Waaaa! Ini dia "My Love Monogatari"!

Awalnya fic ini namanya "The End", lho! Karena, fic sebelumnya berjudul panjang, Kenrai mau bikin fic yang judulnya pendek, tapi ternyata malah nggak nyambung. Kenrai yang tidak jago bahasa ingrispun memaksakan diri untuk membuat judul berbahasa ingris. Maksa!

Cerita ini terinspirasi dari ide cerita yang disarankan teman kenrai, dengan inisial "O". Dia bilang, "Bagaimana kalau tentang perjodohan yang dipaksa?." Awalnya Kenrai nggak yakin. Soalnya, sudah banyak fic di fandom MinaKushi yang bertemakan perjodohan. Tapi entah kenapa malah Kenrai ketik, hehehe... Pokoknya, Kenrai akan buat berbeda walaupun agak maksa! Jadi, ini adalah hasil perasan otak Kenrai yang membeku, bukan bermaksud untuk melakukan sebuah plagiat.

Ok, dari pada membaca tulisan tak bermakna diatas, langsung saja, let's start!

My thanks to: God, my best friend (double glasses, and "A"), for the idea ( "o"- chii), kira daisuki, my perents, and all silent reader!

Disclaimer: Naruto adalah milik Masashi Kishimoto-sama. Tapi, setidaknya, fic ini milik Kenrai~~~(setidaknya).

Warning!: dicerita ini Kenrai buat Minato sangat OOC. Jadi, bagi yang tidak suka jangan memaksakan diri membaca fic Kenrai ini. Nanti patah tulang (?). oh,iya...disini akan banyak typo, dan banyak hal lainnya yang tidak diinginkan.

Dont like, dont read!


Cerita ini bermula dari sebuah klan bangsawan yang bernama Uzumaki. Di klan itu lahirlah seorang anak perempuan berambut merah, Kushina Uzumaki. Sejak kecil Kushina memang sudah terbiasa diperlakukan dengan baik seperti halnya seorang putri karena ayahnya adalah pemimpin klan Uzumaki.

Tapi, walaupun begitu, Kushina merasa kesepian. Orangtuanya selalu pergi ke sana kemari, rapat ini itu, dan itu membuat Kushina selalu sendirian.

Kushinapun tumbuh menjadi gadis yang anggun dari luar, tapi keras di dalam. Kalau ada pelayan atau orang lain yang melakukan kesalahan sedikit saja, maka akan dimarahi atau bahkan dihukum dan karena itu, tanpa dia sadari, semua orang menjauhi Kushina dengan alasan bahwa seorang bangsawa tidak pantas bergaul dengan rakyat biasa. Kushina tahu itu. memang hatinya sakit. Tapi dia tidak ambil pusing. Dia tidak peduli apa pendapat orang tentang dirinya.

Sekarang, Kushina sudah kelas 2 SMA dan berusia 17 tahun. Tak ada yang berubah dari keseharian Kushina, tetap dimanja sebagai seorang putri di rumah dan di jauhi di luar rumah. Sebenarnya dia ingin ada orang yang bisa mengubah kesehariannya yang biasa-biasa saja. Tapi, dia yakin tidak ada yang bisa. Ini adalah takdirnya. Orang lain tidak bisa mengubah takdirnya ini.

.

.

.

.

Chapter 1, Yoteisetsu -Takdir-

.

.

.

"Kushina-hime, ayo berangkat!" kata seorang pelayan dengan rambut hitam panjangnya. Pelayan itu berlari tergepoh-gepoh menuju kamar Kushina. Sudah merupakan tugasnya untuk melayani majikannya yang satu ini.

Namanya adalah Mikoto Uchiha, pelayan paling muda di rumah Kushina itu sudah melayani Kushina sejak berusia 7 tahun dan entah kenapa, umurnya bahkan 1 tahun dibawah kushina dan satu sekolah. Dia ingin memastikan kalau Kushina tidak 100% sendirian saat disekolah. Lagipula, jarang-jarang ada pelayan yang lebih muda daripada tuannya seperti Mikoto.

