Summary: Rukia mendapat tugas berat dari Seireitai, pertama dia harus menikah dengan Ichigo, sebenarnya apa tugasnya...?

Namun yang menambah berat tugasnya yaitu Ichigo, karena sifat Ichigo telah berubah 180 derajat, APA...? Kenapa?

Desclaimer ; Om Tite Kubo

Warning ; AU, Abal-abal, Typo, Gaje dsb.

Pairing ; Ichigo K. and Rukia K.

Genre ; Campur, tapi saya usahakan Family

Rating ; T ( rating bisa berubah setiap waktu, tapi tenang pasti author nanti kasih WARNING)

Rebellion

By. N-scorpio18

Dipagi yang indah, cerah, burung berkicau dengan riangnya. Bunga-bunga dan dedaunan yang masih basah karena embun yang meyentuhnya semalaman. Udara yang masih sejuk menandakan belum ternyemar polusi udara.

"RUKIA...RUKIA...!"

"BAJUKU BELUM DI SETRIKA!"

"RUKIA...!"

"SARAPANKU KENAPA BELUM SIAP!"

"RUKIA..."

"KORAN PAGIKU?"

"RUKIA...!RUKIA...!RUKIA...!"

Hancur sudah suasana pagi yang indah dan tenang. Teriakan seorang dari rumah mungil tapi terkesan mewah itu telah merusak suasana indah nan tenang pagi ini. Seorang lelaki berambut jingga pagi itu telah sibuk menyuruh, memerintah bahakan membentak seorang wanita bertubuh mungil berambut hitam legam berkilau sebahu. Yang sudah sebulan menjadi istri sah dari dirinya. Dengan masih sedikit kesulitan wantia mungil yang bernama Rukia tesebut mengerjakan semua perintah suaminya Ichigo Kurosaki. Bagi Rukia inilah kehidupan sehari-harinya selama sebulan menjadi istrinya Ichigo. Setiap pagi sebelum suaminya bangun dirinya harus bangun menyiapkan sarapan, baju kerja suaminya, menyiapkan koran pagi dan lain sebagainya. Ditambah lagi jika dirinya melakukan kesalahan entah itu kecil atau besar, Rukia pasti akan terkena marah Ichigo. Semua itu dilakukannya hanya untuk satu tujuan. Namun sampai satu bulan ini belum ada tanda-tanda tujuan tersebut akan tercapai. Entah sampai kapan dirinya harus menjalani kehidupan seperti itu.

Ichigo tengah duduk manis menikmati teh hangat dan koran pagi hari itu. Selama sebulan ini dirinya serasa bak pangeran dadakan. Ketika semua kebutuhan dirinya terpenuhi. Ketika dia mendapatkan seseorang yang sukarela dia suruh-suruh. Hampir setiap harapan dan permintaanya terkabulkan. Serta seorang pelayan yang senatiasa disampingnya. Benar, Ichigo hanya menganggap Rukia adalah pelayannya. Pembantu gratis yang tak perlu dia gaji. Meski dahulu Rukia adalah partner-nya sekaligus temannya yang selalu ingin dia lindungi. Tapi sekarang tidak seperti itu lagi. Semua telah berubah, waktu telah banyak berputar begitu pula dirinya. Dirinya bukanlah Ichigo yang dulu, Ichigo yang gampang luluh hatinya. Ichigo yang selalu terkhianati, dan Ichigo yang di buang oleh Seireitai. Inilah Ichigo yang baru.

"Yah!...Rukia nanti antarkan makan siangku ke rumah sakit." Kata Ichigo dengan nada memerintah. Dan kembali dia meneguk teh hangatnya.

"Baiklah, bukannya setiap hari Aku mengantar makan siangmu." Jawab rukia dengan nada suara yang sabar. Meneruskan cucian piringnya.

"Sekarang, Aku berangkat dulu. Mungkin aku pulang telat. Sepertinya akan ada pesta kecil merayakan kelahiran bayi Ishida dan Inoue sepulang kerja. Jadi tak usah menungguku pulang." Kata Ichigo dengan mengenakan sepatu kerjanya dan berangkat.

