AJARI AKU MATEMATIKA

The character isn't mine. But this fic is belongs to me!

.

.

.

.

Pemuda itu meraih benda elektronik kecil canggih miliknya yang berada atas meja, menekan cepat beberapa angka yang sudah begitu dihapalnya lalu menekan tombol hijau, melakukan panggilan.

Nada tunggu terdengar, sementara kakinya sibuk berjalan ke sana ke mari dengan gusar bagai setrikaan. Tangannya sedari tadi berada di bibirnya, menggigiti kukunya.

Klik.

"Halo?" suara dari sebrang menyambutnya, suara Leeteuk hyung. "Ada apa, Hae?" lanjut suara itu.

"Hyung yang ada apa!" tuduh pria itu – yang ternyata Donghae dengan nada begitu kesal. Ia tahu itu tidak sopan, tapi ia tidak begitu memperdulikannya sekarang. Tidak penting.

"...Kenapa? Hyung tidak apa-apa..." kakaknya itu begitu keheranan di kejauhan sana, mungkin sekarang kerutan di wajahnya semakin bertambah karena keheranan.

Gzzz. Donghae menggeram kesal.

"Hyung menyuruh Kibum dan Kyuhyun mengajariku Matematika!" keluh Donghae kesal, "Mereka itu hanya anak SD, hyung!"

Terdengar Leeteuk tertawa di sebrang telepon setelahnya. Ternyata itu rupanya...

"Kenapa? Mereka pintar kok, kau harus belajar dari mereka." Leeteuk berkata masih dengan tawanya. Jujur saja; dia geli, "Kau belum tahu kemampuan mereka, Hae-ah."

"..."

Tidak ada sahutan dari si penelepon, membuat Leeteuk sedikit heran juga. "Em, Sudah ya? Hyung sibuk. Selamat belajar,"

"..."

Tuuuuuuuut

Dan sambunganpun terputus oleh Leeteuk dari ujung sana – dengan tidak elitnya.

Kenapa?

Karena sesungguhnya Donghae udah pingsan duluan sedari tadi –

– tepat di atas kasurnya.

Ajari aku Matematika! –

ENJOY!

Suasana hening menghiasi setiap sudut ruang tamu, heningnya terasa mencekik ditambah dengan tatapan horor salah satu orang yang berada di sana kepada dua orang lainnya – yang menatap heran.

Donghae bangun lima menit setelah ia pingsan. Ia masuk ke kamar mandi dengan linglung dan mengganti pakaiannya. Ia merasa perutnya lapar dan memutuskan untuk turun; mengambil beberapa makanan dan kembali ke kamarnya.

Tapi...

Baru saja ia memunculkan seluetnya di tangga, teriakan adiknya sudah memenuhi gendang telinganya.

"Hyung! Akhirnya kau turun juga!"

Donghae turun dari tangga perlahan sambil memandang mereka berdua dan sekeliling mereka. Meja di ruang tamu itu kini terlihat berbeda; dengan dua buah buku tulis yang terbuka, pensil berserakan, juga tumpukan buku paket Matematika.

Donghae memandang semua itu horor. Mereka benar-benar berniat mengajariku, batinnya tidak percaya. Yaa, siapa juga yang bisa mempercayai hal ini? Anak kelas lima SD mengajari anak SMA kelas dua? C'mon. Bukankah harusnya terbalik?

Oke, santailah Lee Donghae…

Pandangan Donghae kini beralih kearah dua adiknya, masih dengan pandangan horor dan tak percaya-nya. Ia bisa melihat kedua adiknya itu berdiri berdampingan sambil tersenyum ke arahnya.

"K-kalian mau ngapain?" tanya Donghae gugup. Berharap kalo mereka akan mengatakan; Belajar bersama, hyung. Tapi sepertinya doanya sama sekali tak di dengar Tuhan. Karena yang ia dengar adalah hal yang paling tidak ingin ia dengar;

"Ngajarin, hyung."

JDDDDDDDEEEEEEER!

