A/n : AAA! Akhirnya selesai sudah tugasku untuk fic ini. Akhirnya fic ini dapat selesai di chapter 7 ini. Mungkin saya akan banyak ngebacot, jadi maklum ya…

Kalian mau balas review dulu atau fic dulu nih?

Ficnya dulu aja yah… Biar cepat. Hehe.

Dengan ini, ku persembahkan, chapter terakhir untuk para readers tercinta~

Buku yang Mengubahku dan Temari #7

Naruto © Masashi Kishimoto

Story and Plot © Arezzo Calienttes 'Namikaze

Pair : ShikamaruxTemari

.

.

Sebelumnya~

'Jangan bilang itu mobil Shikamaru, jangan bilang itu mobil Shika!' pikirnya dalam hati.

Sayangnya, ia melihat pengemudi di dalam mobil pingsan bercucuran darah. Pengemudi yang memiliki rambut nanas itu tidak bergerak.

"S-shikamaru! H-hiks," seru Temari di sela-sela isakan tangisnya.

.

Yang di panggil tidak menyahut. Darah mengalir dari dahinya. Shikamaru terbaring lemah di pangkuan Temari.

Sasori keluar dari mobil dan menemui Temari. Ia agak berpikir, mengapa Temari begitu peduli pada orang tak di kenal ini…?

"Temari-chan, kau kenal siapa dia…?" tanya Sasori.

lupa, kalau ia sekarang sedang berada diposisi paling tidak aman. Antara mengakui bahwa Shikamaru adalah suaminya, atau menyangkal. Temari benar-benar dilanda kebingungan. Ia tidak tahu harus menjawab apa.

"Umm.. Uh, Sasori-kun, itu tidak penting. Lebih baik sekarang kau obati dia dulu…!" ujar Temari. Segera saja Sasori mengambil kotak P3K di mobilnya, dan memberi pertolongan pertama untuk Shikamaru. Beruntung kalau Sasori adalah dokter.

Masih dalam keadaan terisak, Temari menatap tubuh Shikamaru yang terbaring lemah. 'Habis dari mana sih kau, Shika…? Apa mabuk lagi…?' pikir Temari. Pikirannya melayang kepada kejadian 3 tahun lalu. Ia mengingat kalau Shikamaru mabuk dan malah selingkuh dengan wanita lain.

Tatapan Temari berubah. Yang awalnya merasa kasihan dan khawatir, sekarang berubah menjadi kesal dan dendam. Yang ia pikirkan mana mungkin Shikamaru mau pulang pagi-pagi begini kalau tidak habis mabuk…?

Temari mengepalkan tangannya kuat. Ia tidak tahu, bahwa Shikamaru habis berkonsultasi dengan orangtuanya mengenai hubungan mereka. Temari, Temari. Kenapa kau belum sadar, nak?—pikir si Author dan si Reader.

"Ah, Temari. Aku sudah membalut luka-lukanya, sebaiknya sekarang kita bawa ke rumah sakit," kata Sasori membuyarkan lamunan Temari. Sasori terlihat agak kaget ketika mendapati Temari yang sedang mengeluarkan tatapan tajam, "Kau kenapa, Temari? Marah padaku?"

"Eh…! Tidak… Hanya sedang kesal saja. Hampir kita kecelakaan hanya karena pria yang terlihat sedang mabuk ini," ujar Temari.

Sasori mengangguk, "Hm, oh, ya! Kau harus mengajar kan? Aku antar kau dulu ya?" ujar Sasori. Tapi, Temari menggeleng, "Selamatkan dulu bocah itu. Nanti aku bisa ke sekolah sendiri. Tenang saja, Sasori-kun,"

Sasori agak ragu, tapi akhirnya ia membiarkan Temari. Daripada Temari terlambat, 'kan?

.

Sasori membawa Shikamaru ke rumah sakit. Ia juga kesal, karena kecelakaan ini, niat Sasori mencium kening Temari saat Temari turun dari mobil gagal. Tapi, Sasori tetap membawa Shikamaru dengan tulus dan tanpa paksaan. Karena itu merupakan tugasnya sebagai dokter juga.

