Summary: Rukia mendapat tugas berat dari Seireitai, pertama dia harus menikah dengan Ichigo, sebenarnya apa tugasnya...?

Namun yang menambah berat tugasnya yaitu Ichigo, karena sifat Ichigo telah berubah 180 persen, APA...?! Kenapa?

Dapatkah Rukia menjalankan tugasnya?

Desclaimer ; Om Tite Kubo

Warning ; AU, Abal-abal, Typo, Gaje dsb.

Pairing ; Ichigo K. and Rukia K.

Genre ; Campur, tapi saya usahakan Family

Rating ; M (Warning! Bagi yang tidak suka rate M harap meninggalkan page ini dengan segera! Bagi yang masih suka tapi tidak suka adegannya harap men-skip adegannya terutama yang berumur kurang dari 18 tahun tapi yang masih ingin membaca saya tidak menanggung hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, seperti: hidung berdarah (mimisan), kepala pusing, dan mual-mual atas biaya rumah sakitnya. Bagi yang selain itu, sepertinya tidak ada masalah lagi. Check this out)!

Rebellion

By. N-scorpio18

Chapter 6

...

In Soul Society

"Mereka tidak bisa membuat keturunan, dan yang satunya menolak untuk membantu kita." Lapor kapten Soifon kepada kapten Yamamoto

"Berarti tidak ada jalan lain." Jawab kapten Yamamoto mantab.

"Apa, harus dengan jalan itu? Bagaimana dengan Rukia san dan Byakuya sama?" tanya Soifon untuk memastikan.

"Mereka harus bangga karena menyelamatkan Soul Society. Katakan kepada Mayuri, karena rencananya tidak berhasil dan harus dirubah." Perintah kapten Yamamoto.

"Bai-baiklah." Jawab Soifon mengerti.

'Jika itu yang mereka inginkan. Aku akan membantu mereka bahagia bersama dalam kematian.' Kata kapten Yamamoto dalam hati.

Karakura Town

21.00 waktu setempat (ruang keluarga)

"Yah, Rukia kenapa kita tidak coba untuk benar-benar punya bayi." Kata Ichigo tiba-tiba.

"Kenapa?" tanya Rukia, karena dia tahu dirinya tidak bisa mengasilkan bayi.

"Kita coba saja, siapa tahu berhasil. Aku akan melakukannya dengan hati-hati." Jawab Ichigo semakin tidak masuk akal.

"Aku kan sudah tidak bertugas lagi. Berarti aku tidak harus melakukan hal itu denganmu." Kata Rukia menolak.

"Siapa bilang kau sudah tidak bertugas lagi? Kau masih jadi istriku jadi kau masih mempunyai tugas untuk melakukannya." Protes Ichigo.

"Aku mau mengundurkan diri saja. Toh sudah akan diganti dengan shinigami lain." Jelas Rukia.

"Yah! Kau dulu memohon padaku untuk tidur denganmu, tapi apa sekarang?" protes Ichigo kesal. Dan hanya dibalas juluran lidah Rukia. Kemudian Ichigo memukulan bantal yang ada ditangannya ke muka Rukia. Dengan sekajap saja menjadi acara perang bantal. Ketika Ichigo memukulkan pukulan yang lebih keras Rukia terjatuh dari sofa. Sontak Ichigo kaget dan membantu Rukia kembali duduk. Ichigo mendekatakan wajahnya dengan wajah Rukia.

"Apakah kau benar tak mau melakukannya?" tanya Ichigo lembut. Rukia yang gugup dan jantungnya yang terus berdetak keras tak tahu harus menjawab apa.

"Jika kau diam, berarti kau mau melakukannya." Sontak Rukia kaget dengan kesimpulan Ichigo.

"Ti-tidak." Jawab Rukia tepatah-patah.

"Mau tidak mau, aku akan melakukannya." Kata Ichigo dengan senyum seringai dibibirnya.

"Tidakkkk!"

...

Chapter 7

Bulan purnama terus melirik melalui celah jendela dari balik tirai yang sedikit terbuka. Sepasang insan yang sudah cukup lama menjalin hubungan suami istri itu tidur bersanding di kasur yang ukurannya tidak bisa dibilang kecil. Menyalami angan mereka masing-masing. Menebak akan sebuah masa depan yang tak menentu. Bersama alunan musik yang sejak tadi mengalun memperindah suasana kamar itu. Mata coklat musim gugur dan mata ungu kristal tetap memandangi langit-langit kamar seakan itu adalah tontonan menarik. Detingan musik dari pemutar musik klasik itu terus memainkan daftar lagu yang ada. Tak ada suara dari mulut mereka. Seakan mereka enggan untuk mengungkapkan kata hati mereka dalan sebuah rangkaian kata-kata. Mereka cukup menyelami setiap detik waktu yang ada.

