Hi! Aku baru di fanfiction ini...

Nah, aku sekarang lagi menulis cerita yang genrenya drama and romace, judulnya My Girl. Awalnya cerita ini memang terinsprirasi dari diriku sendiri yang memang lagi suka banget tidur. Kalian tahu? Aku pasang tiga alarm aja nggak mempan. Gawatnya, sekarang adalah musim ujian, apalagi aku kelas sembilan. *maaf malah curhat, hehe...

Langsung aja ya... I hope you like my story :)


My Girl

Disclaimer: Tite Kubo

By: Princess Sequin


Pada suatu hari di kota Karakura. Burung-burung berkicau riang menyambut bumi pagi yang sudah terang seluruhnya.

Pagi yang cukup indah untuk membangunkan seorang Kuchiki Rukia, yang dengan santainya bangun tanpa memperdulikan waktu yang menunjukan pukul 8.30 atau setara dengan tiga puluh menit sebelum masuk sekolah.

"Woaah!" seru Rukia sambil merenggangkan tubuh mungilnya, dia berjalan menuju kamar mandi dengan malas, dan mulai membersihkan dirinya, bersiap, untuk menjalani hari yang baru.


"Kuchiki Rukia! Kamu telat lagi!" seru sang guru piket, yaitu . Rukia yang kini berada di hadapannya, menatap guru yang hampir ditatapnya setiap hari dengan malas.

"I wanna go to my class…" ujar Rukia dengan santai, guru piket yang tampaknya mulai tidak sabar, menulis-nulis kertas yang berada di hadapannya.

"Berikan ini kepada orang tuamu…" kata , melipat kertas yang baru saja ditulisnya, dan memberikannya kepada Rukia.

"Ayahku di New York, ibuku di Paris. Mereka tidak akan sempat, mengurusi hal-hal yang seperti ini, jadi sebenarnya… aku tidak butuh ini semua…" jawab Rukia sinis, dia dengan mudahnya melempar kertas pemberian ke sembarang arah tanpa merasa bersalah sama sekali.

""Kamu tidak akan bisa masuk kelas tanpa izinku, kalau kamu tidak berusaha memberikan itu kepada orang tuamu, kamu tidak boleh masuk kelas! Selama hari ini…" ancam Mr. Kyoraku, namun diluar dugaan, Rukia malah menatap Kyoraku dengan tatapan dan senyum yang meremehkan, "Fine! Kalau itu mau Mr!"

Rukia dengan santainya berjalan keluar sekolah menuju mobil yang sedaritadi menunggunya di luar gerbang sekolah.


Itulah Kuchiki Rukia, gadis kaya yang cukup berani dengan omongannya. Pintar, cantik, dan menjadi primadona satu sekolah. Namun sifatnya yang satu ini cukup membuat orang terheran-heran dengannya. Dia mempunyai satu kelemahan yang cukup menonjol, yaitu bangun siang. Dia hampir setiap hari bangun siang. Dan setiap butler atau maid yang membangunkannya pasti akan selalu dimarahi. jadi tak jarang ada maid atau butler yang tidak tahan dengan sifatnya.

Kini dia sudah di kamarnya, dia sedang membaca buku di sofanya dengan santai. Namun salah satu kegiatan faforitnya itu terganggu, ketika ada orang yang mengetuk pintu kamarnya.

Dengan malas Rukia, berjalan menuju pintu dan membuka pintu tersebut, "Ada apa?" tanyanya dengan mata yang masih terfokus oleh bukunya.

"Selamat pagi nona! Saya butler baru yang disewa orang tua nona! Hitsugaya Toushiro, salam kenal…" kata pria memiliki tinggi sebaya dengannya.

"Oh! Butler baru… ayo masuk…" kata Rukia dengan santai, dia menghela nafas, dan menaruh bukunya di rak, asal dari buku tersebut.

Dia berjalan dengan angkuhnya menuju tempat tidur, dan duduk di sana dengan gaya sombong, "Menjadi butlerku hanya ada 3 peraturan, pertama, setiap pagi, tidak ada yang boleh memaksaku bangun, kedua semua perintahku bersifat mutlak, ketiga, kamu harus ada disaat aku membutuhkan kamu harus ada, ataupun sebaliknya, kalau tidak, aku akan kamu pecat." jelas Rukia dengan nada yang cepat, inilah yang biasanya dia lakukan jika ada butler baru, tujuan utamanya adalah membuat butler itu keluar.

