Berikan aku kesempatan untuk mengenalmu.

.

.

.

A KyuMin Fanfic

Snow Boy © Jovian

.::Rating: T::.

.::Genre: general, romance::.

.::Warning: AU, slash, typo(s), un-beta::.

.::Disclaimer: The boys are not mine, but story is mine!::.

DON'T LIKE, DON'T READ!

A/N: aku mau memperingatkan tentang fic ini! Aku memasukkan beberapa fakta dan mungkin ada beberapa fakta yang aku ubah demi kepentingan dalam fic. Jangan tersinggung dengan apa yang di utarakan didalam fic ini. Ini hanyalah sebuah karya imajinasi. kamsahe ^^


Penghujung bulan Desember sungguh indah, banyak pilihan yang bisa dilakukan oleh remaja-remaja yang senang bermain. Bemain ski luncur, jalan-jalan untuk melihat barang diskon akhir tahun atau berkencan dengan pasangan masing-masing sambil menikmati natal di akhir tahun. Mengasyikkan bukan?

Tapi Kyuhyun lebih memilih liburan akhir tahunnya ini di rumah dengan games yang belum dituntaskannya tahun ini. Padahal dua sahabatnya—Donghae dan Yesung sudah berusaha keras membujuknya untuk keluar, namun namja tampan itu keras kepala, tetap saja ia menjawab, "Tidak mau!"

.

.

.

Pintu kamar Kyuhyun terbuka—memperlihatkan Yesung yang nongol hanya kepalanya saja. Kyuhyun memandang malas pada Yesung yang memasang cengiran bodoh.

Bruk!

Pintu terbuka lebar dan spontan namja aneh itu terdorong ke depan hingga ia tengkurap di lantai, "Aish, sialan kau Hae. Sakit tau," gerutunya—memberikan death glare kepada temannya. Ternyata Donghae mendorong Yesung.

Namja ikan itu tertawa keras, "Lagian ngapain sih kau berdiri disitu. Sudah tau kita akan masuk," katanya seraya berjalan mendekati Kyuhyun yang tengah asikan dan tidak mempedulikan dua temannya yang baru datang.

"Hei, Gaem-Kyu," Sapa Donghae seraya duduk di kursi belajar Kyuhyun. Yesung menyusul duduk di sisi ranjang—di samping Kyuhyun.

"Hn…" balas maniak game itu tanpa melepas pandangan dari benda kesayangannya tersebut.

"Kali ini kau pasti akan tertarik," seringaian terlihat di wajah Donghae. Kyuhyun mendongak demi melihat Donghae, setelah itu ia menaikkan sebelah alisnya, "Ada apa?" Tanya Kyuhyun jutek.

"Kita akan berkencan!" yang menjawab malah Yesung dan lebihnya, namja aneh itu terlihat—heboh.

Kyuhyun menaikkan sebelah lagi alisnya, kaget mendengar pernyataan Yesung barusan, "Tidak mau! Apalagi dengan kalian. Tidak, tidak," ia menolak ajakan kedua temannya.

Donghae memutar bola matanya, "Ck, bukan dengan kami, bodoh. Tapi dengan pasangan masing-masing," jelas namja ikan itu.

Kali ini Kyuhyun menautkan alisnya, "Aku 'kan tidak punya pasangan," mata dan tangannya kembali bercumbu dengan sang 'pacar' mungilnya, "Lagian—aku malas ikut yang begituan."

Yesung menarik benda di tangan Kyuhyun, "Yakin kau tidak tertarik? Nanti kau akan menyesalinya," Yesung berucap dengan ekspresi horor yang berlebihan.

Kyuhyun menarik kembali miliknya dari tangan Yesung, "Pasti akan sangat membosankan," ucapnya sedikit mengejek.

Donghae terkekeh tidak peduli, kemudian sebuah seringai–kembali-muncul di wajah tampannya, "Bagaimana kalau dengan ini?" Donghae mengeluarkan beberapa benda—yang semuanya sama—dari tas selempangnya, "Apa kau akan tetap menolaknya, eoh?" namja ikan itu mengibaskan benda tersebut pada Kyuhyun, dan ia masih setia menampilkan seringai tampannya. 'Kali ini pasti akan berhasil,' ia terkekeh dengan pikirannya sendiri.

