Disclaimer : Masashi Kishimoto

The Brothers © Mai Ravelia

Warnings : AU, NOT INCEST, OOC, typo(s), etc.

Itachi : 13 tahun

Sasuke : 5 tahun

DON'T LIKE? DON'T READ!

.

Take a Bath!

Jam menunjukan pukul lima sore, membuat Uchiha Itachi menunda acara menonton televisinya. Ia mematikan benda elektronik berbentuk persegi panjang tersebut dan beranjak meninggalkan ruang keluarga.

Menggaruk perut, Itachi merasa lapar dan pergi menuju ruang makan lalu memandang sekeliling. Garis melintang di wajahnya, yang sekilas mirip kerutan itu sedikit menebal karena mengernyit, lantaran melihat mangkuk plastik berwarna biru muda tergeletak tak berdaya dibawah meja makan, lengkap dengan sumpit dan...

...nasi yang berceceran.

Tidak mungkin itu perbuatan Ibunya, beliau bahkan belum pulang sejak siang tadi. Dan meski Ayahnya ada dirumah, Itachi harus berpikir dua kali untuk 'menuduh' kepala keluarga Uchiha, kalau ia tidak mau di kebiri.

Hanya satu orang...

"Sasuke!" panggil Itachi mantap dan fasih, tak lupa dengan pose berkacak pinggang dengan alis mengkerut.

Tak lama kemudian, muncul dirinya dengan versi mini—dengan perbedaan rambut, tanpa garis di wajah, dan tinggi badan—lengkap dengan celana hitam dan kaus putih yang bernoda coklat, Uchiha Sasuke.

"Apa?" tanyanya.

"Kenapa cara makanmu beran—Kami-sama! Kau kotor sekali!" setengah terpekik, Itachi memandang horor penampilan adiknya yang sangat lusuh. Lalu ia menunjuk kaus Sasuke, yang nyaris tidak ada bedanya dengan kain pel, "Kenapa bajumu penuh dengan noda coklat?"

"Ini?" tunjuk Sasuke ke bajunya sendiri yang bernoda, dengan telunjuk yang sama kotornya, dengan sela-sela kuku yang menghitam, "Tadi aku habis makan es krim, dan tumpah, deh."

Itachi menghela nafas frustasi, "Sekarang kita mandi," Itachi maju selangkah mendekati adiknya sambil memegang bagian bawah baju Sasuke, bermaksud membukanya. Namun tangannya segera ditepis oleh sang empu.

"Gak mau! Mandinya sama Kaa-san aja!" teriak Sasuke.

"Kaa-san belum pulang, mandi sama Nii-san aja, ya?" tawar Itachi. Sedetik kemudian ia menyesali kata-katanya yang terdengar seperti pedofil.

"Engga!" tolak sang Uchiha bungsu, yang langsung mengambil langkah seribu meninggalkan ruang makan.

"Sasuke!"

#

Itachi melangkah masuk ke bathup yag telah diisi air hangat. Setelah membiasakan diri dengan air hangat tersebut, Itachi merileks-kan badannya, dan menoleh kesamping. Dan mendapati lirikan kematian dari sang adik yang telah berhasil tertangkap setelah lima menit berkejar-kejaran.

"Tunggu apalagi? Ayo masuk kesini."

Tetap dengan wajah cemberutnya, Sasuke-kecil memasuki bathup dengan kasar sehingga menyebabkan airnya terciprat kemana-mana. Sebagai pernyataan bahwa dirinya tidak berniat mandi dengan kakaknya.

"Kenapa cemberut?"

"Sasuke maunya mandi sama Kaa-san."

"Kaa-san belum pulang. Memangnya kau mau dimarahi Tou-san gara-gara bajumu kotor?"

"Engg...tidak sih."

"Nah, makanya," Itachi membalikan badannya hingga punggungnya menghadap Sasuke, "Sekarang gosok punggungku!"