"Nee, Ichigo Aku rasa tinggal menghitung hari saja, sampai aku diberhentikan dari tugasku. Karena itu kau bisa memilih shinigami mana yang kau inginkan untuk mengantikanku." Ucap Rukia pelan namun terdengar serius.

"Sudah kubilangkan, aku tak mau menikah dengan shinigami lain selain kau, Rukia." Tegas Ichigo. Dirinya benar-benar tak mengerti, mengapa Rukia terus membahas hal itu.

"Apakah kau ingin meninggalkanku? Apa kau ti-tidak mencintaiku? Setidaknya rasa suka?" tanya Ichigo balik. Dia ingin memastikan perasaan Rukia yang sebenarnya kepada dirinya. Bukan atas tugas bodoh yang membebaninya.

"Hmm, cinta ya? Kurasa aku sedikit mengerti akan arti kata itu. Benar, cinta yang kau maksud adalah cinta antara wanita dan pria dewasa kan? Bagaimana jika cinta dengan konpaku-konpaku yang tak bersalah, bukankah itu juga cinta?" jawab Rukia yang masih saja tak dimengerti oleh Ichigo.

"Benar, itu juga cinta Rukia tapi yang aku maksud adalah dirimu! Bukan mereka Rukia!" nada bicara Ichigo meninggi. Dia kesal karena yang ada dalam pikiran Rukia hanya konpaku-konpaku tak jelas. Apakah konpaku-konpaku itu pernah memikirkanmu? Apa mereka tahu akan pengorbananmu? Hah!" ucap Ichigo coba memberitahu Rukia.

"Benar, memang mereka tidak tahu akan pengorbanan yang telah aku lakukan, tapi itulah tugasku Ichigo. lebih dari itu, mereka adalah tanggung jawabku." Jelas Rukia. Memang Rukia sama sekali tidak ingin mendapatkan penghargaan atas pengorbanan yang telah dilakukannya. Karena dia selalu berpikir itu adalah tanggung jawabnya sebagai seorang shinigami. Dan dia tak menyesali itu semua.

"Pernahkah kau pikirkan bagaimana perasaanku Rukia? Jika kau bisa memikirkan konpaku-konpaku itu kenapa kau tak pernah berpikir bagaimana perasaanku! Jadi kau hanya mempermainkanku sajakan?! Pernikahan bodoh ini alasan untuk membodohiku? A-aku sudah menyukaimu sejak awal! Sebelum pernikahan ini terjadi Rukia!" teriak Ichigo. Samar-samar dari sudut matanya ada cairan bening yang menggenang, membasahi mata coklat musim gugurnya. Membuat matanya memerah.

"Ichigo..." ucap Rukia lirih. Tak disangkanya jika Ichigo menangis. Benar, Ichigo menangis. Ada gempa ataukah badai apa sampai Ichigo menangis. Ichigo terus meneteskan air matanya tanpa suara. Dalam keadaan sekarang, mereka tidak lagi berbaring namun duduk berhadapan. Membeberkan ekspresi mereka masing-masing.

Seketika hening tanpa suara hanya sinar matahari yang dengan setia mengintip tingkah laku mereka dari celah tirai yang tersibak terkena hembusan sang angin. Rukia tak tahu harus berbuat apa. Kedua tangannya dengan erat terus memegangi seprai tempat tidur itu. Dia takut dengan Ichigo yang seperti itu. Hatinya seperti terkikis perih oleh air mata yang terus menetes dan mengalir diwajah tampannya. Menyadari bahwa dirinyalah yang menciptakan wajah sedih itu. Bahwa dirinyalah yang sebenarnya orang yang sangat jahat yang berpura-pura baik.