Donghae benar-benar serasa bisa merasakan tubuhnya tersambar petir lalu gosong mendengar kata-kata polos namun bermakna sangat dalam keluar dari bibir adiknya.

Hancur sudah harga dirinya…

Donghae bias merasakan rasa pusing menghantam kepalanya. Seketika perkataan Leeteuk mulai berputar di pikirannya…

'Kau belum tahu kemampuan mereka,'

Ish.

Memang, selama ini Donghae selalu – terlalu sok – sibuk dengan teman-temannya. Hanya sedikit waktu yang ia gunakan untuk bahkan sekedar mengenal adik-adiknya itu. Yang ia tahu kedua adiknya itu pintar-pintar – dengan terpaksa harus diakui – tidak seperti dirinya.

Tapi...

TETAP SAJA!

Melihat wajah tak menyakinkan mereka saat ini membuat keraguan Donghae bertambah karena status mereka yang baru kelas 5 SD itu. Pintar sih pintar, tapi masa sampe seperti itu?

Ah, Donghae bahkan lupa alasan sebenarnya ia turun sekarang.

"Hyung... kenapa bengong?" Kibum bertanya melihat hyungnya itu yang sejak turun dari tangga sepuluh menit lalu hanya melakukan hal sama; melotot, menggerutkan kening lalu menggeleng-gelengkan kepala, tanpa berpindah seincipun.

"Hyung lagi mikirin aku ya?" Kyuhyun juga berujar dengan narsisnya sambil tiduran di sofa – memainkan PSPnya, "Gak usah dipikirin hyung. Terima aja aku kalo ganteng,"

Geer.

Donghae langsung tersadar dari begongnya begitu mendengar yang satu itu. Dipikirannya kali ini hanya satu;

Nyebelin banget sih nih anak satu.

Donghae semakin frustasi –

'Kau belum tahu kemampuan mereka,'

– Karena –

'Kau belum tahu kemampuan mereka,'

– Perkataan Leeteuk-hyung terus mengganggu pikirannya. –

'Kau belum tahu kemampuan mereka,'

Membuat kepalanya sakit!

'Kau belum tahu kemampuan mereka,'

ARGHHHHHHHHTTTTTTT!

"OKE! KITA BELAJAR SEKARANG!"

.

.

.

.

Donghae benar-benar masih tidak percaya dia akhirnya melakukannya – menyetujui diajari adiknya. Tuham! Dia pasti dirasuki! Dengan tampang pabbo tapi ganteng-nya Donghae menatap buku tulis dan kedua gurunya itu bergantian.

Kini dihadapannya ada beberapa soal; dengan tulisan anak-anak yang harus ia kerjakan. Soal ini diberikan oleh kedua adiknya tersayang sebagai 'pemanasan' katanya.

Dan Donghae seketika langsung yakin kalo pilihannya untuk mengikuti permainan kakaknya benar-benar pekerjaan bodoh yang hanya buang-buang waktu. Matanya memicing dan dahinya mengerut.

"Aku mungkin tidak bisa Matematika. Tapi aku juga tidak bodoh! Aku bisa kalo hanya sekedar tambah kurang kali bagi!" Donghae protes, merasa kesal kala melihat soalnya yang baginya seperti main main ini. Mana dengan tulisan anak-anak lagi…

Please… dia butuh guru sungguhan. Besok dia ulangan! Demi celana dalam Siwon! /eh

Dua adiknya memandang Donghae yang marah marah gak jelas – sebenarnya hanya Kibum sih, karena Kyuhyun masih sibuk dengan PSPnya, dia hanya melirik sebentar. Tapi dalam benak mereka sekarang ini sama, cuma terlintas satu kata untuk kakaknya itu;

REMPONG!

"Aku tidak mau mengerjakan itu," Donghae menyimpan pensil dan mendorong bukunya menjauh.

Krik.

Kibum mengerutkan kening.

"Katanya gampang? ya tinggal dikerjakan, hyung. Apa susahnya sih?" Kyuhyun bertanya heran ngeliat sikap kakaknya – tapi masih sibuk main PSP.

"Justru karena terlalu gampang aku gak mau ngerjain!" Donghae membela diri.