Sejenak suasana sepi, tak ada teriakan, bentakan dan ocehan yang terdengar. Hanya suara gemericik air dari wastafel dimana Rukia mencuci piring. Kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan-pekerjaan rumah yang lain, yang sudah menjadi sarapan setiap pagi seorang Rukia Kuchiki. Bukan dirinya bukan lagi seorang Rukia Kuchiki tapi Rukia Kurosaki.

Rukia PoV

Huffh lelah mendera seluruh tubuhku seandainya ini bukan gigai khusus pastilah Aku tidak akan mampu mengerjakan semua ini. Aku sama sekali tidak menduga jika Ichigo akan memperlakukan Aku layaknya budak belian. Memang Nii sama memberitahukan kepadaku jika istri harus melayani sepenuh hati. Namun Aku pikir melayani bukan seperti ini. Pagi ini setelah Ichigo pergi berkerja Aku harus mengepel rumah, menyapu, mencuci baju dan memasak untuk makan siang-nya setelah itu mengantarnya ke Rumah Sakit. Ternyata sangat sangat melelahkan sekali menjadi seorang istri. Yang lebih membuat hatiku sedih adalah sifat Ichigo yang berbeda hampir 360 derajat terhadapku. Entah Aku tak tahu kenapa dia menjadi seperti itu. Yang Aku tahu aku tak pernah membuat kesalahan.

12.45 pm

Sudah saatnya aku mengantarkan makan siang Ichigo. Seharusnya aku tadi suah berangkat pukul 12.30 pm yang lalu, namun Aku menyempatkan diri mengunjungi Inoue terlebih dahulu. Memberikan bungkisan kecil sebagai ucapan selamat atas kelahiran bayi pertamanya. Meski harganya tak seberapa, karena itu saja sisa uang belanja yang aku sisihkan untuk berjaga-jaga. Namun yang terpenting adalah niat dari yang memberi.

Jam makan siang tepatnya jam 01.00 pm. Aku harus tiba tepat waktu kalau tidak Ichigo akan mearah besar padaku. Aku sudah menunggu kereta, namun kereta menuju Rumah Sakit Karakura akan mengalami keterlambatan lima menit. Wah gawat Ichigo bisa marah besar jika caranya begini. Tapi bagaimana Aku sama sekali tak punya uang untuk naik taksi. Yah mau bagaimana lagi, Aku sudah siap seandainya Ichigo membunuhku.

End Rukia PoV

##################################*-*####################################

Karakura Hospital

"Rukia,,,! Kenapa dia belum sampai juga..." Ichigo mendengus kesal. Aura di sekitarnya berubah menjadi horor. Ini dikarenakan Rukia yang belum sampai di Rumah Sakit Karakura. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 01.08 pm. Tak biasanya istrinya terlambat. Tapi hal yang paling di benci Ichigo.

"Hei Ichigo tidak usah seperti itu. Kau bisa makan siang denganku." Kata Ishida memecahkan ketegangan diruangan Dr. Kurosaki itu, tapi belum bisa menghapus aura horor di sekeliling tubuh Ichigo.

"Hei hei pasti kereta yang di tumpangi istrimu mengalami keterlambatan, sudahlah kita bisa makan bersama bekalku." Tambah Mizuiro.

Akhirnya atmosfir menjadi normal kembali. Meski tak sesempurna awalnya namun ini sangat baik.

Tap...tap...tap...terdengar suara langkah lari seseorang. Dengan keringat yang keluar membasahi seluruh badannya Rukia lari sekuat tenaga. Berharap dirinya bisa mengejar keterlambatanya. Setelah melewati lorong yang cukup jauh sampailah dirinya berdiri di depan pintu bertuliskan dengan jelas. Dr. Kurosaki Ichigo. Dengan nafas yang masih belum teratur seperti semula, dan dirinya mencoba menormalkan kembali deru nafasnya tyang tak terkotrol itu. Dengan mengetuk pintu itu.

"Masuk..."

Terdengar suara dari dalam yang mengijinkanya masuk. Dilihatnya mata berwarna hazel yang penuh ekspresi yang tidak bisa dijelaskan. Antara marah, kesal dan kecewa entahlah, Rukia melangkahkan kakinya masuk lebih dalam, mengumpulkan seluruh tenaga dan keberanian dari tubuh mungilnya itu. Seraya mengusap peluh keringat yang mengalir deras diwajahnya.