"Ichigo,..." bisiknya. Ingin sekali dia memeluk tubuh kokoh Ichigo dan merasakan aroma jeruk khas milik Ichigo. Mengatakan jika dirinya juga tak ingin meninggalkannya. Dan yang paling penting bahwa dirinya juga sangat menyukai Ichigo. Sangat suka. Namun badan dan anggota tubuh lain sepertinya terlalu kaku untuk melakukan apa yang hatinya katakan. Tak disadarinya buliran-buliran cairan bening juga menetes dari pelulupuk mata ungu kristalnya. Memantulkan cahaya bulan yang masuk kedalam ruangan itu. Mereka saling memandang dengan mata yang basah dengan cairan bening yang tercipta dari gelenjar air mata mereka.

"Baiklah Rukia, a-aku akan menikah dengan shinigami lain, jika memang itu maumu." Ucap Ichigo tiba-tiba yang membuat jantung Rukia serasa berhenti berdetak. Namun bukankah itu permintaannya. Kenapa hatinya terasa berontak ketika mendengar kata-kata dari mulut Ichigo barusan.

"Namun, penuhi permintaanku." Lanjut Ichigo dengan nada yang cukup serius.

"A-pa?" jawab Rukia sedikit ragu. Tak yakin dengan apa yang sebenarnya Ichigo rencanakan. Namun dirinya tetap berusaha ingin membantu Soul Society.

"Bercintalah denganku, untuk malam ini." harap Ichigo dengan tatapan nanar yang sulit dijelaskan.

-One1-with-eight8-

Warning! Yang dibawah umur 18 tahun harap menskip ini! jika tidak dosa tanggung masing-masing!

"Bercintalah denganku, malam ini."

"Eh..." Rukia kaget dengan apa yang diucapkan Ichigo. Padahal sudah jelas jika dia tidak bisa menjalankan misi ini lagi. Tapi mengapa dia mengajaknya bercinta? Kenapa?

"Terlepas dari tugasmu itu, sekarang bercintalah denganku dengan bebas. Selayaknya suami istri." Lanjut Ichigo yang kemudian disusul mengecup bibir Rukia tanpa permisi yang berlahan menjadi pagutan dan lumatan-lumatan. Otot panjangnya memaksa masuk untuk menautkan dirinya dengan milik Rukia dan saling bertukar madu saliva mereka. Mengabsen satu persatu-persatu gigi putih Rukia. Tanpa Rukia sadari dirinya membalas setiap aksi yang Ichigo lakukan padanya. Dia merasa ini ada cara ampuh untuk menghapus wajah sedih Ichigo tadi. Membayar setiap buliran air mata yang telah mengalir diwajahnya. Menebus rasa bersalah yang telah menjadikan Ichigo obyek dari kepentingan Seireitai. Dan kini dia menyadari bibir Ichigo telah menyusuri setiap lekuk leher jenjangnya. Mengirim sengatan-sengatan listrik bertegangan rendah kepada dirinya. Membalasnya dengan usapan lembut di kepalanya. Mengusap lembut rambut orange yang unik yang hanya dimiliki oleh dirinya.

Ichigo telah membuka kancing baju tidur warna orange milik Rukia. Kemudian mencium harta karun di dalamnya meniggalkan jejak-jejak menandakan bahwa daerah itu adalah tutorial miliknya. Membuka kain tipis yang menjadi penghalang terakhir daerah itu. Dan bukit kembar yang ingin dirinya sentuh dan lihat sejak awal kini terekspos jelas di depan matanya. Dengan permata mungil berwarna merah jambu diatasnya yang semakin membuat Ichigo menelan ludahnya. Tak dapat menahan untuk tidak menjilatnya bak memakan es krim yang lezat. Dan dengan tangan kiri menelungkupkannya pada bukit Rukia yang sebelah kanan. Seakan telah kecanduan dan tak ingin melepasnya. Bukit-bukit itu terasa sangat pas dalam gengaman dan remasannya.

"Ah, Ichigo..."

Ichigo tersentak dengan desahan suara Rukia. Suara yang membuat desiran darah Ichigo mengalir dengan sangat cepat. Mempercepat detakan jantungnya. Dan memperkeras bagian dirinya yang dibawah.

Dirinya bergantian mencium dan menjilat bukit Rukia bagian kiri sedangkan tangan kirinya mencoba untuk melepaskan celana tidur Rukia dengan berlahan. Mencari bagian paling sensitif milik bidadari mungilnya ini. Setelah beberapa menit dirinya berhasil merampas pertahan Rukia, celana tidurnya dan perlindungan terakhirnya. Mengusap lembut bagian depannya yang berbentuk seperti kacang merah yang diikuti dengusan berat Rukia.