Namja maniak game itu membulatkan matanya sempurna, menatap tidak percaya benda yang ada di tangan Donghae. Saat ini di tangan sahabatnya itu terdapat beberapa kaset game yang di incarnya selama ini, "Bagaimana kau mendapatkannya? Bahkan game ini baru di rilis di Amerika!" Pekiknya kegirangan.

"Untuk urusan beginian, mudah bagiku, Kyuhyun," Kesekian kalinya Donghae terkekeh, "Jadi— bagaimana?" suaranya terkesan manja, sengaja menggoda Kyuhyun.

Kyuhyun merangkak mendekati Donghae, dan meraih kaset-kaset game itu kepelukannya. Kepalanya mengangguk semangat dengan cengiran anak-anak, "Iya, aku mau."

Psst… ayo kita lihat Yesung = Yesung—namja aneh itu ikutan nyengir bersama Kyuhyun—lebih tepatnya cengiran bodoh #buagh! diserang clouds XD

oOo

Keesokan harinya, Donghae dan Yesung membawa Kyuhyun ke café yang asing bagi Kyuhyun. Café itu bernuansa romantis. Donghae sudah mengatur tempatnya. Dan ternyata pasangan kencan mereka sudah datang lebih dahulu, namun hanya dua orang. Donghae berjalan duluan menghampiri dua orang namja yang tengah duduk santai di meja yang di pesannya.

"Hai," sapa Donghae pada kedua namja manis tersebut. Mereka membalas sapaan Donghae. Yesung dan Kyuhyun telah menyusul. "Hanya berdua? Satunya lagi?" tanya Donghae memintak kepada kedua namja uke itu.

"Baru saja dia pergi ke toilet sebelum kalian datang," seorang namja pirang menjawab pertanyaan Donghae.

"Hai," Yesung menyapa kepada namja yang berwajah imut dengan pipi bulat dan bibir mungil. Tapi namja itu kurang merespon, dia lebih memilih menatap Kyuhyun.

"Hei, namaku Ryeowook, panggil saja aku Wookie," namja imut itu mengulurkan tangannya kepada Kyuhyun, tapi tangan Yesung lebih cepat menyambut uluran tangan Ryeowook, "Yesung," namja aneh itu mendapat lirikan tajam dari Ryeowook. Ryeowook menarik tangannya namun tangan Yesung masih menahan tangannya. "Lepaskan!" Yesung masih cengir bodoh dan belum melepaskan tangan Ryeowook. Dengan kesal, namja imut itu mencubit lengan Yesung, tetap saja Yesung menahannya. Baginya cubitan Ryeowook hanya serasa gelitikan.

Kyuhyun menatap malas pada mereka—Yesung dan Ryeowook, "Aku mau ke toilet dulu," namja tampan itu beranjak tanpa melihat tatapan dari empat pasang mata yang menemani kepergiannya. Apalagi Ryeowook yang kaget dengan sifat dingin Kyuhyun. Dengan kesal ditepisnya tangan Yesung

.

.

.

Kyuhyun mencuci tangannya setelah keluar dari bilik toilet, kemudian mengeluarkan PSP dari dalam jaketnya. Ia bersandar pada dinding disamping wastafel. Seperti biasa, dia tidak peduli sekitarnya, dimana tempatnya, dan bagaimana pandangan orang, yang penting dia bisa menikmati bercumbu dengan benda kesayangannya itu. Aneh memang, tapi itulah dunianya.

Sampai saat seseorang keluar dari salah satu bilik toilet dan berdiri depan wastafel, dia masih tidak peduli.

"Tempat yang buruk untuk menikmati game."

Déjà vu. Sepertinya ia pernah mengalami kejadian seperti ini. Mendengar suara lembut yang pernah menyita pendengarannya.

Kyuhyun sedikit melirik kearah samping—melihat si pemilik suara lembut itu. Spontan tubuhnya berdiri tegap, "Sungmin!"

Sungmin tidak merespon, dia malah beranjak keluar dari toilet. Khyuhyun mengikutinya dari belakang, "Hei, hei, Sungmin, tunggu aku," namja tampan itu mengikuti Sungmin sampai ke meja dimana tadi ia dan teman-temannya duduk.

"Oh, ini teman kita satu lagi," Ryeowook menarik tangan Sungmin untuk duduk diantara dirinya dan Hyukjae. Kyuhyun juga, dia memilih menyeruak antara Yesung dan Donghae untuk duduk ditengah—tepat dihadapan Sungmin. Ekspresi Sungmin tetap datar ketika Kyuhyun memasang senyum penuh padanya.

