Tittle : I dont Love Him! But..

Pair : KyuMin and another pair slight

Genre: Romance, hurt/comfort

Author : Jung RhaBear

I dont Love Him! But...

Sungmin POV

Lee Sungmin imnida. 17 tahun. Kelas 2 SMA, bersekolah di SM High School. Sekolah terfavorit seantero Korea. Dan murid-murid yang bersekolah disini, tentunya bukan murid yang sembarangan saja. Karena, hanya murid-murid berprestasi dan kalangan atas saja yang boleh bersekolah disini. Walaupun aku bukanlah orang yang termasuk kalangan atas, tapi dengan nilai-nilai ku yang selalu berada diurutan pertama, membuat ku diterima tanpa mengeluarkan uang sepersen pun.

Ya. Aku murid beasiswa disini.

"Minnie! Melamun aja". Seseorang menepuk bahuku. Tanpa menoleh dan hanya mendengar suaranya, sudah tentu dia Lee Hyuk Jae atau kerap kusapa Hyukkie.

"Iya nih, mikirin apaan sih hyung? Lagi jatuh cinta ya?" Nah, kalo suara merdu yang satu ini kepunyaan Kim Ryewook, adik kelasku sekaligus tetangga dekat rumahku. Wookie nama panggilannya. Wookie masih duduk dikelas 1 SMA, sedangkan aku dan Hyukkie dikelas 2.

"Ani" jawabku sambil menggeleng pelan. Lalu kulanjutkan acara makan ramenku yang ternyata sudah mulai agak mengembang. 'huuuh, membuatku hilang selera makan saja' batinku.

"Sungmin oppa~" seorang yeoja memanggilku dengan nada yang aneh, yang menurut namja normal sangat menggoda. Apalagi, suara barusan pemiliknya si Sulli, salah satu yeoja termanis disekolah ini, pasti mereka –namja normal– akan meleleh dibuatnya. Tapi tidak berlaku untukku, karena….

I'm gay!

Ne. Aku ini memang memiliki orientasi yang menyimpang. Seharusnya aku menyukai yeoja, bukannya menyukai namja yang sama denganku. Tapi mau bagaimana lagi, itulah aku. Lagipula, di jaman sekarang, hubungan sesame jenis bukanlah suatu hal yang tabu lagi.

Contohnya saja, Hyuukie dan Wookie. Hyukkie sudah pacaran dengan Lee Donghae, dan Wookie dengan Kim Joong Woon, atau kerap disapa Yesung. Dan pacar sahabatku ini adalah NAMJA. Dan tak ada yang mempermasalahkan hal tabu itu.

So, itu bukanlah lagi hal yang mengherankan di jaman ini.

"Ne, ada apa Sulli"

"Oppa, Kepala Sekolah mencarimu. Sekarang dia menunggu Oppa diruangannya". MWO? Ada apaan nih KepSek manggil aku? Gag biasanya aku dipanggil KepSek, ditunggu diruangannya lagi! Emang sih, aku udah biasa keluar masuk kantor. Tapi kalo secara mendadak dipanggil keruangannya langsung, entah kenapa firasatku mengatakan aka nada hal buruk setelah ini.

Entahlah, semoga saja aku salah.

"Gomawo, Sulli. Hyukkie-ah, Wookie-ah, aku duluan ya. Bye bye" pamitku.

"MWOOOOO" teriakku.

"Ya! Sungmin-ssi, jangan berteriak didepanku" ujar pria berumur 40tahun, , dialah pemilik sekolah disini sekaligus Kepala Sekolah SM High School.

"Mianhe" ucapku. Walau bagaimanapun kan tidak sopan berteriak didepan orang tua.

"Otokhe? Kau mau kan jadi guru private nya Kyuhyun, anakku, Sungmin-ssi? Kau hanya harus mengajarkan anakku Kyuhyun supaya mendapatkan nilai yang bagus agar dia diterima disekolah ini"

"Tapi, Bapak kan pemilik sekolah disini, kenapa harus…"

"Tidak! Aku tidak ingin anakku dipandang sebelah mata oleh guru-guru disini. Aku tidak mau anakku dinilai oleh orang-orang, 'Kyuhyun masuk kesini karena ada ayahnya, kekayaannya, atau apapun itu'. Aku tidak ingin Sungmin-ssi". Aku salut banget ama bapak ini. Aku kira dia tidak akan memikirkan hal-hal seperti ini. Bapak ini memang pantas menjadi pemimpin disekolah ini. Tapi….