Kibum masih termangu.

"Bilang... aja hyung gak bisa," Kyuhyun kembali bersuara – dengan nada tak peduli tapi begitu nyelekit – ckit… ckit…

Hek!

Darah Donghae bagai mendidih mendengarnya.

Mau mati kau, Cho Kyuhyun?

"Aku bisa!" Donghae berteriak.

"Lalu kenapa gak mau ngerjain?"

"Karena aku gak mau!"

"Bohong... Hyung gak bisa kan?"

"Aku bisa!"

"Kalo bisa harus bener semua..."

"Oke! Liat aja!"

Donghae yang tadinya menolak untuk mengerjakan karena memandang remeh soal, sekarang malah mengambil pensil dan mulai mengerjakan soalnya dengan sungguh-sungguh – ingin membuktikan pada adiknya kalo dia memang bisa.

Enak saja mengejeknya seperti itu.

Kibum tersenyum.

"Sudah! Periksa ini! Pasti benar semua," kata Donghae galak dengan mata menyalak ke arah adiknya, Kyuhyun yang menyebutnya tidak bisa tadi.

Tapi...

Kyuhyun hanya menyeringai, "Akhirnya hyung mengerjakannya juga kan?" katanya sambil masih sibuk dengan PSPnya.

Apa? Tentu saja dIa tidak mungkin mengerjakan soal I –

– Loading…

Sial! Dia masuk perangkap.

Donghae ingin sekali merutuki kebodohannya yang bisa dengan mudahnya terpancing emosi seperti tadi.

Sementara Donghae sibuk marah dan melayangkan tatapan 'dasar-kau-setan-kecil-licik' kepada Kyuhyun – yang masih sibuk dengan PSPnya. Kibum mulai memeriksa jawaban hyung keduanya itu.

Toeeeng.

Alisnya berkerut melihat tulisan kakaknya itu yang – ternyata – bahkan lebih ancur dari tulisan mereka yang kelas lima SD.

Ha!

Kibum bahkan berfikir untuk mengajari kakaknya itu supaya bisa menulis dengan lebih rapi. Ya, itu bisa dikerjakan nanti.

Kibum meneliti setiap jawaban bertulisan amurawut itu dengan senang, karena hampir semua jawaban terjawab benar.

Hampir?

Ya, memang hampir.

"Hyung... Dari sepuluh soal, kau hanya salah satu," kata Kibum tersenyum.

Tapi? Apa yang kalian harapkan? Sebuah senyuman balasan? –

NO!

"AAPAAA! TIDAK MUNGKIN AKU YAKIN SEMUA JAWABANNYA PASTI BENAR!"

– yang keluar hanyalah protesan bernada tak percaya disusul dengan umpatan-umpatan dari berbagai bahasa.

Krik.

– "Sial, pasti kalian salah memeriksanya ini pasti be –"

80 x 5 : 4 + 1 = …

Krik.

– "Jelas-jelas ini benar! Aku tidak sa –"

= 80. Dia kata benar?

Krik.

"Kyu..."

"...Hmm?"

"...sepertinya kakak kita… gila…"

"...Ya, Sepertinya memang begitu..."

.

.

.

.

Pelajaran sudah hampir berlansung satu jam setengah sekarang – oke, hanya sepuluh menit belajar efisien, sementara sisanya? Menunggu Donghae berhenti mengoceh dan mengumpat.

"Ayo lanjutkan," seru Kyuhyun.

"Hm," Kibum mengangguk, "Hyung, apa kau mau belajar limit fungsi sekarang?"

Donghae celingak-celinguk –"Apa? No limit main sekarang? Mana-mana, aku mau lihat Yunho-hyung main drama!"– heboh sendiri sambil sibuk mencari remote tv…

…yang sebenarnya ada di depannya.

Toeeeeeng.

Kyuhyun hanya tertawa sambil masih bermain PSP. Sementara Kibum terlihat kesal.

Oke, sangat kesal.

