Title : My Little Family [Sekuel of Will You Protect Me?]

Cast : YunJae & other pairings. :)

Disclaimer : YunJae itu saling memiliki, jadi jangan dipisahkan yaa :)

Warning : ini shounen-ai.. jadi kalo yg nggak suka sho-ai maupun pairingnya bisa silakan menyingkir jauh-jauh sebelum saya turun tangan..

.


aloha! Ini aku bawain sekuel sekalian epilognya, mian lho kalo lama T^T

yaudah, silakan dinikmati saja :D

.


.

Happy reading, enjoy!

.


.

"Ya! Jung Jinki! Berhenti sekarang atau tak ada ayam goreng untukmu selama seminggu ke depan!"

"Hahahahaha ~~" anak yang dipanggil 'Jung Jinki' itu hanya tertawa sembari melemparkan boneka tofu-nya kearah Jaejoong yang mendelik menatap anak manis yang sebenarnya bernama asli 'Lee Jinki' itu.

Bingung kenapa Jinki berubah nama marga?

Well, itu karena Jinki diadopsi oleh YunJae, couple kesayangan kita ini.

Yunho dan Jaejoong. Sudah tiga tahun berlalu semenjak pernikahan mereka, dan dua tahun telah berlalu semenjak Jinki hadir dalam kehidupan mereka. Jinki yang bermata sipit,—sepintas mirip Yunho— berpipi chubby, dan berkulit seputih tofu ini sukses menarik perhatian Jaejoong, bahkan sejak namja cantik itu melihat Jinki saat pertama kali berkunjung ke panti asuhan tempat Jinki sebelumnya tinggal.

Bola mata Jinki yang atraktif, rambut coklat lembutnya yang berloncatan kala ia berlari, serta tawanya yang jernih dengan sukses melelehkan hati Jaejoong. Bahkan selama ini Jaejoong bisa langsung tersenyum hanya dengan melihat malaikat kecil mereka tertidur nyenyak.

Tapi sekarang?

"Kembali kau Jung Jinki!" bentak Jaejoong lagi seraya menjatuhkan diri diatas dofa karena lelah. Sementara Jinki—yang selah tenaganya tak pernah habis—tengah asyik berlari memutari sofa tempat Jaejoong duduk sambil tangannya mengayun-ayunkan boneka tofu-nya kemana-mana.

"Eomma! Eomma! Eomma!"

TWITCH.

Rasanya urat nadi Jaejoong muncul begitu Jinki melontarkan panggilan itu dengan suara cemprengnya yang kini terasa mengganggu. Suara Jinki seakan berdenging di telinganya, seolah menggetarkan seluruh isi telinganya dan menabuh gendang telinganya. Benar-benar berisik!

"Jinki-ya..." panggil Jaejoong pelan dengan suara horror sambil memegangi pelipisnya yang terasa berdenyut-denyut. Tapi panggilan Jaejoong, entah kenapa berhasil membuat Jinki berhenti berlari, kemudian memandang eomma-nya dengan bingung.

"Wae, eomma?" Jinki mendekap erat boneka tofu-nya di dada sambil memandang Jaejoong takut-takut. Sepertinya Jinki mengerti bahwa eomma-nya sudah marah. Jelas sekali Jinki hafal kebiasaan eomma-nya kala namja cantik itu marah karena ia sudah sangat sering membuat Jaejoong marah.

Jaejoong terdiam sejenak sambil menatap anaknya yang memandangnya dengan tatapan polos nan unyu, seolah ia tak melakukan kesalahan apapun barusan. Tangan Jinki yang meremat-remat boneka tofu-nya perlahan lepas dari boneka berbentuk tahu tersebut, kemudian perlahan meraih tangan Jaejoong yang terkulai lemas di kedua sisi tubuhnya.

"Eomma, maafkan Jinki, ne?" Jinki menjatuhkan boneka tofu-nya begitu saja, kemudian mendudukkan diri diatas sofa, tepat di sebelah Jaejoong.

Kini lengan Jinki melingkari lengan kiri Jaejoong, memeluk lengan namja cantik itu dengan erat dan kemudian membenamkan wajah mungilnya di lengan atas Jaejoong.

"Eomma..." panggil Jinki dengan suara teredam. Sementara, mendengar panggilan putranya, Jaejoong tersenyum kecil dan tanpa banyak kata langsung mendekapnya erat, hingga wajah Jinki bergeser ke dadanya. Tampaknya suara Jinki yang merasa bersalah telah melelehkan hati Jaejoong—lagi.

