Don't Like Don't Read (DLDR)

.

.

.

.

©NARUTO
SasuSaku fic

.

.

Disclaimer :
Masashi Kishimoto

.

.

Story:
L
O S T I N N I G H T M A R E
Huicergo Montediesberg™
("This story is MINE")
("I'm just borrow the character from Kishimoto-sensei")

.

.

Genre:
Romance, Horror, Mystery, Crime, Suspense

.

.

Rated:
T – M

.

.

Warning(s):
GaJe, Abal-abal, Miss Typo(s), OOC, OC, Sampah, EyD dan Diksi ancur, Tidak berbobot, and Many More

.

.

Read and Enjoy it

.

.

THE EPILOGUE OF LOST IN NIGHTMARE

Porsche Panamera melaju dengan kecepatan normal di tengah jalan yang sepi selayaknya sang empunya jalan. Dengungan mesin yang halus hampir tak terdengar itu menggema hingga ke sekitar lingkungan yang dilewatinya. Porsche Panamera melesat menuju rumahnya.

Uchiha Sasuke duduk di kursi kemudi dengan santai. Ia merasa jenuh karena hanya dirinya yang masih terjaga. Sesekali ia melirik Haruno Sakura yang masih tidak sadarkan diri di sebelahnya, mungkin ia memukul tengkuknya terlalu keras. Mata onyx Sasuke berkeliaran untuk melihat sekeliling, tidak ada apa-apa. Memeriksa seluruh kaca spion yang ada dan tak sengaja matanya menangkap beberapa tas bawaan milik Sakura di baris ke dua mobil.

Sebersit pemikiran terlintas di otaknya. Ah, pantas saja Sakura tidak melihat tubuh Naruto di bagasi sana.

Kemudian matanya beralih menuju jam digital yang terletak di dasbor samping kemudi. Jam menunjukkan pukul empat lewat tiga belas menit. Sebentar lagi matahari akan tebit, pikirnya dalam hati.

Semakin lama ia berdiam diri, semakin bertambah pula kejenuhan yang ia rasakan. Karena tidak tahan dengan kesunyian ini, ia pun memasukkan kecepatan mobil pada speed ke enam dan semakin mendalamkan pedal gas di kaki kanannya sehingga Porsche Panamera melesat dengan kecepatan di atas rata-rata. Sepertinya Sasuke ingin segera berada di rumah nyamannya.

Perjalanan Sasuke menuju ke rumahnya dihiasi dengan pemandangan matahari terbit dari arah timur. Langit perlahan merubah dirinya menjadi warna biru cerah. Saat matahari sudah keluar sepenuhnya dari tempat persembunyiannya, perlahan tapi pasti jalanan yang dilewati Sasuke sedari tadi semakin bertambah ramai. Sudah waktunya para manusia melakukan aktivitas sehari-harinya.

Dua jam lebih sudah dilalui, pada akhirnya Porsche Panamera itu pun tiba di depan gerbang rumahnya. Tidak membutuhkan waktu lama untuk menunggu pintu gerbang itu terbuka dan terlihatlah dua orang penjaga gerbang yang baru saja membukakan pintu gerbang untuknya.

"Selamat datang, Tuan Muda!" seru kedua penjaga itu bersamaan seraya menggerakkan tangan kanannya membentuk sikap hormat.

Sebelum Sasuke menjalankan Porsche untuk masuk ke dalam halaman rumah, ia menyempatkan diri untuk membuka jendela mobilnya dan berkata kepada salah satu penjaga gerbangnya itu sambil tersenyum kecil, "Terima kasih sudah menjaga rumah."

Melihat sang Tuan Rumah itu tersenyum, kedua sudut bibir penjaga gerbang itu pun tertarik tanpa sadar. "Terima kasih kembali, Tuan!" teriaknya sembari berharap semoga Tuan Muda yang sudah melesat masuk ke dalam perkarangan rumah mendengarnya walau sedikit.

Sasuke memberhentikan mobilnya tepat di depan pintu utama rumahnya. Tak lama kemudian, seorang pelayan rumahnya yang bertugas menjaga depan pintu rumah membukakan pintu mobil untuknya.

"Selamat datang kembali, Tuan Muda Sasuke!"

Uchiha Sasuke memijakkan kakinya ke tanah, mengeluarkan dirinya dari mobil yang berhasil membuatnya bosan itu. "Hn," responnya singkat sambil berjalan ke arah pintu mobil yang berlawanan dengannya.

Tindak-tanduk Sasuke membuat para pelayan yang berada di sekitarnya bingung. "Tuan Muda, apa yang kau lakukan?"

Tangan kanan Sasuke membuka pintu mobil sebelah kemudi. Ia mengangkat Sakura—yang masih tidak sadarkan diri—keluar dari mobil dengan kedua lengan kekarnya. Dapat terlihat dengan jelas Haruno Sakura terkulai lemas di sana.

Pelayan yang baru saja membukakan pintu mobil Sasuke mengedipkan matanya berkali-kali, memastikan apa yang ia lihat. "Nona Sakura?" ucapnya tak percaya. "Tuan Muda, apa yang telah terjadi pada Nona Sakura?"

Mendengar pertanyaan dari salah satu pelayannya, Sasuke langsung menatap ke arahnya. "Tidak apa, dia hanya tertidur." Sasuke memberikan sebuah kode kepada pelayan tersebut dengan sedikit gerakan kepala. "Pergilah."

Perintah Sasuke membuat sang pelayan membungkukkan badannya sedalam mungkin dengan cepat. "Maafkan saya karena terlalu mencampuri urusan Anda. Saya permisi." Lalu ia pun pergi meninggalkan Sasuke beserta Sakura di atas lengannya.

Kepala Sasuke menoleh ke arah seseorang yang tengah berdiri tepat di depan pintu masuk utama kediaman Uchiha tersebut. "Anko, kau sudah bisa ke sini sekarang."

Pelayan wanita itu pun berjalan ke arah Sasuke yang sudah memberikan kalimat petunjuk untuk mendekat. "Selamat datang kembali, Tuan Muda Sasuke! Bagaimana liburan Anda di sana? Apakah menyenangkan?" tanya pelayan wanita yang bernama lengkap Mitarashi Anko itu seraya tersenyum lebar. Anko adalah pelayan wanita satu-satunya di kediaman Uchiha ini dan berpakaian selayaknya elayan pria lainnya.

