberadaan Karin tapi sampai sekarang belum ada yang mempunyai informasi pasti.

"Aku sudah menyebar berita untuk mencari keberadaan Putri Karin di kerajaanku, tapi hasilnya sama saja." Tambah Kazusa dengan wajah sedih. Aku pun terdiam, lagi-lagi memikirkan Karin. Nama itu sudah sangat lekat dalam otakku.

"Ck, ini semua karena kebodohannya. Bila saja ia membaca sejarah cara menghancurkan kekuatan itu, kejadian dua tahun lalu tidak akan berakhir seperti ini. Dia tidak akan menghilang seperti sekarang…" ujarku sedikit kesal. Namun saat mendengarku berbicara seperti itu, Michi terkekeh.

"Haha, Putri Karin itu tidak suka membaca buku sejarah. Maka dari itulah." Ujar Michi mengingat hari-harinya saat bersama Karin dan Miyon. Ucapan Michi itu pun mengundang keheningan. Aku menjadi ingat hari-hari saat bertemu dengannya pertama kali di kerajaan ini. Akhirnya untuk memecah keheningan yang ia buat, Michi kembali bersuara, namun…

"Pangeran Kazune, kau benar-benar… memendam rasa padanya huh?" ujar Michi menambahkan dan dengan sekejap wajahku merah padam.

"K-Kau! Aku tidak pernah berkata seperti itu!" seruku menyangkal. Tapi tatapan mata mereka sangat membuatku… agh jengkel! Aku tidak bisa mengelak lagi dari senyuman mereka, senyuman 'jujur saja~'

"Ayolah, Pangeran, aku tahu dari gerak gerikmu yang selalu memikirkan Putri Karin." Ujar Michi menggodaku. Aku semakin kesal saja dan aku tidak bisa menyangkal hal itu.

"Grr.. Baiklah baiklah, aku mengaku kalah. Aku terlalu memendam rasa padanya sampai aku bisa gila untuk mencarinya.." ujarku dengan lemas. Aku mengaku aku menyukainya, aku pun sadar bila aku kehilangan dirinya.

Keheningan menyapa kembali. Mereka mengerti bagaimana rasanya kehilangan ini. Suasana pun menjadi redup, sama-sama dengan hatiku saat ini. Saat aku mengingat Karin, aku selalu merasa menyesal, dan aku selalu ingin menjerit keras memanggil namanya..

"Kenapa.. harus dirinya yang menghilang?" tanyaku entah kepada siapa. Mereka pun tidak bisa menjawab. Aku hanya ingin bertemu dengannya. Aku sudah lelah menunggunya..

"Aku… aku merindukannya…"

"…"

"…"

Tok tok!

Di sela keheningan ini, pintu ruang tamu di ketuk beberapa kali dan mengalihkan perhatian kami semua pada pintu itu.

"Masuk!" seru Kazusa mempersilahkan. Setelah mendapat izin untuk masuk, beberapa pengawal dari Kerajaan Western ini masuk dan menampakkan wajahnya yang sedikit gelisah. Aku langsung beranjak dari sofa dan menatapnya dengan serius. Takut-takut ada masalah lagi.

"P-Pangeran, Putri. Ada kabar mengejutkan…"

.

.

.

Dengan bergegas aku berjalan bersama Michi dan Kazusa di sampingku. Kami menerima kabar bahwa seseorang ingin bertemu dengan hanya kami bertiga. Kabar itu membuatku was-was, apakah orang ini seseorang yang berniat jahat? Sudah lagi para pelayan dan pengawal yang kami lewati selalu berbisik-bisik tentang tamu misterius itu. Aku semakin penasaran dengan siapa yang ingin bertemu dengan kami secara langsung.

"Aku masih penasaran, apakah tamu ini orang penting? Karena ia bisa masuk ke kerajaan dengan mudah dan melewati interogasi Miyon yang terkenal sangat ketat." Ujar Kazusa bergumam. Aku mengangguk setuju. Michi pun sepertinya sangat penasaran dengan kedatangan tamu tak diundang itu.