"Iya, iya. Aku sudah mau selesai. Mikoto duluan saja, ya...Nanti aku menyusul, kok!" jawab Kushina dari kamarnya yang besar dan mewah itu. Sekarang Kushina sedang merapikan baju seragam yang sudah melekat di tubuhnya. Rambut merahnya yang panjang dibiarkan terurai begitu saja. Dandanan yang memang sederhana itu entah kenapa membuat Kushina terlihat anggun dan mempesona. Kushinapun mengambil tas sekolahnya dan mulai berjalan keluar dari kamarnya menuju sekolahnya, Konoha Academy.

.

.

Dan, begitu turun dari mobil Limousinnya, sebuah pemandangan tak biasa terjadi di depan gerbang sekolahnya. Gerbang yang besar itu dipenuhi perempuan–perempuan dengan teriakan melengking disana sini yang membuat Kushina harus menutup telinganya. Dia terus mencoba untuk menembus dinding mengerikan itu sekuat tenaga. Tapi, tetap tidak bisa. Kushinapun mundur beberapa langkah ke belakang dan mengeluarkan Hp dari sakunya.

"Cih, merepotkan," lirih Kushina sambil mengutak-atik Hpnya. Diapun menekan tombol hijau di Hpnya itu.

"Halo. Ya, ini Kushina Uzumaki. Ya, bisa kalian tertibkan perempuan-perempuan liar di gerbang utama Konoha Academy? Bagus. Waktu? Ah, ok, 5 menit," katanya entah kepada siapa. Tapi, yang pasti, tak lama setelah itu, segerombolan tentara berbaju hitam pekat dengan senjata api dan perisai besar di tangannya keluar dari mobil besar yang entah datang dari mana. Mereka menembakkan beberapa tembakan air mata ke arah gerombolan perempuan di gerbang itu dan dengan kasarnya mereka menghamburkan gerombolan di depan gerbang itu. Sekilas mereka nampak seperti Densus 88 dari Indonesia, tapi ternyata pasukan itu adalah para tentara yang sudah dilatih untuk melindungi keluarga Uzumaki.

Tak lama berselang, gerbangpun sedikit demi sedikit menjadi sepi hingga, pada akhirnya, hanya terlihat 3 orang yang masih bertahan, yaitu Mikoto, Kushina, dan seorang siswa berambut kuning.

"Ayo masuk, Mikoto," ajak Kushina. Mikoto mengangguk dan memberikan sekotak bekal yang di buatnya dengan susah payah tadi pagi.

"Ini bekal anda, Kushina-hime. Nanti kita makan bersama-sama,ya?" Mikoto tersenyum saat Kushina menerima bekal buatannya.

"Tentu saja, Mikoto." Merekapun berjalan melewati gerbang besar itu. Tapi, ada satu hal yang mereka lupakan. Masih ada seorang lagi yang berdiri dengan kedua tangan yang dia masukkan ke saku celananya, yaitu siswa berambut kuning. Siswa berambut kuning itu menatap Kushina dengan tatapan tajam dan membuat Kushina risih. Kushinapun membalas tatapan siswa itu tanpa memerhatikan jalan.

"Ku...Kushina-hime! Awas!" teriak Mikoto begitu melihat Kushina akan tersandung sebuah batu. Tapi sudah terlambat, Kushina sudah terjatuh. Kushinapun mulai berusaha berdiri dengan lengannya yang terluka. Namun dia tersentak ketika mendengar sebuah suara tawa. Dia mendongak dan melihat siswa berambut kuning itu berusaha menahan tawa.

"Hmmph! Baru kali ini aku melihat seorang putri bangsawan bersujud di hadapanku setelah berhasil menertibkan dinding perempuan yang sengaja kubuat. Lucu sekal!" Kushina menggertakkan giginya. Berani-beraninya orang satu ini menertawakannya. Siswa itu berbalik sambil terus tertawa dengan lantang tanpa membantu Kushina berdiri. Sementara itu, Mikoto menganga melihat majikannya berhasil dipermalukan oleh seorang yang bahkan belum dikenalnya.

"Kushina-hime! Anda baik-baik saja? Biar kuantar ke UKS!" teriak Mikoto panik begitu sadar Kushina sedang menggertakan giginya. Dia sadar kalau Kushina sedang sangat kesal dan itu bertanda buruk.

"Tidak sama sekali, Mikoto. Bocah itu kurang ajar!. Mikoto, Kamu cari informasi tentang bocah itu sedetil-detilnya dan berikan padaku secepatnya!" perintah Kushina setelah berhasil berdiri dan berjalan terpincang-pincang. Mikoto mengangguk dengan cepat sambil berusaha membantu Kushina berjalan. Mikoto menoleh melihat wajah tuannya itu. Kushina mengerutkan dahinya dan menggertakkan giginya dengan wajah yang memerah. Mikoto hanya bisa menggelengkan kepalanya.