Setelah mereka tiba di rumah sakit, Shikamaru di bawa ke UGD untuk memeriksa semua keadaannya. Beruntung, tidak terjadi apa-apa dengan Shikamaru. Ia hanya luka-luka. Shikamaru pun di pindah ke ruang inap.

Sasori kebetulan ada di kamar Shikamaru ketika Shikamaru sadar. Shikamaru mengerjapkan matanya dan ia melihat ruangan dengan cahaya terang serta mencium bau obat-obatan.

"U-ukh," ujarnya. Sasori yang sadar kalau Shikamaru sudah siuman pun menyapanya, "Selamat pagi, Tuan. Anda sudah siuman," ujar Sasori ramah.

Shikamaru menatap Sasori. Sepertinya ia pernah melihat Sasori. Ditatapnyalah dalam-dalam sang dokter. Sasori merasa risih, lalu menegur Shikamaru, "Um, Tuan Shikamaru, ada apa?" tanya Sasori. Shikamaru pun menggeleng.

"Kau mirip dengan adik iparku," ujar Shikamaru.

"Pacarku juga berkata kalau aku mirip adiknya. Ternyata mukaku pasaran juga," gurau Sasori. Shikamaru masih terlihat lemas, ia pun kembali menutup matanya dan istirahat sejenak. Tak lama kemudian, Sasori pun meninggalkan Shikamaru sendirian.

Shikamaru lelah. Ia tertidur pulas. Disamping untuk menghilangkan rasa lelahnya, ia juga ingin menghindari kalau ia merasa sakit saat bergerak.

Setelah hari menjelang sore, Shikamaru baru terbangun. Ia memandang langit-langit kamar rumah sakit. Kembali teringat di mana ia pernah melihat Sasori. Ia merasa tidak asing lagi dengan dokter itu.

"Sepertinya aku pernah melihat dokter itu, rambut merahnya apalagi. Mirip Gaara, dan Sas—" ucapanya terpotong, Shikamaru teringat pada Sasori. Sebelumnya memang ia tidak mengetahui nama dokter itu.

'Sasori… Dokter di Konoha Health Hospital… Dan ini rumah sakit itu…' pikir Shikamaru. Ia beranjak bangun dari tempat tidur, ia tak lagi memperdulikan badannya yang sakit atau pun beberapa perban yang mulai terbuka.

"Tidak salah lagi. Dia Sasori," ucap Shikamaru sambil berjalan menuju pintu.

'Cklek'

Seorang perawat datang. Perawat itu pun terkejut saat melihat Shikamaru sudah berjalan. Padahal, lukanya bisa terbuka lagi kalau ia banyak bergerak.

"T-tuan Shikamaru!" seru perawat itu seraya berlari mendekati Shikamaru. Ia memegang dan memapah Shikamaru untuk kembali ke tempat tidurnya, "Seharusnya Tuan tidak boleh bergerak dulu, nanti lukanya terbuka lagi," nasihat perawat itu.

"Aku ada urusan yang harus diselesaikan," ujar Shikamaru. Ia mencoba berdiri lagi. Tapi, yang ia rasakan malah sakit yang semakin menjadi-jadi, "Ukkh!" ringisnya.

"Kan sudah ku bilang, luka Anda bisa terbuka lagi," ujar perawat itu.

Shikamaru pun akhirnya menyerah, ia kembali berbaring di tempat tidurnya. Perawat itu menanyakan beberapa pertanyaan pada Shikamaru, seperti : "Apa masih sakit?" atau "Apakah merasa ada tulang yang patah?" dsb.

"Toktoktok" seseorang mengetuk pintu. Tanpa menunggu jawaban, orang yang mengetuk pintu itu masuk. Shikamaru pun terkejut. Sangat.

.

Beberapa waktu sebelum itu, Temari sudah sampai di rumah sakit setelah pulang mengajar. Ia buru-buru menemui Sasori, untuk menanyakan keadaan Shikamaru. Sasori berhasil menenangkan Temari, dan berkata bahwa Shikamaru baik-baik saja. Sasori pun mengajak Temari untuk melihat keadaan Shikamaru.