"Berhenti berbasa-basi," ucap Sasuke dengan ketus. Lalu ia memberi perintah kepada pelayan wanita itu, "Masukkan tubuh Naruto ke kantung jenazah yang sudah kuserahkan kepadamu beberapa hari yang lalu sebelum aku pergi dari rumah."

Tanpa berhadapan terlebih dahulu dengan Sasuke, Anko menuju ke pintu kemudi Sasuke untuk menekan tombol pembuka bagasi mobil. Setelah itu, ia mengarah ke bagian belakang mobil dan membuka pintu satu-satunya di sana. Terlihatlah tubuh Naruto yang sudah memucat di sana. Tak bernyawa.

"Tuan Muda Sasuke," panggil Anko sembari menengkokkan kepalanya ke arah Sasuke yang masih memperhatikan gerak-gerik Anko di tempatnya berdiri, "apakah ternyata Anda benar-benar melakukan rencana yang telah Anda rancang?"

Sasuke menarik salah satu sudut bibirnya. "Menurutmu?" Setelah mengucapkan satu kata yang menurutnya adalah sebuah jawaban untuk Anko, Sasuke pun mulai melangkahkan kakinya masuk ke rumah. "Lakukanlah apa yang harus kau lakukan sebelum memanggil yang lain untuk membawakan semua barang yang ada di mobil ke kamarku."

Anko menghela napas pelan. "Baiklah, Tuan Muda," jawabnya sambil tersenyum. Dia menutup bagasi mobil yang sudah dibukanya dengan tidak rapat, kemudian ia mengangakat kedua tangannya ke udara dan saling menepukkan tangannya sebanyak dua kali.

"Buka pintunya! Tuan Muda Uchiha Sasuke telah kembali!" teriak Anko dengan suara keras.

Pintu rumah pun terbuka lebar diikuti dengan suara penyambutan kepulangan Sasuke dari para pelayan di dalam rumah sana. Punggung Sasuke pun menghilang dari pandangan ketika pintu rumah kediaman Uchiha itu tertutup rapat.

Anko kembali membuka bagasi Porsche Panamera yang berada di depannya. Salah satu tangannya bergerak untuk mengambil sarung tangan di dalam kantung celananya dan langsung ia kenakan di kedua tangannya.

"Baiklah, sekarang giliranku untuk melaksanakan tugas dari Tuan Muda."

.

+++~Lost~+++

.

Uchiha Sasuke membuka matanya dari alam bawah sadar yang sudah depalan jam menguasai dirinya. Ia berdiam diri sejenak dengan memandangi langit-langit kamarnya, mengumpulkan kesadarannya yang telah menyebar saat ia tertidur tadi. Setelah merasa dirinya telah lebih baik, kepalanya tertoleh ke kanan untuk mengecek keadaan seseorang yang selama ini perasaan untuk orang itu selalu ia pendam. Haruno Sakura.

Sepertinya Sakura tengah tertidur pulas, itu semua terlihat dari bagaimana cara Sakura bernapas serta posisi Sakura yang tidak berubah mulai dari Sasuke membaringkannya ke tempat tidur hingga sekarang.

Merasa tertarik dengan wajah tidur Sakura, Sasuke pun memiringkan badannya ke arah sahabat perempuannya. Onyx-nya yang kelam menelusuri wajah Sakura; dahi, pipi, hidung, semuanya. Tangan kirinya yang bebas bergerak untuk menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah cantik Sakura. Setelah selesai, Sasuke kembali memandangi Sakura. Dan ia siap menerima berbagai macam reaksi dari Sakura ketika ia sadar nanti.

Tak lama kemudian, suara lenguhan yang berasal dari pita suara Sakura terdengar di telinga Sasuke. Dengan mata Sasuke sendiri, dirinya menyaksikan kelopak mata Sakura perlahan membuka dan mengedip beberapa kali hingga akhirnya pandangan iris emerald Sakura fokus dan terbiasa dengan sinar matahari yang menembus masuk melalui kaca dari luar sana.

"Di mana aku?" tanya Sakura lemah dengan nada terputus-putus.

Merasa ada seseorang yang tengah memerhatikannya dari sebelah kirinya, Sakura pun menolehkan kepalanya dengan ke arah sumber pandangan berasal. Saat mata hijaunya menangkap Uchiha Sasuke sedang memerhatikannya, seketika potongan gambaran adegan tragis yang terjadi di villa sebelumnya terus bermunculan dari awal sampai akhir matanya melihat. Suara ucapan, tangisan, amarah, hingga teriakan terdengar dengan sangat jelas di telinganya. Sakura langsung mengingat apa yang sudah terjadi.

Sasuke adalah pembunuhnya.

Dengan sigap, Sakura membangunkan dirinya dari posisi tidur dan hendak beranjak dari tempatnya. Tapi apa daya, tangan kekar Sasuke lebih cepat bergerak dari apa yang tubuh Sakura reaksikan.

"Sakura, jangan tinggalkan aku," pinta Sasuke. Ia menatap Sakura dengan arti mendalam.

Sakura mengibaskan pegelangan tangannya yang berhasil digenggam oleh Sasuke. "Lepaskan aku, Sasuke!"

Genggaman tangan Sasuke bertambah erat. "Kumohon, aku akan menjelaskan semuanya, maka dari itu, tetaplah di sini."

Mendengar suara Sasuke yang memelas seperti itu, membuat hati Sakura melembut. Rasa tak tega menyelimuti dirinya. Akhirnya ia pun memilih untuk berdiam diri di posisi duduknya.

Sasuke merubah posisi tidurnya menjadi posisi duduk sambl tetap memegang erat tangan Sakura. Mencegah Sakura untuk melarikan diri dari sisinya. Iris onyx-nya menangkap Sakura sedang memejamkan matanya seraya menautkan kedua alisnya, sepertinya Sakura tengah berpikir keras mengenai apa yang akan ia utarakan.

"Kenapa?" Sebuah pertanyaan keluar dari bibir mungil Sakura. "Kenapa kau melakukan semua ini, Sasuke? Apa salah mereka?"

Sudah Sasuke duga ia akan bertanya seperti itu. "Aku membunuh Ino dan Hinata karena mereka akan membahayakanmu, sedangkan aku membunuh Sai dan Naruto karena mereka mempunyai perasaan yang sama denganku kepadamu."