.

.

.

Kushinapun berdiam diri selama beberapa jam di UKS bersama sang guru pengawas UKS, Tsunade-sensei. Sudah beberapa kali Kushina membaca majalah yang dipinjamkan guru itu kepadanya. Tapi, tetap saja, dia masih merasa bosan.

"Iiih, bosan...aku kira aku bisa bolos dengan tenang disini," lirih Kushina. Tsunade hanya bisa menggelangkan kepalanya. Tiba-tiba guru itu teringat pada ponakannya yang baru pindah kesekolah ini.

"Oh, iya, Kushina. Kamu sudah bertemu dengan Minato?" tanya Tsunade. Sebenarnya, dia yakin kalau Kushina bahkan tidak mengenal siapa Minato itu. Dia tahu pasti kalau Kushina tidak akan peduli dengan ucapannya itu.

"Minato? Memangnya dia apa?" tanya Kushina. Gadis itu bahkan menyebut Minato dengan kata 'apa'. Padahal, seluruh gadis di akademi ini tahu Minato. Dia adalah anak dari klan Namikaze. Klan yang terpandang. Dia juga anak yang jenius yang memenangkan berbagai kejuaraan, olimpiade dan turnamen tingkat Nasional. Dan yang paling penting, dia adalah pria tampan. Sempurna. Semua gadis ingin menjadikan Minato sebagai pacarnya, tapi tidak ada yang berhasil meluluhkan hati sang ksatria itu.

"Dia keponakanku, Kushina. Tidak ada yang bisa mengalahkan Minato. Lagipula dia tampan. Barangkali kau akan jatuh cinta padanya. Sesekali kau juga harus tahu tentang percintaan, Kushina..." kata Tsunade-sensei. Kushina hanya melongo. Selama ini dia bahkan tidak pernah memikirkan apapun yang berhubungan dengan percintaan.

"Memangnya itu penting? Aku sudah banyak bertemu pria tampan dan itu biasa saja, sensei. Tapi, demi sensei, aku akan jadi penasaran. Ok, bagaimana orangnya?" tanya Kushina dengan ekspresi datar lalu menguap.

"Kau ini. Baiklah, sebentar lagi dia datang. Kebetulan aku tadi memanggilnya kesini untuk membawakan koran hari ini." Kushinapun mengangguk. Dan benar saja, tak lama setelah itu, pintu pun mulai terbuka. Seorang siswa masuk dari balik pintu putih itu. Kushina tersentak. Dia kenal siapa siswa itu. Itu siswa yang tadi pagi menertawakannya. Tanpa pikir panjang Kushina langsung melompat keluar melalui jendela yang ada tepat disebalahnya.

"Permisi, Bibi. Ini koran yang Bibi minta. Kenapa tidak suruh penjaga sekolah untuk menganbilnya, sih?" kata Minato sambil menutup pintu yang tadi dibukanya.

"Itu karena aku tahu kalau kamu pasti akan membolos pada hari pertama masuk semester baru. Kau itu memang tidak pernah berubah, ya..." lirih Tsunade-sensei. Dia mengambil koran yang dibawa keponakannya itu adn meletakkannya dimeja tanpa dilirik sedikitpun.

"Ah, sudahlah...Jadi, Bibi pasti ada perlu denganku, kan?" tanya Minato. Dia ingin memastikan perkiraannya sejak tadi. Dia tahu, sangat jarang bibinya itu menyuruh orang mengambil koran hari ini karena bibinya itu tidak suka membaca koran.

"Ada gadis yang ingin kukenalkan padamu, Minato. Namanya, Kushina Uzumaki...Eh, dimana dia?" Tsunade baru sadar kalau Kushina kabur dari ruangan itu. Dia bahkan tidak menyadari garak-gerik Kushina tadi.

"Bibi ini bagaimana, sih?" tanya Minato. Diapun naik kekasur yang tadi ditiduri Kushina. Matanya tertuju pada sehelai rambut merah yang tertinggal di pinggir jendela. Minatopun berdehem kecil lalu melihat keluar jendela.

