Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pair : NaruHina
Warning : OOC, Typo(maybe), DLDR, AU, ending, dan lain-lain
.
Sahabat Bintang
.
Enam tahun kemudian…
Hinata melangkahkan kakinya kedalam kantor yang selama dua tahun belakangan ini menjadi kantornya, dimana ia bekerja sekarang. Sebenarnya ia hanya membantu kakak sepupunya –Neji- menjalankan perusahaan milik keluarga Hyuuga. Lagi pula, umurnya masih muda untuk menjalankan perusahaan sepenuhnya.
Sapaan demi sapaan menghujam Hinata yang dilontarkan oleh teman satu kantornya, walaupun disini jabatan Hinata dapat dibilang lebih tinggi dari yang lain, namun Hinata tetap menganggap bahwa mereka adalah orang yang patut ia hormati karena usia mereka lebih tua dari pada Hinata. Ia hanya menanggapinya dengan senyuman.
Setelah sampai di depan pintu ruangannya, ia segera membuka pintu dan melangkahkan kakinya memasuki ruangan dan kembali ditutupnya pintu saat ia telah masuk. Ia melangkahkan kainya menuju kursi hitam nyaman yang ada dibelakang meja kerjanya.
Ia segera meletakkan tas jinjing putihnya ke atas meja, lalu menyandarkan tubuhnya pada kursi nyaman miliknya. Setelah dirasa penat ditubuhnya menghilang, Ia kembali merai tas jinjingnya dan meraih handphone touch screen violet dan menghubungi seseorang. Setelah menunggu nada panggilan selama beberapa detik, seseorang yang ditupun akhirnya mengangkat panggilannya.
'Moshi-moshi Hinata-chan?'
"Sakura-chan?"
'Iya Hinata-chan? Ada apa?'
"Apa Sakura-chan sibuk?" tanya Hinata.
'Tidak. Aku mengambil cuti untuk mempersiapkan pernikahanku dengan Sasuke-kun. memangnya ada apa Hinata-chan? Apa ada masalah Hinata-chan?"
Hinata menghela napas perlahan, entah kenapa sahabat pink yang satu itu selalu tahu apa situasi yang ia hadaapi saat ini. "Sedikit, apa kita bisa bertemu?" tanyanya.
"Boleh, dimana?"
"Di cafee biasa Sakura-chan, jam lima sore,
"Siip deh, sudah dulu ya Hinata-chan."
"Iya, jaa…"
"Jaa.."
Lalu sambungan telepon terputus.
Hinata menghela napas lelah akan masalahnya saat ini. masalah yang ditimbulkan oleh ayahnya yang membuatnya pusing bukan kepayang. Diarahkannya pada layar ponselnya yang menampakkan gambar seorang berambut pirang dengan tiga garis dipipinya sedang tersenyum menghadap kamera. Ia mengenakan seragam lengkap kepolisian. Melihat laki-laki itu tanpa sadar pipinya telah menampakkan semburat merah muda.
ia mengenal Sakura dari seseorang yang dulu selalu ia panggil dengan Sahabat Bintang. Dan kini ia mendapatkan kebenaran dari Sakura tentang siapa itu sebenarnya Sakura, Cupcakes, dan Sahabat Bintang. Dia adalah teman Sakura dan kakaknya Neji Hyuga yang memiliki nama Namikaze Naruto saat SMA. Bukan seseorang yang jatuh dari langit untuknya dan terlahir dengan nama Sahabat bintang.
Sungguh saat Sakura mengatakan kebenarannya, ia sangat terkejut dan merasa dibohongi oleh Naruto. Namun disisi lain, ia merasa bodoh karena diumurnya yang bisa dibilang remaja, ia masih terlalu bodoh untuk menyadari hal-hal aneh nan tidak masuk akal yang muncul.
Sakura memberitahunya bukan kaena paksaan dari Hinata, namun karena ia yang berinisiatif memberitahunya tentang Naruto yang sebenarnya karena melihat Hinata yang terus menerus murung sejak kepergian Naruto, namun selain alasan itu, Sakura terlalu lelah untuk memanjat pagar rumahnya untuk bertemu dengan Hinata.