"Eom—"

"Sssh..." Jaejoong langsung mengelus rambut coklat Jinki, kemudian mengecup puncak kepalanya dengan lembut. "Eomma sudah memaafkan Jinki kok.."

.

.

Siang itu Jaejoong sendirian di rumah. Yunho belum pulang kerja, sementara Jinki sedang bermain di luar dengan Minji, putri Yesung dan Ryeowook yang memutuskan ikut pindah ke Seoul dan melanjutkan usaha cafe mereka disini.

'Baguslah rumah sedang sepi..' pikir Jaejoong sambil kembali menata makanan yang baru saja ia masak untuk makan malam diatas meja makan. Mata doe-nya melihat sekeliling, memperhatikan ruang tamu dan ruang keluarga yang hancur karena ulah Jinki.

Jaejoong meniup poninya ke atas, kemudian menyingsingkan lengan bajunya dan berkacak pinggang penuh semangat.

'Arraseo!' batinnya bergemuruh riang, 'Saatnya bersih-bersih!' lanjutnya dengan heboh, kemudian menuju kearah pemutar musik dan meraih salah satu album lamanya sewaktu ia masih aktif menjadi penyanyi—sekarang ia sedang dalam masa vakum.

Tangannya membongkar sejenak tumpukan album koleksinya dan Yunho, kemudian meraih salah satu album berjudul Forgotten Season, album terakhirnya sebelum vakum, kemudian memasukkannya ke dalam alat pemutar musik.

Suara musik mulai terdengar. Jaejoong tersenyum saat mendengar intro lagu itu yang cukup familiar di telinganya. I'll Protect You. Lagu yang membawanya pada kekasih hidupnya sekarang, Jung Yunho. Lagu yang mengubah namanya menjadi Jung Jaejoong. Lagu yang membawanya pada kehadiran Jung Jinki sebagai pelengkap kehangatan keluarga kecilnya.

"Nun teugodo neol baraboji mothae.. Jichin chueoke heuryojin neoui mameul nan chatji mothae" suara Jaejoong mulai terdengar dari pemutar musik, sementara Jaejoong yang asli sedang membereskan mainan Jinki yang berserakan diatas lantai. Sesekali bibirnya bernyanyi tanpa suara, mengikuti alunan lirik lagu yang sempat ia benci itu.

"Manhi ulgo jichyeo deo isang mothae.. Saenggakhaedo neoreul bomyeon gwaenchaneul got gata—" lanjutan lagu terdengar dari pemutar musik, sementara Jaejoong kini sedang melipat selimut berwarna hijau bermotif ayam milik Jinki yang entah bagaimana ceritanya bisa sampai ke ruang tengah.

"Ck, dasar anak bandel.." gumam Jaejoong kecil sambil tertawa. Ia menggelengkan kepalanya sembari meletakkan selimut itu diatas sofa. Kini Jaejoong melangkahkan kaki jenjangnya ke kamar Jinki, hendak merapikan kamar Jinki yang ternyata tidak kalah hancur dari ruang tengah dan ruang tamu. Melihat sekelilingnya, Jaejoong berdecak sebentar. Lalu tak lama kemudian mulai merapikan kamar anaknya, dimulai dari ranjang Jinki yang luar biasa hancur. Kertas, pensil, bolpoin, dan tas Jinki tergeletak begitu saja diatas ranjangnya, membuat Jaejoong bertanya-tanya sendiri, bagaimana Jinki bisa tidur dengan keadaan begini.

Pandangan Jaejoong tertuju pada sebuah kertas berwarna hijau muda cerah yang terlihat kala ia mengangkat tas Jinki. Kertas itu sudah sedikit lecek dan lusuh akibat tertindih tas—dan mungkin badan Jinki—selama beberapa hari. Merasa penasaran, Jaejoong langsung meletakkan kertas-kertas hasil tes Jinki, tas dan segala peralatan tulisnya di atas meja belajar Jinki, kemudian duduk diatas ranjang Jinki dan memusatkan perhatian seluruhnya pada kertas itu.

'NAE EOMMA'

Judul yang terlihat oleh Jaejoong sontak membuat namja itu makin penasaran. Jadilah Jaejoong cepat-cepat membuka lipatan kertas itu hingga kertas itu terbuka sepenuhnya.