"Temari-chan, memangnya Shikamaru itu siapamu sih? Kenapa kau begitu peduli?" tanya Sasori saat mereka berjalan di koridor rumah sakit. Temari seketika itu juga bingung dan speechless. Ia tidak tahu apa yang harus ia berikan sebagai jawaban.

"Um, dia…" ujar Temari terbata-bata, "Aku tidak kenal. Tapi, kalau ia sampai kenapa-kenapa, nanti pasti keluarganya menyalahkanmu, Sasori-kun. Aku tidak mau itu terjadi."

"Uaah, Temari-chan… Ada benarnya juga sih. Terimakasih ya," ujar Sasori. Temari bingung, "Terimakasih? Untuk apa?"

"Terimakasih karena sudah mengkhawatirkanku, hime," ujar Sasori dan menatap Temari dengan senyuman termanisnya. Tanpa di perintah, muncullah semburat merah menghiasi wajah Temari.

"Um, kita sudah sampai," ujar Sasori, "Ayo masuk."

Alih-alih masuk ke dalam, Temari malah diam di luar. "Ayo, Temari-chan. Katanya mau tahu keadaan Shikamaru," ujar Sasori.

"Kau sajalah. Nanti aku juga bisa tahu keadaannya darimu, kan?" ujar Temari. Sasori mengangguk, "Baiklah, tunggu di sini ya," katanya lalu meninggalkan Temari dan masuk ke kamar Shikamaru.

.

Sasori mengetuk pintu, dan masuk, "Halo, Tuan Shikamaru. Bagaimana keadaanmu?" sapanya.

Shikamaru kaget. Inilah tujuannya. Ia ingin tahu kebenarannya, apakah Sasori itu selingkuhan Temari atau bukan.

"Hm, biasa saja," jawab Shikamaru datar, "Ngomong-ngomong, siapa namamu? Dan, boleh aku tahu siapa yang membawaku ke sini?" tanya Shikamaru. Sambil menuliskan sesuat pada kertas di atas papannya, Sasori menjawab, "Aku Sasori. Dan umm, aku hampir menabrakmu tadi pagi. Aku yang membawamu. Maaf ya. Tenang saja, biaya pengobatan aku yang tanggung," ujar Sasori.

'Benar kan, dia Sasori. Merepotkan,' pikir Shikamaru.

"Kau kenal Temari?" tanya Shikamaru langsung to the point.

Sasori menghentikan kegiatan menulisnya, dan menatap Shikamaru, "Ya, tentu. Dia pacarku, ada di luar," ujar Sasori, "Apa kau kenal dengannya? Soalnya dari tadi dia mengkhawatirkanmu," lanjutnya.

Perasaan Shikamaru bercampur aduk. Puas karena akhirnya dia tahu bahwa ini Sasori yang ia cari, kesal dan sedih karena mengetahui bahwa mereka—Sasori dan Temari—berpacaran, dan senang serta terharu karena Temari mengkhawatirkannya.

Tapi yang Shikamaru prioritaskan adalah menuntaskan semua ini. Ia ingin berkata bahwa Temari adalah istrinya.

"Sasori-san. Jauhi Temari!" ujar Shikamaru seraya berdiri. Sasori kaget, "Kenapa?" ujarnya tetap kalem.

"Dia sudah punya suami," ujar Shikamaru.

"Apa maksudmu? Jangan coba-coba mengadu domba," ujar Sasori geram. Shikamaru makin menatap Sasori tajam.

"Kau tahu siapa suaminya?" kata Shikamaru kemudian.

"Siapa?"

"Orang yang sedang berbicara di depanmu ini adalah suaminya! Aku Sasori!" seru Shikamaru keras.

Temari yang berada di luar pun terkejut saat mendengar Shikamaru berteriak-teriak. Ia takut kalau sesuatu terjadi. Segera lah Temari membuka pintu dan masuk.

Betapa terkejutnya ia ketika melihat Shikamaru berdiri di depan Sasori. Dokter dan pasien itu saling bertatapan tajam, seakan-akan ingin membunuh satu sama lain.

"K-kalian…? Kalian sedang apa?" tanya Temari. Ia memasang senyuman yang terlihat dipaksa.

