Rose

Pairing : WONKYU, slight SIBUM

Rated : T

Genre : Romance, Comfort

Warning : YAOI, aneh, norak, dll

Disclaimer : this stupid fic is mine

Jangan mencoba menyalahkan!

Tuhan tak mengambilnya

Karna Tuhan menyayangimu

Dia menggantinya

Ya, tuhan menggantinya dengan yang baru

Karna Tuhan menyayangimu

Seorang pria tampan turun dari mobilnya dan berjalan kearah sebuah nisan dengan langkah gontai. Bunga mawar segar yang tengah berada dalam genggamannya pun menjadi terlihat layu, terpengaruh suasana hati si pria yang sedang keruh. Kacamata hitam yang membingkai matanya pun perlahan dilepasnya. Untuk sekedar menatap nisan itupun butuh kekuatan yang besar. Kalau saja kalian berada disebelahnya sekarang, kalian akan langsung menyadari bahwa si pria sedang berusaha keras menahan tangis.

Choi Siwon, laki-laki yang sedari tadi menatap nanar pada nisan bertuliskan Kim Kibum tiba-tiba berlutut menghadap makan Kibum. Mengepalkan tangannya kuat sehingga tanpa sadar meremas bunga mawar yang sedari tadi ia genggam. Menyalurkan rasa pedih yang mendalam pada mawar tak bersalah yang telah hancur dalam genggamannya. Sesak. Rasanya begitu sesak ketika ia mengingat apa yang menyebabkan kekasihnya kini tiada.

Flashback on

Siwon's POV

Mawar. Aku berjalan sembarti menciumi mawar yang kugenggam entah untuk yang keberapakalinya. Seperti khawatir wanginya akan berkurang. Aku begitu gugup. Tanganku mendadak menjadi sangat dingin ketika aku sudah sampai didepan rumah kekasihku. Oh, aku lupa. Bahkan aku belum mengenalkan diriku. Hai. Aku Choi Siwon. Aku tampan. Err.. oh ayolah, bahkan untuk mengenalkan diriku pada kalian saja aku kesulitan. Jangan buat aku tambah gugup. Karna ini hari istimewa. Kalian mau tahu kenapa hari ini istimewa? Karna sekian lama, setelah 2 tahun aku menunggu akhirnya inilah saatnya aku meminang kekasihku yang juga tampan tetapi manis itu. Siapa? Kalian masih mau bertanya siapa? Tidak. Aku tidak mau menyebutkan namanya. Memikirkannya saja membuatku berdebar. Apalagi menyebut namanya. Aaah sudahlah. Kalau aku bercerita panjang lebar tentang diriku, nanti kata-kata yang akan kugunakan untuk meminang Kibum akan menghilang dari kepalaku. Yah.. aku menyebut namanya. Pabboya Siwon!

Kuketuk pintu rumah bercat biru didepanku. Begitu banyak tanaman mawar dihalaman ini. Ah.. aku lupa. Ibu Kibum kan memang pecinta mawar. Kuedarkan pandanganku keseluruh penjuru halaman sederhana ini. Tidal ada yang berubah. Bahkan setelah 2 tahun kepergianku. Semoga cinta Kibum juga tak berubah padaku. Kutarik nafasku sekali lagi. Kenapa rasanya begitu lama? Apa dirumah sedang tidak orang? Kuketuk lagi pintu didepanku. Rasa gugupku tiba-tiba berubah menjadi rasa khawatir. Tapi kekhawatiranku langsung sirna ketika kudengar kenop pintu diputar. Memperlihatkan seorang 'calon mertua' –ibu Kibum- yang terlihat kaget. "S- ssii- Won?" ucapnya tergagap. "ya" jawabku sembari tersenyum ramah. "apa yang kau lakukan disini? Kibum tidak ada" entah kenapa calon mertuaku ini menatapku takut. Apa ada yang salah? Aku bahkan tidak membawa pisau. Wajahku juga jauh dari kesan ingin mencuri. Lalu apa? "ooh tak masalah" jawabku, masih sambil tersenyum. "kalau begitu pulanglah" ucap ibu Kibum tanpa menatapku. Kurasakan ada yang tidak beres. Ibu Kibum bukan pribadi yang ketus seperti ibuku. Ibu Kibum orang baik. Pasti ada sesuatu yang salah sehingga ia bersikap seperti ini padaku. aku tersadar dari pikiranku saat kulihat ibu Kibum bergerak untuk menutup pintu. Tanpa sengaja kulihat ia menangis. Kenapa ia menangis? Apa aku mengatakan hal yang salah? "Maaf! Tolong biarkan saya masuk. Kenapa ibu menangis? Ada apa ?" cecarku. Dia menggeleng. Sedikit memaksa akhirnya aku sedikit mendorong pintu dan bisa masuk. Aku mendudukkan ibu Kibum di sofa favoritku dulu. Tempat dimana aku sering tidur ketika aku menginap dirumah Kibum. Ibu Kibum menangis tanpa suara.

"di- dia sudah pergi" ucap ibu Kibum pelan. Apa yang ibu Kibum ucapkan mungkin akan terasa sangat ambigu apabila dikatakan dalam keadaan yang tidak seperti ini. Aku memelototkan mataku. Sedikit kuguncang bahu ibu Kibum tanpa menyakitinya. Aku butuh penjelasan. Kibum kemana? Dan kenapa dia pergi tanpa memberitahuku?