"Kau tahu ini sudah jam berapa?" tanya Ichigo dengan suara serak menahan amarahnya.

"Pukul 01.18 pm, maaf tadi keretanya terlambat lima menit. Sungguh aku tidak bohong." Rukia menjawab dengan suara parau, berharap Ichigo memaafkannya.

Bukan Ichigo yang menabaikan masalah kecil.

"Memangnya ada yang mengijinkanmu terlambat? Bukanya Aku sudah bilang Aku sangat membenci orang yang tidak tepat waktu." Ichigo meluapkan kekesalan dan amarahnya. Dengusan-dengusan kekesalan semakin sering keluar dari mulutnya sekarang.

"Bagaimana dulu Aku bisa menikah dengan wanita yang tidak Becus. Oh malang sekali nasibku ini. Padahal Aku bisa mendapatkan 10 wanita sepertimu." Oceh Ichigo mengasihani dirinya sendiri.

"Memang benar, kau itu WANITA TAK BERGUNA!" umpat Ichigo dengan menambah penekan dalam setiap kata ucapannya.

'SREEK' seketika dada Rukia terasa sesak mendengar kata-kata Ichigo itu. Rukia bagai ditusuk benda tajam tepat di dadanya. Kakak-nya saja yang telah menjaga dan merawatnya saja tidak pernah mengatakan kata-kata seperti itu padanya. Tubuh Rukiapun kaku membatu. Tangannya yang sedang membawa bungkusan makanan tak bisa digerakan.

"Baiklah Aku akan pulang ini bekal makan siangmu." Rukia menyerahkan bekal makan siang Ichigo.

"Buang saja Aku sudah makan siang." Jawabnya ketus. Pandanganya sama sekali tidak melihat mata violet Rukia yang menahan sakit.

"Baiklah." Balas Rukia memandang mata hezel milik Ichigo yang seperti jijik untuk sekedar meliriknya.

Langkah gontai Rukia berjalan keluar Rumah Sakit Karakura diamana Ichigo bekerja, dimana dirinya telah direndahkan, dicacimaki dan dihina. Yang lebih buruknya kata-kata buruk itu keluar dari mulut suaminya sendiri. Memang benar ini bukan pernikahan atas kehendaknya. Sampai sekarangpun dirinya masih bertanya-tanya apakah sebenarnya dia mencintai Ichigo? Atau sebatas rasa suka atau rasa kagum yang dulu pernah dirasakannya. Dan sebenarnya cinta itu seperti apa? Apa bentuknya seperti baju yang setiap hari di setrikanya, atau seperti piring-piring yang menumpuk di wastafel menunggu untuk dicuci ataukah seperti kasarnya perintah Ichigo padanya. Sama sekali Rukia buta tentang apa yang namanya cinta, bagaimana bentuknya dan bagaimana rasanya cinta itu. Tiba-tiba ingatan itu kembali. Ingatan akan tugas yang diberikan pada dirinya. Tugas penting, yang hanya dia yang bisa melaksanakan. Tugas yang akhirnya Byakuya mengijinkan dirinya menikah. Tugas yang menyangkut banyak konpaku yang ada di Seireitai. Tugas yang sampai saat ini belum terlihat akan bisa terwujud.

"Rukia ini adalah untuk Seireitai, ini harus kau lakukan untuk menyelamatkan Seireitai, meski kau harus mengorbankan dirimu, karena kau yang terpilih..."

Kata-kata yang membuat beban hidup Rukia semakiin bertambah berat.

To be continued...

Selesai juga fic pertama chap 1, bagaimana ceritanya menurut reader?

Semoga fic ini bisa menyemarakkan IchiRuki's Day. Meski N-scorpio tau kalau fic ini banyak kekurangan. Untuk itu dimohon review-nya dari reader semua yang baik hati untuk memperbaiki fic saya yang abal-abal ini. Terima Kasih *bungkuk-bungkuk*

(mungkin, Dichap ini cerita masih, semua akan dimulai dichap 2)