"HYUNG! LIMIT FUNGSI! BUKAN NO LIMIT! INI MATERIMU DI KELAS DUA!" Kibum berteriak kesal – meninggalkan image cool yang selalu berada dalam aliran darahnya.

Wooooooft.

Donghae langsung meloncat menghindar, begitu mendengar suara teriakan merdu namun bernada tidak enak itu – tepat di telinganya.

"BUMMIE! Aku gak tuli!"

"Habisnya –"

" – Hyung dari tadi ngelakuin hal-hal aneh. Haha," lanjut Kyuhyun.

Huh.

Dia sendiri apa kerjanya? Hanya main PSP saja sedari tadi, kan? Apa haknya bicara seperti itu.

Donghae-sshi, dia gurunya. Itu haknya…

"Baiklah-baiklah, ayo kita belajar limit."

Kibum menghembuskan napas berat.

Donghae siap dengan bukunya, ditangannya sudah ada senjatanya untuk berperang; sebuah pensil. Menunggu penjelasan.

Krik.

Krik.

Krik.

"Kenapa diam saja! Ayo mulai!" Donghae berujar semangat.

Kibum melirik Kyuhyun dan berbisik, "Kyuhyun..."

Krik.

Krik.

Krik.

Kyuhyun masih asyik dengan PSPnya.

Krik.

Krik.

Krik.

"..." Kibum dan Donghae terdiam memandang Kyuhyun.

Yang merasa dipandangpun menoleh setelah mempause gamenya. "Apa?" tanyanya.

Kibum mengerutkan alisnya, "Kau yang jelaskan," katanya.

Kyuhyun langsung terloncat dari tidurnyanya, mengubah posisinya menjadi duduk. "Apa? Kenapa aku? Hyung saja yang jelaskan," katanya cuek.

Mata Kibum menyipit, "Kau lebih pintar, jadi kau saja."

Kyuhyun memutar bola matanya dan menggeleng. "Tidak," katanya.

"Tapi kau yang loncat kelas kan, bukan aku? Jadi kau yang menjelaskan…"

Gelengan lagi.

"Kau yang jago matematika,"

"…"

"Tapi kau yang Jenius, bukan aku…"

"..."

"…Kau yang bisa dengan mudah paham materi meski tidak mendengarkan penjelasan guru,"

"..."

"…Kau yang bisa mengerjakan ulangan hanya dalam sepuluh menit dengan nilai seratus,"

"..."

"Kau yang jadi juara kel –"

"HYUNG DIEM! BAWEL DEH!" Kyuhyun berteriak sebal pada kakaknya yang tidak berhenti bicara. Ia memang suka di puji, tapi kalo berlebihan kan dia malu juga.

Lihat saja wajahnya yang merah sekarang. Haha.

"Oke! Aku yang terangin, Limit kan?" ujarnya akhirnya.

Kibum menyeringai senang sambil mengangguk.

Keduanya memandang ke arah 'murid' mereka yang ternyata;

Tengah asik membuat pulau…

He?

.

.

.

"Konsep limit digunakan untuk menjelaskan sifat dari suatu fungsi, saat argumen mendekati ke suatu titik, atau tak hingga; atau sifat dari suatu barisan saat indeks mendekati tak hingga…."

Donghae dan Kibum mendengarkan Kyuhyun yang tengah mengoceh layaknya seorang guru.

Kyuhyun membuka buku paket Matematika. Tangannya menunjuk sebuah soal…

"Untuk soal yang ini, bisa di selesaikan dengan cara memfaktorkannya, lalu mencoret yang sama dan tinggal masukan limitnya dan menghitung hasilnya,"

Menunjuk soal lainnya.

"Untuk soal yang ini, menggunakan cara membagi dengan variable dengan pangkat tertinggi, dimana jika variablenya tersisa, langsung dianggap nol. Dan kita bisa langsung menghitungnya,"

Dan soal lain lagi,

"Untuk soal yang ini, bisa menggunakan rumus ini –" menulis rumus, "Atau ini," menulis rumus lain. "Kalian mengerti?" Kyuhyun akhirnya mengakhiri penjelasannya dengan sebuah pertanyaan. Napasnya sedikit tersengal karena tak berhenti bicara sedari tadi.

