Title: Skip A Beat!

Pairing : HaeHyuk. Slight!EXOpairs (?)

Rating: PG-13

Summary: Donghae adalah teman masa kecil Hyukjae. Setelah tiga tahun tidak bertemu, Donghae yang sudah menjadi idola kembali- hanya untuk melakukan sesuatu yang membuat Hyukjae bersumpah untuk membalas dendam padanya. "Coba saja kalau kau bisa. Memang dengan cara apa?" -HaeHyuk, Skip!Beat inspired-


A/N: Aku gabisa update hari rabu kemaren sesuai janji karena berbagai alasan, mianhae. Tapi semoga dengan update hari ini terbalaskan ya ;)

Sebelum baca ini, aku menyarankan reader liat audisi aslinya Hyuk di youtube, kalo yang belom, search aja "Hyukjae audition", pilihan paling pertama.

For Maria8 : Hyuk ga dapet tawaran dari agensi2 selain SM karena dia udah pernah nyoba ngelamar jadi trainee disana tapi karena waktu dan situasi yang gak pas jadi ga diterima, jadi aneh lagi kalo dia tiba2 dapet tawaran dari agensi2 itu padahal udah pernah ditolak XD dan dia belom tentu keterima di SM kok *author ketawa nista* sisanya lihat kelanjutan cerita ini aja yaa x3

*songong amatsih gua cuma bales satu-dua review. -,-* mianhae reviewers-deul.. tapi aku baca semua review kalian kok. Tapi pertanyaannya banyak yang gabisa dijawab karena berbagai alasan. Miaaannn. Kalo ada yang mau ngobrol2 sama author bisakok di private message ;;) *senyum nista* #Jiji

Enjoy anyway~


Disclaimer: Super Junior © SM Entertaiment. Super Junior members belong to themselves, their parents, and God. Cuma plot cerita ini milik saya~


SKIP A BEAT!

::

A Super Junior Fanfiction

::

© AiNeko-chan


~Chapter 7: Your Opportunity

.

.

"Kalian, Shins' friends? Kelompok streetdance Hongdae yang rutin tampil setiap hari Jum'at?"

Ahjussi itu tersenyum dan mengambil sesuatu dari tasnya. Sebuah kartu. Dan menyerahkannya pada Hyukjae.

.

"Nama saya Kim Youngmin, dari tim pencari bakat SM Entertaiment."

-o-o-

Hyukjae tidak percaya dengan apa yang dialaminya saat ini. Duduk di dalam sebuah café yang tak biasa dikunjunginya, mengenakan gesture tercanggung yang pernah ia lakukan.

Di depannya, ahjussi yang mengaku sebagai tim pencari bakat sebuah agensi besar— yang sepertinya benar, karena SM Entertaiment tidak akan membiarkan penipu berkeliaran dengan membawa namanya keliling Seoul begitu saja— duduk dengan secangkir kopi yang juga berada di depannya.

"Bagaimana kalau kopimu juga diminum?" Ahjussi itu berkata dengan senyum berbisnis. Hyukjae tersentak sejenak sebelum cepat-cepat mengambil cangkir kopinya dan meminum cairan di dalamnya— yang membuatnya tersentak lagi beberapa saat kemudian karena panasnya membakar lidah.

"Santai saja, nak." Ia tertawa. Hyukjae mengikuti tawanya, canggung. Memperhatikan saat tangan ahjussi itu akhirnya lepas dari cangkirnya dan merogoh tas jinjing di sebelahnya, mengeluarkan sebuah map coklat.

"Kudengar kau leader grup streetdance itu, makanya kau yang kuajak bicara kesini." Ahjussi itu menjelaskan terlebih dahulu. "Karena akan susah berbicara dengan empat orang sekaligus."

"Ah, ya.. benar." Hyukjae mengangguk pelan.

"Siapa namamu?"

".. Lee .. Hyukjae."

"Usia?"

"18 tahun."

"Hmm," Ahjussi itu mengamati Hyukjae sekali lagi, lalu melanjutkan. "Apa kau pernah berpikir untuk menjadi artis?"

"Pernah!" ujar Hyukjae segera setelah ahjussi itu mengatakan kata terakhirnya— lalu kemudian menunduk malu begitu menyadari betapa terdengar terburu-burunya ia barusan.

Ahjussi— haruskah kita memanggilnya Youngmin karena ia sudah memperkenalkan namanya?— tertawa. "Sepertinya kau sudah banyak memikirkannya, ya?"

Hyukjae makin menunduk malu, tapi berhasil menggerakkan kepalanya untuk sedikit anggukan.

"Kalau begitu, langsung saja." Youngmin mengeluarkan beberapa kertas dari mapnya dan menyerahkannya pada Hyukjae. "Bagaimana kalau kuberi kesempatan untuk mewujudkan pikiran itu?"

.

.

-o-o-

Hyukjae masih tidak dapat mempercayai keberuntungannya hari itu.

Bahkan sampai saat ia, di dalam ruang kecil— kamarnya— dengan pemandangan gelap di luar jendela, dalam posisi tidur di atas kasurnya, menatap kertas di tangannya dengan wajah kagum.

'SURAT REKOMENDASI AUDISI SM ENTERTAIMENT'

"Surat rekomendasi audisi SM Entertaiment," Hyukjae mengulangnya dengan mulut. Tersenyum lebar, memperlihatkan gusinya selagi ia membuka halaman per halaman seperti anak gadis membaca dongeng penuh sihir pertamanya.

'Aku memberikanmu tiga, berikan juga untuk rekan satu grupmu. Kalian punya kesempatan yang sama besar kalau kalian datang hari Sabtu ini.' Youngmin menjelaskan.

'Persiapkan diri kalian sebaik-baiknya, berusahalah agar diterima, oke? Aku hanya bisa memberi rekomendasi berdasarkan performa kalian yang kulihat selama tiga minggu terakhir, sisanya tergantung bakat dan kesungguhan kalian.'

"HYUNG! INI DAEBAK!" Ia masih dapat mendengar Sehun berseru antusias saat ia menyerahkan salah satu kertas pada namja berambut coklat itu. "SECEPAT INI KITA DAPAT KESEMPATAN MENYUSUL SHINDONG-HYUNG! SATU AGENSI, LAGI!"