'Nae eomma...' baca Jaejoong dalam hati sambil mengamati tulisan hangul Jung Jinki yang masih berantakan dan belepotan disana-sini. Jaejoong tersenyum sejenak dan memutuskan melanjutkan membaca.

'NAE EOMMA.

Eomma-ku bernama Jung—Kim—Jaejoong.

Eomma adalah seorang penyanyi, dan aku sangat sayang padanya.'

Jaejoong tertawa kecil membaca kalimat pertama dalam karangan Jinki. Anak laki-lakinya satu-satunya. Jung Jinki-nya.

'Banyak orang bilang eomma itu sempurna.

Tetapi, bagiku ia sama saja seperti orang-orang lain, marah saat dibuat sebal, dan berteriak kesal saat melihat orang bertingkah aneh.'

Kalimat berikutnya membuat Jaejoong sedikit mengernyit. Banyak orang mengatakan ia sempurna? Hmm.. Sebenarnya Jaejoong lebih setuju dengan kata-kata Jinki setelah kalimat tersebut.

'Aku sudah sangat sering mendengar suara eomma. Dan benar kata teman-teman, suara eomma sangat indah! Suatu saat aku juga ingin jadi penyanyi seperti eomma..'

Jaejoong kembali menampakkan senyum di wajahnya kala ia membaca kalimat itu. Jika saja ia dibayar setiap kali tersenyum, sudah dapat dipastikan ia akan mendapat banyak uang hanya dengan membaca karangan Jinki.

'Tapi disamping itu, aku juga sering dengar kalau banyak orang yang benci sama eomma..'

Jaejoong sedikit tersentak membaca kalimat ini. Hatinya mendadak penasaran. Siapa yang membencinya? Antis kah?

'Beberapa seonsaengnim berkata bahwa eomma itu tidak normal. Eomma tidak waras. Mereka juga bilang kalau aku ini anak yang berdosa besar karena sudah mau dirawat dan dibesarkan oleh eomma.'

Jaejoong serasa ingin menangis mendapati Jinki menulis seperti ini dalam karangannya. Dalam hati bertanya-tanya, mengapa Jinki tidak pernah bercerita?

Ah, tentu saja..

Jinki tidak pernah suka orang-orang yang mengkhawatirkan dirinya. Sudah pasti ia tak ingin dikasihani, bahkan oleh ibunya sendiri.

Benar-benar anak yang tegar...

'Aku akui, eomma memang tidak seperti eomma chingudeul yang lain. Eomma memang cantik—sangat cantik malah! Tapi ia jelas tidak berdada besar seperti eomma chingudeul yang lain. Eomma tidak punya rambut yang panjang seperti eomma chingudeul yang lain. Selain itu, eomma juga sedikit berotot, tidak seperti eomma chingudeul yang lain. Eomma-ku tidak punya tangan yang kecil seperti yeoja. Sebab, eomma itu namja.'

Jaejoong terdiam sesaat. Pikirannya mendadak berterbangan keluar dari kamar Jinki. Pandangannya menerawang ke arah jendela kamar Jinki. Bertanya-tanya apa yang Jinki pikirkan kala anak itu melihatnya—yang notabene seorang namja—dan harus memanggilnya 'eomma'.

'Tapi walaupun eomma itu berbeda, aku tetap menyayangi eomma-ku yang cantik!—dan tentu saja eomma menyayangiku.. Jika tidak percaya, datang saja ke rumahku! Pasti di rumah sudah akan tersedia makanan-makanan lezat bikinan eomma. Yah, masakan eomma memang sangat enak, apalagi ayam gorengnya. Setiap hari, eomma pasti memasakkan sesuatu yang enak untukku dan appa. Selain itu, eomma juga pandai membersihkan rumah, dan aku sangat suka dimanjakan olehnya sebelum tidur.'

Jaejoong tidak tahu ia harus menangis atau tertawa membaca paragraf itu. Hati Jaejoong bergetar, dibalik kata-kata Jinki yang polos, anak berpipi chubby itu ternyata sudah mengetahui dan bisa menerima kenyataan yang ada. Tak dapat dipungkiri, sebersit rasa bangga terselip dalam hatinya kala ia memikirkan Jinki sekarang.

'Eomma dan appa pernah bertengkar—tentu saja. Tapi aku sangat tahu kalau appa sangat sayang eomma, bagaimanapun wujud eomma. Karena setiap kali selesai bertengkar, appa akan meminta maaf dengan lembut pada eomma dan kemudian memeluk eomma erat-erat, seolah-olah hanya ada mereka di rumah.'

