Disclaimer : Naruto punyaku! hayo sapa yang mo repot-repot protes?

Chapter 1 : The Letter

Hyuuga Hinata sudah punya hobi menyanyi sejak usia delapan tahun. Orangtuanya menemukan bakatnya secara tak sengaja. Pada suatu hari saat ada acara panggung kecil di kampung (semacam 17 Agustusan gitu) semua berjalan lancar sampai saat anak perempuan mereka tiba-tiba naik ke atas panggung dan meraih mic yang ada ditengah-tengah panggung. Sontak saja ibunya panik dan berusaha menghentikannya dengan suara tertahan menyuruhnya turun. Tapi Hinata malah mulai menyanyi mengikuti irama lagu favoritnya, dengan suara yang memukau. Begitu lagu berakhir, ibunya berdiri di ujung panggung terlihat shock. Para penonton yang juga terlihat sama shocknya ikutan melongo, sebelum akhirnya mereka sadar, dan suara tepuk tangan yang sangat meriahpun terdengar.

Hinata tersenyum dengan anggun, mengangguk sedikit. Sejak saat itulah ibunya sadar bahwa putrinya ditakdirkan untuk menjadi seorang bintang. Hampir sekejab setelah peristiwa itu, sang ibu mengkursuskannya les vocal. Mengikutsertakannya diberbagai ajang lomba menyanyi. Namun Hinata 'ditemukan' pada peristiwa yang hampir sama dengan awal ibunya menyadari bakatnya. Saat itu keluarga Hinata diundang ke pesta ulang tahun teman ayahnya. Hinata diminta untuk menyumbangkan sebuah lagu. Saat berada di panggung, seluruh kepribadiannya berubah. Hilang sifat pemalunya, juga kebiasaannya yang mudah merona. Kebetulan saat itu, teman kuliah dari istri teman ayahnya, yang merupakan seorang produser kondang juga diundang. Dia melihat Hinata, senyum lebar menghiasi wajahnya begitu mendengar gadis itu bernyanyi, yang dia yakin suara indah Hinata kelak bisa mengguncangkan dunia.

Lagu yang mengantarkannya kepuncak ketenaran adalah lagu yang dia ciptakan sendiri setelah orangtuanya meninggal dunia saat Hinata berusia enam belas tahun. Judulnya 'Balada Hati yang Kesepian' dan direquest disetiap konser.

Segera setelah kecelakaan mobil yang menewaskan kedua orang tua dan sepupunya, Hyuuga Neji, Hinata dan saudara perempuannya, Hyuuga Hanabi, diasuh oleh istri sepupu mereka yang lebih tua, Haruno Sakura. Sakura baru berumur 17 tahun saat itu, tapi dia telah diwariskan kekayaan yang melimpah oleh suaminya. Dengan ikhlas dia membawa Hinata dan Hanabi ke dalam rumahnya dan mengatakan pada mereka untuk tidak sungkan-sungkan tinggal disitu. Sakura ingin menjaga mereka karena dia sangat mencintai almarhum suaminya yang dia tahu sangat menyayangi sepupu-sepupunya. Walaupun saat itu tidak perlu. Hinata sudah kaya, tapi baru berumur 16 tahun, dan manajernya bersikeras agar Hinata tinggal bersama istri sepupunya itu ketimbang tinggal sendirian berdua dengan adiknya entah dimana.

Saat ulang tahunnya yang ke sembilan belas, Hinata masih tinggal di rumah Sakura. Hanabi baru berusia 13 tahun dan dengan adanya Sakura dia menjadi lebih mudah menerima ketidakhadiran Hinata disisinya. Sakura adalah seorang dokter, yang membuka beberapa klinik dengan uang warisan yang dimilikinya, begitu dia lulus kuliah dengan cepat karena kecerdasannya. Dan meskipun sangat sibuk, dia selalu punya waktu untuk dihabiskan bersama Hanabi. Hinata melakukan konser selama sembilan bulan lamanya dalam setahun ini. Pada satu masa-masa tersebut dia menerima surat-surat dari para penggemar. Ada satu surat isinya pendek, tulisan kata-katanya diambil dari potongan-potongan berbagai majalah dan koran. begini bunyinya:

Hyuuga Hinata,

Kau akan menjadi milikku. Segera setelah kau mati, aku akan memelukmu selamanya.

Enam surat serupa lainnya datang seminggu kemudian, isinya sama. Hinata menatap surat yang ke enam tersebut dengan ketakutan selama berjam-jam sampai akhirnya Sakura bersikeras kalau mereka sebaiknya menelpon polisi. Walaupun surat itu cuma lelucon, mereka tetap harus malaporkannya, katanya.