Masih dengan senyum bodoh di wajahnya, Hyukjae mengambil handphone dari atas lacinya, langsung menekan speed dial pertama dan menempelkan benda itu di telinganya.

Beberapa saat kemudian, bunyi tuuut tuuut menyebalkan berhenti, dan suara seorang yeoja yang terdengar sangat mengantuk menggantikannya.

"Yobose—"

"SENA-AH!"

Sena mengerang dari balik teleponnya. Tapi Hyukjae tidak peduli— atau bisa dibilang, tidak sadar. Karena ia langsung menyerang yeoja malang itu dengan serentet kalimat yang terdengar terlalu antusias dan berisik untuk telinga Sena.

"Kau tidak akan percaya dengan apa yang kualami hari ini!"

"Ya, tidak akan percaya kalau kau menelponku tepat tengah malam." jawab Sena sarkastik.

"YAH! Aku serius! Ada kejadian yang sangat penting hari ini— kau harus dengar!"

"Hyukjae-ya," Sena memotong dengan nada dingin, "Buat infomu saja, aku ada kuliah besok pagi, dan ada tes kalkulus yang membuatku harus menghabiskan empat setengah jam di perpustakaan untuk belajar hari ini. Ditambah kompensasi olahraga tadi siang, tubuhku sudah begitu banyak menerima asam laktat. Jadi aku sangat butuh tidur sekarang. Dan aku akan sangat menghargai kalau kau tutup telpon ini sekarang dan ketik saja semua omonganmu untuk kubaca besok pagi. Kau mengerti? Bagus, karena aku akan segera menutup teleponnya kalau kau tidak. Jalja."

Klik.

"Sena-ah!" Hyukjae berseru setelah otaknya memproses bahwa Sena baru saja menutup sambungan teleponnya, dan mengerang setelahnya. Ia berguling kembali ke tempat tidur dan langsung melakukan apa yang Sena sarankan— mengetik seluruh ceritanya, ditambah banyak emot dan puluhan kalimat yang ditulis berulang kali dalam satu sms dan kemudian dikirimkan ke nomor yeoja yang sama dengan senyum puas.

Ia tidak bisa menunggu hari Sabtu lebih lama lagi. Begitu pikirnya sampai ia berharap waktu akan berlalu secepat cahaya ketika ia menutup matanya dan terlelap dalam tidur dengan mimpi terindah.

.

—atau tidak.

Hyukjae membuka matanya lagi dan cepat berganti posisi duduk di atas kasurnya, mengernyitkan alis dan memiringkan kepala ke kanan.

".. Sepertinya aku melupakan sesuatu yang penting?"

-o-o-

.

Sena bangun lebih cepat sepuluh menit dari biasanya, entah karena firasat atau apa, untuk segera mengecek handphonenya dan menemukan pesan super panjang dari seseorang di posisi teratas inbox nya.

Ia tersenyum.

'—Aku bertemu seorang pencari bakat yang memberiku surat rekomendasi untuk audisi hari Sabtu nanti!'

Bola mata Sena melebar dan wajahnya maju satu senti lebih dekat dengan layar handphonenya di tengah-tengah pesan yang sepertinya menampilkan inti dari seluruh kalimat tidak penting yang Hyukjae ketik di awal pesan.

"Jinjja?!"

'—untuk agensi sebesar SM, aku tidak percaya akan mendapat keberuntungan sebesar ini!'

Sena tersenyum semakin lebar. Ikut senang memikirkan kedatangan sahabatnya ke kota lain tidak sia-sia. Ia baru saja akan mengetik balasannya ketika tiba-tiba teringat sesuatu, yang membuatnya mengernyitkan alis.

".. Bukannya SM itu agensinya.. Lee Donghae?"

.

.

-o-o-

"BENAR JUGA! BAGAIMANA AKU BISA LUPA?!"

Hyukjae menjerit dalam hati, keesokan harinya, dalam perjalanan menuju tempat yang dijelaskan Youngmin ahjussi kemarin. Dalam mobil yang disetir Jongin yang ternyata cukup keren untuk punya mobil sedan sendiri.

(Iya, 'Sabtu ini' yang dikatakan ahjussi kemarin itu adalah hari ini. Karena, ia beralasan, grup mereka hanya bisa ditemui di tempat langganan setiap hari Jum'at.)

"Hyukjae-hyung, kenapa mukamu nggak enak begitu?" tanya Sehun yang duduk di sebelahnya. "Kita hampir sampai, lho. Jangan bilang kalau kau tiba-tiba mau ke kamar mandi."

Hyukjae sedikit tersentak, spontan menggelengkan kepalanya. "Aniyo,"

Sehun memperhatikan hyung-nya lagi bingung.

Sementara Hyukjae?

"….. Bagaimana ini?" ujarnya dalam hati lagi, seraya mengutuk otaknya yang—dengan sangat bodohnya baru mengingat sebuah fakta penting ketika ia sudah dalam posisi tidak bisa mundur dari keputusannya lagi.

. . . .

Kenapa dia bisa lupa, oh Tuhan, kenapa? Padahal dari awal ia ke Seoul ia sudah mencoret SM dari daftar nama perusahaan yang akan dikunjunginya. Apakah enam bulan lebih melakukan rutinitas yang sama di jalan Hongdae membuatnya lupa tujuan utamanya jadi artis? Untuk melampaui ikan brengsek itu?

"Tapi kalaupun aku tahu dari awal, apakah aku akan melepas kesempatan langka seperti ini..?" hati kecilnya beretorika. "Tidak setiap hari seorang pencari bakat akan memberimu surat rekomendasi untuk menjadi trainee."

'Tapi kan belum tentu juga aku masuk situ,'

'Tapi kalau ternyata masuk bagaimana?'

'Apa aku jelek-jelekkan saja biar nggak diterima?'

'Jangan bercanda! Bagaimana dengan impianmu?!'

'Benar juga.. di bawah satu agensi kan tidak berarti aku tidak bisa menyusulnya juga..'

'TAPI BAGAIMANA KALAU AKU KEHILANGAN KENDALI WAKTU MELIHATNYA?'

'LEBIH PARAH, BAGAIMANA KALAU JURINYA TERNYATA DIA?'

'Kalau tanpa sadar aku membunuhnya saat itu juga, aku pasti bakal kena masalah. Tapi— ARGH!'