BLUSH!

Wajah Jaejoong memerah dengan sukses. Jinki... benar-benar! Seenaknya saja membocorkan rahasianya dalam karangannya. Tapi, Jaejoong juga tidak bisa menolak untuk tertawa keras-keras dalam hati setelah membaca paragraf 'ajaib' ini.

'Aku pernah melihat eomma menangis.'

'Benarkah?' Jaejoong membatin bingung. Otaknya berusaha mengingat-ingat kapan ia pernah menangis didepan Jinki. Tapi toh, karena rasa penasaran, akhirnya ia lebih memilih melanjutkan membaca karangan Jinki.

'Aku tidak mau melihat eomma menangis lagi.. Sudah cukup aku melihat eomma menangis satu kali saja seumur hidupku..'

Jaejoong tertegun. Hatinya terasa sejuk membaca kalimat itu. Sebegitukah Jinki mengkhawatirkannya?

'Kalau ditanya apa harapanku untuk eomma...'

'Apa? Apa?' Jaejoong membatin tidak sabar sambil membalik lembaran itu ke halaman selanjutnya.

'Aku ingin eomma kembali bernyanyi.'

"MWO?" Jaejoong nyaris terlonjak kaget dengan raut wajah penuh tanya sehabis melihat jawaban yang dilontarkan Jinki. Kenapa?

'Agar orang-orang yang merasa gelisah juga dapat mendengar suara eomma yang menenangkan, seperti yang selalu kudengar sebelum tidur.'

Jaejoong perlahan tersenyum lagi. Mata doe-nya kini mulai menitikkan air mata. Jinki-nya benar-benar baik hati, walau kadang nakal dan bandelnya tidak keruan. Dalam hati merasa Jinki benar-benar namja kecil dengan hati lembut.

'Aku mau berbagi suara eomma dengan fans-fans eomma diluar sana. Tapi aku tidak mau membagi cinta eomma untukku dan appa! Cinta dan sayang eomma cuma boleh buat Jung Jinki dan Jung Yunho!

Tamat'

Jaejoong menangis sambil tertawa saat membaca paragraf terakhir. Jinki ternyata bisa egois juga, Jaejoong baru tahu. Namja cantik itu sedikit tertawa saat membayangkan reaksi fans-nya jika tahu Jinki bilang begitu. Tapi toh, membayangkannya saja sudah membuat Jaejoong tertawa sendiri.

DRAP! DRAP! DRAP!

CKLEK.

"Eommaaaaa ~~~" panggil sebuah suara yang dikenali Jaejoong sebagai suara Jinki. Jaejoong bisa mendengar Jinki yang membuka pintu dengan cepat dan samar-samar terdengar suara benda jatuh. Dugaan Jaejoong, pasti Jinki melepas sepatu dan membuka pintu di saat yang bersamaan. Ck, aneh-aneh saja anak itu.

Jinki langsung menyongsong masuk ke dalam rumah, menuju kamarnya. Dan mata sipit Jinki langsung membelalak lebar begitu mendapati eomma-ya tengah menangis sambil tersenyum, terduduk diatas tempat tidurnya dengan tangannya membawa tugas karangannya.

"Eomma! Wae geurae?" tanya Jinki bertubi-tubi sambil langsung memeluk Jaejoong, kemudian memeluknya erat-erat. Jinki menenggelamkan wajahnya di dada bidang Jaejoong, kegiatan favoritnya kala ia merasa gelisah. Sementara Jaejoong—masih dengan airmata mengalir di pipinya—balas memeluk Jinki erat-erat, memberikan pelukan erat ala ibu beruang.

"Eomma jangan nangis.." Jinki melepaskan pelukannya, kemudian menghapus airmata Jaejoong dengan ibu jarinya, yang entah kenapa malah membuat airmata Jaejoong mengalir lagi.

"Nan gwaenchanha.." kata Jaejoong akhirnya setelah ia berhasil menetralkan nafasnya dan mengatur perasannya. Jaejoong mengecup puncak kepala Jinki, dan tetap memeluknya erat. "Eomma hanya mau berterima kasih.."

Jinki mengangkat kepalanya dari dada Jaejoong, "Berterima kasih untuk apa, eomma?"

Jaejoong mengelus lembut rambut lembut Jinki, dan mengecupnya lagi, "Gomawo karena kau sudah mau menjadi anak eomma.."