Polisi yang datang orangnya sangat mengintimidasi. Wajahnya bisa dibilang sangat tampan walau expresinya sangat tenang (stoic?), tapi bola matanya berwarna merah gelap. Hinata sempat merinding sedikit saat polisi itu memperkenalkan dirinya.

"Aku officer Sasuke'" katanya, mengangguk sopan. "Boleh kulihat surat-suratnya?"

Dia memasang kaos tangan karet tipis dan mengambil amplop dari tangan Hinata.

"Kapan anda menerima surat-surat ini?"

"Se-setiap hari selama enam hari," Hinata tergagap, pucat. "Kami menemukannya di kotak surat, yang berarti orang itu menaruhnya sendiri disana."

"Hm," Sasuke bergumam sambil memandangi surat-surat tersebut. "Aku akan menyita ini sebagai bukti. Anda akan kuhubungi jika sudah ada hasilnya."

"Tapi apa saranmu untuk kami. Menurutmu apa yang harus kami lakukan?" Sakura bertanya tiba-tiba saat polisi itu hendak beranjak pergi.

Officer Sasuke mengangkat bahu, menarik sepuntung rokok dari sakunya. "Jangan buka kotak suratmu"

Sakura menatap punggungnya dengan mulut menganga, saat officer itu manerik pintu terbuka,

"I'll be in touch," bisiknya tanpa berpaling.

"T-tapi bagaimana kalau orang ini serius?" kali ini Hinata yang menyahut. "Bagaimana kalau dia benar-benar ingin me-membunuhku? Polisi ma-macam apa kau ini?"

"Yang terbaik," jawabnya. "Sudah kubilang I'll be in touch. Kurasa aku bisa sesekali patroli dengan mobilku disekitar sini."

Sakura mendesah. "Sama sekali tak ada gunanya. Hinata akan berangkat lagi besok. Dia akan pergi tur. Siapa yang akan melindunginya kalau begitu?"

"Saya sarankan anda cari bodyguard saja kalau memang anda merasa terancam."

"Bodyguard?" tanya Sakura. "Kurasa terlalu cepat untuk itu. Mungkin saja ini cuma lelucon orang iseng. Lebih baik kami menunggu dulu apa akan masih ada surat ancaman lagi nanti."

Sasuke mengangguk. "Jika kalian berubah pikiran, kurasa aku kenal seseorang yang bagus untuk dijadikan bodyguard."

"Terima kasih officer Sasuke." jawab Sakura dengan sopan. "Kami akan menghubungi anda jika memang kami membutuhkan bantuan anda."

"Akan kutelpon kalian jika kami menemukan suatu informasi," kata Sasuke dingin sambil melangkah keluar dan menutup pintu.

Sakura menghela nafas, beralih ke Hinata. Entah untuk alasan apa, hubungan mereka berdua selalu terasa canggung dan tidak nyaman. Wanita yang lebih tua setahun itu membuat Hinata merasa inferior setiap waktu, tapi dia selalu bisa diandalkan pada masa-masa yang kritis.

"Apa-apaan tuh?" tanya Hinata lebih kepada dirinya sendiri. "Apa dia gila?"

Sakura menggelengkan kepalanya, menyisir rambut pinknya kebelakang dengan jari-jarinya. "Aku tidak tahu. Apa kau mau cari seorang bodyguard?"

"Tidak'" Hinata berbisik. "Kurasa semuanya akan baik-baik saja. Mungkin orang itu tidak akan mengirim surat lagi."

"Semoga saja," respon Sakura. "Well, aku harus pergi ke klinik. Mungkin pulangnya telat. Jadi mungkin aku masih akan tertidur saat kau berangkat besok, jadi selamat jalan yah!"

Hinata mengangguk. "Jaga Hanabi selama aku pergi."

"Pasti, selalu." kata Sakura lembut. "Dan jaga dirimu."

Hinata kembali duduk dengan terkejut. **Dia terdengar khawatir. Padahal sepertinya dia tak pernah peduli padaku.**

Yup, sudah bisa ditebak fic ini berdasar dari film Bodyguard yg dibintangi Whitney Houston. Dan nih fic juga ga original buatanku. Aku translate dan ubah dikit (dikit bgt) dari fic berbahasa inggris dari seri anime laen. Mungkin udh ada yg pernah baca. Tapi berhubung aku suka bgt jalan ceritanya, jadi pengen kuubah tokoh2nya jadi tokoh2 di naruto. Maap buat yang ga suka. Tapi aku SUKA! *ditampar readers (kalo ada)* ^o^

Gaara akan baru nongol di chapter 2. Neji jg terpaksa kubuat mati krn kalo hidup ga fitting ma ceritanya.

Akhir kata, bagi yang suka cerita ini, tolong disempatkan reviewnya. Arigato!

Sampai jumpa dichapter selanjutnya.