"Kushina Uzumaki, ya...Menarik," lirih Minato sangat pelan. Kemudian dia tertawa kecil.

"Ada apa, Minato?" tanya Tsunade. Dia heran melihat tingkah keponakannya yang satu ini.

"Tidak...tidak apa-apa."

.

.

.

"Kushina-senpai, ayo makan bareng," ajak Mikoto dari luar kelas. Dia memang menyembunyikan identitasnya sebagai pelayan Kushina saat disekolah kerena perintah Kushina. Tapi, Mikoto senang bisa jadi lebih akrab dengan majikannya itu walau hanya di sekolah. Kushina mengangguk lalu mengambil bekal yang tadi pagi diberikan Mikoto kepadanya. Diapun berjalan keluar kalas.

"Ayo, Mikoto. Nanti, keburu kantinnya penuh." Kushinapun berjalan disamping Mikoto sambil sedikit bersiul.

Ya, saat istirahat yang ditungu-tunggupun tiba. Kushina yang baru saja kembali dari UKS itupun berjalan dengan riangnya menuju kantin. Kotak bekal yang terbungkus rapipun sudah siap ditangannya. Tapi, dibalik itu semua, sebenarnya Kushina cukup terkejut ketika disuruh berkenalan dengan siswa menyebalkan yang tadi pagi baru saja menertawakannya. Saat melihat kalau orang berambut kuning itu masuk, satu pikiran yang mengalir secara otomatis dipikiran Kushina adalah kata, "Ogah!". Dan sedetik setelah itu, Kushina sudah memutuskan untuk kabur. Sejak awal Kushina memang tidak suka pada siswa yang ternyata bernama Minato itu.

Begitu sampai dikantinpun, Kushina bertemu lagi dengan makhluk kuning itu. Kali ini dia berjalan kearah Kushina. Kushinapun berdecih dan menatap siswa itu dengan tatapan tajam miliknya. Namun, tanpa dia sadari, ada seorang siswa yang berbadan besar yang membawa semangkuk mie ramen berlari karah minato dan menbrak Minato. membuat Minato terjatuh dengan mangkuk mie ramen dikepalanya. Kushina terkejut dan berjalan lebih cepat untuk melihat keadaan Minato. Tapi dia teringat sesuatu. Tadi pagi dia ditertawakan. Dia dipermalukuan oleh orang yang sama yang sekarang sedang dalam kondisi memalukan. Kushina tersenyum licik.

Dalam waktu yang singkat Minato sudah dikelilingi banyak orang yang mayoritas adalah perempuan yang menjadi fans berat sisiwa berambut kuning itu.

"Minato-sama, anda baik-baik saja?"

"Apa ada yang terluka?"

"Aduuuh. Bagaiman ini, baju Minato-kun basah.."

Ya, perkataan semacam itu menghujani Minato. Minato bahkan tidak bisa berdiri karena terlalu banyak orang yang mengelilinginya. Sekarang dia sadar, menjadi orang keren ternyata menyusahkan.

"Ehem!" Minato tersentak. Dia kenal suara itu. Itu suara gadis berambut merah yang tadi pagi dia tertawakan. Kushina Uzumaki. Dalam sekejap suasanyapun menjadi tenang. Para gadis tadipun memberikan jalan kepada gadis bermata violet itu menuju tempat Minato. Kushina terdiam. Dia menatap wajah menyebalkan dari orang yang menyebalkan itu lekat-lekat lalu tersenyum licik.

"Hmmph! Lucu sekali, ya...melihat seorang bangsawan yang jenius dan tampan terjatuh dengan mangkuk ramen diatas kepalanya. Bukankah begitu menurutmu, MINATO- SAMA," Kata kushina dengan penekanan dikata terakhirnya lalu berbalik dan tertawa pelan.

"Awas, kau...Dasar Kushina Uzumaki!" geram Minato dia segera bangkit dan menyingkirkan mie-mie yang masih melekat dibadannya itu dan berusaha mengejar Kushina. Tapi apa daya, Kushina sudah pergi duluan dan Minato kehilangan jejaknya.

"Sialan."

.

.

.

.

Setelah itu Kushina tidak bertemu dengan Minato lagi karena gedung tempat kelas mereka berbeda. Menurut data yang diberikan Mikoto, Minato adalah siswa kelas 3 SMA. Dia pindah ke Konoha Academy karena keinginan ayahnya. Selain itu tidak ada informasi lain tentang Minato. Kushina bisa merasa lega. Tapi, itu bukan berarti Kushina tidak akan pernah bertemu Minato lagi.