"Kalau hanya untuk mengajarkan anak bapak, kenapa tidak mendatangkan guru les untuknya?".

"Sudah kulakukan, Sungmin-ssi. Tapi semuanya langsung berhenti dihari pertama mengajar. Aku sampai bingung harus mencarinya kemana lagi guru yang bisa tahan dengan sikap Kyuhyun.. Karena itu aku putuskan kamulah orang yang pasti bisa mengajarkannya Sungmin-ssi" jawab tanpa ada keraguan sedikitpun.

"Kenapa bapak yakin sekali aku bisa melakukannya?" tanyaku. Bayangkan saja, dari perkataan , sudah bisa ditarik kesimpulan kalau Kyuhyun itu susah diajarin dan tentunya dia itu nakal. Huuft! Daripada membuang waktuku untuk hal-hal seperti tu, mendingan waktu luangku kupergunakan untuk kerja part time saja. Dan uang hasil jerih payahku akan kugunakan untuk…

"Jika kamu mau, dan berhasil mendidik anakku Kyuhyun, Aku berjanji akan membayar jerih payahmu sesuai yang kamu minta, Sungmin-ssi"

GLEK

Dengan susah payah aku menelan ludah. Apa benar yang kudengar barusan?

"Bapak bilang apa?" tanya lagi memastikan.

"Seperti yang kamu dengar, Sungmin-ssi. Aku akan membayar berapapun yang kamu minta, Sungmin-ssi".

"Baiklah. Aku menyetujuinya. Jadi, kapan aku bisa bertemu dengan anak bapak?"

ooOOooOOoo

TOK TOK TOK

TOK TOK TOK

Setelah lama menunggu, dan tidak ada tanda-tanda kehidupan didalam rumah petak kecil, kediaman keluarga Lee ini, akhirnya aku memutuskan untuk mengambil kunci cadangan yang memang selalu diletakkan dibawah pot bunga mawar, yang terletak disamping pintu masuk.

CKLEK

Kosong

Ya, rumah ini kosong. Hnn, tentu saja, kan mereka tidak ada dirumah. Ck! Mereka kemana sih? Kulirik jam dinding rumahku.

Pukul 16.45

"Umma dan Henli sudah makan belum ya? Mereka itu kemana sih? Aisshh!"

Jujur aku kesal. Padahal tiap hari aku bilang agar jangan keluyuran kemana-mana tanpa minta izin dulu padaku. Aku bukannya tidak membolehkan mereka keluar, hanya saja aku terlalu sayang pada umma dan Henli, adikku, sehingga aku terlalu mencemaskan mereka. Didunia ini, hanya mereka yang kusayangi. Merekalah alasanku untuk tetap terus tersenyum menghadapi dunia kejam ini. Hanya melihat senyum Henli dan umma, semua beban dipundakku, kelelahan dan kepenatan ku hilang begitu saja, lalu digantikan dengan semangat dan tenaga yang tiba-tiba merasuk ketubuhku.

Ibarat sebuah handpone, umma dan Henli adalah charge ku. Mereka pengisi ulangku ketika daya tahanku mulai melemah. Hahahaha, ada ada saja kau Lee Sungmin. Ibarat macam apa itu? Sekarang bukan saat yang tepat untuk ngelawak, Sungmin! Yang terpenting, cepat cari umma dan Henli sebelum hal buruk menimpa mereka!

Kalau appa tau aku gag ngejaga umma dan Henli dengan baik, bisa digibas aku nantinya. Lagipula akukan sudah janji. Hmm, janjiku untuk menjaga mereka selama appa sedang tidak dirumah.