Kibum mengangguk paham – sebagai jawaban, sementara Donghae?

Dia cengo.

….

Oke, CENGO!

– dengan mata membelalak dan mulut terbuka selebar-lebarnya; bahkan mungkin seekor gajah bisa masuk ke sana.

Krik.

Oke, yang itu terlalu lebai.

"K-kenapa kau bisa menjelaskan s-selancar itu?" tanya Donghae tak percaya.

Kibum terkekeh. Kyuhyun memutar bola matanya.

"Itu karena aku membacanya. Aku belajar, hyu –"

"– BOHONG!" potong Donghae. Matanya menyipit menatap Kyuhyun – yang kini sudah kembali bermain dengan PSPnya. "Kerjaanmu kan hanya main game, kapan belajarnya?" tanyanya curiga. Dipikirannya sekarang adalah; Anak kecil di depannya ini bukanlah adiknya! Dia pasti alien yang menyamar!

"Tentu saja di sekol –"

"– Anak kelas lima SD belum diajarkan Limit!"

"Aku… belajar sendiri,"

"Kapan?"

"Kemarin malam, sebelum tidur."

Mata Donghae memicing, seakan berkata 'benarkah-apa-yang-kau-katakan-itu?' menatap Kibum. Kibum hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Ya, kami mempelajarinya bersama setelah Leeteuk-hyung menyuruh kami mengajarimu, hyung."

"– Dan kalian langsung mengerti?" tanya Donghae cepat.

"Dia iya –" menunjuk Kyuhyun, "Aku sedikit tidak mengerti, tapi setelah mendengar penjelasannya aku jadi ngerti."

Mampus!

"B-bagaimana bisa…?" tanya Donghae tak percaya.

"Apanya?"

"B-bagaimana bisa kalian mengerti hanya setelah mempelajarinya semalam!" jeritnya frustasi, "Sedangkan aku yang seharusnya mengerti malah tidak mengerti!"

Rasanya Donghae benar-benar pengen nangis –

"HUWWAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

– dan ternyata benar-benar nangis.

Toeeeeeeeeeeeeeeeng.

Krik.

"Kyu..."

"...Hmm?"

"...Siapa yang... kelas 5 SD di sini...?"

Hening lama.

"...Gak tahu..."

Krik.

.

.

.

.

.

Donghae pulang dengan wajah berseri-seri. Dia ada ulangan hari tadi dan… terimakasih kepada kedua adiknya yang telah membantunya belajar seharian kemarin jadi ia bisa mengerjakannya meski tak semua.

"Aku pulaaaaaang," teriaknya memasuki rumah. Dia melihat kakak dan kedua adiknya tengah bersantai di sofa sambil menonton tv.

"Sepertinya kau senang sekali, hyung." Kyuhyun menebak.

Donghae mengangguk semangat. "Aku mendapat nilai memuaskan untuk ulangan matematikaku hari ini," katanya semangat dengan senyum lebar. Selembar kerta yang sedari tadi digenggamnya, ia simpan di atas meja. Tangannya sibuk merogoh hadiah yang telah ia siapkan untuk ketiga orang di depannya. Ia memberikan satu-satu; kepada Leeteuk, Kibum lalu Kyuhyun. "INI HADIAH UNTUK KALIAN," katanya semangat.

Ketiganya hanya menerima kotak kecil berpita itu dengan tersenyum.

"Sudah ya, aku mau ke kamar. Babaaaaaay,"

Dan donghae pergi naik ke lantai atas.

Leeteuk tersenyum melihat adiknya begitu gembira. Tanpa piker lama Ia membuka hadiahnya.

….

Kyuhyun dan Kibum tertawa begitu melihat isinya.

"Sebuah krim penghilang keriput, eh? Itu bagus untukmu, hyung! Hahaha," ujar Kyuhyun jail.

Toeeeeeeeeeeeng.

Leeteuk sweatdrop.

Kibum yang masih terkekehpun penasaran membuka hadiahnya.

….