Malam itu, 4 hari kemudian. Kediaman Uzumaki menjadi semakin sepi ketika sebagian orang dirumah itu sudah terlelap. Namun, suara dering telepon memecahkan kesunyian itu. Seorang pelayan mengambil telepon itu dan segera berlari menuju kamar Kushina.

"Kushina-hime, Kushina-hime! Ada telepon dari tuan besar," teriak pelayan itu. Dia mengetok-ngetok pintu kamar Kushina sampai Kushina membuka pintunya.

"Ah, Mikoto! Dari Otou-san?" jawab Kushina setelah keluar dari kamarnya itu. Mikoto hanya mengangguk kecil saat melihat wajah terkejut Kushina. Maklum, sejak beberapa bulan belakangan ini orang tua Kushina bahkan tidak menghubungi Kushina karena terlalu sibuk.

"Ini Kushina. Ada apa Otou-san?" tanya Kushina tepat setalah menerima ganggang telepon dari Mikoto. Mikoto, sebagai pelayan yang baik, mundur menjauh dari Kushina. membiarkan gadis itu berbincang dengan ayahnya.

"Sebentar lagi usiamu 18 tahun, ya..." kata ayah Kushina dari telepon. Suaranya tidak terdengar jelas. Tapi, Kushina tidak memikirkan itu. Pikirannya penuh dengan kecurigaan terhadap ayahnya itu.

"Langsung saja, Otou-san. Tidak perlu basa-basi," jawab Kushina.

"Hm...kamu kenal klan Namikaze' kan, Kushina? Paman Hirou Namikaze?"

"Ya. Tapi, hanya mendengar desas-dedusnya saja. Lagipula, sudah lama aku tidak bertemu paman Hirou. Otou-san tahu, kan, aku tidak peduli."

"Ya. Masalahnya, ayah pernah saling berjanji dengan paman Hirou saat kamu masih di kandungan. Dan..."

"Tunggu! Aku mengerti pemikiran Otou-san. Jadi, Otou-san dan paman Hirou telah melakukan pertunangan kecil-kecilan antara aku dan anaknya paman Hirou waktu masih kecil dan karena umurku sebentar lagi 18 tahun, maka aku harus menikahi anak paman Hirou, begitu? Huh, lucu sekali. Seperti drama saja, ya...Hahahaha," jawab Kushina sembarangan sambil tertawa garing.

"Sayangnya, sebagian besar dari omonganmu itu benar, Kushina. Tapi, Otou-san belum melakukan pertunangan waktu kamu masih kecil. Otou-san memang ingin kamu menikah dengan dengan anak paman Hirou, Masa depanmu akan terjamin nantinya. Jadi, kamu akan ditunangkan dengan anak paman Hirou dalam waktu dekat ini." Kushina terkejut dengan pupil yang mengecil. Tidak terpikir olehnya kalau ayahnya itu akan melakukan hal senekat ini.

"A...ayolah, Otou-san. Jaman sekarang mana ada perjodohan seperti itu! Jangan bercanda!" bantah Kushina. Dia tidak ingin dijodohkan. Walaupun Kushina sama sekali belum pernah jatuh cinta.

"Kau tidak bisa menolak, Kushina. kalau kamu menolak pertunangan itu, klan kita akan dipermalukankan. Lagipula, Otou-san sudah terlanjur bilang pada paman Hirou akan menjodohkanmu dengan salah satu dari anaknya. Kalau kau menolak, masa depanmupun tak terjamin. Lagipula, jika klan kita dipermalukan, kita akan mendapatkan kerugian yang sangat besar dan…" omel ayah Kushina itu tidak jelas dengan penekanan disana sini. Kushina hanya memutar bola matanya. Ayahnya satu ini memang aneh. Kalau sudah berbicara dengan alasan tidak jelas seperti ini, itu berarti ayah Kushina sudah ngotot.

"Ok,ok! Terserah Otou-san saja! Aku mau tidur!" bentak Kushina kepada ayahnya itu. Kushina tahu, dia tidak bisa membantah omongan ayahnya. Kushina berdecih dan mengembalikan ganggang telepon itu kepada Mikoto.