Kuletak asal-asalan tas sekolahku. Tanpa mengganti baju sebelumnya, akupun bergegas keluar. Ketika aku sudah selesai mengunci pintu, tak lama kemudian terdengar suara yang Henli yang berteriak memanggilku.

"Hyung!" mataku terbelalak kaget ketika Henli memapah umma. Ya ampun, ada apa dengan umma? Kulihat lutut umma berdarah, bajunya juga sedikit kotor.

"Henli-ah! Umma kenapa bisa begini? Cepat bawa masuk!" segera kubuka kembali pintu yang tadinya kukunci. Segera aku ambil kotak P3K. setelah itu, kubersihkan luka umma dengan pelan. Sangat pelan.

"Ittai…" ringis umma.

"Tahan ya umma, jangan nangis" bujukku ketika melihat umma yang sebentar lagi akan menumpahkan cairan beningnya kapan saja. Ukh, hatiku sakit melihat umma ketika dia menangis. Cih! Aku benar-benar anak yang tidak berguna. Appa, mianhe.

"Mianhe" ujar Henli sambil menundukkan kepalanya.

"Henli-ah? Waeyo? Kenapa tiba-tiba minta maaf?" tanyaku pada adikku, Lee Henri. Dia lebih muda 2tahun dariku. Dia kelas 3SMP di sekolah Dong Bang High School Musical. Dia sekolah disana karena dia memang sangat menyukai berbagai macam alat music. Terutama Biola.

Ya biola. Dan akan kupastikan, dalam waktu dekat ini Biola kesukaan adekku, akan berada dirumah ini.

"Gara-gara aku, umma jadi begini"

"Henli-chan, jangan menangis ya. Ini bukan salah Henli kok. Minnie-ah, Jangan marahin Henli ya. Umma minta maaf ya sudah bikin kamu khawatir lagi. Tadi umma terjatuh karena ingin menangkap kupu-kupu yang sayapnya indah sekali. Karena tidak berhati-hati, umma jatuh deh. Gomenasai".

Nah, kalo perkataan barusan tadi, menurut aku terbilang cukup innoncent untuk diucapkan oleh seorang wanita yang berumur 40tahunan, yang sudah memiliki 2orang anak. Umma ada-ada saja.

Seulas senyum terukir indah dibibirku.

"Siapa bilang aku marah? Aku hanya kaget saja kok. Henli-yah, cepat hapus air matamu. Kau itu namja atau yeoja huh? Lagian kau tidak liat, umma sedih tuh ngeliat kamu nangis"

"Tentu saja aku NAMJA!" Jawabnya dengan suara yang tak pelan. "Mianhe umma" kali ini nada Henri sudah memelan lagi

"Kalau begitu, jangan menangis dong. Seorang Namja, pantang untuk Menangis! Arasseo?"

Cepat-cepat Henli mengahapus air matanya.

"Ne, arasseo"

Kuletakkan tanganku diatas kepala Henri. Lalu kuacak-acak pelan rambut Henri lembut. Membuat rambutnya semakin berantakan saja. Hihihi.

Nah, kalo tadi Henri sudah berhenti menangis, sekarang giliran umma kami yang menangis?

"Umma, kenapa menangis? Apa masih ada yang sakit umma?" tanya ku dan Henri serempak.

Dengan sesegukan, umma menjawab, "Umma terharu melihat kekompakan kalian. Peluk umma~"

"Saatnya berpelukan". Ujarku.

Dan kamipun berpelukan layaknya telettubhies. Kekanakan? Iya benar. Hahaha. Inilah keluargaku, kalian pasti terkejut kenapa aku bisa memiliki keluarga yang aneh beginikan?

Aku juga. Hmm, tanyakan sajalah pada si Author yang sedang senyam-senyum gaje itu.

Sungmin END POV

Dikediaman Lee, pukul 19.00

Sehabis membereskan piring-piring kotor bekas mereka makan, Sungmin segera mengambil tas sandangnya yang isinya buku-buku pelajaran SMP kelas 3 yang ia pinjam dari Henri, adiknya. Kemeja pink, jeans putih. Hmmm, tidak buruk. Malahan terlihat sangat bagus dibadan Sungmin. Yaa, walaupun pink sih. Sungmin kan memakai apapun pasti cocok. Lagipula, Sungmin inikan maniak pink.