Tidak ada untaian kata yang keluar dari mulut gadis pink di hadapannya, sepertinya ia sedang mencerna apa yang dikatakan Sasuke kepadanya. Baru saja Sakura membuka mulutnya untuk mengatakan suatu hal, tiba-tiba Sasuke memotongnya, "Aku tidak bisa memberitahukan bagaimana bisa aku melakukannya karena akan menjadi cerita yang panjang. Aku berjanji suatu hari nanti jika kau bertanya secara satu-persatu aku akan menceritakannya serinci mungkin."

Baiklah, kini Sakura merasa bahwa Sasuke memiliki kemampuan untuk membaca pikirannya. Tiba-tiba saja, sebuah pemikiran mengenai ruangan terakhir pun melintas di benak Sakura. "Lalu, bagaimana dengan ruangan terakhir yang diceritakan oleh Kepala Pelayan Orochimaru itu? Apakah itu juga perbuatanmu, Sasuke?"

Sasuke terkesiap mendengar pertanyaan Sakura, ia sama sekali tidak menduga bahwa Sakura berhasil mengucapkan kata kunci untuk membuat Sasuke menjelaskan secara dalam kepadanya. Dan untuk menghindari kecurigaan mendalam dari Sakura yang sedang mengawasi ekspresi Sasuke melalui kedua mata jade-nya, sepertinya Sasuke harus rela berbicara panjang lebar.

Pandangan mata Sasuke beralih ke tempat lain untuk mempersiapkan diri, lalu kembali menatap dalam Sakura dalam waktu singkat. "Tidak. Kejadian dua puluh tiga tahun yang lalu memang benar adanya."

Sakura tercengang mendengar ucapan Sasuke dan tidak merespon sama sekali jawaban yang telah Sasuke berikan sama dengan artian Sakura menunggu kelanjutan penjelasan darinya.

"Dua puluh tiga tahun yang lalu mengenai sebuah keluarga yang meninggal dengan cara mengenaskan di ruangan terakhir itu memang terjadi sebelum kita dilahirkan. Rasa takut bersalah dan pikiran bagaimana suatu hari aibnya ketahuan di depan publik pun menghantui mereka. Para bawahan Orochimaru secara perlahan memiliki keanehan psikologis seiring berjalannya waktu dan diselesaikan dengan bunuh diri dan saling membunuh satu sama lain, hingga pada akhirnya hanya Orochimaru sajalah yang masih bertahan dengan kelogisan pikiran di otaknya. Orochimaru terus menyembunyikan apa yang sesungguhnya telah terjadi di villa itu kepada para karyawan baru yang diterimanya dari tahun ke tahun, sampai tiba di mana ia harus menceritakan kejadian tragis itu di depan seluruh karyawannya dan kita semua."

Sungguh ironis, itulah yang dirasakan Sakura sekarang. Entah kenapa hatinya merasa iba akan kejadian ruangan terakhir itu. Ia masih memilih berdiam diri untuk mendengarkan apa yang akan diucapkan oleh Sasuke selanjutnya. Tetapi, sepercik keganjalan menggentayangi pikirannya sehingga membuat dirinya terdorong untuk mengutarakan pertanyaannya.

"Dari mana kau tahu kalau bawahan Orochimaru yang sebelumnya itu mengalami gangguan psikologis?"

Pertanyaan Sakura menyebabkan seringaian Sasuke—yang sudah ditahannya agar tidak keluar—muncul ke permukaan. "Karena sebelum Orochimaru menceritakannya kepada kalian, aku sudah diceritakan olehnya sebelum aku membunuh Ino." Seringai Sasuke bertambah tajam. "Dan cerita tragedi ruangan terakhir itu adalah kesempatan bagiku untuk memainkan cerita di dalam cerita."

Seringaian Sasuke yang tajam membuat Sakura bergidik ngeri dan hendak melarikan diri, tapi itu mustahil karena tangan Sasuke masih setia menggenggam pergelangan tangannya. Akhirnya yang bisa ia lakukan hanyalah menunggu Sasuke melanjutkan perkataannya.

"Aku mengakali-akali cerita dua puluh tiga tahun yang lalu itu dengan menggabungkannya dengan rencana yang sudah kurancang sedemikian rupa sebelum kita pergi menuju villa itu. Hasilnya, seluruh senjata musuh yang sudah kuperalat olehku itu berbalik menyerang ke arahnya."

Sasuke tertawa kecil. "Ia pun merasa kalau seluruh arwah yang meninggal mengenaskan itu datang kembali untuk meneror dirinya dan memastikan kepada semuanya sebelum ia mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara yang memuakkan dan tidak etis." Seketika seringaian Sasuke menghilang dan berganti dengan raut wajah serius. "Dan aku merasa bahwa Orochimaru sudah merencanakan sebelum kematiannya ia harus mengungkapkan segala kesalahannya dan melimpahkannya kepada kita yang tersisa."

Kini Sakura berada di tengah kebimbangan antara apakah sebaiknya dirinya menjauhi Sasuke atau tetap berada di sisinya. Ia tidak tahu, ia bingung.

Cengkraman tangan Sasuke yang berpindah dari pergelangan tangan menuju tangannya menyadarkan Sakura dari semua kepenatan yang dipikirkannya. Sebelah tangan Sasuke yang satunya lagi menarik tangan Sakura yang terkulai lemas di sebelahnya, kemudian ia menyatukan kedua tangan Sakura yang berada di dalam genggamannya dan mengeratkannya dengan kedua tangannya. Seperti meminta sesuatu dari hati.

"Kumohon, jangan tinggalkan aku. Tetaplah di sisiku karena sekarang hanya kaulah satu-satunya yang kumiliki di dunia ini. Aku tahu, aku bersalah karena membunuh keempat temanku, tapi itu demi kau dan aku." Onyx Sasuke menyelam lebih dalam ke emerald Sakura. "Setelah orangtua dan kakak satu-satunya yang kumiliki di dunia ini telah tiada, apakah kau akan meninggalkan aku sendiri, Sakura?"

Rasa kasihan menyelubungi diri Sakura. Kalimat terakhir Sasuke mampu menembus benteng pertahanan yang telah dibuatnya. Perkataan itu mengingatkan dirinya akan kesepian seorang Uchiha Sasuke yang masih membutuhkan rasa kasih sayang ketika ditinggal mati oleh anggota keluarganya beberapa tahun yang lalu. Dengan sigap, Sakura langsung memeluk tengkuk Sasuke dan itu membuat Sasuke terkesiap dibuatnya.

