Title :: A Little Help From My Hyung

Genre :: Romance/Friendship

Rating :: T

Cast ::

Cho Kyuhyun,

Choi Siwon,

And other Super Junior & Girls' Generation's member.

Pairing(s) : WonKyu

Warning : AU, OOC, Yaoi, Shonen-ai, BL, BoyxBoy, Typo(s), Gaje, Don't like? Don't read.

Disclaimer : They belong to themselves, SMent, and God. The script is belong to me.

Summary : Sang gentleman Siwon ingin membantu junior kesayangannya, Kyuhyun untuk kembali menjadi pria yang 'normal'. Namun seiring berjalannya waktu, Siwon merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan. Apakah itu cinta?

Note : Sebelumnya maaf jika di fict ini nanti, beberapa karakter terlihat sangat OOC. Salah satu kelemahan saya yang tidak bisa dipungkiri, jadi sekali lagi mohon maaf untuk reader yang merasa risih dengan OOC yang keterlaluan.

RnR please.

Last word, happy reading~


Kyuhyun's POV

"HOOOAAAAAM!" Aku menguap sambil meregangkan otot-ototku yang kaku setelah berjam-jam berhadapan dengan buku-buku pelajaran. Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore dan sekarang sudah saatnya untuk pulang sekolah.

"Kyuhyun-ah!" Aku bisa mendengar teriakan seorang namja yang sangat kukenal dari arah belakang.

"Hyuuuung!" Aku membalikkan tubuh dan melambaikan tanganku kepada namja yang sedang berlari kearahku itu.

"Kyuhyun-ah, apa kau akan langsung pulang?" Namja itu mengatur nafasnya setelah berhasil menyusulku.

"Sepertinya begitu hyung. Waeyo?" Kami berdua pun berjalan beriringan.

"Begitu ya? Padahal aku ingin mengajakmu membeli buku." Terlihat sedikit raut kekecewaan di wajah tampannya.

"Boleh saja. Lagipula aku punya banyak waktu kosong hari ini."

"Benarkah? Kalau begitu cepat pulang dan ganti bajumu. Aku akan menunggumu di rumah. Arra?"

"Arraso, hyung."

"Baiklah, kalau begitu sampai ketemu di rumahku Kyuhyun-ah." Namja itu melambaikan tangannya saat kami berada di persimpangan menuju rumah kami masing-masing.

"Ne, hyung. Sampai ketemu lagi." Aku pun melambaikan tanganku dan memberikan senyuman terbaikku.

Aku pun melangkahkan kaki menyusuri jalan. Aku senang bisa pergi berduaan dengannya, namja yang kusukai.

Choi Siwon, itulah nama namja tadi. Ia adalah sunbae-ku di SMA. Saat ini aku sedang duduk di bangku kelas 2 SMA, dan Siwon-hyung—begitu biasa aku memanggilnya—duduk di kelas 3 SMA.

Siwon-hyung adalah namja yang paling difavoritkan oleh banyak yeoja di sekolahku. Tidak salah jika ia mendapat gelar 'Gentleman Siwon'. Sejauh ini hanya beberapa yeoja saja yang pernah menjadi kekasih Siwon-hyung, tetapi rata-rata hubungan mereka tidak bertahan lama karena fans-fans Siwon-hyung yang semakin banyak.

Dan aku? Aku hanya namja biasa yang bisa dibilang beruntung bisa sekakrab ini dengan Siwon-hyung. Kami pun bisa saling mengenal karena dulu Siwon-hyung tidak sengaja menyerempetku saat di jalan. Dan perasaanku terhadapnya… Ya, aku tidak bisa berbohong, aku memang menyukainya.

Oke, kalian boleh memberikan cap buruk padaku karena aku menyukai Siwon-hyung yang notebene-nya sesama namja. Tapi apa boleh buat? Aku sendiri tidak mengerti dengan perasaanku ini. Aku penyuka sesama jenis? Aku juga tidak yakin, tapi aku selalu saja merasa gugup jika berdekatan dengan dengan Siwon-hyung.

