"Apa aku begitu tampan sampai kau melihatku seperti itu?" Tangan kurus itu mempause game-nya. Memutuskan mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk hingga menatap Changmin. Seringaian lebar mencuat dari bibir-nya yang pucat dan kering. "Cho Kyuhyun. Kau?" Pemuda itu mengulurkan tangan kanannya kepada Changmin.

.

.

.

== Teru no Bozu Present ==

.

.

.

== Run ==

.

.

Cast : Cho Kyuhyun (Super Junior), Shim Changmin (DBSK)

And other cast

Author : Terunobozu

Genre : Brothership, friendship, hurt/comfort, and angst.

The Series

.

.

.

Not a Yaoi Fic. So, if you don't like, just go out from this story.

.

.

.

Chapter 1

.

.

.

Beginning...

.

.

.

"Aku bisa sendiri!" Changmin memajukan kursi roda yang di dudukinya. Menghindar dari tangan suster Ahn yang mencoba untuk membantu mendorongnya —membuat tangan itu tak jadi menyentuh pegangan di belakang kursi roda.

"Arra." Suster Ahn tersenyum maklum. Ia merasa sudah terbiasa menghadapi sikap pasien yang baru dua minggu di Rumah Sakit itu. "Bagaimana kalau saya temani kamu ke taman?" Tanya Suster Ahn masih dengan senyum dan wajah ramahnya.

"Tidak usah! Aku bisa sendiri!" Lagi-lagi yang di dapat Suster Ahn adalah jawaban ketus dari Changmin. Pria dengan proporsi tubuh tinggi itu menggerakkan roda di sisi kiri dan kanan kursi rodanya dengan kedua tangannya. Mengayuhnya —jika boleh dibilang begitu. Keluar dari kamar rawat VIP-nya. Meninggalkan Suster Ahn yang masih menatapnya dengan tersenyum, meski matanya terlihat sayu dan sedih.

Changmin adalah pasien korban tabrak lari yang masuk rumah sakit sekitar dua minggu yang lalu. Pelaku penabrakan sudah ditangkap pihak kepolisian sekitar seminggu yang lalu. Tapi sayang, itu tidak akan merubah apapun. Kakinya tetap di vonis lumpuh oleh Dokter akibat kecelakaan itu ─yea, meski pelaku tabrak lari tersebut sudah ditangkap, kakinya tetap tidak akan bisa kembali normal. Dokter memang tidak memonis dirinya lumpuh permanen, namun semangat bocah itu masih belum nampak. Ia terlalu terjerat dengan keputusasaan. Penyebab utamanya adalah lomba lari yang tak bisa ia ikuti. Lomba lari yang dilaksanakan seminggu setelah kecelakaan itu terjadi. Lomba dimana ia ada didalamnya sebagai peserta dan membuatnya menjadi seorang pecundang —dengan kalah sebelum bertanding. Terpuruk dan terjatuh. Ditambah tanpa kehadiran seorang ayah —yang merupakan orang tua tunggalnya selama ia dirawat di rumah sakit itu. Hanya meninggalkan kepingan uang untuk biaya pengobatan selama ia dirawat. Berpikir uang bisa menyelesaikan semuanya eoh? Bahkan permasalahan psikis si anak?

-000-

Tempat itu telah terisi. Tepat dibawah pohon Oak yang berdaun ribun di taman rumah sakit, sesosok pemuda tengah duduk di atas kursi rodanya. Selang infuse mengikat tangan kirinya dan terhubung dengan tabung yang tergantung di tiang yang menyatu dengan kursi roda. Beanie berwarna baby blue menutupi sebagian besar kepalanya bahkan sampai kedua telinganya —hanya memperlihatkan wajahnya yang begitu pucat. Pakaian yang pemuda itu pakai sama dengan pakaian yang ia kenakan, pakaian pasien rumah sakit tempat ia dirawat —pakaian yang berwarna senada dengan beanie yang ia kenakan, baby blue. Kedua tangannya terlihat memegang erat sebuah benda berbentuk persegi dan berwarna putih. Beberapa tombol menghiasi benda tersebut yang dengan antusias di tekan oleh jemari-jemari kurusnya —seakan tak terganggu dengan selang infuse yang menancap di lengan kirinya. Ia tak asing dengan benda itu dan ia tahu benda apa itu. Sebuah Play Station Portable —PSP.