"Bodoh," gumam namja kelinci pelan.

"Kyu, kurasa kau harus mengenal mereka," kata Donghae, "Ini namanya Hyukjae. Dia pacarku," Donghae menunjuk namja pirang manis, "Ini Sungmin. Err—sepertinya kalian sudah saling kenal," Kyuhyun mengangkat sebelah alisnya dan mengangguk kecil. "Dan yang ini Ryeowook, kurasa kau sudah tau tadi."

"Ya! Dan Wookie akan segera menjadi pacarku," Ryeowook menatap sinis pada Yesung—ketika namja aneh itu berkata yang tidak-tidak.

Sedangkan Kyuhyun sudah dengan dunianya sendiri. Matanya tidak pernah berhenti memandang figure indah dan cantik yang ada dihadapannya. Betapa ia menyukai mata cokelat penuh berbingkai lingakaran foxy-bulat yang berkedip anggun dengan pasangan bulu mata lentik. Lekukan bibir indah berwarna pink yang begitu menggoda, serta wajah cantik yang dilapisi kulit putih porselen. Ah, Kyuhyun begitu berlebihan mendeskripsikan figur tersebut, tapi itulah kenyataannya—dia tidak dapat menolak pesona indah dari mahluk ciptaan Tuhan itu.

oOo

Setelah acara kencan itu –meskipun hanya Hae-Hyuk saja yang menikmatinya- Donghae mengantar kekasih pirang-nya pulang. Sedangkan Sungmin dan Ryeowook, mereka akan pulang berdua, padahal Yesung dan Kyuhyun –lebih tepatnya mengajak masing-masing teman kencan mereka- sudah menawarkan pada mereka tumpangan untuk pulang, tapi kedua namja manis itu menolak.

"Yah, Min, aku lupa membeli bahan cake," Kata Ryeowook ketika mereka dalam perjalanan pulang, "Um… bagaimana jika kau pulang saja duluan, karena aku harus memutar arah, dan pastinya jauh," ia berkata dengan nada penyesalan.

Sungmin setuju saja, lagian dia harus beristirahat banyak karena kondisi tubuhnya kurang baik. Akhirnya mereka berpisah jalan.

.

.

.

Sungmin berjalan kaki sendirian. Udara dingin membuatnya sedikit mengigil, padahal pakaiannya sudah tiga lapis. Udara mengepul dari mulutnya ketika ia menghembuskan nafas.

Namja kelinci itu berhenti saat merasakan sesuatu yang aneh. Ia melihat kaca pertokoan yang memantulkan pemandangan di sekelilingnya. Terlihat seseorang—yang tanpa orang itu sadari—Sungmin telah mengetahui keberadaannya.

"Membuntutiku lagi," dengus namja kelinci itu. Ia melanjutkan langkahnya, kemudian melewati beberapa beberapa toko sebelum masuk ke belakang pertokoan, lalu berbelok dan bersembunyi di belakang tumpukan balok kayu yang dapat menutupi tubuhnya.

"Kemana dia?" Sungmin mendengar gerutuan orang yang mengikutinya tadi.

"Kau mencari aku, Kyuhyun?" Sungmin keluar dari persembunyiannya.

Kyuhyun berbalik dan mendapati Sungmin. Sebuah senyuman mengembang di wajahnya. Betapa ia menyukai ketika bibir manis namja kelinci itu menyebut namanya. Namja tampan itu mendekati si kelinci manis.

"Iya," jawabnya, "Aku ingin mengajakmu kencan," ucap namja itu to the point tanpa basa-basi, "Kurasa udara seperti ini lebih nikmat jika di dalam kamar dan ditemani wine. Kau suka itu?" usul Kyuhyun semangat. Sadarkah kalian maksud dari pernyataan Kyuhyun barusan?

Plak

Ouch, Sungmin menampar Kyuhyun, "Kau pikir aku murahan!" bentak Sungmin. Baru kali ini Kyuhyun melihat ekspresi Sungmin yang selain datar itu, sedikit err—mengerikan.

"Bukankah ini yang di inginkan uke?" tanya Kyuhyun penuh (sok) kepolosan.

Dasar bodoh! Huh! Maklumi saja Kyuhyun belum pernah berpacaran sebelumnya, dia belum pernah merasakan cinta—yang ia rasakan cintanya hanya terhadap games. Dia pikir di dunia ini para uke hanya menginginkan kehangatan dalam hubungan di ranjang, terlebih menjurus ke hal yang lebih intim. Maksudnya, bukankah dunia yaoi seperti itu?