Terkadang aku tidak bisa mengontrol diriku sendiri saat bersama dengan Siwon-hyung. Terutama jika Siwon-hyung mulai mengacak-acak rambutku ataupun mencubit kedua pipiku. Tapi aku hanya bisa menyembunyikannya agar Siwon-hyung tidak merasa curiga.

.

.

.

"Aku pulang!" Kataku saat baru saja memasuki rumah.

"Oppa! Kau sudah pulang!" Terdengar suara gaduh langkah kaki dari arah dapur.

Terlihat seorang yeoja dengan wajah aegyo-nya menghampiriku. Dia adalah Sunny, adikku satu-satunya. Dia juga bersekolah di sekolah yang sama denganku dan sekarang ia duduk di bangku kelas 1 SMA. Hari ini ia tidak masuk sekolah karena ia sedang merasa tidak enak badan.

"Ne, Sunny-ah. Apa Teukie-hyung sudah pulang kuliah?" Aku pun melepaskan sepatu dan kaos kakiku satu per satu.

"Sini oppa, biar aku yang bawakan tasmu. Emm, Teukie-oppa belum pulang, mungkin sebentar lagi ia akan datang. Oh ya, aku sudah memasak untuk makan siang kita oppa." Sunny pun mengambil tas punggungku dan membawanya ke dalam.

"Mianhae Sunny-ah, aku harus segera pergi kerumah Siwon-hyung. Aku sudah berjanji untuk membeli buku bersamanya." Aku pun melangkahkan kakiku memasuki rumah.

"Hah? Siwon? Choi Siwon? Choi Siwon ketua OSIS itu?" Sunny pun melemparkan tasku ke sofa terdekat karena kaget mendengar nama yang baru saja ku sebutkan.

"Ne, Choi Siwon yang itu. Memangnya kenapa?"

"Jadi kau akan jalan bersamanya? Hahahaha! Ternyata aku benar, WonKyu is real!" Sunny terlihat tertawa dengan bangganya.

"Apa yang kau bicarakan? WonKyu? Apa itu?" Aku sedikit mengernyitkan dahi mendengar ocehan dongsaeng-ku ini.

"WonKyu itu Siwon dan Kyuhyun. Kau tahu oppa, perkumpulan fujoshi di sekolah kita 'kan sedang membicarakan pair terbaik untuk sang 'Gentleman Siwon'. Tentu saja aku mendukungmu sebagai pair-nya, dan ternyata aku benar." Sunny masih saja terlihat senang dan tertawa bangga.

"Perkumpulan fujoshi? Aku tidak pernah dengan yang seperti itu. Dan satu lagi, hubunganku dengan Siwon-hyung hanya teman biasa, tidak lebih." Aku pun melangkahkan kakiku menuju kulkas dan mengambil minuman dingin.

"Hah? Teman biasa? Padahal jika kalian memiliki hubungan spesial, pasti sangat keren oppa. Kau uke yang imut, dan sang 'Gentleman Siwon' adalah seme yang cocok untukmu." Sunny terlihat membayangkan sesuatu dan hanya ia sendiri yang dapat mengartikannya.

"Uhuk.. Uhuk.. ! Apa yang kau bicarakan Sunny-ah? Bisa-bisanya kau menjadikan aku bahan pemikiran anehmu itu. Aku ini bukan mainan!" Aku tersedak dan memberikan death glare pada dongsaeng-ku yang sedikit gila ini.

"Hahaha. Mianhae oppa, aku jadi berfikir yang tidak-tidak. Ayo cepat ganti baju dan temui Siwon-oppa, pasti sekarang ia sudah menunggumu." Sunny pun mendorongku untuk menaiki tangga agar cepat sampai ke kamarku yang berada di lantai 2.

