Rating. Teen

Genre. Fantasy + Suspense

Fandom/Disclaimer. Axis Power Hetalia Himaruya Hidekaz-sensei

Warning(s). AU, OOC, typos, some character gender-bender, real name use, maybe some OCs.

Inspired by. Hunger Games yang baru saja ditonton, buku Sejarah kelas VIII dan kelas XI, beberapa celotehan tentang penyiraman bensin

x x x

Kau tahu dunia kan? Yap, dunia yang kita tinggali sekarang ini? Bila kau tidak tahu, coba buka atlasmu dan pandanglah peta dunia. Tiap benua digaris dengan warna yang berbeda, bukan? Merah untuk Amerika, biru untuk Eropa, hijau untuk Afrika, coklat untuk Australia dan kuning untuk Asia.

Coba perhatikan baik-baik. Camkan ini baik-baik;

Sepuluh tahun lalu, 2022, ada beberapa benua mendapat bercak hitam pada keberadaan mereka dalam atlas. Ambillah spidol hitam dan hitamkan beberapa bagian di benua Asia dan Eropa. Dan sedikit pada benua Amerika. Lihat, peta itu menjadi indah, bukan?—Kau pasti bertanya-tanya apakah warna hitam ini bagi mereka.

.

.

.

Kau ingin tahu?

Kau ingin sekali tahu?

Kau ingin ternodai sama seperti negara-negara itu, bukan?


The Realm of Indonesia Raya

2012 (c) Kuroi-Oneesan


[Prolog – Sang Pedagang Kaki Lima]

A.D 2032 ~ Heaven's Marketplace, England

Inspeksi langsung terjun ke lapangan adalah pekerjaan yang kotor, terutama bagi bangsawan bertuxedo itu. Mereka datang, berpura-pura melakukan pengamatan dengan baju selayaknya penertib yang biasa orang-orang itu akrabi, mereka lalu menggembar-gemborkan penderitaan masyarakat disana dengan memperjualkan empati palsu kepada rakyat menengah.

Sungguh, untuk apa?

Sudahlah puas mereka ditariki retribusi setiap harinya, tidak perlu lagi adanya sosok bangsawan menyelip di rakyat jelata seperti ini. Orang-orang itu bergidik, memperhatikan dua pria tegap tengah memasuki pasar kumuh itu dengan raut wajah tak bersahabat.

Sang pria dengan alis tebalnya dinaikkan hanya membuka sebelah tangannya didepan seorang tua baya pedagang ikan.

"..." Pria tua itu hanya merogoh kantong dan mengeluarkan selembar uang satu poundsterling. Pria di sebelahnya hanya mendengus seraya mencatat dan berlalu.

Orang-orang itu tahu, dia adalah Arthur Kirkland, tangan kanan Ratu Elizabeth. Juga orang di sebelahnya, Nickolas Willem, adalah pengatur dari pasar perdagangan sekarang ini yang merupakan kuasa negeri kincir angin.

Semenjak tragedi bernama The Light, Eropa kembali menguasai dunia, seperti halnya ratusan tahun silam. Hal ini dikarenakan Russia yang berhasil memonopoli hati dunia yang terombang-ambing oleh tragedi tersebut. Kini tiap orang di seluruh dunia berdagang di negara yang ditunjuk Russia saja, yaitu Inggris dan Cina. Mengapa? Mereka adalah 'teman diskusi' Russia sejak lama.

Hanya saja, negara-negara yang merupakan sumber The Light, terisolasi dan dianggap tiada selama sepuluh tahun ini.

Kini dengan dunia berpusat informasi pada Eropa, seluruh rakyat jelata mempunyai pengetahuan tentang siapa yang mengawasi mereka. Beberapa negara yang diajukan sebagai Throne Pillars—sebuah badan eksekutif—oleh Russia, menjalankan tugas mereka masing-masing.

Kurang lebih bisa disimpulkan, inilah yang dilakukan oleh Arthur dan Nickolas sekarang, ikut dalam pengumpulan retribusi dari tangan para rakyat jelata dari seluruh negara dibawah Throne Pillars.

Pantoffel mengkilat Arthur terhenti pada sebuah kios yang terbilang baru ia lihat setelah sekian lama mengitari pasar penuh orang yang unik dari berjualan permen kemanisan hingga ular mematikan—namun kios ini hanya menawarkan sebuah kertas bertuliskan;

'Apa jasa yang bisa kuberikan padamu? Menyuci sepatumu, mencuci bajumu, atau yang lain?'

Penjual disana terlihat seperti gadis yang menutup dirinya dengan jubah.