Hinata memandang handphonenya yang terdapat gantungan kunci setengan bintang bewarna perak yang pemperindah handphonenya. Iris sayunya menatap lembut gantungan kunci itu mencoba mengorek setitik kenangan indah yang diberikan sang pemberi gantungan kunci itu.
Setelah dirasanya cukup untuk mengistirahatkan tubuhnya, Hinata segera berkutat dengan dokumen-dokumen penting perusahaan yang harus ia periksa.
Naruto memandang pantulan dirinya di depan cermin, kemeja jingga dengan kaus putih yang dikenakannya, dengan paduan celana jeans hitam yang membalut rapih tubuhnya menjadikan Naruto tampak lebih dewasa dari sebelumnya.
Melihat penampilannya sekarang, dan dirasanya cukup dan merasa puas, Naruto menarik kedua sudut bibirnya lebar-lebar dan tersebyum, atau menyengir rubah untuk dirinya sendiri yang berada di dalam cermin. Kegiatannya terhenti saat ia mendengar suara ibunya yang memanggil namanya dari lantai bawah..
"Naruto!"
Naruto berbalik arah dan melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya. "Ya okaa-san?" ia menuruni anak tangga dan melihat ibunya besrta ayahnya yang berdiri di bawah tangga dengan beberapa koper yang mengelilinginya.
"Sudah siap? Pesawatnya akan lepas landas dua jam lagi! Bandara jauh jadi kita harus cepat bergegas"
"Ha'I ha'i kaa-san, Naruto sudah siap dattebayo!" balasnya menunjukan cengiran rubahnya.
Mendengar penuturan Naruto, Kushina, yang notabane nya adalah ibu kandung Naruto hanya ikut tersenyum lebar, sedangkan Minato yang merupakan ayah kandung Naruto hanya tersenyum simpul.
~Sahabat Bintang~
"Terimakasih," ucap Hinata pada pelayan cafee yang memberikan segelas cappucino dengan sepotong kue dengan krim vanilla di atasnya.
Setelah memberikan perhatian seluruhnya pada seorang pelayan cafee, Hinata kembali menatap Sakura yang sedang menyuapkan potongan kue ke dalam mulutnya. Hinata tersenyum melihatnya, Sakura tetap saja Sakura. Seorang gadis cantik nan anggun tetapi menjadi rakus jika bertemu dengan makanan yang mengandung unsur manis yang banyak. Bahkan Hinata iri padanya, sebanyak apapun gadis itu makan-makanan yang manis, badannya tetap saja langsing. Tidak seperti Hinata yang apabila makan dengan porsi yang berlebih akan meningkatkan volume tubuhnya.
"Kau mau bicara apa Hinata? Tumben sekali kau yang mengajakku makan. Biasanya aku yang selalu mengajakmu makan?" ucap Sakura seraya meminum jus strawbery.
Hinata menghela napas mendengar pertanyaan Sakura, raup wajahnya meredup seketika. Sakura yang melihatnya segera sepenuhnya memberi perhatian pada Hinata yang sepertinya memiliki masalah yang besar.
Hinata menghela napas, "Aku akan dijodohkan."
Sakura bersiri dari duduknya mendengar perkataan Hinata, "APAAA?" setelahnya ia duduk kembali karena melihat orang-orang yang berada di dalan cafee tersebut memperhatikannya dengan pandangan aneh. "Kenapa bisa? Ko bisa? Sama siapa?"
Hinata menundukan kepalanya tak sanggup melihat mata Sakura yang melihatnya intens. Iris nya berkaca-kaca kala mengingat perkataan ayahnya mengenai perjodohan yang akan dilaksanakan esok hari. "Ayahku menjodohkanku dengan orang yang sudah melamarku terlebih dahulu, tapi aku tidak mengetahuinya."
Sakura menggeser kursinya hingga berada tepat di samping Hinata. "Ceritakan padaku!"
Hinata menghela napas dalam, masih dengan air mata yang tak dapat ia bendung, ia menceritakan seluruh kejadian yang dialaminya tentang perjodohan kepada sakura. Sesekali Sakura menghapus air mata yang meleleh di pipi Hinata. "Begitu, apa yang harus aku lakukan Sakura?"