Setelah merasa tidak ada yang kurang ataupun berlebih, ia pun pamit ke ibunya dan Henri. Tentunya ia juga telah berpesan kepada ibunya dan Henri adiknya agar tidak kemana-mana selama Sungmin tidak ada, jangan membukakan pintu kepada orang asing, tidur paling lambat pukul setengah 10 malam, dan pastikan sebelum tidur harus menggosok gigi dan setelahnya baca doa, barulah tidur.

Ckckc, Sungmin. Dasar over banget sih :p

"Lee Sungmin. Apapun yang terjadi, kau harus bisa bertahan menghadapi anak itu, Cho Kyuhyun. Demi adekmu tersayang, Lee Henri" Batin Sungmin.

"Henli-ah. Kemari sebentar" panggil Sungmin didekat pintu keluar rumah.

"Ne, hyung. Waeyo?" tanya adikku. Lagi, kuacak pelan rambutnya.

"Henli-ya, sabar ya. Sebentar lagi, kau akan janji. Jaa-" perkataan ambigu dari Sungmin membuat Henri menaikkan sebelah alis matanya, seakan meminta Sungmin untuk menjelaskan maksud perkataan Hyungnya itu.

Tapi, bukannya menjawab, Sungmin malah langsung pergi setelah mengatakan perkataan aneh itu.

'Kau akan mendapatkannya' perkataan Sungmin terngiang dibenak Henri. Tapi ia tetap saja tak menemukan jawabannya.

"Memangnya, yang aku inginkan yang dimaksud hyung itu apa?"

TING TONG TING TONG

CKLEK

"Oh, Sungmin-ssi sudah datang rupanya. Ayo, anakku didalam kamarnya. Kamarnya terletak dilantai kedua kamar paling ujung berpintu biru yang ada tulisan 'WELCOME', nah itulah kamar anakku, Kyuhyun" ujar tenang tanpa beban. Apa dia tidak menyadari air muka Sungmin yang dari berwajah berseri-seri mendadak pucat pasi?

Ckckc~

Poor Sungmin

"Ne"

Dengan langkah gontai, Sungmin menuju arah kamar Kyuhyun yang telah ditunjukkan arahnya oleh tadi. Dilantai dua, kamar paling ujung berpintu biru yang ada tulisan 'WELCOME'.

Nah, ini sudah dilantai dua. CEK

Kamar paling ujung. CEK

Berpintu biru. CEK

Dan ada tulisan 'WELCOME–"

"Welcome to Hell? Kata sambutan apaan ini? Orang waras mana yang akan meletakkan tulisan mengerikan ini didepan pintu kamarnya sendiri? Ckckck" ujar Sungmin pelan.

TOK TOK TOK

CKLEK

"Kau siapa?"

"Lee Sungmin imnida."

Pria berambut brunette itu hanya dia saja, namun menaikkan sebelah alisnya seakan mengatakan 'Lalu?' atau 'Apa peduliku?'

"Aku guru private mu yang baru, Kyuhyun-ah" ujar Sungmin cepat-cepat ketika menyadari tatapan aneh Kyuhyun.

Mendengar jawaban yang tentunya tidak diharapkan Kyuhyun, Kyuhyun pun mendecih serta memutar bola matanya. 'Yah, lagi-lagi guru privat aneh yang datang mengajariku. Cih! Pink? Benar-benar aneh' batin Kyu.

"Masuklah"

Sungmin melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar yang menyerupai kandang sapi saja! Lihatlah, betapa berantakannya kamar ini. Lantainya yang bertebaran dengan komik-komik, kaset game, beberapa botol kaleng kosong yang tentunya isinya sudah habis diminum ini namja, dan... ohh, apa itu yang terselip dibawah tempat tidur? Sungmin benar-benar tidak habis pikir, ternyata di kamar namja yang masih duduk dikelas 3 SMP, sudah berani melihat hal-hal berbau dewasa seperti majalah Playboy koleksinya. Sungmin berani bertaruh, bahwa bocah ingusan ini masih banyak menyimpan hal-hal dewasa lainnya dikamar ini.