Mau tidak mau wajah masam Sasuke memudar. Ia sangat senang menggosok punggung Ibunya. Sekali-kali menggosok kakaknya tidak salah, kan? Toh, sama-sama punggung.

Tentu dengan tingkat kemulusan yang berbeda.

Itachi menahan tawa geli ketika tangan mungil Sasuke mulai menggosok punggungnya dengan sikat dengan sangat lihai dan terampil. Sesaat Itachi berpikir bahwa inilah bakat terpendam Sasuke.

"Nii-san kenapa? Sakit ya?" tanya Sasuke ketika melihat bahu Itachi bergetar.

"Euuh...tidak kok," jawab Itachi sembari menahan tawa.

#

Acara mandi kakak-beradik itu berlangsung lumayan lama. Itachi tak menyangka bahwa dirinya akan bermain busa sabun serta bebek karet lagi diusianya yang ke 13. Kalau teman-temannya tau, habislah ia.

Setelah selesai membilas tubuh, Itachi mengambil dua buah handuk berwarna biru muda yang telah disiapkan. Ia memilih handuk yang lebih besar dari yang lainnya, dan membalutnya dipinggang. Kemudian ia mengambil handuk yang lebih kecil dan menaruhnya dikepala Sasuke, kemudian mengeringkan rambut Sasuke.

Rambut Sasuke yang semula berdiri dan berbentuk aneh—kalau tidak mau dikatakan mirip pantat ayam—kini lemas dan lunglai karena terkena air.

"Aduh," keluh Sasuke ketika merasakan sakit di rambutnya karena Itachi mengeringkannya dengan agak kasar. Memang kelembutan tangan Ibunya tidak ada yang bisa menandingi, apalagi Itachi, jauh.

"Pelan-pelan dong, Nii-san!" protes Sasuke.

"Hn," jawab Itachi, tanpa mengurangi tingkat kekasarannya.

Setelah dirasa cukup kering, Itachi mengangkat handuk kecil dari kepala Sasuke, dan berniat melingkarkannya di pinggang sang adik. Namun Sasuke bertindak cepat, ia memutar kunci kamar mandi dan membuka pintunya.

"Hei, mau kemana? Pakai handuk dulu!"

"Gak mau~~!" teriak Sasuke sambil berlari keluar, tanpa busana.

"Astaga, Sasuke!" teriak Itachi dan berlari menyusul adiknya. Kecepatan lari Sasuke memang diatas rata-rata untuk anak seumurannya.

Saat ini, Itachi bersumpah bahwa kehidupan terdahulu Sasuke adalah seorang ninja. Ninja bergaya rambut aneh yang pandai bersembunyi dan mampu berlari dengan sangat cepat.

Sesi kejar-mengejar tersebut berlangsung lama. Mereka pun mengelilingi rumah yang terbilang luas, dengan tetesan air mandi dilantai yang mengotori, karena Itachi yang hanya memakai handuk dipinggang mengejar Sasuke-kecil yang telanjang.

"Sasuke! Pakai handukmu!"

"Engga mau!"

Pengejaran tersebut berhenti ketika Sasuke menabrak seseorang yang tidak lain adalah Ibunya. Sedangkan Itachi ngerem mendadak beberapa meter di belakang Sasuke. Uchiha Mikoto, sang Ibunda, tidak bisa berkata apa-apa selain memandang horor kedua putranya dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.

"A..." katanya ambigu.

Dibelakangnya muncullah Uchiha Fugaku, sang kepala keluarga. Ia menatap sekeliling dan mendapati rumah mereka penuh dengan jejak kaki becek akibat air. Emosinya makin meluap ketika melihat keadaan kedua putranya.

Itachi meneguk ludah. Tiba-tiba ia teringat mangkuk plastik adiknya yang belum dibereskan.

Lain kali ia tidak akan mengajak adiknya mandi bersama. Tidak, terimakasih!

FIN