"Aku tidak akan meninggalkanmu, Sasuke. Terima kasih karena sudah membunuh mereka demi aku," ucap Sakura seraya meneteskan air matanya di bahu Sasuke.

Mendengar kata terima kasih keluar dari mulut Sakura, Sasuke pun langsung membalas pelukan Sakura dengan cara melingkarkan pelukannya di tubuh kecil Sakura. "Terima kasih dan sama-sama."

Setelah mengucapkan balasan untuk kalimat Sakura, seringaian tajam Sasuke kembali melengkung dengan strategis di wajah tampannya.

Uchiha Sasuke, apakah kau puas karena sudah mendapatkan Sakura dipelukanmu dan memegang kelemahannya?

.

+++~Lost~+++

.

Konoha University kini diselimuti oleh kedukaan mendalam karena telah ditinggalkan oleh teman, sahabat, anak, sekaligus mahasiswa di universitas tersebut. Rasa duka yang paling dalam tengah dirasakan oleh orangtua dari Yamanaka Ino, Shimura Sai, Hyuuga Hinata, Nara Shikamaru, dan Uzumaki Naruto.

Uchiha Sasuke dan Haruno Sakura tengah duduk di barisan kursi keluarga mengingat mereka berdua adalah sahabat terdekat dari kelima korban. Sakura tak kuasa menahan tangisnya sehingga tangisnya pecah, sedangkan Sasuke hanya bisa menutup mulutnya dan menatap kelima foto yang terpampang di depan mereka.

Acara pemberian bunga pun dimulai dari barisan keluarga yang paling berduka. Setelah semua para orangtua sudah memberikan hadiah terakhir untuk para anaknya, sekaranglah giliran Sasuke dan Sakura secara bergantian.

Sakura menaruh bunga dengan tangan gemetar karena rasa sedihnya yang tidak terbendung lagi, rasa menyesal karena ini semua sudah terjadi menguasai dirinya. Andai saja ia berhasil mengarahkan para sahabatnya itu untuk tidak pergi ke tempat jauh seperti itu, mungkin Sasuke tidak akan sempat untuk melancarkan rencana gilanya itu.

Dan kini giliran Sasuke, ia menaruh bunga di setiap foto dengan raut wajah yang sama datarnya. Kecuali ketika ia tepat berdiri di depan foto Naruto dengan cengiran khasnya itu. Terima kasih sudah terlahir menjadi sahabatku, Dobe, ucapnya dalam hati.

Matanya mulai membening karena air mata yang membasahi matanya, tetapi ia dengan cepat mengedipkan matanya untuk mencegah air itu tidak bertambah banyak. Sasuke menaruh bunga di depan foto sahabatnya itu seraya berkata, "Maafkan aku, Naruto... Maaf."

Setelah menjalani dua jam sesi berdukacita ini, pada akhirnya Sasuke dan Sakura pun pamit kepada para orangtua korban dan tibalah saat di mana mereka berhadapan dengan kedua orangtua Naruto beserta adiknya, Uzumaki Menma. Tidak ada yang berbeda dengan Naruto dari adiknya itu, yang membedakan mereka berdua hanyalah sifatnya yang agak liar dan rambutnya yang berwarna hitam saja.

Sasuke membungkuk badannya di depan kedua orangtua Naruto—lebih tepatnya di depan ayah Naruto mengingat sang ibu sedang mengalami shock berat ditemani dengan Menma. "Maafkan aku, Paman. Aku—" Sebelum Sasuke menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba ia merasakan ada tangan seseorang mengelus lembut kepalanya. Sasuke menegakkan badannya untuk melihat siapa pemilik tangan tersebut. Ayah Naruto, Namikaze Minato.

"Tidak perlu meminta maaf, melihat bahwa masih ada sisa korban keganasan para pelayan yaitu kalian saja kami merasa senang karena masih menyisakan saksi mata," kata Minato dengan tatapan lembut, tetapi sedih.

"Ya, kami berdua siap dipanggil menjadi saksi mata," ucap Sasuke mantap. Mata Sasuke melirik Sakura yang berada di sebelahnya dan dijawab sebuah anggukkan olehnya.

Minato mendengus menahan tawa. "Kalian ini... tidak berubah."

Komentar Minato direspon dengan senyuman ramah dari Sasuke dan Sakura. "Kalau begitu, kami pulang dulu, Paman," pamit Sasuke seraya menarik tangan Sakura menjauhi sang ayah dari Naruto itu.

Minato hanya bisa melambaikan tangannya hingga kedua sahabat dari anak sulungnya itu semakin menjauh dari mereka. "Terima kasih sudah mau menjadi sahabat anakku, Sasuke, Sakura." Dan ia pun beranjak dari tempatnya berdiri menuju ke tempat istri dan anak bungsunya—yang sudah menjadi anak satu-satunya—itu berada.

Ketika Sasuke dan Sakura sudah berada di dalam mobil. Tangan Sasuke bergerak untuk menyalakan mesin mobil dan langsung menginjak pedal gas menuju ke rumahnya. Tidak membutuhkan waktu setengah jam untuk sampai ke rumahnya karena jarak dari kampus ke kediaman Uchiha bisa dibilang tidak terlalu jauh.

Sasuke dan Sakura keluar dari mobil saat mereka sudah sampai di depan pintu rumah. Sakura menengadahkan kepalanya untuk melihat langit yang berwarna kelabu dengan disertai awan hitam yang menggantung di cakrawala sana.

"Sepertinya akan hujan," gumam Sakura dengan suara kecil tapi masih bisa didengar oleh Sasuke.

Pemuda Uchiha tersebut memperhatikan sejenak Sakura yang dititipkan oleh orangtuanya kepada Sasuke karena ingin pindah keluar negeri. Sebenarnya Sasuke sendiri yang memohon kepada orangtua Sakura agar perempuan miliknya itu tidak pergi dari sisinya dan meninggalkannnya. Berhubung orangtua Sakura sudah percaya kepada Sasuke yang selalu menjaga Sakura—yang sejak dilahirkan memang bertubuh lemah, akhirnya Sasuke pun diberikan kepercayaan oleh kedua orangtua Sakura untuk menjaga putri semata wayangnya itu. Yah, kejadian ini sudah berlalu sehari sebelum upacara penghormatan terkahir yang baru saja mereka lewati.