Sakura mengerjabkan matanya bingung, Oh ayolah... di zaman modern ini? Masih ada perjodohan? Persetan dengan itu. Sakura menghela napas, lalu meminum jus nya yang belum kandas, "Kau tidak mengetahui siapa orang yang akan dijodohkan denganmu?"
"Benar," Hinata mengangkat kepalanya memberanikan diri menatap Sakura. "Kata otou-san ini yang terbaik untukku, otou-san juga bilang bahwa Neji-nii juga sudah menyetujuinya."
Sakura mengerutkan dahinya, "Neji?"
"Iya." Hinata menghela napas berat, "Bahkan aku sudah menceritakan semua perasaanku padanya tentang Naruto, kenapa Neji-nii tidak mengerti?" tanyanya dengan mata yang berkaca-kaca, tetapi disekanya terlebih dahuku sebelum Kristal itu terjatuh. "Aku harus bagaimana? Seumur hidupku aku tidak pernah menentang perkataan ayah."
Sakura menatap Hinata nanar menahan diri agar tidak ikut menangis melihat Hinata. Sakura tahu perasaan Hinata yang sebenarnya, Sakura tahu bagaimana Hinata begitu mencintai Naruto sahabatnya yang bodoh itu. Menyiksa Hinata dengan tidak adanya kepastian memang hal yang jahat. Jika bukan karena permintaan si bodoh itu, Sakura sudah memberikan nomor teleponnya pada Hinata. Tetapi sayangnya, dia sudah berjanji pada Naruto tidak akan memberikan nomor itu pada Hinata untuk rencana bodohnya itu.
Ah iya… kira-kira rencana seperti apa ya?
Lagu Heaven mengalun lembut dari handphone Hinata, bertanda ada sebuah panggilan yang masuk ke handphonenya. Mendengar itu Hinata langsung mengangkatnya.
"Sakura-chan aku harus pulang, Neji-nii menyuruhku untuk pulang untuk memilih baju karena besok orang yang dijodohkan denganku akan datang menemuiku." Hinata berdiri lalu memeluk Sakura erat yang dibalas dengan Sakura, "Doakan aku," ucapnya singkat. Lalu berjalan keluar cafee meninggalkan Sakura yang menatap kepergian Hinata dengan perasaan yang campur aduk.
"Pasti."
Setelah Hinata hilang dari pandangan, Sakura segera mengeluarkan handphone dari tasnya, lalu menekan kontak yang sudah ia kenal baik seperti apa orangnya.
'Moshi-moshi Sakura?'
"Bodohh! Apa semua ini rencanamu?"
'Apa'
"Apa semua ini rencanamu?" tanyanya lagi pada orang yang menjadi lawan bicaranya.
Sakura mendengar helaan napas dari sana, "Bukan. Si baka-Naruto yang merencanakannya."
"Ayolah Neji, kasihan Hinata menjadi muram seperti itu. Sudah berapa lama si baka itu memainkan perasaan Hinata? Kau bahkan setuju saja mengikuti permainan Naruto. Kau pikir mrenunggu tanpa kepastian itu menyenangkan?"
'Lalu aku harus melakukan apa?'
"Aku tak tahu,"
'Saat ini tidak ada yang bias kita lakukan. Percayakan semuanya pada Naruto, dia tidak akan menyakiti Hinata. Aku yakin itu,'
Sakura terdiam beberapa saat, lalu menganggukan kepalanya mengerti, "Ya, dia tidak akan menyakiti Hinata."
Lalu sambungan telepon itu terputus.
Hinata menatap pantlan dirinya di depan cermin. Saat ini ia mengenakan dres bewarna ungu muda dengan motif bunga lavender yang menghiasi bagian bawah dress lima cm diata lutut. Satu kata yang dapat mendeskripsikan penampilannya kali ini. Cantik.
Hinata menatap dirinya sendiri dengan pandangan hampa. Setelah hari ini, setelah ia bertemu dengan calon suami yang telah dipilihkan ayahnya, impiannya untuk bersama dengan sahabat Bintangnya hanyalah sebuah angan. Angan yang sampai kapanpun tidak akan berubah menjadi kenyataan.