Hyukjae menarik nafas dalam setelah mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Sudahlah, sudah sampai sini, aku hanya bisa terima takdir. Semoga saja Tuhan masih ada di pihakku." Ia mendesah.

"Kau bicara apa, Hyukjae-hyung?"

"Tidak apa-apa." Hyukjae cepat berdalih saat menyadari kalimat terakhirnya diucapkannya di luar hati. Ia menengok ke luar jendela dan mengernyitkan alis melihat pemandangan yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

"Dimana ini?" tanyanya pada ketiga orang lain yang berada di mobil.

"Kau tidak tahu?" seru Jongin dengan nada mengejek di kursi supir. Tapi disela oleh Kyungsoo yang memukulnya di pundak sebagai teguran.

"Kau tidak pernah kesini, Hyukjae-hyung?" tanya Kyungsoo. Hyukjae menggeleng.

"Oh iya, kau kan datang dari luar kota belum lama ini ya." gumamnya. "Ini daerah Gangnam, Apgujeong."

Mulut Hyukjae membentuk huruf O. Ia melihat ke luar jendela lagi untuk menginspeksi gedung-gedung tinggi dan toko-toko yang tak jauh berbeda dengan Hongdae tempatnya tinggal. Sibuk melongo, sampai tiba-tiba, Jongin menghentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Kenapa berhenti?"

Jongin menatap Hyukjae seolah pertanyaan yang ia lontarkan barusan adalah pertanyaan terkonyol yang pernah ia dengar.

"Kenapa? Tentu saja karena kita sudah sampai."

.

Hyukjae masih bengong di kursi saat Sehun tersenyum dan mengajaknya keluar.

"Kukira kita akan ke gedung SM Entertaiment?" tanyanya. Tidak berkata bahwa ia sudah melakukan penelitian kecil tadi malam untuk mengetahui seperti apa gedung dan jalanan di sekitar tempat tersebut, dan sudah membayangkan hal macam-macam yang akan ia lakukan di dalamnya.

Tapi sekarang, mereka tepat berdiri di depan sebuah bangunan simpel dengan tulisan 'Everysing' di bagian atasnya.

"Ini tempat karaoke milik SM Entertaiment. " Sehun menjelaskan. "Mereka biasanya mengadakan audisi di sini, bukan di headquarter-nya, soalnya itu 'kan tempat artis-artis mereka latihan, rekaman, dan sebagainya. Bisa gawat kalau sampai ada fans yang mengambil kesempatan dengan pura-pura jadi calon trainee."

Hyukjae mengangguk mengerti. Berarti tidak mungkin bisa bertemu dengan artis SM disini.. Ia sedikit bernafas lega.

Sementara Sehun berbicara dengan Hyukjae, dua orang lainnya sudah lebih dulu masuk. Dengan Jongin yang mengeluh seputar Hyukjae-hyung yang bicara dengan perwakilan SM kemarin tapi dia yang terlihat paling bingung, pasti dia bahkan tidak membaca jelas isi surat yang kemarin— dan Kyungsoo yang sibuk menyuruhnya diam.

Bagian dalam tempat itu seperti surga bagi fans artis SM, Hyukjae mencatat. Dengan berbagai pernak-pernik keluaran SM di seluruh etalase dan meja, poster bertanda tangan, CD yang menurut penjelasan Sehun lebih murah daripada yang dijual di toko-toko musik, dan desain interior yang mengagumkan.

"Kau harus lihat poster SNSD yang di sebelah sana, hyung! Besaaar sekali dan lengkap dengan tanda tangan semua member!" Sehun menarik tangannya ke pojok yang dimaksud dengan antusias. Aku baru tahu kalau dia sone.. pikirnya, sweatdrop.

Langkah Hyukjae terhenti ketika matanya menangkap sebuah poster di sebelah poster yeoja-yeoja berkaki mulus yang dibanggakan Sehun.

Raut matanya berubah tajam.

Ia mengepalkan tangannya di depan poster itu.

"Mau jalannya seperti apapun nanti, aku pasti bisa melampauimu." bisiknya, tanpa sadar Sehun memperhatikannya dengan wajah bingung. Hyukjae tersenyum dingin. "Lihat saja aku dari bawah nanti."

Hyukjae memukulkan kepalan tangannya kesana. Tidak terlalu keras untuk menimbulkan suara, karena dalam keadaan kesal pun ia masih sadar untuk tidak memukul kaca keras-keras kalau tidak mau kena masalah dengan sekuriti dan kesehatan tangannya.

"Sehun-ah, Hyukjae-hyung!" suara Kyungsoo membuat keduanya menoleh untuk melihat Kyungsoo dan Jongin yang dengan tangannya mengisyaratkan mereka untuk cepat kesana, dengan seorang wanita berbaju rapi di sebelahnya.

Hyukjae mengangguk dan berlari kecil ke arah tersebut. Sementara Sehun sempat melihat ke belakang setelah berbalik, wajah seseorang di atas kertas yang ia kenali sebagai Lee Donghae menatap balik ke arahnya.

Teringat kata-kata Hyukjae beberapa saat lalu, Sehun mengernyitkan alis.

"Apa Hyukjae-hyung anti-nya Lee Donghae?"

.

.

-o-o-

Ruangan tempat mereka menunggu setelahnya adalah ruangan luas dengan lantai kayu tanpa meja dan kursi. Selain mereka berempat, kira-kira ada 16 orang lagi yang juga duduk disana. Beberapa tampak pucat dan memainkan entah rambut entah ujung bajunya beberapa kali. Ada juga yang tampak bersenandung, atau melenturkan badan di bagian belakang. Hyukjae langsung dapat menyimpulkan kalau mereka juga calon trainee yang akan mengikuti audisi.

Setelah mereka masuk, wanita tadi memberi mereka nomor dan menutup pintunya, sementara ia sendiri maju ke depan, memohon perhatian dan membuat ruangan itu jadi hening seketika.

"Terima kasih atas perhatian kalian, saya akan mulai menjelaskan tentang peraturan audisi kali ini." ujarnya dengan suara yang membahana ke seluruh ruangan. Para calon trainee memperhatikannya dengan segenap hati.

"Pertama, saya yakin kalian sudah menyadari kalau ini bukan audisi terbuka. Kalian yang sekarang ada di sini adalah orang-orang yang dipilih melalui penyisihan lewat e-mail, situs audisi, dan surat rekomendasi." ujar wanita itu. "Jumlah total peserta audisi hari ini 20 orang. Dan kalian hanya akan melewati satu tahapan. Sebanyak lima orang akan dipanggil bersamaan ke dalam ruangan selanjutnya sesuai nomor urut yang tadi saya bagikan."