Sasuke mengikuti arah pandang Sakura yang masih menatap langit bebas yang tidak secerah hari sebelumnya. Tampaknya langit ikut kembali bersedih atas kepergian kelima sahabatnya yang lain. "Hah... Sepertinya hujan akan turun. Ayo, kita masuk."

Kedua korban yang selamat—setidaknya menurut hasil sidang polisi—itu berjalan beriringan masuk ke dalam rumah. Mereka menaiki anak tangga setelah menjawab sapaan para pelayan rumah yang menyambut kedatangan mereka kembali. Sebelum mereka berbelok menuju anak tangga yang lain. Sebuah lukisan yang didominasi oleh warna gelap tersebut menarik perhatian mereka berdua.

Sakura mengeluarkan nada keheranan. "Sejak kapan lukisan ini berada di sini? Dan..." Sakura mememperhatikan kembali setiap detail dari pewarnaan dan corak lukisan, "...kenapa terlihat menyeramkan."

Beberapa hipotesis muncul dari otak Sasuke yang sudah mengalihkan pandangannya dari lukisan tersebut. Berpikir keras. Dan hanya ada satu kesimpulan yang didapatnya.

Mereka sudah kembali.

Iris emerald Sakura yang masih senantiasa memandang tanpa jemu lukisan aneh tiba-tiba terbelalak sedikit. "Ini seperti—"

"Sakura, sebaiknya kau kembali ke kamar saja dulu," saran Sasuke, memotong argumen Sakura yang belum selesai diungkapkan.

Sakura menatap bingung ke arah Sasuke yang sudah menatapnya terlebih dahulu. "Kenapa?"

"Ada pekerjaan yang harus kulakukan di ruang kerjaku."

"Oh, baiklah."

Sebelum Sakura beranjak dari tempatnya berdiri, tangan kanan Sasuke memegang bagian belakang kepala Sakura menciumnya sebentar dan dibalas dengan Sakura singkat. Seusainya, senyuman Sakura mengembang di wajahnya yang manis. "Kalau begitu, aku ke kamar dulu. Ingat, jangan terlalu memaksakan diri," pesan Sakura lalu ia pun bergegas naik ke atas membelakangi Sasuke.

Setelah merasa yakin bahwa Sakura sudah masuk ke dalam kamar, Sasuke mulai memanggil sebuah nama dengan tegas, "Anko."

Tak lama kemudian pelayan wanita yang bernama Anko itu berjalan menaiki tangga mendekat ke arah Sasuke yang masih terdiam sembari menatap lukisan yang menggantung di sisi dinding anak tangga.

"Ya, Tuan Muda. Apakah ada yang bisa saya bantu?" tanya Anko seraya tersenyum lebar.

"Pindahkan lukisan ini ke dalam ruang kerjaku," perintah Sasuke pendek sambil berlalu menuju ruang kerjanya berada.

"Baik, Tuan Muda."

Anko pun segera melepaskan lukisan tersebut dan membawanya mengikuti Sasuke tepat di belakangnya. Ruang kerja Sasuke berada tidak jauh dari kamarnya dengan Sakura. Lebih tepatnya, pintu ruangan kerjanya tepat berhadapan dengan pintu kamarnya. Sesampainya di dalam ruangan kerja, Sasuke segera mendudukan dirinya di kursi nyamannya yang berada di balik meja kerjanya yang lebar dan luas. Berbagai macam arsip tampak tersusun dengan rapi di sana. Sepertinya Sakura yang telah merapikannya.

Anko yang masih berdiri di daun pintu seraya membawa lukisan kanvas itu berkata, "Lukisan ini ingin Anda taruh di mana, Tuan Muda?"

Onyx Sasuke berkeliling mencari sudut pandangan yang tepat untuk lukisan tersebut. "Di sana." Sasuke menunjukkan sisi tembok sebelah kiri yang ia maksud. Anko pun langsung melakukan tugasnya untuk menggantung lukisan tersebut di sana lalu langsung berpamitan untuk keluar dari ruangan kerja Sasuke.

Baru saja Anko menutup pintu, tiba-tiba pintu ruang kerja itu terbuka kembali. Terlihat dua orang pria yang sudah tidak asing lagi di mata Sasuke. "Kalian boleh masuk," ucapnya seraya memeriksa dokumen yang sudah dirapikan oleh Sakura beberapa hari yang lalu. Sepertinya Sasuke sudah tahu siapa yang membuka pintu kerjanya.

Kedua pria itu membungkukkan badannya untuk memberi hormat seraya berkata, "Selamat datang kembali ke kediaman Uchiha, Tuan Muda Sasuke. Maaf kami terlamabat," ujar mereka bersamaan.

"Hn." Sasuke menatap kedua pria yang sudah berdiri di depan matanya itu. "Aku tahu kalian sudah kembali, Hatake Kakashi, Yakushi Kabuto."

Pelayan yang bernama Kakashi itu tersenyum, walau ia memakai masker tapi bisa ketahuan dari matanya yang berubah bentuk. "Yah, tampaknya kami pulang dengan meninggalkan tanda dengan adanya lukisan itu, ya."

Sasuke saling menautkan jarinya di atas meja. "Jadi, sekarang kalian bisa melaporkan apa yang kalian lakukan dan pikirkan saat aku menyuruh kalian menjadi salah satu dari pelayan villa tersebut." Ia menunggu penjelasan.

Kakashi memasukkan kedua tangannya ke dalam kantung celana. "Sesaat kami tidak merasakan keanehan dengan para pelayan villa itu, tapi ketika Orochimaru menceritakan semua aibnya dan bunuh diri bergitu saja perasaan mencekam pun dirasakan oleh para bawahannya. Kami bisa mengatasinya disebabkan masih berada di tingkat aman. Dimulai dari keputusan Tuan Muda beserta kedua teman Tuan Muda yang lain untuk meninggalkan villa, pikiran buruk mereka mengenai bagaimana masalah kematian kelima sahabat Tuan Muda yang lain menjadi hantu dipikiran mereka. Karena kebanyakan pikiran mereka pun mulai tidak bisa berpikir logis dan memutuskan untuk melancarkan ide gila mereka: membunuh mereka yang tersisa."