"Temari-chan, apa benar yang dikatakan orang ini?" ujar Sasori seraya menunjuk tajam pada Shikamaru. Temari hanya berpura-pura tidak tahu, "Soal apa, Sasori?"

"T-temari…? Inikah balasanmu setelah semua yang aku berikan padamu?" tanya Shikamaru. Temari pun makin mengerti ke mana arah pembicaraan mereka saat ini.

"S-hikamaru…" ujarnya sambil menunduk.

"TEMARI! KAU TIDAK INGAT DENGAN INI?" seru Shikamaru. Ia mengeluarkan cincin nikahnya dengan Temari, dan mengacungkannya di depan Temari dan Sasori.

Mata Sasori terbelalak, ia syok, melihat Shikamaru dengan percaya dirinya menunjukan cincinnya. Temari pun sama kagetnya, ia tak menyangka kalau Shikamaru akan melakukan ini semua. Padahal, ia berpacaran dengan Sasori bukan semata-mata karena mencintai Sasori—walau ia memang pernah punya perasaan pada Sasori.

"Sh-shikamaru…" matanya mulai berkaca-kaca.

"Kau, Sasori! Jangan coba-coba menyakiti istriku! Dia milikku, selamanya milikku! Tak perduli kalau kau sudah merawatku, atau menyembuhkanku, atau Karura-san. Yang jelas, TEMARI TETAP MILIKKU!" seru Shikamaru geram. Sasori tetap dengan tatapan tajamnya, "Temari, kau…! Akh!" ujarnya lalu pergi keluar dari kamar.

Bingung serta merasa bersalah, itulah yang Temari alami. Ia bingung bagaimana harus menjelaskannya pada Shikamaru.

"S-Shikamaru…"

"Aku mau pulang, Temari. Tak masalah kalau harus dengan luka begini juga," ujar Shikamaru malas. Ia benar-benar sudah putus asa dan menyerah dalam menghadapi Temari. Ia pun sudah pasrah, kalau meemang harus menceraikan Temari. Shikamaru berjalan perlahan-lahan keluar, dan mengurus semua kepulangannya.

Walau pada awalnya menerima penolakan dari pihak administrasi, tapi, pada akhirnya Shikamaru diizinkan pulang juga.

.

Shikamaru kembali ke kamarnya dan mengganti bajunya lalu bersiap-siap untuk pulang. Temari juga masih di sana duduk dan diam.

"Urus saja sana Sasori-mu," ujar Shikamaru sebelum akhirnya ia membanting pintu dan pulang.

Seketika itu juga Temari menumpahkan air matanya. Menyesali semua perbuatannya, mengapa ia harus menerima tawaran dari Sasori, dan mengapa ia harus baru tahu kalau Shikamaru itu sebenarnya sangat menginginkan kembalinya hubungan mereka.

"Hiks, aku memang bodoh," ucapnya parau.

Beberapa menit kemudian, ponselnya berdering.

"Ada yang menelpon," ujarnya sambil melihat layar ponselnya, "Ibu?" Temari pun mengangkat telponnya.

"Halo, Bu?"

"Temari! Obat-obatan dan peralatan medisnya sudah sampai ke rumah. Ucapkan terimakasih pada Sasori-san, ya…" ujar Karura.

Temari kaget, 'Apa? Sasori masih mau mengirimkan peralatan medis pada Ibu?' pikirnya.

"Um, i-iya, baik, Bu. Nanti aku sampaikan. Semoga Ibu cepat pulih," ujar Temari lalu memutuskan sambungan telepon.

Ia pun bergegas lari menuju ruangan Sasori, dan ingin menanyakan tentang ini.

"Tok-tok" Temari mengetuk pintu. Tanpa menunggu jawaban, ia membuka langsung membuka pintu.

"Sasori!" serunya.

"Ada apa lagi," ujar Sasori malas.

"Aku berterimakasih sekali karena kau masih mau mengirimkan obat dan peralatan medis pada Ibu," ujarnya sambil tersenyum. Tanpa memandang wajah Temari, Sasori menjawab, "Ya, itu memang tugasku,"

"Terimakasih juga karena kau masih membayar semua," tambah Temari lagi.