Hyukjae dan Sehun langsung mengecek nomor mereka masing-masing, juga nomor Kyungsoo dan Jongin. Lalu bernafas lega saat melihat nomor berurutan dari 21 sampai 25. Yang berarti— mereka akan dipanggil bersama-sama.

"Untuk peraturan audisi, kalian tidak diperkenankan menyanyikan lagu pop." Wanita itu kembali menjelaskan. "Kalian diperbolehkan menggunakan seluruh bagian panggung untuk pertunjukan bakat, berlaku pula untuk dance."

Seluruh orang di ruangan itu mengangguk mengerti.

"Terakhir, jumlah trainee yang akan diterima hari ini tidak dibatasi oleh kuantitas, tapi dipilih berdasarkan kualitas. Jadi bisa saja ada dua orang atau lebih yang lolos. –Apa ada pertanyaan lain?"

Sehun menggaruk-garuk pipinya, ingin bertanya sesuatu tapi ragu.

Beberapa detik berlalu, dan wanita itu berbicara lagi ketika tidak ada yang bicara maupun mengangkat tangan.

"Tidak ada? Kalau begitu—"

Sehun menjerit dalam hati, lalu sadar bahwa ia harus menanyakan apa yang ia pikirkan. Dalam hitungan detik, ia mengangkat tangan. Dan—

"Ya, yang berambut hitam dulu. Apa pertanyaanmu?"

Sehun berkedip. Ia yakin cat rambutnya masih berfungsi. Dilihat darimanapun, kecuali wanita itu buta warna coklat, ia tentu tidak terlihat seperti berambut hitam.

Suara seseorang dari belakang menyadarkannya bahwa yang dimaksud wanita itu bukan dia. Orang lain sudah lebih dulu mengangkat tangannya.

Ia menengok untuk melihat siapa orang itu.

".. Em, pertanyaanku…" seorang namja berambut hitam dan berpostur petit seperti yeoja, sedikit menunduk ketika berbicara dengan seluruh mata tertuju padanya. "Bernyanyi.. apa boleh bukan dengan.. em, lagu, korea?"

Aksennya aneh untuk dikatakan orang korea asli, dan sepertinya ia memang tidak terlalu lancar berbahasa korea. Tapi Sehun sedikit kaget saat anak itu menanyakan hal yang persis sama dengan yang ingin ia tanyakan.

"Tidak ada batasan Negara untuk lagu yang akan kalian nyanyikan. Bernyanyilah sebebasnya dengan lagu yang kalian kuasai. Cukup jelas?" Wanita itu menjawab, lalu menengok ke arah Sehun ketika anak itu sudah mengangguk mengerti.

"Apa yang ingin kau tanyakan tadi?"

".. Oh, em. Tidak jadi. Sama.." ujar Sehun pelan. Wanita itu mengangguk kecil dan mempersilakan keduanya duduk kembali.

"Kalau begitu, saya akan mulai dari nomor 1 sampai 5. Silakan ke pintu di sebelah kanan."

.

.

.

-o-o-

"—Nomor 10 sampai 15."

Jantung Hyukjae sudah berdegup kencang pada saat ini.

"Berikutnya giliran kita." bisiknya pada dongsaeng-dongsaengnya, yang juga terlihat tak kalah nervous. (minus Jongin, yang sepertinya tenang-tenang saja mengunyah permen karet).

Hyukjae melihat ke sekeliling. Selain mereka, hanya ada satu orang anak berambut hitam, yang ia kenali sebagai anak beraksen aneh yang tadi bertanya.

Dan entah kenapa dari tadi ia terus melihat Sehun sedang memperhatikan anak itu.

"Hyung, menurutmu aneh nggak kalau aku mengajaknya mengobrol?" bisiknya pada Hyukjae beberapa saat kemudian. Hyukjae menaikkan alisnya sebagai respon. Terdiam sebentar sebelum menjawab, "Kenapa aneh?"

"Habisnya dengan keadaan begini.. bisa-bisa dia menganggapku—" Sehun melirik Kyungsoo dan Jongin di belakangnya, yang pada saat itu tengah mengeluarkan 'aura berwarna pink' karena Jongin yang melingkarkan tangannya di pinggang Kyungsoo dari belakang dan wajah Kyungsoo yang memerah tapi tidak melakuan apa-apa untuk melepasnya. Tentu saja akan terlihat canggung bagi orang-orang yang baru pertama melihat. Hyukjae tertawa saat mengerti maksud Sehun.

"Nggak apa-apa. Ajak ngomong saja." Hyukjae meyakinkan. Sehun ragu sebentar sebelum berdiri untuk menghampiri namja itu dan mengajaknya bicara.

Hyukjae tersenyum saat melihat anak itu merespon sapaan Sehun dan mulai mengobrol kecil, walaupun terlihat canggung. Tapi sepertinya mereka bisa jadi akrab.

Sementara ia masih sibuk memikirkan sesuatu yang lucu untuk membuat jantungnya berhenti berdebar seperti anak kecil yang akan menerima suntikan pertamanya.

"Tenang, tenang, kau sudah melakukan banyak penelitian untuk hari ini." ujarnya dalam hati. "Semakin kau terlihat santai, semakin tinggi peluangmu diterima. Jangan pikirkan agensinya, sekarang yang penting diterima saja."

Tanpa ia sadari, wanita tadi sudah masuk kembali.

"Nomor 16 sampai 20."

"AAAAAH!"

Hyukjae spontan berteriak. Lalu menunduk malu ketika semua mata tertuju padanya dalam sekejap.

Wanita itu berada di sebelahnya saat ia akan masuk ke ruang audisi. Ia tampak tertawa kecil. "Berjuanglah, jangan terlalu nervous."

Hyukjae tersenyum canggung.

.

.

Ruang audisi yang ia lihat adalah ruangan yang tidak terlalu besar, namun cukup luas karena hanya berisi panggung kecil dan tiga buah meja dengan tiga orang yang memegang kertas di depannya. Hyukjae mengasumsikan mereka sebagai juri. Ia tersenyum balik ketika salah seorang juri yang ia kenali sebagai Youngmin ahjussi dari hari Jum'at kemarin tersenyum padanya.