"Lalu?" tanya Sasuke menagih kelanjutan cerita.

"Untuk menutupi bahwa kami mengenal Tuan Muda, kami pun mau tidak mau mengikuti kegilaan mereka, yakni menjadi pura-pura gila. Dan jika kami berdua pikirkan lagi, sepertinya ini bisa membuat Tuan Muda beserta teman Anda terbebas dari alibi pra-tersangka pembunuhan di villa tersebut."

Sasuke mencerna cerita yang sudah dituturkan oleh Kakashi. Kedua alisnya saling bertaut. "Bagaimana kalian bisa terbebaskan dari kasus villa tersebut? Bukankah ketika aku pergi kalian masih menjadi salah satu dari pelayan yang gila itu?"

Merasa bagian Kakashi untuk menceritakan sudah selesai, Kabuto pun mulai melanjutkan perkataan Kakashi untuk berjalan lebih jauh lagi. "Ketika kami sudah memastikan Anda lolos dan berhasil keluar dari gerbang villa yang nyaris tertutup, kami pun segra bergegas pergi dari villa tersebut dengan diam-diam melalui pintu belakang villa—di mana mobil yang kami kendarai saat menuju ke villa berada—setelah mengganti seluruh baju pelayan yang kami kenakan dengan baju biasa. Untuk menghilangkan jejak, kami membakar habis baju tersebut.

"Kami langsung menuruni pegunungan untuk mencari kantor polisi terdekat dan melaporkan semua hal yang terjadi di villa tersebut ketika matahari kembali terbit. Beberapa jam setelah kami menjawab seluruh pertanyaan yang diberikan polisi dan memproses kejadiannya, akhirnya penangkapan para pelayan pun terjadi. Sepertinya Anda telah melihat beritanya di televisi beberapa hari yang lalu."

Kalimat terakhir Kabuto mengingatkan acara berita yang menampilkan bagaimana aparat kepolisian menangkap para pelayan yang sudah terlanjur gila. Sasuke menarik salah satu sudut bibirnya. "Apakah Anko berhasil melakukan tugasnya dengan baik?"

Kabuto melanjutkan cerita panjangnya. "Untungnya Anko berhasil datang tepat waktu sebelum polisi datang menyergap tempat kejadian peristiwa dengan membawa jasad Tuan Muda Naruto beserta barang bawaannya."

Tak salah memilih pelayan wanita itu sebagai salah satu pion dari rencananya. Sasuke tak bisa membayangkan bagaimana kecepatan mobil yang dibawa oleh pelayan wanita itu.

"Dan hasilnya seperti yang Anda ketahui, kita semua terbebas dari semua alibi," lanjut Kakashi di akhir cerita mereka.

Senyuman bangga menghiasi wajah tampannya. Kini otaknya memperkirakan apa yang akan ia katakan jika suatu saat dirinya dipanggil menjadi saksi nanti dan bagaimana cara mengelaknya. Setelah berhasil menyusunnya dengan rapi, Sasuke pun mulai memberi perintah kepada kedua pelayan yang masih berdiri di depannya, "Kalian sudah boleh keluar dan melakukan aktivitas biasa kalian. Terima kasih atas cerita menariknya."

"Ya, Tuan Muda. Kami permisi."

Langkah kaki mereka pun dengan perlahan menjauhi ruangan kerja Sasuke. Meninggalkan Sasuke sendiri di dalamnya. Tiba-tiba ia teringat akan sebuah buku yang ia temukan di kamar Sakura-Ino—lebih tepatnya di dalam tas Ino—ketika di villa beberapa hari yang lalu. Tangan kanannya membuka laci meja kerjanya dan mengambil buku yang terpampang jelas di sana.

Kumpulan Tes Psikologis Tentang Cinta, setidaknya itulah yang tertulis di cover buku berukuran sedang itu. Harus diakui, buku inilah yang menyadarkan Sasuke kalau rasa yang dirasakannya kepada Sakura disebut cinta.

Sasuke menutup kembali laci meja kerjanya dan segera bengkit berdiri dari kursinya sambil memegang buku itu untuk ditunjukkan kepada Sakura. Sebelum ia berjalan mendekat pintu, sekali lagi, Sasuke melihat lukisan yang kekasihnya bilang menyeramkan itu. Yah, ini adalah lukisan peninggalan Sai yang ditemukan secara tidak sengaja olehnya di dalam lemari. Kelihatannya lukisan ini sangat disembunyikan oleh sang pencipta, terlihat jelas dari bagaimana Sai memasukkan hasil karyanya ke dalam sarung pembungkus kanvas berwarna cokelat pudar yang tebal.

Di lukisan tersebut terpampang kelima korban yang matinya persis seperti apa yang dialami oleh kelima sahabatnya dan tepat di tengah-tengahnya terdapat seorang gadis jatuh tersungkur sambil menangis dengan didampingi seorang pria yang memeluknya erat dengan satu tangan dari belakang seraya berlutut dengan satu kaki, sedangkan tangannya yang satu lagi seperti sedang menyembunyikan benda tajam yang berlumuran darah di balik punggungnya.

Tidak ada yang seram dari lukisan itu. Sasuke menilai, mungkin karena pewarnaannya yang terlalu banyak warna gelap dan merah saja yang menambah aura keseraman di lukisan sana. Selebihnya biasa saja.

Jika Sasuke pikir lagi, sepertinya lukisan Sai dan kisah mereka ini bisa dijadikan sebuah dongeng pengantar tidur yang menarik. Berceritakan mengenai tujuh tokoh utama yang tinggal di dunia yang bernama Mimpi dimana semua teman-temannya hilang satu persatu di dalam dunia yang menyeramkan itu. Menarik, bukan?

Lalu, judul apakah yang cocok untuk cerita tersebut?

Sasuke berpaling dari lukisan itu dan langsung ke luar dari ruang kerjanya. Ketika tangannya memegang pedal pintu kamarnya di mana Sakura berada, sebuah seringaian tajam melengkung dengan strategis di bibirnya.

"Yah... Lost In Nightmare... Tidak buruk juga."

Setelah Sasuke menggumamkan isi hatinya, suara pintu kamar terbuka dan tertutup pun terdengar hingga ke ujung lorong rumah ini.