"Menjadi butler nona, sayapun mempunyai dua pernyataan, saya disini tidak bisa dipecat, karena saya memang dikontrak khusus oleh orang tua nona. Pernyataan kedua, saya akan menuruti semua peraturan nona dengan versi saya." kata butler bernama Hitsugaya Toushiro itu. Kini Rukia hanya bisa mengeryitkan dahi, ini butler pertama yang berani berbicara seperti itu terhadapnya. Mari kita lihat, apa dia bisa bertahan seperti apa yang dikatakannya? Kalau aku tidak bisa memecatmu, maka aku yang akan membuatmu keluar. Pikir Rukia.


Keesokan paginya, masih memilki kondisi yang sama seperti kemarin, namun berbeda bagi Kuchiki Rukia.

"Nona bangun!" teriak Toushiro memakai toa, tak tanggung-tanggung, Toushiro meneriaki Rukia nyaris di depan kupingnya.

Rukia yang masih terlelap dengan tidurnya, menggeliat dengan tidak nyaman, "Shut up!" teriaknya dengan nada yang sama-sama tidak nyaman.

"Bangun nona, nona ingin tidak sekolah lagi?" teriak Toushiro lagi, dia masih belum menyerah, dan sekarang dia menarik tangan Rukia sehingga Rukia berubah posisi, dari tidur menjadi duduk. Toushiro mengambil handuk kecil yang sudah ia rendam dengan air hangat, dan memerasnya dari baskom, dan dengan hati-hati, ia meletakannya di mata majikannya, agar mata majikannya menjadi rileks.

Mata violet Rukia kini terbuka dengan perlahan, matanya sayu, seperti manusia yang nyawanya belum terkumpul selurunya.

Matanya menjadi terbuka lebar, ketika melihat Toushiro tepat berada di depannya, dengan cepat ia mendorong butler barunya, dan memundurkan tubuhnya menuju senderan tempat tidurnya, "Apa yang sebenarnya kamu lakukan huh?" teriak Rukia dengan nada yang sedikit panik.

"Membangunkan nona…" jawabnya dengan santai, namun terlihat matanya sedikit bingung melihat nona yang tampaknya paranoid melihatnya.

"Sh*t!" seru Rukia, seraya bangkit dari tempat tidur, dengan kesal, dia berjalan menuju kamar mandi, dan mulai terdengar dari luar suara gemericik air.

Toushiro tersenyum melihat caranya berhasil, setelah sedikit menghela nafas, dia mulai bergerak lagi untuk menyiapkan seragam dari nonanya.


"Wah! Hebat ya, seorang Kuchiki Rukia bisa bangun lebih awal…" kata Hinamori Momo dengan nada yang meremehkan, wajah sombongnya terpampang jelas di mata Rukia saat ini.

Hinamori Momo adalah seorang gadis yang memiliki status sama dengan Rukia, pintar, kaya, dan memiliki paras diatas rata-rata. Namun sifat mereka sangatlah berbeda, bagai langit dan bumi. Rukia yang bersifat cuek, sedangkan dia kebalikannya. Dia sangat mudah sirik, dan orangnya pamrih. Dia selalu menganggap Rukia musuh besarnya, karena orang-orang lebih memperhatikan Rukia dibanding dirinya. Padahal Rukia, memiliki sifat yang cuek dan kata-kata yang cukup menyeramkan.

"Emang kenapa?" jawab Rukia dengan nada yang sama-sama meremehkan.

"Heran aja… apa sih, yang menyebabkan Kuchiki Rukia bisa bangun pagi?" katanya lagi, anak-anak yang berada di kelas, hanya melihati mereka. Mereka mengetahui kalau Momo dan Rukia sudah seperti ini, berarti akan ada yang ditertawakan nantinya.

"Kalau kamu heran, herannya mau diapain? Mau dipamerin? Sampe ngomongnya keras-keras gitu… norak banget sih." jawab Rukia, kini dia beranjak dari tempat duduknya dan pergi keluar kelas.