Mereka diisyaratkan untuk duduk di samping panggung, dan juri itu mulai memanggil nomor beserta nama yang tertera di atas kertas mereka.

"Nomor 16," ujar seorang juri perempuan, "Lu Han?"

Anak berambut hitam yang duduk di sebelah Sehun menyahut dan berdiri, melemparkan senyum 'wish-me-luck' kepada Sehun (yang menanggapinya dengan 'senyum bodoh' –menurut Jongin) sebelum berjalan menaiki panggung, ke depan para juri.

Hyukjae yang masih duduk canggung sejak jantungnya berdegup makin kencang di ruangan itu, memperhatikan tiap gerak-gerik juri saat anak itu mulai menyanyikan lagu Cina yang tidak ia ketahui.

"Suaranya bagus sekali," Sehun berkomentar kagum. Cuma perasaan Hyukjae saja atau memang ekspresi Sehun seperti gadis yang sedang jatuh cinta?

Perasaan saja.

Anak itu melanjutkan dengan sedikit gerakan dance, kemudian beberapa sesi tanya jawab (yang masuk kuping kanan keluar kuping kiri bagi Hyukjae karena ia terlalu nervous untuk mendengarkan dengan benar). Dan ia dipersilakan turun panggung.

Lalu nomor berikutnya dipanggil, yang berarti giliran Sehun tiba.

Sehun menyanyikan lagu Dong Bang Shin Ki, 'Stand By You', yang membuat ketiga jurinya langsung mengernyitkan alis.

Jongin menepuk dahinya keras. "Aah, bodoh! Siapa saja juga tahu larangan nomor satu dalam audisi manapun!"

Hyukjae menoleh ke arahnya. "Larangan?"

"Hah? Hyukjae-hyung, jangan bilang kau juga tidak tahu?" jawab Jongin. Wajah bingung Hyukjae membuatnya menepuk dahi sekali lagi. "Kau beruntung sekali karena si bodoh itu maju sebelum kau."

Hyukjae memiringkan kepala, lalu berpikir beberapa saat sebelum memotong ucapan Jongin yang baru saja akan menjelaskan. "Oh! 'Jangan nyanyikan lagu dari artis di agensi yang kau ikuti audisinya'?"

Jongin menghela nafas. "Kalau kau tahu lalu kenapa bertanya lagi?"

Hyukjae nyengir kuda. 'Oh, jadi.. DBSK itu dari SM?'

Tanpa disadari, giliran Sehun berakhir. Hyukjae dapat melihatnya berlari ( entah kenapa) dengan gembira ke arah pintu keluar, yang ketika dibuka olehnya, sosok anak berambut hitam tadi terlihat kembali, tersenyum menyambut Sehun.

Menjadi sahabat baik (?) dalam dua puluh menit, terbukti bukan hal yang mustahil.

Kemudian para juri memanggil Kyungsoo, dan kali ini bertanya lebih dulu. Klise, tentang umur, keahlian, dan apa yang membuatnya ingin menjadi artis. Kemudian ia dipersilakan bernyanyi.

"Woah, aku tidak tahu Kyungsoo bisa bernyanyi.." gumam Hyukjae, kagum seratus persen dengan suara dongsaengnya.

Jongin hanya menyeringai di sampingnya. Menyeringai bangga, bisa kau bilang?

Dan lagi-lagi, setelah sesi dance, gilirannya selesai sudah. Setelah menulis beberapa catatan di kertas mereka, berikutnya Jongin yang dipanggil.

Pada detik itu, Hyukjae sudah merasa jantungnya akan meledak. Sampai ia tidak bisa memperhatikan baik-baik apa saja yang dilakukan Jongin di panggung.

Yang ia tahu hanyalah, giliran Jongin yang sebenarnya lebih lama dibanding tiga orang sebelumnya, tiba-tiba terasa seperti hanya sepuluh detik. Dan berikutnya, debaran jantungnya mencapai kecepatan maksimum saat juri itu memanggil namanya.

"Nomor 20, Lee Hyukjae?"

"Y-YA!"

'Oke. Lee Hyukjae. Kau bisa melakukan ini. Pikirkan tujuanmu.'

Ia melangkah ke atas panggung, melihat Jongin tersenyum kecil padanya sebelum menghilang di balik pintu keluar, dan menarik nafas dalam-dalam.

'Pikirkan sesuatu yang lain… pikirkan sesuatu yang lain..'

Wajah seseorang yang paling tidak ingin ia ingat malah muncul di kepalanya. Memakai kacamata hitam dan menutup rambut honey blond-nya dengan topi rajut.

'AAARGH! Kenapa dia! –Yang lain! Yang lain!'

Sosok seekor ikan berwarna oranye muncul di kepalanya.

….tidak beda jauh.

"Baiklah, Lee Hyukjae. Kau bisa mulai sekarang."

Hyukjae tersentak. Semua bayangan langsung hilang dari kepalanya saat ia baru saja akan kehilangan self-control dan berteriak sendiri di tempat itu. Diam-diam ia berterimakasih pada suara juri yang nyaring.

"..Baik!"

Ia menutup matanya sebentar, lalu membukanya lagi ketika jantungnya sudah dirasa cukup tenang.

"Boleh aku.. menari duluan?" tanyanya. Dan ia bersyukur suaranya tidak keluar dengan getar seperti yang ia kira.

Juri di sebelah kanan— Youngmin ahjussi, tersenyum dan mempersilakannya.

Hyukjae mulai melakukan beberapa gerakan dance yang ia kuasai. Termasuk handstand yang ia banggakan. Ia berusaha menambah setiap perasaan ke dalam gerakannya, menghitung dalam hati dan mengusir semua kegugupannya. Membayangkan tujuan dan determinasinya untuk diterima dalam audisi ini.

Salah satu juri mengangguk-angguk melihatnya. Salah satu sibuk mencatat apa yang ia pikirkan dan salah satu tampak memperhatikannya dengan alis berkerut.

Juri itu mengangkat tangannya dan berkata lewat mikrofon. "Ya, kau bisa berhenti."

Hyukjae tersentak sedikit karena ia— tentu saja belum selesai memamerkan dance skillnya. Cepat ia berdiri seperti sediakala di depan mikrofon yang berdiri. Menunggu ada juri yang mengomentarinya.