Tangan Sungmin hampir mengenai—lagi- pipi Kyuhyun jika namja tinggi itu tidak cepat menangkapnya. Kyuhyun menarik si kelinci manis kepelukannya, menangkap bibir plums kelinci yang sejak tadi sudah menggodanya. Tangannya sudah membungkus pinggang ramping Sungmin, dan tangan sebelahnya menarik kepala Sungmin agar namja kelinci itu tidak lepas darinya. Sungmin berontak dalam dekapannya, tapi tenaga Sungmin tidak sebanding dengan seorang seme seperti Kyuhyun. Dan akhirnya… si kelinci manis itu menyerah.

Perlahan Sungmin mulai menikmati—lebih tepatnya pasrah— dengan ciuman yang berupa hisapan itu. Yah, hanya hisapan di bibir, dan sesekali mengunyah ringan bibir itu. Kyuhyun sama sekali tidak menuntut lidahnya masuk untuk menjelajahi isi mulut Sungmin. Hanya terbesit kontak intim yang menunjukkan perasaan sayang, bukan nafsu. Tapi, tetap saja ini salah, si kelinci tidak bisa menerima ini.

Tangan Sungmin memukul bahunya. Mungkin Kyuhyun tidak akan melepaskan namja kelinci jika saja mereka tak memerlukan oksigen. Sungmin segera menangkap oksigen sepenuhnya untuk memenuhi rongga dada serta paru-parunya. Kyuhyun masih memeluk pinggang Sungmin, belum mau melepas rasa nyaman pada si kelinci. Untuk terakhir kali, dia mengecup bibir manis itu, kemudian melepas bungkusan tangannya dari pinggang si kelinci.

Wajah Sungmin memerah karena malu. Matanya memandang ke bawah, dia masih terlalu canggung untuk menatap namja tampan di hadapannya.

Kyuhyun terkekeh geli melihat pemandangan manis si kelinci, "Tanganmu terlalu ringan untuk menampar wajah tampanku," guraunya. Namja tinggi itu sedikit membungkuk—dan mendekatkan pipinya kepada Sungmin, ia menepuk pipinya sendiri, "Silahkan."

Niat Sungmin untuk menampar namja itu urung. Kyuhyun kembali menegakkan tubuhnya, kemudian tersenyum "Ayo pulang," Ia menarik tangan Sungmin menuju tepi jalan.

"Taksi!"

Taksi berhenti untuk memenuhi panggilan calon penumpang, Kyuhyun membuka pintu Taksi dan mendorong pelan tubuh Sungmin ke dalam Taksi. Lalu Kyuhyun menghampiri supir Taksi di jok pengemudi, "Tanyakan alamat padanya dan ini bayarannya," Kyuhyun menyerahkan beberapa lembar uang pada supir taksi.

"Sampai jumpa," Kyuhyun berkata kepada Sungmin, tangannya melambai riang.

Taksi itu melaju meninggalkan Kyuhyun yang tersenyum cerah. Pemuda itu meraba bibirnya.

"Manis."

oOo

"Kyunie, sedang apa kau?" Ahra menegur adiknya, "Sudah lima menit yang lalu kau hanya berdiri didepan cermin itu, dan kau belum menyikat gigimu. Demi Tuhan, bau mulut mu sampai kesini," wanita itu mengerutkan hidungnya—seolah dia mencium bau yang sangat busuk. Dia menatap Kyuhyun dari pintu toilet dengan tangannya memegang keranjang pakaian kotor yang baru saja di ambil. "Cepat persiapkan dirimu, atau kau akan terlambat ke sekolah," perintanya kepada sang adik.

Siing—

Namun sama sekali tidak mendapat tanggapan dari adik satu-satunya itu. Ia mengernyit, aneh melihat kelakuan autis Kyuhyun. Sedari tadi, Kyuhyun tampak senyum-senyum sendiri, kadang terkekeh dan sesekali menjilat belahan bibirnya, lalu menggumamkan kata "Manis" sambil menatap wajahnya di depan cermin wastafel dengan sebuah sikat gigi yang dipegang dari tadi.

Ahra memutar bola matanya, "Gajiku bulan ini tidak cukup untuk membiayaimu ke Rumah Sakit Jiwa, jadi tolong berhentilah bersikap autis," guraunya seraya melangkah menuju ruangan sebelah untuk memasukkan pakaian kotor kedalam mesin cuci.