Kali ini giliran Leeteuk dan Kyuhyun yang tertawa.

"Sebuah pensil mecanic berwarna pink, eh, Kibummie? lucu sekali, Hahahaha,"

Tooeeeeeeeeng.

Kibum yang sweatdrop.

Kyuhyun yang juga penasaran pun membuka miliknya. Ia terbelalak kaget melihat isinya.

"HAHAHAHA SEBUAH PERMEN! HAHAHAHA."

Kyuhyun yang tadi tertawa paling keras langsung merengut – melihat hadiahnya tak lebih baik dari kedua kakaknya. "Berhenti ketawa, hyung!" katanya kesal.

Bukannya berhenti, suara tawa itu malah semakin keras.

Huh.

Kyuhyun mengalihkan pandangannya.

"Eh?" ujarnya, "Bukankah ini kertas ulangan, Hae-hyung?" lanjutnya sambil mengambil kertas itu – yang sepertinya memang tertinggal. Cepat-cepat ia membuka lipatan kertas itu.

Leeteuk dan Kibum yang penasaran pun ikut mengintip.

….

Toeeeeeeeeeng.

Sweatdrop sebiji buah duren seketika mengisi benak mereka begitu melihat angka yang terpangpang jelas dengan tinta merah di pojok kiri atas.

'Sejak kapan nilai 60 menjadi nilai yangmemuaskan?' batin mereka heran.

Haaaaaaaaah.

Ternyata memang tidak mungkin yaaa…

.

.

THE END

Author's Note :

Nyooo! Ini dia chap Final-nya. Pasti 'krik krik' yaa haha. Yang pasti hutangku lunas kan? Kekeke /ketawa setan/ Maaf kalo tidak sesuai keinginan semuanya /bows/

Kepada semua yang telah membaca. TERIMAKASIH BANYAK. Dan juga yang udah nyempetin Review;

Il Diavolo Kyu | | JungNhurra | thybum | mhiakyu| Kim Min Hae | shin young rin | farkhaa | apel | the baby jongie | Momo | Cho Miku | Namika Arishima | Xixi | zueteuk | Kyuties | anafishy | Zaky UzuMo | Cloud'yeppa | WokkieBabyKyuu | Rainy | HaEHyuk | Lady hee hee

Aku bukanlah apa-apa tanpa kalian semua! /pelukcium/

Makasih ya. :)

For this chap;

REVIEW PLEAAAAASE ;P

.

EPILOG

"HUWAAAAAA!" suara tangisan menggelegar ke semua penjuru, semua orang yang mendengar teriakan itu pasti langsung meninggalkan aktifitas mereka, tergesa-gesa menghampiri sumber suara dengan khawatir karena menyangka – mungkin paling tidak terjadi – sebuah gempa bumi? Namun sepertinya bukan itu…

"Astaga!"

Seruan bernada tak percaya itu muncul dari seseorang yang baru saja muncul dari arah tangga, berasal dari lantai atas. Raut khawatir terpeta jelas di wajahnya yang tanpa cela namun – sedikit – berkeriput saat melihat pemandangan di depannya, cepat-cepat ia menghampiri namja yang merupakan sumber dari bunyi bising dan kekacauan ini.

"HUEEEEEEEE, Hyuuung!"

Tangisan itu semakin keras saat namja yang menangis itu melihat pria yang turun dari tangga dan tengah menghampirinya – yang ternyata merupakan hyungnya.

"Ada apa ini, Donghae?" tanya hyungnya itu khawatir, sambil membantu adiknya yang terduduk di lantai dengan keadaan yang sangat mengenaskan – seragam amurawut dan rambut berantakan. Tangannya membantu namja yang bernama Donghae itu untuk berdiri dan mendudukkannya di sofa.

"HUWAAAAAAAAA!"

"Ada apa lagi ini, Hae-ah?"

"Aku dibentak guru lagi HUWAAAAAAA,"

Haaaaaaaaaaaaaaaaa?

"AJARI AKU BAHASA INGGRIS! HUWAAAAAAAAAAA!"

Are you serious?

THE (REAL) END –

REVIEW?