~The Epilogue of Lost In Nightmare~

OWARI

THE END


CBR:

Inilah The Real The End-nya. Dan lagi-lagi masih tersisa sedikit mystery dari cerita ini. Padahal aku berharap di epilog ini muncul suasana Bright walau hanya sedikit, tapi nyatanya tetap berakhir dengan suasana Dark.
Argh, Uchiha Sasuke! Apa yang kau lakukan di dalam imajinasiku?
Jika ada kesalahan adegan dan pendeskripsian yang kurang memuaskan dan tidak dimengerti mohon dimaafkan karena aku hanya menulis adegan yang mereka lakukan di otakku. Jadi, jangan salahkan Author, salahkanlah Uchiha Sasuke. Kecuali perihal miss typo. Mengerti?

Tanpa basa-basi, saatnya pembalasan review dariku yang terakhir di fict Lost In Nightmare ini.

So, check this out!

Eunike Yuen: Hah... Padahal aku berharap jawabanmu salah. Tapi tak apalah. Dan sepertinya aku harus membakar Trans TV, ya... Untuk side story yang terpisah dari ini mungkin akan ada, tapi tidak jamin akan terbit cepat. | Terima kasih atas pujian dan review-nya!

CheryxSasuke: Selamat datang di dunia Nightmare! Salam kenal juga. Untuk kekuranglogisan alasan Sasuke membunuh teman-temannya salahkanlah Sasuke. Sepertinya ia sengaja agar aku membuat side story mengenai bagaimana cara ia membunuh teman-temannya. Akan dibuat, tapi tidak jamin publish cepat. | Terima kasih sudah me-review!

Chokyuparkji: Terima kasih atas pujiannya. Epilog cerita ini sudah hadir. Sudah baca? | Terima kasih sudah me-review!

Afisa UchirunoSS: Ikhlaskan saja Sasuke berbuat kejam seperti itu, bukankah itu memang kemauannya sendiri? | Epilog sudah hadir dan maaf kalau ada yang tidak bisa diceritakan dengan detail. | Terima kasih sudah menunggu dan me-review!

Hanazono yuri: Nasib SasuSaku sekarang, yah... seperti di epilog ini. Sudah baca? | Terima kasih sudah menunggu dan me-review!

MerisChintya97: Mengenai si penjaga villa itu apa dan siapa semoga saja sudah terjawab di epilog ini. Nantikan fict-ku selanjutnya, ya! | Terima kasih atas support dan review-nya!

Mizuki Hinagiku: Iya, Naruto mengetuk pintu bagasi mobil dalam keadaan sekarat dan bukan orang lain. Selebihnya semoga saja pertanyaanmu sudah terjawab di epilog ini. Apakah Sasuke dan pelayan villa bisa dibilang bekerja sama di epilog ini? | Terima kasih sudah me-review!

Racchan Cherry-desu: Salam kenal. Terima kasih atas pujiannya, tapi fict ini masih banyak kekurangan di sana-sini, kok. Semoga keganjalan yang kau rasakan berkurang ketika membaca epilog ini. | Terima kasih sudah menunggu dan me-review!

Nothing-Name: Untuk bagaimana cara Sasuke membunuh temannya, mungkin akan dijadikan side story yang terpisah dari fict multichap ini perihal untuk menceritakan mystery yang bergentayangan saja sudah menghabisi lebih dari jatah halaman per chapter-nya. Ditunggu saja ya side story-nya! | Terima kasih sudah me-review!

Anka-Chan: Semoga segala pertanyaanmu sudah terjawab di epilog ini. | Terima kasih sudah me-review!

Tohko Ohmiya: Kalau takut dengan Sasuke pukul saja kepalanya, aku membiarkannya dengan suka rela, kok. | Terima kasih sudah menunggu dan me-review!

Michelle : Semoga saja kekurangpuasanmu itu terbayar dengan penjalasan di epilog ini. Apakah epilog-nya diluar daya imajinasimu? | Terima kasih sudah menunggu dan me-review!

Sherlock Holmes: Halo juga! Epilog yang kau tunggu sudah update. Sudah baca? | Terima kasih sudah menunggu dan me-review!

Tsurugi De Lelouch: Epilog sudah di-update. Semoga rasa penasaranmu terbayar. | Terima kasih sudah menunggu dan me-review!

Yuuki Edna: Fic horror tetap akan kubuat, tapi tidak bisa menjamin apakah seram atau tidak, tergantung para pembaca. Nantikan, ya. | Terima kasih sudah menunggu dan me-review!

Shaun: Sebenarnya chap 13 itu bukan sebagaui kunci utama juga sih... kalau untuk mengelabui mungkin termasuk. Dan dugaanmu pelayan telah menaruh curiga kepada Sasuke sepertinya salah, ya. | Terima kasih sudah me-review!

Nina Sakura: Selamat datang di dunia Nightmare! Salam kenal dan semoga rasa penasaranmu sudah terbayar di epilog ini. | Terima kasih sudah me-review!

Sheen: Selamat datang di dunia Nightmare dan salam kenal juga! Oh, maaf, sepertinya aku lupa menuliskan date and time di chapter 22 tersebut. Tapi kau bisa melihat tanggal update-nya di rentetan keterangan berwarna abu-abu mengenai genre, pairing, id, publish, update, dll di bawah summary fict-ku, kok. Lihat tanggal update-nya, jangan lihat tanggal publish kerena tanggal publish itu tanggal pertama kali fict ini dimasukkan ke dalam FFn. Lalu tinggal lihat kalender dan hitung mundur. | Terima kasih sudah me-review!

Hinaruto hyuga: Selamat datang di dunia nightmare! Salam kenal. Epilog-nya sudah update, kok. | Terima kasih sudah menunggu dan me-review!

Kakak cantik: Ending-nya menggantung? Apakah setelah ada epilog ini ending-nya termasuk menggantung? Apa jadi tambah suram? Lalu, apakah menurutmu di epilog ini SasuSaku bahagia? | Terima kasih sudah menge-like dan me-review!

Balasan review terakhirku di fict Lost In Nightmare ini selesai!

Dari genre Horror/Mystery aku akan beralih menuju genre Action/Thriller di fict ke duaku. Jika berniat dan mempunyai minat, kalian bisa membacanya. Judul fict ke duaku berjudul "CrackHackerz". Bagi yang sudah berteman denganku di FB mungkin sudah melihat gambar editanku mengenai fict ini di Timeline-ku.