Nickolas nyengir lebar melihat tulisan tersebut, dirinya berbisik ke telinga pria di sebelahnya "Ziet er heerlijk uit, Arthur?"

"Tch, tidak usah bercanda, aku sudah cukup muak dengan pekerjaan kotor ini." Arthur mendengus. "Serahkan uang—"

"Meneer, ik hoor jou." ucapnya, "—senang bertemu dengan anda, Sir Kirkland dan Meneer Nickolas, namun seperti yang kau bisa lihat, aku tidak punya apapun selain lapak ini."

Kalimat itu langsung membuat telinga Nickolas gatal, tunggu, gadis itu bisa bahasa Belanda? Bahkan Arthur sendiri kaget ada rakyat berani membalasnya lantang seperti itu, terutama dari kaum hawa.

Arthur tersenyum kecut, ditapakkannya sekali kaki kananya ke tanah, "Kau berani menyilang lidahmu dengan kami? Memangnya siapa kau?"

Gadis itu membuka jubahnya, memperlihatkan parasnya yang penuh luka dan sayatan siksa diatas kanvas kuning langsat. Dibalik itu semua, sinar yang ditampakkan irisnya tidaklah sorot yang ditunjukkan rakyat yang takut pada mereka. Gadis itu berdiri dari posisinya, melihat Arthur sejajar. Mereka bertiga kini menjadi tontonan satu pasar dari berbagai sisi.

"Ja—jangan! Jangan serahkan dirimu pada mereka!" mendadak muncul teriakan dari kejauhan, teriakan yang dilontarkan oleh seorang kulit hitam. Beberapa orang di sekitar lapak gadis itu hendak maju, namun Nickolas menampakkan moncong laras panjangnya pada mereka, isyarat untuk tidak mendekati area.

"Jawab aku, siapa kau, git?" amarahnya memuncak.

Gadis itu membungkuk, air mukanya tenang. Suasana pasar kini mencapai klimaks. Pria hitam tinggi itu mulai mendorong dirinya yang ditahan oleh beberapa tetangga kiosnya. Gadis bersurai pirang dengan kacamata yang berada di depan kiosnya hanya diam di tempat seraya memeluk lutut.

"Jangan! Karti—"

"Hamba seorang dari The Realm of Indonesia Raya, nama hamba Kartini."

Pupil Arthur membelalak. Nama itu—ialah nama tabu, dan gadis itu mengucapkannya tanpa dosa. Dia pasti bohong, tidak mungkin, tidak mungkin penghuni negara yang mendapati The Light lolos dari isolasi.

Moncong Lewis-M1940 Nickolas tepat berada di jarak tembaknya ke kepala gadis bernama Kartini itu. "Pantas, kau dari Hindi—maksudku, Codename=district-A." Senyum liciknya terkembang. "Sudah lama, eh, kita tidak bertukar sapa lagi?"

Kartini membalas senyum Nickolas, "Ya, meneer. Betapa aku rindu kebiasaan darah dinginmu ratusan tahun lalu pada nenek moyang kami."

Arthur menjentikkan jarinya, mengisyaratkan untuk beberapa bawahan yang ia bawa memasuki pasar. "Bawa dia ke penjara, sel khusus!"

Keheningan terus melanda pasar itu sampai sang jenderal angkat kaki sepenuhnya dari tempat yang kumuh menurutnya itu. Nickolas yang masih menenteng Lewis M1940 hanya bersiul seraya mengekori Arthur.

"Wah, wah, Arthur." Nickolas berkomentar, "Kau mau apakan gadis itu? Kau mau memakai jasanya sebelum membuangnya?"

Geram, Arthur mengambil ponsel di sakunya dan mulai mengontak beberapa nomor, "Kuputuskan eksekusinya akan berjalan dua minggu lagi, aku akan mengirim perintah untuk mengeksplorasi that-damn-District-A dan membunuh semua yang ada disana."

Contact Group – District Killer

Calling: Vladislav Arlovskaya

Nickolas menurunkan rifle itu ke sarung penjaganya, "Hmph, kau memang tidak sabaran, Arthur."

Bersambung.


trivia.

[1] Netherland – Nickolas Willem (nama terinspirasi Daendels dan nama bapaknya temen saya #percayalah).

[2] Ziet er heerlijk uit = Terlihat menarik

[3] *Meneer = tuan

[4] *ik hoor jou = saya bisa mendengar anda

.

A/N.

Sekali lagi maaf mengganggu, saya hanya ingin menulis sebuah cerita dan beginilah jadinya. Aneh? Memang, saya tidak bisa menulis cerita normal. Err, sampai disini saya tidak ingin menambah komentar apa-apa xD

Kritik dan saran sangat membantu~ sampai jumpa di chapter selanjutnya!