"Ada apa, Kushina-hime?" tanya Mikoto. Dia tahu betul kalau Kushina kesal dengan pembicaraannya tadi.

"Kau diam saja, ya, Mikoto. Jangan bilang siapapun." Kushinapun membisikkan inti dari pembicaraannya tadi kepada Mikoto. Mikoto terdiam sejenak, mencerna perkataan Kushina itu. Semua orang juga pasti terkejut begiu tahu kalau Kushina akan dijodohkan dengan seorang yang bahkan belum dia kenal.

"Apa itu benar, Kushina-hime? Kenapa tidak ditolak saja?" tanya Mikoto. Dia tidak percaya kalau Kushina akan menerima tawaran ayahnya itu.

"Mana mungkin. Dari nada bicaranya saja sudah terlihat bahwa keinginan Otou-san sudah bulat. Aku tidak bisa menolaknya semudah itu," jelas Kushina. Dia berbalik dan membuka pintu kamarnya. Tapi, sebelum masuk kekamarnya, dia menoleh dan menatap Mikoto.

"Sudahlah... Yang penting kita istirahat dulu malam ini. Oyasumi, Mikoto," katanya lalu menguap dan memasuki kamar itu. Kushina membanting tubuhnya di kasur. Dia menarik selimutnya dan mulai memejamkan mata. Pikirannya sedang sangat penuh malam ini.

"Perjodohan, ya...Dasar Otou-san, ada-ada saja," lirih Kushina sebelum benar-benar tertidur. Dia tidak peduli siapa yang akan dijodahkan dengannya atau apapun itu. Karena Kushina juga tidak peduli dengan masalah percintaannya. Toh, tidak ada yang mau mencintainya begitu tahu sifat asli kushina yang egois dan keras kepala itu. Yah, untuk malam ini Kuahina masih bisa tidur dengan nyenyak. Setidaknya, untuk mempersiapkan diri mengahadapi hari esok yang akan jadi lebih berat dari sebelumnya.

.

.

.

.

"Kushina-hime! Gawat! Ini gawat sekali!" teriak Mikoto histeris. Gadis itu berlari kearah Kushina yang sedang menikmati sarapannya pagi ini. Ya, setelah mengetahui kalau Kushina akan dijodohkan oleh seseorang yang tidak dikenalnya, pagi ini Mikoto mendapat berita yang sangat mengejutkan dari ayah Kushina.

"Ada apa, sih. Pagi-pagi sudah ribut…" Tanya Kushina setelah bersusah payah menelan makannan dimulutnya. Untung ssaja dia tidak tersedak.

"Ini gawat,hime! Subuh tadi, tuan besar menelepon dan karena Kushina-hime belum bangun, jadi tuan besar bilang ke saya kalau…" Mikoto menggoyang-goyangkan bahu Kushina agak kencang. Itu membuat Kushina sedikit terbatuk-batuk. Tapi, Mikoto tidak peduli. Info yang akan dia ceritakan ini jauh akan lebih mengejutkan Kushina.

"Tenang dulu, Mikoto….Kalau begitu aku malah tidak mengerti, kan…"

"Ok…tuan besar bilang kalau yang akan dijodohkan dengan Kushina–hime adalah…"

"Siapa?"

"Minato Namikaze, Siswa berambut kuning yang kemarin menertawakan Kushina-hime atau kakaknya, Shikoto Namikaze, seoarang musisi dan…Kushina-hime! Anda baik-baik saja? Kushina-hime! Kushina-hime, kenapa sampai pingsan begini!"

Tbc…..


Tada! Akhirnya beres juga chapter pertama ini. Di fic sebelumnya, kenrai bilang tidak cocok dengan cerita berchapter….tapi malah menulis cerita berchapter lagi… hahaha..maksa banget' sih... tapi, sayang juga kalau ide cerita kenrai dibiarkan menumpuk di otak.

Kenrai sudah mencoba untuk lebih teliti lagi kali ini. Bagaimana? Masih typo' kan? Namanya juga manusia...di fic kali ini akan muncul banyak oc. Habis, kenrai nggak begitu hapal nama karakter yang seumuran dengan Minato dan Kushina. kalau ada teman-temen yang berbaik hati mau mengingatkan kenrai, kenrai akan lebih berterima kasih..

kenrai mohon dengan sangat memohon, review, please! -dengan keringat bercucuran-