Changmin memajukan kursi rodanya ke arah namja itu. Mendekati dan mengamati pemuda itu lebih dekat. Namun sepertinya pemuda dihadapan Changmin tak menyadari kehadirannya, karena pemuda itu masih saja berkutat dengan PSP putih ditangannya.

"Apa aku begitu tampan?"

Ah! Ternyata tidak. Pemuda dihadapannya ini menyadari keberadaan Changmin.

"Apa aku begitu tampan sampai kau melihatku seperti itu?" Tangan kurus itu mempause game-nya. Memutuskan mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk hingga menatap Changmin. Seringaian lebar mencuat dari bibir-nya yang pucat dan kering. "Cho Kyuhyun. Kau?" Pemuda itu mengulurkan tangan kanannya kepada Changmin.

"Pergi!"

"Eh?"

"Pergi!"

Kyuhyun mengerutkan keningnya tak mengerti. Tangan kanannya masih terulur pada Changmin.

Changmin mendengus kesal melihat ekspresi Kyuhyun. "Aku yang menempati tempat ini duluan. Jadi sebaiknya kau pergi!"

Kyuhyun menarik tangan kanannya. Ia menggaruk kepalanya yang tertutupi beanie itu dengan tatapan bingung. "Kenapa harus pergi? Kita kan bisa di sini bersama?"

"Aku tidak mau!"

"Hei!"

"Aku yang duluan di sini. Jadi kuharap kau segera pergi dari sini!"

"Aish!" Kyuhyun menggerutu kesal. "Kau salah bocah! Aku yang duluan di sini." Akhirnya emosi Kyuhyun terpancing juga.

"Heuh! Apa maksudmu? Jelas-jelas aku yang duluan di sini!"

"Apanya yang jelas? Aku ada di sini lebih dulu... dan kau baru datang!" Kyuhyun menunjuk Changmin yang berada tepat didepannya dengan murka.

"Bukan itu yang kumaksud 'duluan', bodoh!" Bela Changmin.

"Lalu apa yang kau maksud dengan 'duluan', bocah?"

"Ya! Berhenti memanggilku bocah!"

"Kau juga memanggilku bodoh!"

"Itu karena kau bodoh!"

──Dan 'obrolan' itu pun terus berlanjut dari sepasang pemuda berkursi roda itu. Tak ada yang mau mengalah diantara mereka dan tak ada pula yang mau menghentikan pertengkaran mereka. Mungkin para pasien di rumah sakit itu mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih ─yaoi yang sedang bertengkar. Atau mungkin para pasien itu enggan menambah masalah mereka dengan ikut campur ke dalam pertengkaran konyol dua bocah sakit-berkursi-roda itu. Entahlah... Tapi yang pasti pertengkaran itu baru berhenti ketika dua suster datang menghampiri mereka ──mungkin merasa hawatir akan meperburuk kondisi mereka atau mungkin hanya merasa telinga kedua suster itu panas karena pertengkaran itu. Tapi yang pasti, bertengkar itu tidak baik, dan kita harus melerainya bukan?

Para pasien di sana bisa bernafas lega karena akhirnya kedua pemuda itu menutup mulutnya.

"Kau tidak apa-apa, Kyu?" Tanya Suster Kim —salah satu suster tersebut ketika melihat Kyuhyun terengah-engah sesaat setelah pertengkaran itu terhenti. Kyuhyun hanya menggelengkan kepalanya membalas pertanyaan Suster Kim.

Kondisi Kyuhyun yang baru stabil tadi pagi membuatnya belum begitu kuat. Pertengkaran tadi cukup membuatnya kehabisan tenaga. Dan dapat dipastikan, hal itu sangat tidak bagus untuk kondisi tubuhnya.

"Kau yakin Kyuhyun-ah?" Sekarang giliran Suster Ahn yang terlihat begitu cemas.

Kyuhyun mengatur nafasnya. Setelah dirasa ia bisa mengambil nafas lebih baik, ia menyeringai ke arah Suster Ahn lalu mengangguk meyakinkan.

"Kau ini! Sudah kubilang jangan bermain PSP dulu! Keadaanmu baru stabil, Kyu..."

"Mianhe, Suster... habis aku bosan..."