"Ne, aku ganti baju dulu." Aku pun menaiki tangga dengan sedikit berlari dan segera meuju kamarku.

Aku pun sudah siap dengan baju yang sangat santai, kaos biru muda berlengan panjang dan ditambah celana jeans selutut yang cukup nyaman dipakai olehku. Aku pun turun dan melihat Sunny sedang memakan es krim sambil menonton boyband korea favoritnya.

"Sunny-ah, aku pergi dulu. Jangan lupa sampaikan pada Teukie-hyung jika aku sedang keluar." Aku pun menghampiri Sunny yang masih asyik menyaksikan penampilan boyband favoritnya itu.

"Ne, oppa. Pasti aku sampaikan."

"Kalau begitu aku pergi dulu." Aku pun melangkahkan kakiku dan meninggalkan Sunny.

"Hati-hati di jalan oppa, jika Siwon-oppa mencium atau memelukmu jangan lupa ceritakan padaku ya!" Sunny sedikit mengeraskan suaranya saat baru saja aku menutup pintu rumah.

Dasar dongsaeng gila, bisa-bisanya ia membayangkan hal-hal aneh padaku dan Siwon-hyung. Ya, tidak bisa kupungkiri ada sedikit rasa senang saat mendengar ada orang mendukungku agar bisa bersama Siwon-hyung. Tapi mana mungkin seorang 'Gentleman Siwon' menyukai namja? Hahaha, konyol sekali.

Sudah beberapa kali aku ingin mengungkapkan perasaanku pada Siwon-hyung, tapi aku takut jika aku mengatakannya, Siwon-hyung malah menjauhi atau bahkan membenciku. Mungkin hubungan pertemanan kami sejauh ini sudah bisa membuatku senang.

.

.

.

Ting tong !

"Permisi." Aku pun membunyikan bel rumah Siwon-hyung saat aku sampai.

Aku bisa mendengar suara derap langkah yang semakin mendekat dan terdengar suara pintu yang terbuka.

"Wah, Kyuhun-oppa. Apa ada yang bisa ku bantu?" Aku melihat seorang yeoja yang bertubuh cukup tinggi keluar dari balik pintu.

"Ne, Sooyoung-ah. Apakah Siwon-hyung ada di dalam?" Dia adalah Choi Sooyoung, adik Siwon-hyung yang juga teman dekat adikku, Sunny.

"Ne, Siwon-oppa ada di dalam. Silahkan masuk."

"Gamsahamida, Sooyoung-ah." Aku pun melangkahkan kakiku masuk dan duduk di sofa ruang tamu rumah Siwon-hyung.

"Oh ya oppa, bagaimana keadaan Sunny? Apa dia masih kurang enak badan?"

"Sunny baik-baik saja, sekarang dia masih ada di rumah."

"Begitu ya. Tunggu sebentar ya oppa, aku akan memanggilkan Siwon-oppa." Sooyong pun meninggalkanku sendirian.

Aku melihat sekeliling rumah ini dengan cukup seksama. Bisa dibilang ini pertama kalinya aku masuk ke rumah Siwon-hyung. Sebenarnya aku sudah cukup sering mengantarkan Sunny ke sini karena ia selalu bekerja kelompok dengan Sooyoung, tapi untuk masuk ke dalam rumah ini, ini adalah pertama kalinya untukku.

"Kyuhyun-ah, kau sudah sampai." Pandanganku pun tertuju pada asal suara yang baru saja menyebut namaku itu.

"Ne, hyung." Aku pun tersenyum melihat Siwon-hyung yang baru saja keluar. Ia terlihat mengenakan pakaian santai, sama seperti yang ku pakai. Ia mengenakan kaos putih dan dibalut jaket abu-abunya. Celana hitam selututnya pun terlihat sangat simple dan cocok untuknya.

"Ayo kita berangkat." Siwon-hyung pun melangkahkan kakinya keluar menuju area parkir rumahnya.