"Hah? Aku tidak membayarnya. Sesuai perjanjian awal, aku akan melunasinya jika kau menjadi pacarku. Kau lunasi saja sendiri," ujar Sasori santai.

"A-apa?" Temari kaget. Ia segera berlari ke bagian administrasi untuk menanyakan tentang ini.

Setelah ia tiba, Temari langsung menyerobot antrian. Banyak orang yang marah-marah, tapi ia tidak memperdulikannya.

"Permisi, apa kau tahu tentang peralatan medis dan obat-obat yang di kirim pada Karura Sabaku?" tanyanya langsung.

"Maaf, Anda harus mengantri seperti yang lain," ujar bagian administrasi itu dengan ramah.

"Aku tak peduli! Aku hanya ingin tahu. Secepatnya!" ujar Temari.

Orang itu pun berkutat dengan komputernya, mencari, lalu mencetak hasilnya ke kertas.

"Ini struknya, sudah di bayar lunas," ujar orang itu. Untuk yang kesekian kalinya, Temari kaget. 'Bukankah kata Sasori ia tidak membayarnya?' pikir Temari.

"Maaf, satu pertanyaan lagi. siapa yang membayar semua ini?"

"Tuan Shi- akh, saya lupa namanya,"

"Shikamaru?" tanya Temari.

"Ah benar! Ia yang melunasi semua,"

Setelah mengucapkan terimakasih, Temari bergegas pulang dan menemui Shikamaru. Selama di perjalanan ia selalu terbayang dengan semua perlakuan jahatnya pada Shikamaru, padahal suaminya telah memberikan yang terbaik untuknya.

"Shikamaru…" itulah kata yang selalu menghiasi bibirnya selama di perjalanan. Tak henti-hentinya Temari menggumamkan kata 'Shikamaru'.

Beberapa saat kemudian, akhirnya Temari sampai ke rumah. Ia segera mencari Shikamaru, tapi hasilnya nihil.

"Apakah maksud Shikamaru 'pulang' itu? Apa dia mau pulang ke rumah orangtuanya?" gumam Temari.

Lima menit kemudian, seseorang datang dari pintu. Temari mengira kalau itu adalah Shikamaru. Segera ia berlari menuju pintu, dan mendapati si pemalas berjalan sambil menguap.

"Shikamaru!" seru Temari sambil menangis. Ia berlari menerjang suaminya, dan memeluknya erat. Sangat erat.

"K-kau kenapa?" ujar Shikamaru.

"Terimakasih, sayang… Terimakasih," ujar Temari.

Shikamaru pun membalas pelukannya, "Ya, Temari…"

"Maafkan aku… untuk semuanya. Maafkan aku karena aku selalu bersikap jahat padamu. Maafkan aku,"

"No problem, honey, I love you," ujar Shikamaru.

"l love you too. Maafkan aku, Shika… Karena aku baru sadar, selama ini kau baik padaku,"

"Temari, itu tak masalah. Yang penting, kita menutup buku ini, dan membuka buku baru, serta hidup baru," ujar Shikamaru. Mereka masih dalam posisi sebelumnya.

"Berbicara tentang buku, aku tahu, kau bisa berubah dari buku itu. Aku sempat melihatnya, serta melihat ketulusan hatimu,"

"Mungkin, kalau anak kita punya masalah seperti ini, aku bisa memberikannya buku itu," ujar Shikamaru lagi.

"Hei! Jangan begitu dong! Masa semua keluarga Nara punya sejarah buruk dengan istrinya sih? Tidak ayahmu, tidak kau, tidak anakmu. Semuanya sama!"

"Temari-chan, jangan pusingkan itu, lebih baik, bagaimana kalau kita sekarang berusaha menghasilkan anak?" tawar Shikamaru. Temari mengangguk, "Ya, ayo!" serunya semangat.

Shikamaru pun melepas pelukan, dan menarik tangan Temari menuju kamar. Tapi, bukannya ikut, Temari malah diam.

"Kenapa?" tanya Shikamaru.

"Kau tidak romantis. Gendong aku, kek. Masa hanya di tarik?"