Kyuhyun menyusul kakaknya ke ruang cuci, "Setidaknya ada orang autis setampan aku," dia menyengir.

"Ya ya, aku setuju denganmu. Dan bersiaplah karena penggemarmu akan bertambah di Rumah Sakit Jiwa," Kyuhyun cemberut dengan perkataan kakaknya, "Kasihan adikku yang tampan, dia akan mendapat lamaran dari wanita-wanita cantik di dalam kurungan orang gila," Ahra tertawa keras saat Kyuhyun semakin cemberut.

"Fufufu... sudah Kyu, sikat gigi dulu sanah, ada daging ayam spesial yang nyangkut di gigimu tuh." #buagh! Author dipentungin plus dapat bogem mentah dari Kyuhyun.

"Sudahlah Kyu, sikat dulu gigimu itu. Demi Tuhan, mulutmu sangat bau, aku tidak bercanda."

Kyuhyun menggeleng keras, "Tidak. Aku tidak akan menyikat gigiku."

Ahra mengernyitkan dahi, "Kenapa?"

"Karena aku tidak mau menghilangkan 'sesuatu' yang menempel di bibirku," jawab Kyuhyun penuh cengirang bodoh. Sejak semalam—setelah dengan sengaja dia mencium bibir Sungmin—Kyuhyun terus berhati-hati dengan apa yang akan menempel di bibirnya, bahkan saat minum pun dia memberikan jarak agar gelas tidak tersentuh dengan bibirnya. Dalam pikirannya, dia akan mengabadikan bibirnya, agar rasa bibir Sungmin tetap kekal di bibirnya.

Ahra memperhatikan bibir Kyuhyun, "Bagaimana maksudmu 'sesuatu' itu, di sana aku tidak melihat ada sesuatu di bibirmu."

"Kau tidak mengerti, noona cerewet," dia sengaja menekankan kata 'noona cerewet' untuk mengejek kakaknya.

"Sialan kau bocah nakal!" Ahra ingin memukul Kyuhyun, tapi namja tampan itu segera menutup pintu kamar mandi.

"Noona jelek!"

"CHO KYUHYUN!" Ahra mengedor-ngedor pintu toilet, "Baiklah Tuan Cho Kyuhyun, hari ini kau berangkat sendiri, karena aku tidak memberimu tumpangan!" ancamnya.

"Ya sudah, hari ini aku akan bersepeda!"

"Dasar bocah nakal," geramnya, "Tunggu dulu," Ahra berhenti, ia mengingat sesuatu, "Kyu, bukannya kau tidak pernah mau naik sepeda?"

oOo

'Tok tok tok'

Sungmin menoleh pada jendela disampingnya, mendapati Kyuhyun dengan cengiran –bodoh- seperti biasa. Sepertinya Kyuhyun mengatakan sesuatu, namun tidak terdengar jelas olehnya—sebab dia berada di dalam bus Sekolah, jadi namja kelinci itu mengabaikan.

Ketukan terdengar lagi, dan namja kelinci kembali melihat arah jendela. Kyuhyun masih tetap disana. Dia menunjukkan sepedanya, menepuk-nepuk tempat duduk sepeda itu. Sungmin mengeryit bingung. Kyuhyun memberi isyarat untuk membuka jendela.

"Naiklah sepeda denganku!" pinta Kyuhyun setelah Sungmin membuka jendela kaca itu. Sungmin menggeleng dan Kyuhyun merengut, namun tersenyum kembali, "Aku akan memboncengmu sampai sekolah!" suara Kyuhyun agak tenggelam ketika mesin bus di hidupkan, kemudian bus melaju pergi.

Kyuhyun panik, belum sempat Sungmin memberinya jawaban, bus itu sudah pergi. "Aish, sial!" teriak namja itu.

oOo

Siang yang cerah di awal bulan Januari. Salju masih menumpuk di mana-mana. Namun pemandangan itu tetap indah dan berhasil membuat Sungmin tersenyum saat merasakan udara pertengahan musim salju. Tangannya digandeng oleh seorang wanita paruh baya yang menuntunnya ke sebuah rumah. Wanita paruh baya itu adalah Nyonya Lee—Ibu dari Lee Sungmin.