"Sudah puas melihat-lihat kamarku, hah? Cih"

"Gomenasai... ah, maksudku, mianhe Kyuhyun-ah".

"Terserah, yang penting aku mau main. Jangan ganggu aku", Kyuhyun mengambil PSP miliknya yang ia letakkan di atas tempat tidur. Ia raih, dan ia pun memainkan game kesukaannya dengan tiduran di kasur king sizenya.

"A..ano, Kyuhyun-ah" Ujar Sungmin. Ia merasa tidak dianggap disini. Helloooww, bagaimanapun Sungmin kesini untuk mengajar bukan melihat dia yang hanya bermain game. Lagipula, Sungmin itukan anak SMU kelas 2, sedangkan Kyuhyun masih duduk di kelas 3 SMP. Usia Sungmin 17, dan Kyuhyun masih berumur 15. Hanya berjarak 2 tahun sih, tapi tetap saja Sungmin sebagai hyung disini dan Kyuhyun adiknya. Setidaknya hargailah yang lebih tua.

Kyuhyun hanya menggumam.

"Bisakah kau meletakkan PSP mu untuk 2 jam kedepan? Setelahnya terserahmu kau ingin melakukan apa dengan itu. Kita harus mulai pelajarannya. Buka buku Matematika mu halaman delapanpuluh en..."

"Kau tidak usah repot mengajariku. Karena aku tidak butuh itu, dan satu lagi jangan pernah memanggilku dengan nama menjijikkan seperti itu, arra?"

"Aku tidak akan merasa kerepotan, karena mengajarimu memang sudah kewajibanku sebagai guru privatmu. Dan untuk nama, apa kau punya saran untukku?"

"Bisakah kau meletakkan PSP mu untuk 2 jam kedepan? Setelahnya terserahmu kau ingin melakukan apa dengan itu. Kita harus mulai pelajarannya. Buku buku Matematika mu halaman delapanpuluh em..."

"Kau tidak usah repot mengajariku. Karena aku tidak butuh itu, dan satu lagi jangan pernah memanggilku dengan nama menjijikkan seperti itu, arra?"

"Aku tidak akan merasa kerepotan, karena mengajarimu memang sudah kewajibanku sebagai guru privatmu. Dan untuk nama, apa kau punya saran untukku?"

"Kau dibayar berapa sama appaku, sehingga bersikeras mengajariku hah?" Kyuhyun mulai meninggikan nada bicaranya.

"Appamu mengatakan terserah berapa yang kuminta asalkan kau lulus dengan nilai yang memuaskan. Maka dari itu, jangan buat masalah".

"Cih! Menjijikkan sekali orang-orang yang mau melakukan apapun demi uang. Dan apa kau pikir aku akan menurut kepadamu? Tidak akan! Pulanglah, tugasmu sia-sia, arra?". Kyuhyun kembali melanjutkan permainan yang ia paused beberapa menit yang lalu.

"Aku mohon, jangan buat ini semakin rumit. Aku, benar-benar membutuhkannya"

Kyuhyun mengubah posisinya menjadi setengah tidur. Ia dapat melihat bagaimana wajah Sungmin yang meredup dan menundukkan kepalanya.

Kyuhyun turun dari ranjang empuknya. Menghampiri Sungmin yang masih setia menunduk.

"Aku tidak peduli uang itu akan kau pergunakan untuk apa. Tapi, mungkin akan kupertimbangkan kalau kau..."

Kyuhyun menyeringai. Oughh, jika seorang Cho Kyuhyun sudah menampakkan senyum iblis seperti itu, sudah bisa dipastikan ia memiliki ide gila di otak iblisnya.

"Berlutut dan memohonlah padaku".

To be Continued

Author Note:

Terimakasih buat reader yang sudah mau meluangkan waktunya untuk membaca fanfic buatanku (yaah, itupun kalo memang ada sih yang mau baca). Bagaimana? Menarikkah? Atau membosankan? Maka dari itu, sampaikan krikitan atau saran di review aja yaa. Ditunggu

Gomawo...