"Ne, hyung." Aku pun mengikuti kemana perginya Siwon-hyung karena aku tidak begitu tahu letak rumah ini. Kami pun masuk ke dalam mobil dan bersiap untuk berangkat.

Di sepanjang perjalanan kami tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Siwon-hyung sedang berkonsentrasi pada jalan sedangkan aku berkonsentrasi agar Siwon-hyung tidak menyadari jika aku sangat gugup.

Kami pun sampai di tempat parkir toko buku yang akan kami masuki. Aku pun keluar dan disusul oleh Siwon-hyung. Kami pun melangkahkan kaki menuju toko buku yang sebentar lagi kami masuki itu.

"Hyung, aku juga ingin melihat-lihat buku. Jika kau mencariku, aku akan ada di bagian komik." Aku pun melangkahkan kakiku menuju rak buku bagian komik.

"Ne, kalau kau mencariku, aku akan ada di bagian teknologi." Siwon-hyung pun melambaikan tangannya dan berjalan menuju rak buku yang sedang dicarinya.

Aku pun terus melangkah sampai akhrinya aku sampai di rak-rak buku khusus komik. Dengan seksama ku pandangi satu per satu komik yang dipajang rapi di rak itu. Aku sedang mencari komik favoritku.

Biasanya aku menghabiskan waktu dengan bermain PSP atau sejenisnya, tapi jika sudah merasa bosan aku akan langsung membaca komik.

"Nah, ini dia. Volume 54." Aku pun tersenyum saat menemukan komik yang kucari hanya terisisa satu buah. Aku pun menjulurkan tanganku untuk meraih komik itu, namun disaat yang bersamaan sebuah tangan lain juga berusaha mengambilnya. Dan tanpa kami sadari tangan kami bersentuhan.

"Eh, Kyuhyun-ah?" Aku pun memandang orang yang memanggil namaku itu.

"Taeng-ah, kau mencari komik ini juga?" Aku pun melepaskan tangan kami yang bersentuhan. Ternyata dia adalah Kim Taeyeon, teman sekelasku.

"Ne, aku sudah lama mencari komik ini. Untung saja aku bisa menemukannya. Kau mencarinya juga?" Taeyeon pun melepaskan tangannya.

"Ne. Kalau kau mau, kau saja yang membelinya. Aku sudah pernah membacanya sampai tamat di internet, jadi aku tidak begitu penasaran dengan ceritanya."

"Gamsahamida, Kyuhyun-ah. Kau memang baik." Taeyeon pun mengambil komik itu dan memasukan ke keranjang bukunya.

"Kau kesini sendirian?" Aku pun memulai pembicaraan agar suasana tidak terlalu kaku.

"Ani, aku bersama Seohyun. Ia sedang mencari buku di bagian kesehatan. Kau sendiri pergi kesini dengan siapa?"

"Aku bersama Siwon-hyung. Awalnya aku ingin menemaninya saja, tapi aku baru ingat kalau edisi baru komik ini baru saja keluar, jadi aku ingin membelinya."

"Eh? Choi Siwon? Ketua OSIS kita itu 'kan?" Mata Taeyeon sedikit melebar mendengar nama yang baru saja ku sebutkan. Apa yang ia lakukan nyaris sama seperti yang Sunny lakukan saat aku pulang tadi.

"Hehehe, ne. Memangnya ada apa Taeng-ah?"

"Wah, ternyata benar berita yang beredar selama ini." Taeyeon pun mengusap dagu dengan telunjuknya sambil menatap langit-langit.

"Berita? Berita apa?" Aku mengernyitkan dahiku karena tidak mengerti dengan maksud teman sekelasku ini.

"Hahaha, hanya kau yang ku beritahu tentang berita ini. Perkumpulan fujoshi di sekolah kita sedang berdebat tentang pair terbaik untuk Choi Siwon, dan kandidatnya ada 2 orang, yaitu kau dan Kim Kibum." Taeyeon pun melengkungkan tangan kirinya dan berbisik kepadaku.