Untuk yang meminta keterangan bagaimana cara Sasuke membunuh teman-temannya akan di-publish terpisah dari multichap ini. Anggap saja sebagai side story-nya. Sabar menunggu saja, ya.
Selain itu, aku juga akan menyempatkan diri untuk tetap membuat cerita
oneshoot ber-genre mystery/horror, kok.

Afterwards from Huicergo Montediesberg and Lost In Nightmare

Terima kasih kepada para pembaca yang sudah bersedia memberikan suaranya di kotak review sehingga fict ini terus berkembang hingga menjadi fict yang besar. Berikut adalah nama Reviewers dari awal di publish-nya fict ini hingga sekarang.

Akarima Tsukichi, Hyucchi, Thyara-uchiha, V3Yagami, Dijah-hime, Uchiha Akira, Gha mika chiiyamada, M very stupid, Naomi Takara, Rizuka Sasusaku Hanayuuki, KarinHyuuga, RaRa Byun, Ryuchii Chocolate, Asakura, Saitou ayumu uchiha, Sindi 'Kucing Pink, Smile, Ria alisia, I-chan The Anime Lover, Kim Keiko, RiaChan, Kudo Widya-chan Edogawa, Bernadita reva, Widya, Zen Nekosuki, Chaos Seth, Myelf, Michelle , Aiko Kirisawa, Nothing-Name, Ucucubi, Rena Haruno, Amy Suede, Permen Caca, Uchiha Sakura97, Siapapun, MerisChintya97, Eunike Yuen, Berlian Cahyadi, Anka-Chan, Aya-Chan Dattebane, Guest, AoiOono, Chakis, Misaki Yuuko, M , Sh6, Mitchiru1312jo, Sakakibara mei, Yaya PinkyBlossom, Shin Ji Hyun, Sherlock holmes, Uchiha rhizu-chan, Charice d'dark cherry, Kagami Rinatta, Mewchan, Sora Kamamichi, Akira uchiha, Shaun, VanadiumSasuSaku, Rie Renata, Mizuki Hinagiku, Raito Hibiki, Hanashi Rinatta, Haruno Ayako-chan, eL-yuMiichann, Kokoro Kazuto, Akira Evelyne, Zecka S. B. Fujioka, Akira Uchiha, Afisa UchirunoSS, Haruno Zakuraaa, Alicia, Kujio Shiragami-kun, Akira Nakane, Hatsune Cherry, Uchiha Dian-chan, Tsurugi De Lelouch, HaZa ShiRaifu, Smile Up Sunny, Hanazono yuri, Nowan456 yoval, Naumi Megumi, Jihyun-ssi, Defita yuzhari, Tohko ohmiya, AkasunaAnggi, Ocha chan, Red habanerokushi, AngleUchiha527, Ling-Ling, Chokyuparkji, Kiki Takajo, NE, Risky spazzers, Yuuki Edna, Risssskkiiii, Lala chan, Uchiha Kina, CheryxSasuke, Racchan Cherry-desu, Nina Sakura, Sheen, Hinaruto hyuga, Kakak cantik.

Dan terima kasih bagi yang telah mem-favorites Lost In Nightmare ini. Berikut namanya.

Cherrysakusaku, Sindi 'Kucing Pink, Saitou ayumu uchiha, Kudo Widya-chan Edogawa, Sweet Ave Maria, Sung Rae Ki, Bernadita reva, Uchiha Sakura97, Myelf, MerisChintya97, Aya-Chan Dattebane, AiuMinH, Eunike Yuen, Chakis, Misaki Yuuko, Park Min Hwa, M , Mitchiru1312jo, TiiahraNohvitta, Akira KyuMin Shipper, Love Cherry Tomato, Raghdahazzah, Nothing-Name, Naumi Megumi, Sami haruchi 2, Fumiko Yuina, Tatiana12, Purplerose24, Rie Renata, Mizuki Hinagiku, Raito Hibiki, Haruno Ayako-chan, Akira Evelyne, Uchiha Dian-chan, Zecka S. B. Fujioka, Haruno Zakuraaa, Fearme chitose, Akira Nakane, Hatsune Cherry, Nyimi-chan, Hanazono yuri, Izaaz, I-chan The Anime Lover, AkasunaAnggi, AngleUchiha527, Red habanerokushi, Roxxyrock, Naomi Aikyouko, Riuda, Yuuki Edna, Merrya Narcissa Bellatrix, Michelle , Hinaruto hyuga, Kakak cantik

Juga terima kasih bagi yang telah meng-alerts fict Lost In Nightmare. Berikut namanya.

Akarima Tsukichi, Cherrysakusasu, Saitou ayumu uchiha, Sung Rae Ki, Bernadita reva, Kang Min Hyun, Nothing-Name, Permen Caca, Myelf, Aika Yuuki uchiha, Michelle , M , AoiOono, Misaki Yuuko, Park Min Hwa, Chakis, TiiahraNohvitta, Akira KyuMin Shipper, Hyuu Hikari, Purplerose24, Rie Renata, BlueHae1409, Raito Hibiki, Uchiha Dian-chan, Zecka S. B. Fujioka, Haruno Zakuraaa, Fearme chitose, Akira Nakane, Mizuki Hinagiku, Hatsune Cherry, Tsurugi De Lelouch, AkasunaAnggi, Hanazono Yuri, Roxxyrock, Kiki Takajo, Riuda, Yuuki Edna, Kakak cantik

A/N: Semua nama yang berawalan huruf kecil diubah menjadi huruf besar sebagai tanda penghormatanku kepada kalian. Kecuali tidak bisa diubah karena namanya mengandung hurus besar kecil secara beruntun sehingga tidak dimungkinkan untuk diubah. Maaf jika ada kesalahan penulisan nama maupun yang terlupa.

Terima kasih juga kepada silent reader yang sudah senantiasa membaca dan mengikuti perkembangan alur fict ini dari awal hingga akhir. Semoga dapat menerima apa adanya cerita ini.

Yang terakhir, tanpa kalian semua fict ini bukan apa-apa dan tidak akan menjadi apa-apa. Kalianlah yang menjadikan fict ini berarti.

After we "Lost In Nightmare", let us be "CrackHackerz"!

Terima kasih telah membaca The Epilogue of Nightmare…
See you soon at my another fiction, if you want!
Sorry for all miss typo(s)!
I will correct it later!

Signature,

Huicergo Montediesberg