Good Shot! Momo kini terdiam, murid-murid yang lain menahan tawa, "Argh! Shut up!" seru Momo dengan cukup keras, murid-murid yang manahan tawa tidak memperdulikan hal itu, dan Momopun duduk di kursinya dengan perasaan yang kesal. Kenapa dia selalu kalah dengan Rukia? Tanyanya dalam hati.

Kini Rukia sedang berjalan di lorong sekolah, sekolah yang baru dijalaninya selama tiga jam sangatlah membosankan. Pelajaran yang sama saja, terus terngiang di kuping Rukia. Itu sangat membuat Rukia jenuh di hari-harinya.

"Rukia…" tiba-tiba ada yang menarik Rukia dari belakang, Rukia yang merasaa ditarik tangannya langsung menoleh ke arah belakang. Dan yang dilihatnya adalah… Ichigo Kurosaki.

Ichigo Kurosaki adalah seorang playboy sekolah yang cukup terkenal, dia sangat mahir di bidang olahraga, namun dia juga mahir di bidang memainkan perasaan wanita. Banyak orang yang tahu, kalau dia suka mempermainkan perasaan wanita, namun tetap saja, setiap gadis yang ditembaknya, selalu membuka peluang bagi Ichigo untuk memasuki hati mereka.

Rukia menatap Ichigo dengan alis terangkat, ada apa ini? Tiba-tiba playboy nggak jelas menarikku tiba-tiba?

"Ada apa?" tanya Rukia kini membalik badannya, dirinya terkesan sombong karena kini dia melipat tangannya.

"Aku menyukaimu… ini serius… aku nggak tahu, kenapa perasaan ini terus mengusikku, aku berusaha untuk mengusirnya, namun gagal…. maukah kamu jadi pacarku?" tanya Ichigo, Rukia yang jauh lebih pendek dari Ichigo menjawabnya dengan senyum meremehkan.

"Tidak…" jawabnya singkat. Ichigo sangat kaget atas apa yang didengarnya.

"Kenapa?" tanyanya lagi, kini dia berwajah memelas, berharap Rukia mengubah jawaban terhadap dirinya.

"Karena aku tidak menyukaimu…" kata Rukia, kini mata Ichigo mebelalak lebar, terlihat seperti lebih kaget, daripada penolakan Rukia yang pertama.

"Tidak ada wanita yang boleh menolakku, apalagi, menolakku secara mentah-mentah…" kata Ichigo dengan nada yang mulai menakutkan, dia mendorong Rukia, sehingga Rukia terpojok di tembok. Kedua tangan Ichigo menahan Rukia, agar Rukia tidak bisa kabur darinya, "kamu… harus jadi milikku…" bisiknya mulai mendekatkan wajahnya terhadap Rukia.

Rukia terjebak dan tidak bisa berbuat apa-apa, berteriakpun tidak ada gunanya karena dia berada di lorong yang sepi.

Namun tiba-tiba…

"Maaf, anda siapa?" tanya seseorang yang tidak diketahui oleh Rukia, karena tertutup oleh badan tinggi dari Ichigo.

"Ck… sial, mengganggu saja, siapa kamu? Dan sedang apa disini?" tanya Ichigo mengubah posisinya, menjadi memunggungi Rukia, Rukia menggeser sedikit badannya untuk mengetahui, siapa yang "menolongnya." walaupun ia tahu, itu terjadi secara tidak sengaja.

"Tidak penting bukan, siapa aku? Yang paling penting, apa yang sedang kamu lakukan dengan gadis ini?" tanyanya, Rukia sedikit kaget dengan apa yang dilihatnya, dia melihat seorang berbaju seragam, berambut putih, dan bermata emerald, sangat mirip dengan Toushiro, butlernya, namun apa benar, itu butlernya. Karena penampilannya kali ini, sangatlah berbeda.

To be continue...


Finally, chapter ini selesai juga, bagaimana menurut kalian cerita pertamaku ini?

Cerita ini aku sudah memperkirakan, akan menjadi empat atau lima chapter. Mungkin aku akan update ini agak lama, karena akan ada ujian sekolah, hehe...

Kirimkan saran dan komentar para readers ke kotak review ya... I hope you like this story, i hope you enjoy this story, and i hope you review this story :)

Thank You...