"Kim Kibum? Wakil ketua OSIS itu?"

"Tepat sekali. Nah, sekarang perkumpulan fujoshi sedang terbagi menjadi dua kubu. Kubu SiBum dan kubu WonKyu. Tentu saja mereka berusaha agar pair favoritnya menjadi yang terbaik. Atau bahkan menjadi kenyataan." Taeyeon pun terkekeh.

"Hahaha, kalian ini ada-ada saja." Aku pun tertawa kecil sambil menggaruk belakang kepalaku yang tidak gatal.

"Jadi kau dengan Siwon-oppa…" Taeyeon memberikan tatapan yang diiringi beribu pertanyaan.

"Ani, ani! Kami hanya berteman. Kami tidak seperti apa yang kalian pikirkan." Aku pun segera membantah apa yang sudah terpajang di pikiran Taeyeon.

"Hahaha, ne, tidak usah gugup seperti itu. Lagi pula mana mungkin seorang 'Gentleman Siwon' adalah penyuka sesama namja." Taeyeon kembali terkekeh. Aku pun terdiam saat mendengarnya. Memang benar, mana mungkin Siwon-hyung menyukai namja. Rasanya harapanku tiba-tiba hancur berkeping-keping.

"Onnie!" Teriak seseorang dari arah belakang Taeyeon.

"Ne, Seohyun-ah." Taeyeon pun melambaikan tangannya. Ternyata dia adalah Kim Seohyun, adik dari Kim Taeyeon.

"Wah, ada Kyuhyun-oppa. Selamat sore oppa." Seohyun pun membungkukkan badannya saat ia menyapaku.

"Selamat sore Seohyun-ah." Aku pun membalas dengan sedikit membungkuk.

"Kyuhun-ah, apa kau sudah menemukan buku yang kau cari?" Sebuah suara dari arah belakang memanggilku. Aku pun menoleh dan mendapati Siwon-hyung sudah berdiri di belakangku.

"Eh.. Belum hyung. Sepertinya buku itu sudah habis. Mungkin lain kali saja aku akan membelinya.

"Selamat sore Siwon-sshi." Taeyeon dan Seohyun pun membungkuk memberikan salam pada Siwon-hyung.

Siwon-hyung pun membungkukkan badannya dan memberikan senyumannya. Dapat kulihat sekarang ekspresi Taeyeon dan Seohyun berubah bagaikan mendapat tambang harta karun.

"Kyuhyun-ah, aku lapar. Ayo kita pergi untuk makan."

"Ne, hyung." Aku pun mengangguk menuruti permintaan Siwon-hyung.

"Taeyeon-ah, Seohyun-ah, aku pergi dulu." Aku pun melambaikan tanganku saat hendak melangkah meninggalkan kakak beradik itu.

"Ne, sampai jumpa Kyu…"

Kata-kata Taeyeon terhenti saat ia melihat pemandangan yang bahkan aku pun tidak menduganya. Siwon-hyung merangkulku dengan tangan kanannya dan dengan santai melangkahkan kakinya.

"Onnie! Kau mimisan lagi!" Aku dapat mendengar suara Seohyun yang sedikit berteriak saat melihat darah segar keluar dari hidung Taeyeon.

"Tisu! Seohyun-ah, cepat carikan tisu!" Taeyeon terlihat sangat panik sedangkan aku dan Siwon-hyung terus melangkahkan kaki kami menuju kasir.

"Teman-temanmu itu cukup aneh Kyuhyun-ah." Siwon-hyung pun terkekeh pelan.

"Hehehe, memang begitulah mereka hyung. Hyung, ngomong-ngomong, bisa lepaskan ini?" Aku menunjuk kearah tangan kanan Siwon-hyung yang masih merangkulku dengan eratnya.

"Ah, ne. Hahaha, mianhae Kyuhyun-ah, aku sampai lupa." Dengan cepat Siwon-hyung melepas rangkulannya.