Tidak ada.

"Kau bisa menyanyi sekarang."

Hyukjae mengangguk, menarik nafas, dan menyanyikan 'Love Song' milik Rain dengan segenap skill bernyanyi yang ia miliki— walaupun ia tidak punya vibrato seperti Kyungsoo.

Di tengah-tengah nyanyiannya, lagi-lagi juri yang sama menghentikannya.

Detik ini, tingkat kepercayaan diri Hyukjae sudah turun drastis.

"Kita lanjutkan dengan pertanyaan, ya?" ujar juri perempuan dengan nada yang menenangkan. Hyukjae mengangguk.

"Berapa umurmu?"

".. 18."

Juri itu tampak sedikit terkejut. "Itu usia yang agak beresiko untuk ikut audisi."

"Saya tahu.."

"Tapi kau tetap mencoba, ya? Hmm, memang kemungkinanmu diterima tidak 0% sih." Juri perempuan itu mengomentari, "Dari keahlian yang kau tunjukkan tadi, mana yang menurutmu paling kau kuasai? Atau ada keahlian lain yang kau ingin tunjukkan pada kami?"

".. Aku lebih percaya diri dengan dance skill-ku." Jawab Hyukjae. "Kalau keahlian yang lain…"

Melawak. Tapi itu 'kan waktu SMA. Lagipula kalau kubilang begitu nanti mereka malah menerbitkanku sebagai komedian lagi?

Lalu— merawat anjing? Mendramatisasi cerita? Keahlian yang lebih berguna apa lagi yang aku punya?

"—Hyukjae-ssi?"

"Ah—! Melawak!" jawab Hyukjae spontan. Yang ia langsung sesali ketika melihat wajah ketiga juri itu 'tertarik' (dalam arti.. menahan tawa). Ia menunduk malu, mengutuk mulutnya sendiri.

"Begitu?" juri perempuan itu tertawa kecil. Ia melihat wajah Hyukjae yang memerah karena malu dan berkata lagi. "Itu nilai plus untuk dunia hiburan, kok. Bagus kalau kau punya kemampuan untuk membuat orang lain senang. Tidak perlu malu."

Hyukjae mengangguk. 'Tetap saja malu. Ugh.'

"Pertanyaan berikutnya," juri perempuan itu memulai, tapi kemudian diselak oleh juri di sebelah kiri yang dari tadi memperhatikan Hyukjae dengan alis berkerut.

"Apa yang membuatmu ingin masuk dunia hiburan?"

Hyukjae bertatap mata dengan juri itu dan tidak berani berkedip setelahnya.

"Karena aku ..ingin jadi idola."

Juri itu tampak tidak senang. "Makanya, kenapa?"

"… Karena itu impianku."

"Saya bisa bertanya pada seluruh orang yang tadi mengikuti audisi, kenapa mereka mengikuti audisi ini dan tidak akan ada yang menjawab seperti kau barusan." ujarnya dingin. "Saya bertanya tentang alasan yang spesifik, bukan klise. Kau tahu kan kalau ini audisi?"

Wajah Hyukjae memanas. Jantungnya berdegup semakin kencang.

"Kau serius ikut audisi ini, atau tidak?" juri itu bertanya lagi.

Kalau Hyukjae bisa mendeskripsikan, intonasinya tajam seperti pisau. Pandangan matanya menusuk, membuat Hyukjae spontan menunduk takut. Kenapa hanya dia yang diberi pertanyaan seperti ini? Tidak mendengarkan sekalipun, ia tidak merasakan hawa setegang ini dari audisi teman-temannya sebelumnya.

Kenapa aku mau jadi idola..

Kenapa aku mau jadi idola?

Karena..

Beberapa detik berlalu, juri lain mulai melirik jam dinding cemas. Juri tadi masih melempar pandangannya pada Hyukjae yang diam di tempat.

Ia menghela nafas. "Kalau kau tidak bisa menjawab, kau bisa keluar sekarang—"

"Ada orang yang ingin kukalahkan."

Tiga pasang mata tertuju pada Hyukjae kembali.

Tapi kali ini ia tidak menunduk maupun memalingkan pandangan lagi.

"Ada seorang teman dari masa lalu yang sekarang jadi idola di dunia hiburan. Aku ingin menjadi idola yang tak kalah hebat darinya. Aku ingin masuk dunia hiburan demi melampauinya."

Ia berkata, dengan intonasi yang tak kalah tegas. Tak peduli kalau kata-katanya terdengar komikal, dramatis, apapun yang bisa kau samakan.

Juri yang sama lagi-lagi terlihat tertarik. Namun pandangannya tetap tegas dan melihat langsung ke mata. Hyukjae tanpa ragu menatapnya balik.

"Jadi keinginanmu menjadi artis bukan dari kemauan sendiri?"

"Tidak!" Hyukjae membantah keras. "Ini keinginanku!"

"Tapi kau bilang itu demi orang lain? Demi melampaui orang yang kau bicarakan tadi?" ucap juri itu. "Itu namanya bukan dari keinginan sendiri, nak." lanjutnya, sarkastik.

Interval dua detik untuk berpikir, dan Hyukjae menjawab lagi.

"Memang.. awalnya, mungkin alasanku hanya itu."

"Hei, kau berbakat."

"Kau bisa memanggilku Shindong. Mau bergabung dengan grup kami?"

"Kalian harus menyusulku, kalian janji! Beberapa tahun lagi, kita akan bertemu di atas panggung, dengan penonton yang lebih banyak, dengan kostum yang lebih bagus, dengan nama panggung yang keren, dengan skill yang jauh lebih bagus dari sekarang!"

"Arasso?"

"NE!"

"Hyung, kau bisa jadileader boybandyang baik suatu saat!

Hyukjae tersenyum sebelum melanjutkan,

"Tapi selama aku melakukan hal yang sangat kusukai, di panggung jalanan bersama teman-teman.."—Ya, sepertinya ia baru menyadarinya. Ia jarang memikirkan Donghae saat sedang bersama mereka. Yang ia rasakan, bahwa menari adalah hal yang mengasyikkan. Dan impian mereka berempat, rekan-rekannya, entah sejak kapan juga menjadi impiannya.

"Aku jadi merasa kalau aku ingin menjadi idola karena aku ingin semua orang melihatku melakukan hal yang paling kusukai. Lalu jadi ikut menyukainya."