"Hnggh,..."

Sejenak Ichigo melihat ekspresi wajah Rukia. Mata ungu kristalnya nanar menatap dirinya semburat merah menghiasi pipi putih susunya. Seulas senyum tergambar di wajah tampan miliknya. Perasaan bangga yang menyelimuti dirinya. Benar, dirinyalah yang membuat Rukia seperti ini. dirinya bukan orang lain.

"Rukia, apa kau tetap mau melanjutkannya? Apa kau menikmatinya?" tanya Ichigo mengetes. Rukia tidak menjawab. Dan itu membuat Ichigo tidak senang.

Jari-jarinya ditujukan kearah bawah Rukia, menyusupkan kedua jarinya kedaerah intim Rukia dengan tiba-tiba sebagai wujud protesnya. Tak ayal membuat Rukia kaget.

"Arrrkkkk,..." teriak Rukia. Dirinya merasakan sedikit sakit dibagian sana. Rukia hanya menjawab dengan sorotan matanya sang seperti kesakitan. Buliran air matanya keluar begitu saja. Yang membuat Ichigo tersentak.

"Ma-af Rukia, a-aku tak bermaksud unt-..." belum sempat Ichigo menyelesaikan kata-katanya. Bibir Rukia telah menempel lembut dibibirnya.

"Ti-dak apa, hanya sedikit sakit tak apa." Entah mengapa mendengan lirihan Rukia itu hatinya bergejolah tak karuan. Merasa bersalah dan entahlah.

Mendengar kata-kata dari Rukia kedua jarinya langsung ditariknya keluar, bersama cairan cinta milik Rukia. Tersirah semburat kekecewaan di wajah Rukia. Tak tahu mengapa Ichigo berhenti melakukannya.

"Kenapa? Kau tak mau melakukannya denganku?" lirih Rukia. Menyorotkan seribu tanda tanya.

"Kau mau melanjutkannya?" tanya Ichigo menimpali pertanyaan Rukia. Namun pertanyaannya tak diucapkan melalui kata, hanya tatapan mata yang memang mampu dibaca oleh Ichigo. kembali Ichigo meluncurkan ciuman-ciuman lembut pada bibir Rukia, meremas pelan bukit Rukia yang puncaknya telah menegang. Melanjutkannya kebagian bawahnya yang telah basah dengan cairan cintanya. Berlahan dia menghentikan ciumannya.

"K-kau sudah basah." Kata Ichigo jahil menyunggingkan senyumnya mengundang semburat merah di pipi Rukia.

Sekejab Ichigo memasukan dua jarinya kedalam gua lembab Rukia. Berlahan mengerakannya kedalam dan keluar pelan. Namun secara bertahap acara tarik dorong jarinya semakain cepat yang membuat Rukia seperti kebakar sesuatu. Tubuhnya menggelinjang menahan sesuatu yang ingin melesak keluar. Rukia bergerak tak karuaan yang ditahan oleh Ichigo. desahan-desahannya semakin berat. Ichigo hanya mempercepat tempo agar bidadarinya mengapai angan indah itu.

"Aaaahhhhhhh..." teriakan panjang Rukia menandakan perjalanannya telah mencapai tujuan.

Yang berhasil membuat senyum Ichigo mengembang. Dan kemudian ia lanjut mencium Rukia, bertahap mengecup seluruh leher jejangnya.

"Kau senang?" tanya Ichigo disela-sela ciumannya. Dan hanya dibalas dengan elusan di kepalanya.

Berlahan dirinya membuka baju tidurnya dan kemudian disusul dengan celananya yang menunjukkan juniornya yang sudah mengeras menuntut untuk pemuasan.

"Kini, giliranku ya, Rukia?" ucap Ichigo lembut. Dan dilanjutkan mencium bukit-bukit Rukia untuk mengirim sinyal untuk membuatnya siap menerima dirinya kedalam tubuhnya. Terus mencium dan mengelus Rukia hingga Rukia siap kembali. Sebenarnya Ichigo sudah tak dapat menahannya namun untuk Rukia dia mampu melawannya.

"Ichi- kau bisa memasukannya sekarang." Ucap Rukia memberi lampu hijau. Membuat hati Ichigo bersorak gembira.