"Hehehe, tidak apa-apa hyung." Aku memalingkan wajahku mencoba menyembunyikan semburat merah yang sudah menghiasi wajahku. Siwon-hyung memang sudah sering merangkulku seperti tadi, tapi tetap saja aku merasa gugup dan canggung.

"Kyuhyun-ah, kau mau makan di mana?" Siwon-hyung pun membuyarkan lamunanku.

"Eh, terserah kau saja hyung. Aku mengikutimu saja."

"Baiklah, bagaimana kalau kita makan di taman pinggir sungai?"

"Hehehe, boleh saja hyung."

"Baiklah. Pizza dan minuman dingin apa sudah cukup?"

"Ne, hyung."

Selesai membayar buku, kami pun pergi ke sebuah restoran cepat saji untuk membeli pizza.

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 6 sore, dan sepertinya taman yang berada di dekat sungai pun sudah sepi. Sepertinya kali ini aku akan benar-benar berduaan bengan Siwon-hyung.

.

.

.

"Kyuhyun-ah, ayo keluar." Kami pun sampai dan Siwon-hyung membukakan pintu mobil untukku.

"Ne, hyung." Aku menjawabnya dengan senyuman singkat.

"Kyuhyun-ah, kita duduk di sini!" Kulihat Siwon-hyung mencari tempat duduk untuk kami. Saat ia menemukan tempat yang pas, ia pun duduk dan segera memanggilku.

"Hyung, ini minumanmu." Aku mengambil sebuah gelas plastik kecil dari kantong yang ku pegang dan memberikannya ke Siwon-hyung.

"Gamsahamida Kyuhyun-ah." Siwon-hyung pun tersenyum dan mengacak-acak rambutku. Dengan cepat semburat merah kembali menghiasi pipiku.

"Hyung, aku bukan anak kecil." Aku pun duduk dan sedikit mendengus.

"Hahaha, mianhae Kyuhyun-ah." Siwon-hyung pun menepuk pundakku.

Rasanya jangtungku hendak melompat dari tempatnya. Bagaimana tidak jika sekarang aku sedang berduaan dengan seseorang yang kusukai dan ia memperlakukanku dengan sedikit spesial—menurutku.

"Kyuhyun-ah."

"Ne, hyung." Aku pun memalingkan wajahku kearah Siwon-hyung.

"Aaaaaaa…" Siwon-hyung memegang sepotong pizza dan memberikan isyarat agar aku membuka mulutku.

"Sudah ku bilang aku bukan anak kecil hyung." Aku pun mengambil potongan pizza itu dengan cepat melahapnya.

"Hahaha, kau ini lucu sekali Kyuhyun-ah." Untuk kesekian kalinya Siwon-hyung mengacak-acak rambutku. Semburat merah sudah semakin jelas di wajahku.

Aku sudah tidak tahan, ia memperlakukanku seolah-olah ia juga menyukaiku. Apa ini saatnya aku mengungkapkan perasaanku? Tapi bagaimana jika Siwon-hyung tidak menyukaiku? Mungkin ia akan menjauhiku, atau bahkan membenciku. Tapi aku tidak bisa selamanya menahan perasaan ini. Sekarang juga aku harus menyelesaikannya.

"Hyung."

"Ne, Kyuhyun-ah. Waeyo?"

"Ada yang ingin… aku sampaikan."

"Eh? Ne?" Siwon-hyung terlihat menatapku dengan tatapan yang serius.

"Ta-tapi aku mohon kau jangan marah padaku setelah aku mengatakan ini." Aku bisa merasakan detak jantungku yang semakin tidak beraturan.

"Katakan saja Kyuhyun-ah, kau sudah ku anggap seperti dongsaeng-ku sendiri. Untuk apa aku marah jika kau tidak bersalah." Lagi-lagi Siwon-hyung mengelus pundakku, seperti berusaha menenangkanku. Tapi yang terjadi malah sebaliknya, jantungku terasa hendak melompat dari tempatnya.