.

.

Hening.

Segera setelah mengatakan itu, otak Hyukjae seperti berhenti bekerja. Dan ia hanya bisa melongo, kosong, ke depan.

Tadi itu kata-kata yang dramatis 'kan?

Biasanya kalau di drama atau di manhwa.. lawan bicaranya akan tersenyum dan mengatakan hal yang sama bijaknya 'kan?

….kenapa ini malah diam?

"Kau tahu kenapa saya bertanya seperti tadi padamu?" si juri berwajah galak itu bertanya sekali lagi. Hyukjae sontak menggeleng cepat.

"… Em, tidak?"

"Saya sudah hampir 25 tahun lamanya di dalam bisnis ini." ujar juri itu. "Saya sudah melihat ribuan trainee, dan saya bisa katakan, walaupun tidak pernah mengambil pendidikan psikologi, secara garis besar saya dapat melihat passion seseorang dari tatapan mata dan gerak-geriknya saat melakukan sesuatu. Walau itu tersembunyi sekalipun."

Hyukjae hanya mendengarkan.

"Saat saya melihatmu menari dan menyanyi tadi, saya tidak melihat adanya passion itu." Lanjutnya. "Hanya ambisi. Dan ambisi itu bukan sesuatu yang bisa saya katakan bagus. Bukan itu yang kami cari dalam audisi tadi. Walaupun kau berbakat, percuma kalau setengah-setengah dalam bisnis ini."

Sebelum ada yang sempat berkomentar, ia melanjutkan lagi.

"Tapi saya bisa bilang, saat terakhir tadi, saya melihat passion itu." Ia tersenyum. Kecil. Lebih seperti melengkungkan bibir sedikit ke atas.

"..!"

"Walaupun hanya sebentar, itu bernilai tinggi di mata saya. Jadi, selamat. Kau mungkin bisa mendapat kesempatan lebih 1% untuk lulus audisi ini." Akhirnya, datar.

Juri perempuan yang daritadi tampak gelisah melihat waktu, tersenyum paksa dan berkata lewat mikrofon. "Baiklah, kau bisa kemba—"

"Tunggu!"

Hyukjae tidak sempat menyesali tindakannya saat itu, karena semuanya berlalu sangat cepat. Juri wanita itu berhenti berbicara dengan raut wajah gelisah. Seolah berkata 'Apa lagi?!'

"Bisakah saya.. menyanyi sekali lagi?" ujarnya. Oh, tentu ia tahu kalau itu tindakan yang kurang sopan. Tapi karena sudah telanjur sampai sini, mau bagaimana lagi?

Tancap terus.

"Tidak akan lama. Satu menit cukup, aku janji untuk terakhir kali."

Juri perempuan itu tampaknya paling tidak setuju. Tapi sebelum ia bisa berkata apapun, juri yang satu lagi, Youngmin ahjussi yang baik hati, berkata lebih dulu lewat mikrofonnya. "Silakan."

Juri galak satu lagi hanya memperhatikan tanpa kata objektif satupun.

Hyukjae tersenyum lebar. "Terima kasih!" –lalu menundukkan badannya. Mengambil nafas dalam satu gerakan bersamaan dan menutup matanya, sebelum berdiri tegak kembali dan membukanya.

Bertahun-tahun lalu, sebelum Donghae berkata ingin menjadi artis, jauh sebelum itu, ia pernah berpikir tentang impian yang sama.

Yang tidak pernah ia katakan pada siapapun. Ia menyanyikan lagu yang ada di televisi, menari sesuai ketukan iramanya. Lagu yang sampai sekarang ia tidak tahu namanya, tapi selalu mendapat applause baik dari keluarga maupun teman sekelasnya setiap ia menyanyikannya.

Tentu saja tidak ia nyanyikan dengan cara biasa.

Hyukjae mulai bernyanyi, irama ballad. Dengan wajah syahdu yang super menghayati lagu. Juri hampir mengernyitkan alis dan mengetuk mikrofon untuk menghentikannya. Untung Hyukjae menghentikannya sendiri di ketukan yang pas.

—Untuk menggantinya menjadi rap.

Dengan banyak gerakan tangan dan wajah badass, tentunya.

Lalu menggantinya menjadi ballad lagi.

Lalu rap.

Lalu ballad.

Para juri melongo. Lalu sedetik kemudian tertawa. Bahkan juri galak tadi, lengkungan di bibirnya sudah terlalu panjang untuk hanya dibilang sebuah lengkungan.

Tepat dua menit, Hyukjae berhenti dan tertawa melihat juri-juri yang tertawa, lalu membungkuk 90 derajat dan akhirnya turun panggung.

"Kamsahamnida!"

.

Ia tidak peduli lagi dengan hasil akhirnya. Sejujurnya. Ia cukup merasa senang.

.

.

"YAH! Hyung, kenapa kau lama sekali?!"

-o-o-

.

.

"Jadi, bagaimana menurut JiMin-ssi?" tanya salah satu namja berumur yang ada di ruangan itu—atau yang kalian kenal dengan nama Youngmin.

"Kalau soal skill, tentu saja nomor 13." Komentar satu-satunya perempuan di antara ketiganya. "Dancing skill-nya lumayan, singing-nya di atas rata-rata. Wajahnya juga lumayan dan dalam usia yang kita inginkan. Aku yakin dia bisa debut dalam waktu dekat."

"Saya setuju." Ahjussi yang lain berkata. "Nomor 18 dan 19 juga berpotensi. Tapi masih perlu dipoles. Kalau tahun depan mereka kembali lagi, walaupun sudah dalam usia rentan untuk menjadi trainee."

"Bagaimana dengan nomor 4 dan 17?" Youngmin berkata lagi. "Kalau dari teknik bernyanyi, saya lebih suka dengan nomor 18. Dancing skill-nya juga hebat. Sayang ia sepertinya tidak tahu peraturan tidak tertulis."

"Benar, benar." Sahut JiMin. "Baiklah, bagaimana kalau satu saja yang kita luluskan? Dilihat dari rata-ratanya, yang memenuhi kriteria hanya dia."

"Tunggu," Youngmin berkata lagi. "Bagaimana dengan nomor 20?"