Tiba-tiba ibu Kibum mendorongku kasar dan berdiri. "KAU BILANG KAU MENCINTAINYA? KENAPA KAU MEMBIARKANNYA MENDERITA KARNA CINTAMU?" dia berteriak. Menderita? Tidak akan ada orang yang kubuat menderita apalagi Kibumku. Aku begitu menyayanginya. Lalu? Kenapa ibunya tiba-tiba mengatakan hal seperti ini? Ia kembali berteriak, "KAU MENINGGALKANNYA DAN MEMBIARKAN IBUMU MENGHANCURKAN KAMI DENGAN KEKUASAANNYA!" ucapnya lantang. Kepalaku rasanya seperti dibenturkan ke tembok mendengar pernyataan terakhirnya. Ibuku? Apa yang sudah dilakukan wanita jahat itu? "anakku, anakku…" isak ibu Kibum berulang-ulang. Ia berlutut dilantai. Kedua tangannya menutupi wajahnya yang basah karena air mata.

" ibumu menyuruh orang untuk membunuh anakku dan merekayasanya sehingga terlihat seperti kecelakaan-" aku tertohok mendengarnya. Dadaku begitu sesak. "kenapa? Kenapa ibumu begitu membencinya? Dia bahkan tak pernah berusaha menyakitimu. Kenapa nyawa Kibumku begitu rendah dimata ibumu?" matanya menatapku nyalang. Aku bahkan begitu rela kalau ibu Kibum berniat membalas dendamnya dengan membunuhku. Aku tahu. Dia masih sangat terpukul. Rasanya aku ingin menangis dan memukuli diriku sendiri karna sudah tertipu permainan ibuku. kenapa aku begitu bodoh? Kenapa aku tidak menyadari kalau ibuku membenci Kibum. begitu banyak pertanyaan mengapa yang berputar dikepalaku tanpa ada jawaban pasti.

Lamunanku tersadar saat kurasakan tangan ibu Kibum mengelus kepalaku. Kuangkat kepalaku yang sedari tadi menunduk untuk menatap matanya. Tatapan dari mata basah ibu Kibum terasa menusukku. Kulihat dia tersenyum dan mengelus kepalaku lagi. "pulanglah" katanya. "katakan pada ibumu bahwa aku tidak membencinya" lanjutnya pelan. Tanpa kusadari aku memeluk ibu Kibum. menepuk pelan punggungnya seakan hal itu dapat membuatnya bisa kembali menjalani hidup dengan tenang. Kau bodoh Siwon! semua karna ibumu! Teriakan dan makian terus berputar di kepalaku. Aku membenci diriku sendiri.

Flashback off

Aku tersadar dari lamunan panjangku. Ini sudah tiga bulan berlalu semenjak kunjungan menyedihkanku kerumah Kibum. setiap hari aku datang kesini, berharap semua yang kualami ini hanya mimpi. Berharap Kibumku akan keluar dari petinya dan memelukku. Mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Seperti apa yang teman-temanku lakukan akhir-akhir ini. Huh! Bagaimana bisa mereka mengerti apa yang kurasakan? Mereka bahkan tidak pernah kehilangan belahan jiwa mereka. Dasar orang-orang bodoh!

Kurasakan sebuah tangan menepuk bahuku. Sedikit meremas bahuku, seperti berusaha menenangkan. Kutolehkan wajahku kebelakang dan seketika kudapati wajah laki-laki yang sepertinya lebih muda dariku sedang tersenyum menghadapku. "Menangis saja tuan" ucapnya pelan. Aku tersenyum, lebih tepatnya meringis. Aku seakan sudah lupa bagaimana caranya tersenyum pada orang lain. Wajar kan? Bagaimanapun aku baru saja hancur. Untuk apa tersenyum? Orang yang berhak mendapatkan senyumku saja sudah tiada!

Aku menghela nafas panjang ketika orang itu ikut berlutut didepan makam Kibumku. Sedang apa dia? Bukankah dia tak mengenalku? Melihatnya saja tak pernah. Kenapa harus berpura-pura akrab? Tidakkah dia tahu suasana hatiku sedang buruk? Namja bodoh.

Keheningan menguasai kami selama beberapa saat. Kurasakan mata tajamnya menatapku yang tetap tak bergeming. Mungkin dia bosan dalam keheningan. Atau mungkin dia ingin memastikan kalau aku masih baik-baik saja. "Aku setiap hari melihatmu disini, tuan. Membawa mawar, lalu menghancurkannya dalam genggamanmu. Disini. Didepan makam ini" ucapnya pelan. Aku memilih menutup mataku. Tiba-tiba kurasakan tangan dinginnya mengelus pipiku lembut. "Aku ada disini setiap hari. Tidakkah tuan menyadarinya? Hmm.. baiklah. Aku akan pulang. Selamat sore" lalu dia meninggalkanku kembali sendiri didepan makam Kibum. Mungkin ia lelah kuacuhkan.

Tak terasa hari sudah begitu sore. Sebaiknya aku pulang. Sekali lagi kulayangkan pandanganku pada makam Kibum sebagai ucapan perpisahan. "Besok aku datang lagi chagy, saranghae" gumamku pelan seraya berjalan menuju mobilku.

Siwon's POV end

TBC or Delete?