"Hinata" panggilan dari bawah menyadarkan dari lamunanya, ia menyeka air matanya yang hamper saja keluar dari kelopak matanya.
Dengan langka yang gontai, ia melangkahkan kakinya menuruni tangga. Diujung sana, ia melihat ayahnya dengan Neji sedang berrbincang hangat dengan tiga orang di hadapannya, ia tidak begitu jelas melihat, karena posisi mereka yang memunggunginya. Ia hanya melihat dua kepala dengan surai kuning dan satu kepala dengan surai merah. Sepertinya mereka sudah lama mengenal.
Pirang. Ah rasanya ia jadi ingin menangis karena mengingat Sahabat Bintangnya yang sama-sama memiliki surai pirang seperti itu.
Ayah Hinata yang pertama kali sadar akan kehadiran Hinata. ia memanggil Hinata, lalu ia dapat melihat dengan jelas seorang wanita cantik dengan iris violet yang menatapnya berbinar-binar, serta seorang laki-laki dengan surai pirang yang tersenyum tulus keraahnya. Laki-laki itu begitu mirip dengan Naruto, hanya ia tidak memiliki tiga garis kumis kucing dikedua pipinya.
Neji menatapnya seraya tersenyum, sedangkan seseorang yang duduk dihadapan Neji tidak menolehkan kepalanya menatapnya.
Hinata membalas dengan tersenyum. Lalu berjalan pelan menuju ayahnya tanpa menoleh ke aarah laki-laki yang tak menatapnya yang ia yakini adalah orang dijodohkannya padanya.
"Hinata-chan."
Hinata tersentak. Suara itu. Ia mengenalnya. Hanyah lebih berat dari yang ia dengar sebelumya. Dengan cepat ia membalikan badannya menatap seseorang yang duduk dengan cengiran rubah yang masih sama seperti dulu. Dia. Sahabat Bintangnya. Miliknya.
.
~Owari~
.
Thanks to…
: wkwkwk XD itu kepanjangan ape kependekan 3 chapter wkwkwk XD
RM : aiiihhh… takutttt udah ending nih Sahabat Bintangnya ^^
Huddexxx69 : udah yahhh
Gogatsu no kazde : aku suka pairing Sasusaku sama Naruhina sama Sasunaru #ehhhh wkwkwk XD makasihhh infonya yah ^^
Guest : ahh makasihhhhh
Karizta-chan : iya percaya banget Hinatanya mah ya :" ngga bakal dis koo.. buktinya ini udah update ahahayyy
: makasihhhh typo mah emang bestie banget :"
JumAwam : makasiihhhh
DindaHyuga : sendiri dehhh.. udah ngga ko sekarang mahhh
TeamChitoge : okeyyyyy syudahh qaqa ^^
Shiro19uzumaki : okeyyy yahhh ^^
Hinaka Aoi : okeyy sudah yahh
Name DianSS : ini dilanjutin koo ^^
A/N : Makasih udah mau nunggu fic ini selama 3 taon X'D udah lama banget ngga baca fic, tiba-tiba WB. Ters pas mau lanjutin taun kemaren aku kelas 12, focus ke pelajar dulu solnya kan maus jado mahasiswi wkwk xd terus bablas deh sampe lama banget ngga nulis fic. Maaf ya kalo kelamaan update, terus endingnya agak maksa gitu, masih perbaikan buat nulis kaya dulu lagi wkwk Xd
Dan sekarang insyaallah udah muloai nulis-nulis kaya dulu, soalnya masa kelas 12 udah lewat ahahayy… dan alhamdulillah aku lolos SNM'15 #curhatdikit dengan jurusan yang aku pengenin
Temenan sama aku yuk, kalo mau ngasih saran atau nanya sesuatu juga bisa, berhubung aku baru maen path sama ig :" anak jaman mana fi yaa.. telat banget ikutannya :" buat anak kelas 12 kalo mau nanya-nanya juga boleh…
Ig/path : yulianify