"Ah," JiMin tertawa kecil. "Anak berambut merah yang terakhir itu ya?" ia melihat data yang ia tulis. "Aku menikmati waktu audisinya, walaupun aku sepertinya akan telat janjian karena dia— tapi, dia kurang mencukupi kriteria."

"Aku tidak berpikir begitu," bela Youngmin. "Aku seperti melihat berlian yang belum diasah saat melihatnya. Dancing skill-nya tentu di atas rata-rata. Singing skill standar, tapi dia bisa jadi rapper yang unik."

"Tiba-tiba kau jadi biased, Youngmin-ssi?" goda JiMin. "Menurutku dia tidak sehebat itu. Tapi kalaupun dia jadi idola, dia mungkin akan sukses di Variety Show. Bagaimana menurut Anda, Youngjin-ssi?"

Juri yang satu lagi diam dalam pikiran, kemudian menjawab.

"Kalau dibandingkan nomor 13, skill-nya memang kurang memadai." Akunya. "Tapi sejujurnya, saya suka performanya yang terakhir."

"Jujur, alami, unik, dan penuh dengan passion, itu 'kan yang mau Anda bilang?" ujar Youngmin.

"Pastinya." Jawab YoungJin.

"Tapi kalian tidak bisa menerima begitu saja dia, 'kan? Kita bicara soal bakat di sini." Protes JiMin. "Menurutku kita hanya perlu meluluskan satu orang, nomor 13. Jumlah trainee kita akan membludak di audisi terbuka berikutnya, kan?"

"Benar juga.."

"Kalau begitu, apa langsung saja kita putuskan?"

Ketiganya mengangguk.

.

.

-o-o-

Satu bulan berlalu sudah sejak audisi itu.

Tidak ada pemberitahuan apa-apa, baik untuk Hyukjae maupun ketiga orang lainnya— yang menyatakan mereka lulus audisi. Walaupun tidak berharap banyak, Hyukjae mengecek email setiap hari. Juga kotak surat, kalau-kalau SM tidak suka memakai komputer dan internet.

Tidak ada apapun.

Hyukjae menghela nafas, pagi itu. Yah, apa sebenarnya yang ia harapkan? Audisinya sudah jelas-jelas gagal. Malahan, karena mengatakan hal yang seharusnya tidak usah dikatakan, (untung ia tak sampai menjelaskan seluruh detailnya, ugh) salah satu sisi Hyukjae bersyukur ia tidak akan bertemu dengan tiga juri itu lagi. Terutama juri galak yang satu itu.

Tiga orang lainnya? Walaupun Kyungsoo sempat terlihat sangat kecewa, sejauh ini, mereka baik-baik saja, menjalani kehidupan normal dengan sekolah, latihan, dan perform.

Oh, mungkin hanya Sehun yang berubah. Karena ia sepertinya menemukan 'sahabat baik' yang ditemuinya saat audisi. Luhan atau siapapun namanya. Ia bahkan selalu bercerita tentang bagaimana Luhan bisa pindah ke Korea dari Cina dan kenapa ia ingin jadi artis. Berapa saudara yang ia punya, dan berapa ukuran baju serta sepatunya. Setiap mereka bertemu. Hell, ketiganya sepakat itu bukan hal yang terlalu penting untuk dibicarakan. Dan bahkan sepakat kalau tinggal tunggu waktu sampai Sehun menyadari kalau sepertinya ia juga akan segera mengidap penyakit yang ia katakan diderita Jongin dan Kyungsoo. Kalau kata Jongin, "Karma does fucking exist."

Oh, ya, selain itu, semuanya berjalan biasa. Terlalu biasa, sampai suatu hari Hyukjae menggosok-gosok matanya ketika ahjussi yang sama dari satu bulan yang lalu datang menemuinya, berdiri di depan rumah yang sepertinya ia tahu dari formulir pendaftaran waktu itu— dengan senyum bisnis.

"Mau minum kopi dengan saya?"

Déjà vu.

.

.

.

"HAH?!"

PRANG

Tetesan milkshake stroberi menetes ke baju putih yang dipakai Hyukjae. Membuat waitress dan pelanggan lain— termasuk yang sedang bicara dengannya mengalihkan pandangan kesana. Tapi pemiliknya sendiri sepertinya tidak sadar, dan tidak peduli.

"ANDA SERIUS?!"

Youngmin mengangguk dengan senyum di wajah lagi, lalu menyeruput kopinya selagi wajah Hyukjae berubah menjadi antara pucat dengan senang.

"Oh Tuhan, oh Tuhan, oh Tuhan. Ahjussi tidak bohong kan? Sekarang bukan tanggal 11 April kan? Tidak turun hujan kan?"

"Kenapa kau terlihat tidak percaya sekali begitu." Youngmin tertawa renyah.

"Tapi ini benar kok. Selamat, Lee Hyukjae. Kau lulus audisi dan resmi diterima menjadi trainee. Kami menunggu kedatanganmu di SM Headquarter dua minggu dari sekarang."

.

.

-o-o-o-o-


A/N : *rolls like a buffalo*

*author kebanyakan baca manga*

*kebanyakan nonton sinetron*

Malu sendiri bikin adegan sok keren ahahahahahaha maafkan aku hyuk. harusnya omonganmu keren. tapi kok jadi gue yang malu.

Terus itu adegan audisi, itu kenapa aku nyaranin nonton audisi aslinya hyuk dulu. aku gabisa ngegambarin pake kata-kata. Karena pas bikin ini otakku lagi mepet kalimat. Tapi pokoknya kayak gitu. Suka banget sama audisinya, kesannya bener2 Lee Hyukjae banget.

Aku nggak ngecek berkali-kali sebelum publish chapter ini kayak biasanya, jadi maaf kalo ada typo. Aku buru-buru nyelesaiin buat hari ini. ;_;

[!] Dan kali ini aku bisa bilang update selanjutnya mungkin bakal lama, curhat sedikit, hari minggu ini aku ada TO dan minggu depan minggu depannya lagi udah ulangan blok. Dan aku udah janji sama diri sendiri gabakal nyentuh internet dan laptop sebelum selesai ulangan. Jeongmal mianhae. Tapi jangan bosen baca dan review ya chingudeul... cuma itu yang menyemangatiku lanjutin fic ini :""")

DAN Makasih banyak buat review di chapter sebelumnya! *bows* semoga chapter ini nggak mengecewakan

Annyeong and wish me luck~!


Review?