"Baiklah, mungkin ini akan sedikit sakit. Kuharap kau menahannya. Jika tidak kuat katakan saja." Ujar Ichigo lembut. Dan dibalas dengan anggukan Rukia.

Ichigo mengarahkan bagian kebanggaannya yang tengah menegang masuk menuju gua basah milik Rukia. Gua yang sangat kecil yang sepertinya tak mampu memuat juniornya. Namun sudah kepalang tanggung untuk ragu-ragu. Akhirnya dia menekankan juniornya berlahan. Dengan mengamati setiap bentuk perubahan ekspresi Rukia. Terus menambah kualitas tekanannya. Dilihatnya eksperesi Rukia semakin berubah. Giginya dikatupkannya pada bibir bibir bawahnya. Dan semakin keras tekanan Ichigo semakin keras juga gigitan giginya pada bibirnya.

"Sakit, sayang? Jangan menggigit bibirmu seperti itu nanti bisa berdarah. Kau bisa menggigit pundakku." Ujar Ichigo lembut menghawatirkan Rukia. Namun hanya disambut gelengan kepala Rukia. Ichigo hanya menurukan sedikit badan atasnya dan menahan bagian bawahnya.

"Tidak apa, aku tak akan sakit gara-gara gigitanmu." Kata Ichigo mengusap puncak rambut Rukia.

"Harus-kah?" dilanjutkan dengan tekanan Ichigo dibagian bawah. Sontak Rukia menggigit pundak Ichigo tanpa disadarinya. Gigitan Rukia bertahap dengan rasa sakit yang dirasakan didalam. Dan akhirnya rasa sakit itu terasa berkurang sedikit demi sedikit. Dorongan Ichigo berhenti sekira dianggapnya telah cukup.

"Masih sakitkah?" tanya Ichigo. Rukia menggeleng pertanda bahwa sudah tidak sakit lagi. Namun bekas gigitanya membekas dipundak Ichigo menyita perhatiannya.

"Apa sakit Ichigo?" tanya Rukia merujuk pada gigitannya dipundak Ichigo.

"Hem..? apa?" pertanyaan Rukia dijawab dengan pertanyaan lagi.

"Punadakmu?" Rukia memperjelas.

"Tidak sama sekali. Seperti digigit semut." Bantah Ichigo. namun sorotan mata ungu kristal itu terus memandangi wajah tampan diatasnya yang telah mengontrolnya dari tadi. Kemudian mata ungu itu seperti tersentak setelah merasakan milik Ichigo perlahan bergerak di dalam miliknya. Menyetrum dirinya, mengirim tegangannya keseluruh saraf yang ada dalam dirinya.

"Hmm," yang hanya menghasilkan desahan yang muncul dari mulutnya.

Dan setiap desahan muncul dari mulut Rukia Ichigo selalu tersenyum puas. Merasa jika Rukia menikmati setiap apa yang ada didirinya. Berlahan gerakan Ichigo yang semula pelahan-lahan berubah dengan gerakan yang sangat cepat. Perasaan yang menyelimuti dirinya menuntut untuk sebuah penyelesaian. Yang sepertinya yang sama dirasakan oleh Rukia.

"Ichiii~ lebih lebih cepat...Aahhhhh." ujar Rukia seperti sedang memohon untuk penyelesaian permainan itu. Tanpa disuruh kedua kalinya Ichigo mempercepat tempo permainan mereka. Sebenaranya Ichigo tak ingin mencapai kenikmatan itu terlalu cepat tapi dalam dirinya dorongan itu sangat kuat. Ditambah dengan kekuatan magis yang ada dalam setiap lenguhan dan desahan Rukia. Membuat dirinya tak mampu menahan puncak itu sendiri.

"Ahhh...Rukia aku-aku juga..."

"Ahhh, Ichigo..."

Puncak kenikmatan itu datang bersamaan. Membawa mereka terbang menuju angkasa tertinggi. Tak dapat menandingi kenikmatan apapun yang telah mereka dapat selama ini. cairan cinta mereka melebur menjadi satu memperbasah gua kecil Rukia. Kenikmatan yang mereka dapatkan lebih karena bersama dengan cinta yang selama ini mereka pendam dalam lubuk hati terdalam. Yang tanpa mereka sadari bahwa cinta itu telah bersarang lama di hati mereka menunggu akan sebuah pengakuan.