Sungmin menghempaskan tubuhnya di sofa ruang tengah—untuk mengistirahatkan tubuhnya. Nyonya Lee berjalan menuju dapur untuk meletakkan barang belanjaan sebelum menghampiri anaknya. Dia tersenyum melihat anaknya yang sudah tumbuh menjadi pemuda yang err… cantik—menurut pendapat orang-orang. Namun senyumnya tidaklah sepenuh hati, sebagian hatinya terluka, merasakan pilu yang mendalam.

"Sebulan lagi kau akan segera pindah ke luar negri," kata Nyonya Lee. Tangannya mengusap rambut Sungmin dengan penuh kasih.

Sungmin meraih kertas yang baru saja di letakkan ibunya diatas meja, "Aku tidak yakin apakah aku bisa bertahan," suaranya terdengar lirih menatap kertas yang berupa surat pernyataan dari Rumah Sakit.

"Ibu yakin kau akan kuat, sayang," Nyonya Lee menggenggam erat tangan anaknya, seolah ia menyalurkn kekuatan yang terpancar dari figur seorang ibu. Sungmin memejamkan matanya, menghela nafas berat. Tubuhnya bergetar.

"Aku tidak bisa menginggalkan ini, tidak semuanya, 'bu," pelupuk matanya tidak mampu membendung air mata yang menggenang. Sosok Sungmin terlalu rapuh akan perasaannya.

Kehidupannya di kota Seoul yang hampir delapan belas tahun ini menghiasi kehidupannya, walaupun tak semenyenangkan orang-orang. Sahabatnya, Hyukjae dan Ryeowook, merekalah yang menabur cerita dalam kehidupan Sungmin selama ini. Dan Kyuhyun—namja itu baru saja di kenalnya, bahkan ciuman pertamanya direbut dengan sengaja oleh pemuda tampan itu. Ya, pemuda itu sedikit mulai menarik perhatiannya.

oOo

"Ayolah Sungmin, aku janji akan hati-hati."

Lagi—hari ini Kyuhyun kembali menemui Sungmin.

Setengah perjalanan sudah sejak dari gerbang sekolah Shinwa—sekolah Sungmin, Kyuhyun terus menerus membujuk Sungmin agar mau menerima tawarannya untuk mengantar Sungmin pulang, tapi namja manis itu menolaknya.

"Aku bisa pulang sendiri," jawab Sungmin datar, seperti biasa.

Terlihat kekecewaan di wajah Kyuhyun. Bagaimana tidak, dia sengaja pulang lebih awal—sampai berbohong kepada gurunya—mengacu sepedanya dengan cepat hanya untuk sampai di depan gerbang SMA Shinwa, menunggu Sungmin untuk mengajaknya pulang bersama. Namun tolakan langsung terlontar dari mulut Sungmin. Kecewa, itu yang dirasakan Kyuhyun.

Tapi, bukan Cho Kyuhyun namanya jika gampang menyerah.

"Sekali ini saja. Sekalian aku mau tau dimana rumahmu."

Tidak ada jawaban dari Sungmin. Kelinci manis itu malah melangkahkan kakinya lebih cepat dengan segera mendahului Kyuhyun. Ketika hampir mencapai halte, niat Khyuhyun untuk mengejar Sungmin ter'urung ketika sebuah bus berhenti didepan halte dan namja kelinci itu segera menaikinya.

"Ada apa sih dengan kelinci manis itu. Kenapa dia selalu menolakku?" gerutu Kyuhyun. Dia gemas dengan sikap dingin Sungmin padanya. Dan itulah yang membuatnya semakin penasaran dengan Sungmin.


To Be Continued

.

.

.

Huwaa~ siap-siap dilempar ke kandang macan nih. Maaf update-nya lama, maap-maap-maap banget T_T

Makasih sebanyak-banyaknya bagi chingudeul yang sudah me-review FF ku ^^

Thanks to :

Lee Tae Ri, HaEHyuk,Princekyu, Chikyumin, Leeyasmin, Shi Shiryo, aiko Okinawa, melani kyuminElf, honey26, winter boy, Han Eun Sung reshfly3424, widiwMin, kyuminlinz92

To Han Eun Sung reshfly3424: twitterku opie_jov

Maap gak bisa balas atu2. Aku cuma ngucap terima kasih sebanyak-banyaknya buat yang udah review. Maafkan author pemalas ini

Untuk pemberitahuan aja, untuk next chap, author gak bisa update cepat karena alasan 'sesuatu'.