"Akh, mendokusai," ujarnya sambil menggendong Temari. Temari tersenyum jahil.

"Temari," ujar Shikamaru saat mereka menuju kamar.

"Apa?"

"Kau berat sekali. Makan apa sih?" tanyanya.

"SHIKAMARUU! KAU BENAR-BENAR TIDAK ROMANTISS!" seru Temari. Haha, pemalas memang tak bisa bersikap romantis…

OWARI!

A/N : Maafkan aku masih pendek, masih gaje, dan masih masih lainnya. Maafkan aku endingnya gak membekas bgt. Soalnya aku masih anak-anak… pacaran aja belom, apa lagi beginian. Manaku tahu…

Makannya ini fic paling males aku kerjain…

Baiklah, ini balasan review~

Nara Sanchez : Ini udah apdet. Gak pake asap sih… Soalnya kalau ada asapnya nanti dikira kebakaran. Hehe, review lagi ya…!

Endah 'pinkupanpu : Ehehe, si pemalas memang senang tidur… *plak. Review lagi~!

Cuilan Bakpao Returns : I-iya, awalnya aku ragu Yoshino itu ibunya Shika atau Kiba. Jadi, ga mau ambil pusing, aku bikin aja OC namanya Marumi. Anggaplah namanya Shikamaru itu di ambil dari nama SHIKAku dan MARUmi menghasilkan si pemalas SHIKAMARU. Wkwkw..
M-masalah k-kelapa itu gak sengaja kokk! Aku bener2 gak lihattt! Aaa! Memalukan! Hehe, review lagi Cui-chann~!

Rambadia Tralala : Wah, sudah ku duga hal itu-_-. Tapi—masa ngeliat typo bodoh nan lucu itu kau bisa meringis? Oh, maafkan typoku yang membuatmu meringis~! Masalah end, inilah chapter end nya. Sudah baca kan? Review lagi ya..?

Nara Kazuki : Hehe, apakah ini termasuk cepat apdet juga? Hehe, tenang-tenang. Selama kau tidak bau *maap*, Shika pasti mau di peluk olehmu.. *ditabok. Jangan marah ya..? Review lagi..

hime hime chan : Ini si imotou datang lagi nge review. Imut lagi. iyuhh~. Kalau ShikaTema ga di buat menderita mah cerita ini pasti jadi ngebosenin. HEI! Janganmeremehkanku! Begini begini aku lebih pintar daripadamu! Review lagi!

Namikaze Narita-chan : Ini sudah lanjut dan ini yang terakhir… Pada akhirnya Sasori tahu kok.

EMmA ShiKaTeMa : Iyalah, Shika mati, ya cerita ini abis. Gak mati juga tetep abis sih.. Review lagi

Sabaku Yuri : Ya! Review lagi!

Simba chan : Gapapa, ch 7 wajib review ya!

Kagome Sabaku : Maaf ga bisa kilat! Cheerio mo!

Putri Suna : Yap, tepat sekali…! Alur ceritanya mudah di tebak banget. Maaf endingnya kacau. Review lagi~!

Hello Kitty Cute : Ya! Review lagi!

hmeidiana : Maaf baru apdet… kumohon reviewer yang cakep, keren, baikhati, tidak sombong dan rajin menabung, REVIEW LAGIII! Haha!

Kir Veneziano : Udahselesai! Ini fic emang di ambbil dari sbuah film. Jadi maklumlah kalau kayak sinetron-_- Review lagi~!

Min Cha 'ShikaTema : Shika gak mati kok, Mincha-chan… Review lagi ya,

anisajiro : Makasih udah bilang deskripnya lumayan. Ku jamin chapter ini deskripnya hancur lagi-_- Review lagi!

Guest : siapa kau? Tulis nama dongg… Biar enak balesnya. Review lagi…

CharLene Choi : Gapapa kalo ga bisa RnR. Sekarang wajib Rnr yaa!

ShiningLoveARA : ini dia udah datang…. Review lagi~!

Okey, berniatkah kalian memberi review terakhir untuk fic ini…?

Makasih yang udah fave.

Cheerio,

Arezzo Calienttes 'Namikaze

20/7/2012

5:30 AM.