Tapi aku mempunyai perasaan lain, apa mungkin tamu itu… Ah tidak, aku hanya mengkhayal karena perbicangan tentang Karin tadi.

Akhirnya kami sampai di depan pintu menuju aula, sebagaimana ditunjukan oleh para pengawal bahwa tamu itu menunggu di aula istana. Dua pengawal yang berjaga di depan langsung membukakan pintu setelah melihat kami datang. Suara jantungku semakin terdengar karena berdetak sangat kencang. Mungkin Michi dan Kazusa pun sama sepertiku.

GRAKK!

Pintu besar itu terbuka dan waktu seakan berhenti saat kulihat siapa dirinya…

.

.

.

.

.

"Lama tidak berjumpa, Kazune, Kazusa, Michi."

.

.

.

.

"K-Karin…"

Aku terpaku di tempat saat nama itu aku sebutkan. Begitu terkejutnya sampai-sampai aku manganggap ini mimpi. Karin, yang sudah menghilang selama dua tahun… kini berada di hadapanku. Dan dia… adalah gadis yang selama ini sudah membuatku khawatir setengah mati. Dia yang selalu aku rindukan… dia yang selalu membuatku… kehilangan…

HUG!

Dengan sigap aku memeluknya. Aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak memeluknya dengan erat. Erat sekali sampai aku sadar bahwa yang sedang aku peluk ini adalah Karin yang asli. Rasanya aku sangat bahagia, merasa lega karena Karin sudah kembali, dan aku merasa bersyukur bisa bertemu dengannya lagi.

"Karin…" namanya, saat kuucapkan langsung pada orangnya terasa begitu menyayat hati. Aku masih tidak percaya bahwa dirinya adalah Karin.

"K-Kazune…" bisik Karin sembari membalas pelukanku dengan erat juga, ia menenggelamkan wajahnya dan terdengarlah isak tangis yang pecah dari bibirnya.

"Maaf.. M-Maafkan aku membuatmu khawatir. Aku sangat merindukanmu.. Hiks.." Saat dirinya berbisik seperti itu, aku tidak bisa berkata apa-apa. Aku hanya bisa memeluknya semakin erat. Pikiranku terlalu penuh dengan nama Karin, Karin, dan Karin. Air mataku pun sampai tidak terbendung mengingat Karin sudah berada di tanganku sekarang.

"Maafkan aku.." ujar Karin sekali lagi dengan lirih. Mendengarnya membuat hatiku retak. Aku semakin ingin menangis deras.

"B-Bodoh. Jangan menangis." Ujarku sembari membelai rambut indahnya dan memeluknya erat. Aku baru menyadari sekarang, betapa berarti dirinya bagiku. Aku pun baru sadar, bila perasaanku padanya sudah semakin membulat. Dan kali ini aku tidak bisa membendung perasaanku lagi…

.

.

"Karin. Sampai kapan pun, dimana pun.. aku akan selalu melindungimu.

Aku tidak akan membiarkanmu terluka lagi.

Tidak akan."

.

.

.

.

.

~The End~

Review?


a/n: Huaaahhh! Author sampai menangis saat membuat cerita bagian terakhirnya + lagu mellow. Mengharukan sekaliii! TT^TT. Atau authornya saja yang berlebihan ya? -_-. Tapi bagaimana menurut readers sekalian? Maaaaf beribu maaf bila akhir dari ceritanya tidak sesuai harapan :( Author berharap para readers memaklumi saja bila ada kekurangan, lalu semoga bisa disukai juga ya akhir ceritanya . Terima kasih banyak yang sudah review! Yang fav! Yang follow! Terima kasih banyak! Author sangat terinspirasi karena kalian semua! ^^

ps: ohiya, kalau endingnya tidak sesuai harapan, readers sekalian boleh membuat endingnya masing-masing hehehe^^ Terus bisa di share juga di review endingnya~ (secara singkat ya^^). Mungkin yang lainnya bisa membaca ending yang berbagai macam rupanya di review ^^(*loh?). barang kali ada yang ingin endingnya berbeda :p ^^ tapi author tidak bakal membuat ending lagi, karena ending ini sudah cukup membuat author sedihT^T. Silakan share saja^^ terima kasih~