Kedua tubuh mereka terkapar tak berdaya serasa mereka telah bertarung dalam pertempuran yang sengit. Tubuh mereka tersiram oleh keringat masing-masing. Dada mereka naik turun mengabil udara sebanyak banyaknya. Seakan udara didunia ini akan habis. Tubuh mereka masih gemetar merasakan sisa-sisa kenikmatan yang mereka gapai. Merilekskan tubuh mereka kembali sampai rasa kantuk menghampiri tubuh letih mereka. Bersama berbutarnya waktu dan menghilangnya sinar rembulan malam itu.

-One1-with-eight8-

Mentari pagi menggantikan sinar rembulan. Mengintip tirai yang telah terbuka. Memancing nyanyian burung-burung disekitar rumah itu. Tubuh Rukia hanya terlilit oleh selimut berwara putih. Berlahan membuka mata ungu kristalnya. Mengapati sekeliling dan juga disampingnya. Sempat terbesit setiap bagian malam tadi didalam pikirannya. Ketika dia mendesah-desah. Menimbulkan semburat merah dipipinya tanpa ia sadari. Kemudian ia mencoba mendudukan tubuhnya.

"Ichigo, BAKA!" gerutu Rukia. Karena membuat dirinya lupa diri kemarin malam.

"Siapa yang kau bilang BAKA?" kata Ichigo yang tiba-tiba masuk kamar itu. Membawakan senampan makanan ditangannya.

"Ichigo...?" Pekik Rukia kaget. Tak disangkanya Ichigo masih berada dirumah. 'Dan apa ini? Ichigo membawakan sarapan untuknya. Apakah dunia mau kiamat?' ujar Rukia dalam hati.

Ichigo meletakkan makanan itu di depan tubuh Rukia. Rukia hanya menatapnya dengan penuh tanda tanya.

"Sarapan? Kenapa tiba-tiba..." belum sempat dia menyelesaikan kata-katanya Ichigo telah menyela duluan.

"Kau pasti capek, makanlah! Aku tidak membuatnya, tadi aku membelinya di warung." Suruh Ichigo pada Rukia.

"Kau sendiri, tidak lelah?" tanya Rukia gamblang.

"Hmm, capek tapi menyenangkan." Jawab Ichigo dengan menatap Rukia lekat-lekat membuat Rukia semakin salah tingkah. Namun tangan besar Ichigo kembali mengelus rambut hitam legamnya.

"Akan aku pikirkan shinigami mana yang akan menggantikanmu." Ujar Ichigo dengan senyuman pada Rukia.

Rukia terlihat shock tapi akhirnya dirinya sadar akan permintaan dirinya. Dan membalas senyum Ichigo dengan senyuman termanisnya juga. Rukia memakan makanan yang telah disediakan Ichigo dan kemudian dia mandi untuk membersihkan dirinya dari bekas-bekas tadi malam. Mengamati tubuhnya yang penuh dengan jejak merah yang ditinggalkan Ichigo. setelah mandi dia menyiapkan sarapan sederhana untuk Ichigo. Hanya telur dadar dan beberapa potong sosis goreng.

"Rukia, aku berangkat." Ucapnya dengan mencuri ciuman dari Rukia.

Namun mereka di kagetkan dengan tubuh gadis tergeletakdi depan rumah mereka. Seorang gadis yang seumuran dengan anak SMP memiliki rambut ungu panjang sebahu.

"Ichigo...itu siapa?" kata Rukia panik.

"Entahlah..." Jawabnya yang juga kaget dengan siapa gadis itu sebenarnya.

To Be Continued

Author's Corner

#lari dari kejaran Reader.

Karena telah menggantung cerita lama sekali.

Reader : cerita apa ini? setelah sekian lama tidak update?!

Author : sudah diusahakan lhoh, reader tapi apa daya ini hasilnya. #pasang muka innocent

Reader : yare..yare..

Maaf beribu maaf, baru bisa update tugas kuliah menumpuk. Ala kadarnya saya buat ini. fic pertama dan langsung rate M!

Udah dibilang hentai oleh teman saya. Tapi mau gimana lagi! #pundung dipojok

Gimana ini rate M, saya emang belum mau menggunakan kata-kata vulgar. Bisanya, bisa menggunakan kata itu tapi saya mengingat reader yang terlalu jijik dengan kata-kata itu. Jadi saya menggunakan kata kiasan saja. #effect mantan orang bahasa.

Oke no more cuap-cuap! Teken tombol ijo-ijo dengan semangat!