Mendengar jawaban Jaejoong, Jinki menggeleng. Lengannya terengkuh lebih dalam, memeluk Jaejoong lebih erat. "Ani.." Jinki meremas baju Jaejoong di bagian punggung, menahan airmatanya yang sudah siap tumpah. "Mestinya... mestinya Jinki yang bilang 'gomawo' karena eomma sudah mau adopsi Jinki dan merawat Jinki.." kata Jinki, lalu sedetik kemudian tangisnya pecah. Bocah 7 tahun itu merangkul leher Jaejoong, kemudian menangis hebat di ceruk leher Jaejoong. Entah menangis karena apa, mungkin karena bahagia. Sebab Jinki tak punya alasan untuk menangis sedih.

Tanpa ada yang menyadari, suara deru mobil Yunho memasuki carport rumah dengan hati-hati. Disusul Yunho yang kemudian keluar dari mobil dengan senyum puas. Ia berhasil mendapatkan klien baru hari ini, dan tak dapat dipungkiri, ia begitu gembira.

"Boo!" panggil Yunho sambil membuka pintu, namun tak ada jawaban. Sambil melonggarkan dasinya, Yunho memandang bingung pada ruang rumahnya. Ruang tamu sudah bersih, sementara ruang tengah masih sedikit berantakan. Dan lagu Jaejoong masih menyala dari pemutar musik. Sejenak kemudian, Yunho memutuskan menjelajahi tiap sudut rumah, sekalian mencari Jaejoong dan Jinki.

Beberapa menit menelusuri rumah, pandangan Yunho terkunci pada kamar Jinki yang pintunya sedikit terbuka. Merasa penasaran, Yunho mengintip sedikit ke dalam kamar dan tersenyum kecil mendapati pemandangan yang ia lihat.

Jaejoong yang tengah berusaha meredakan tangis Jinki yang masih menangis di pundaknya dengan wajah dan mata Jaejoong yang masih memerah. Sepertinya Jaejoong juga baru saja menangis.

"Boo?" panggil Yunho sambil beranjak masuk ke kamar Jinki. Menghampiri Jaejoong yang kerepotan meredakan tangis Jinki yang kian hebat.

Yunho mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan itu dengan raut wajah penuh tanya, dan jawabannya ia dapatkan saat ia melihat kertas karangan Jinki yang tergeletak diatas ranjang dengan judul yang Yunho anggap dapat membuat Jaejoong menangis terharu.

"Yun..." Jaejoong menghampiri Yunho, kemudian memberikan welcome kiss di bibir tebal suaminya. Sementara tangis Jinki kini hanya tinggal isakan.

"Gomawo telah memilih kami untuk menemani hidupmu.." bisik Jaejoong mesra sambil mengecup pipi Yunho, seketika membuat rasa lelah yang tadinya bertengger di kepala dan pundak Yunho kini hilang entah kemana. Yunho balas mengecup puncak kepala istrinya dan pipi gembil Jinki dengan penuh rasa sayang. Jinki sendiri hanya nyengir pada ayahnya dalam gendongan ibunya, menatap Yunho dengan matanya yang merah dan basah. Kalau sudah begini, biasanya pasti—

"Eomma, nyanyi ~" pinta Jinki sambil mengulum satu jempolnya, membuat baik Jaejoong maupun Yunho tersenyum melihat ulah Jinki yang keluar manjanya.

"Arraseo.." Jaejoong membetulkan gendongannya pada Jinki, sementara Yunho tiba-tiba saja sudah berada diatas ranjang Jinki, dan menyamankan posisinya yang duduk menyandar di kepala ranjang Jinki. Jaejoong hanya tersenyum melihat suaminya yang juga mendadak manja, kemudian mengatur nafasnya. Mempersiapkan dirinya sendiri untuk menyanyikan 'Forgotten Season', lagu yang selalu menjadi favoritnya.

"Jigeumdo gi-eokhago isseoyo ~ Siwireui majimag bameul ~ Tteutmoreul iyagiman namginchae.. Uri neun he-eo jyeot jiyo—"

Dan sementara Jaejoong menyanyi, Yunho dan Jinki terbang kealam mimpi.

.

.

-FIN-

.


.

hahay! Utangku lunas! Akhirnya epilog sekalian ama sekuel WYPM udah lunas! Lunas! Lunas! Lunas! *tebar nota*

okeeee, aku nggak punya apa-apa buat diomongin,, mungkin readers yg punya komentar soal epilog super gaje ini?

Review pleaseeeee? :3 thank you ~