Suster Kim menghela nafas mendengar jawaban Kyuhyun. "Kau kan bisa memainkannya di kamarmu? Kenapa malah nekat ke taman sendirian?'

Kyuhyun kembali menyeringai. "Aku rindu tempat ini..."

Suster Kim hanya menggelengkan kepalanya. Bocah satu ini memang selalu berhasil membuat dirinya yang bertugas sebagai perawatnya kalang kabut. "Baiklah. Hari ini kau ku maafkan. Sekarang kita kembali ke kamarmu."

"MWO? Aku kan di sini belum sampai satu jam?" Kyuhyun merasa keberatan dengan susternya itu. Walau bagaimanapun dirinya dan dokter sudah mengadakan perjanjian bahwa Kyuhyun masih diperbolehkan memainkan PSP selama satu jam jika kondisinya stabil. Sedangkan dia belum sampai sejam memainkan PSP-nya itu. Bahkan mungkin baru sekitar sepuluh menit sebelum akhirnya Changmin datang dan membuatnya melupakan tujuan awalnya ke taman ini —untuk memainkan PSP.

"Tidak ada bantahan!"

"Tapi..." Kyuhyun berhenti melayangkan protesnya —atau mungkin terpaksa berhenti. Karena tiba-tiba pandangannya sedikit mengabur. Ada berkas-berkas keunguan disepanjang penglihatannya. Ah, ia tahu apa ini. Dirinya pasti sedang kambuh. Dan ia sudah mulai terbiasa dengan gejalanya itu. Apakah karena pertengkarannya tadi? Sial! Tubuhnya ternyata lemah sekali.

"Kyu, kau tidak apa-apa?" Suster Kim mulai hawatir ketika melihat Kyuhyun terdiam.

Kyuhyun memejamkan matanya seperti ingin menghilangkan rasa sakit yang mulai menyerang tubuhnya. Ia menundukkan kepalanya. Kedua tangannya terkepal di atas lututnya ─membuat PSP yang ia pegang terjatuh begitu saja di atas rumput. Changmin yang melihat hal itu hanya bisa terdiam bingung. Apa yang terjadi dengan bocah itu?

"Kyu?"

"Suster..." Suara Kyuhyun tercekat. Ia semakin mengepalkan tangannya. Rasa hangat mengalir dari lubang hidungnya, dan Kyuhyun tahu apa itu. Darah.

Suster Kim langsung tersentak melihat Kyuhyun mimisan. Dengan cekatan ia langsung menarik kursi roda Kyuhyun menjadi kendalinya. Membawa Kyuhyun kembali ke kamarnya dengan cepat.

Begitupun halnya dengan Changmin. Ia tersentak kaget dan mulai merasa, pemuda yang mengaku bernama Kyuhyun itu duduk di kursi roda mungkin karena ia sakit parah.

Suster Ahn hendak berlari mengikuti langkah Suster Kim jika saja tangannya tidak di tahan oleh Changmin. Ia terpaksa berbalik menatap Changmin. Menunggu apa yang ingin disampaikan olehnya. Melepaskan pikirannya sejenak pada Kyuhyun.

"Suster... dia akan baik-baik saja, kan?" Tanya Changmin. Entah kenapa ia merasa cemas dengan orang yang sempat menyulut emosinya tadi. Atau mungkin ia yang menyulut emosi Kyuhyun? Bukannya awalnya Kyuhyun bersikap ramah padanya?

Suster Ahn hanya bisa tersenyum. "Semoga saja." Ucapnya. "Apa kau mau kutemani? Itu juga jika kau tidak ingin sendiri." Suster Ahn mengangkat bahunya sambil tersenyum kecut. Bagaimanapun bocah dihadapannya ini selalu menolak kehadirannya sebagai Suster yang bertugas untuk merawatnya. Setidaknya itu dua minggu lalu, karena kini Changmin mengangguk kecil. Membuat mata Suster Ahn melebar tak percaya.

"Uhm. Aku ingin suster menemaniku." Jawab Changmin langsung menunduk. Malu.

Suster Ahn tersenyum senang melihat hal itu. Ia rasa, pekerjaannya akan lebih mudah kini.

-000-

NB: Anyeong ^^/

Newbie here!

Hajimemash'te minasan~~~ ^0^/

This story not a Yaoi Fic. But, always hoping you will enjoy with that ^^. Mianhe...