"Huuuft." Aku menghela nafas panjang dan menjauhkan tangan Siwon-hyung dari pundakku. "Jangan perlakukan aku seperti ini lagi hyung."

"Eh? Memperlakukanmu seperti apa?" Siwon-hyung mengernyitkan keningnya mendengar pernyataanku.

"Aku akan jujur padamu hyung. sebenarnya aku… aku menyayangimu hyung." Aku menundukkan kepalaku menyembunyikan semburat merah yang semakin nampak di wajahku.

"Hahaha, aku juga menyayangimu Kyuhyun-ah." Tanpa kusadari tangan kekar Siwon-hyung sudah melingkar di pundakku dan menariknya sehingga kepalaku bersender di pundak Siwon-hyung.

"Be-benarkah?" Aku dapat merasakan wajahku kembali dipenuhi semburat merah dan senyumku mengembang seketika.

"Tentu saja Kyuhyun-ah. 'Kan sudah ku bilang, kau sudah kuanggap seperti dongsaeng-ku sendiri, tentu saja aku menyayangimu." Senyum yang awalnya terpajang di wajahku tiba-tiba memudar.

"Bukan begitu maksudku hyung!" Aku melepaskan diri dari pelukan Siwon-hyung dan menepis tangannya.

"Lalu?" Siwon-hyung kembali mengernyitkan keningnya semakin tidak mengerti.

"Aku menyukaimu hyung, aku mencintaimu!" Aku berteriak keras, dan tanpa kusadari setetes cairan bening jatuh dari mataku.

"Kyuhyun-ah. Kau…" Siwon-hyung terlihat kaget dengan perkataanku tadi.

"Ya, hyung aku memang menyukaimu. Mianhae hyung, aku sendiri tidak mengerti mengapa aku bisa menyukaimu. Kalau kau ingin membenciku, tidak apa-apa hyung, ini memang salahku."

"…" Siwon-hyung masih terdiam mendengar kata-kataku.

"Sepertinya aku harus pergi hyung." Aku pun berdiri dan melangkah meninggalkan Siwon-hyung.

"Tunggu Kyuhyun-ah." Dari arah belakang sebuah tangan kekar menarik pergelangan tanganku.

"Sudahlah hyung, kau tidak mungkin 'kan tetap berhubungan dengan penyuka sesama namja sepertiku ini?" Air mataku kembali menetes.

Siwon-hyung tidak menjawab apa-apa. Tiba-tiba ia berdiri dan menarikku dalam pelukannya. Ia menenggelamkan wajahku di dada bidangnya. Aku bisa merasakan detak jantungnya dan kehangatan saat berada di dalam pelukkannya.

"Kyuhyun-ah, mianhae, aku tidak bisa menjawabnya. Selama ini aku hanya menganggapmu sebagai dongsaeng, tidak lebih."

"Memang seharusnya begitu hyung." Aku pun mengangkat kepalaku dan menatap Siwon-hyung, sementara kedua tangannya memegang pundakku.

"Kyuhyun-ah, aku yakin, ini bukan maksudmu yang sebenarnya. Mungkin kau hanya kebingungan."

"Ya hyung, aku juga berpikir begitu. Aku masih belum bisa mengerti."

"Baiklah, mulai sekarang aku akan membantumu." Siwon-hyung mengembangkan senyum manisnya.

"Me-membantu apa hyung?" Aku menatapnya dengan sedikit kebingungan.

"Aku akan membantumu untuk bisa menyukai yeoja lagi. Ya, itupun kalau kau mau."

"Eh? Menyukai yeoja lagi. Tentu saja aku mau. Tapi apa kau yakin kau bisa membantuku hyung?"

"Hahaha, tentu saja aku bisa. Kau kira apa alasan para yeoja memberiku julukan 'Gentleman Siwon' jika aku tidak bisa menaklukan para yeoja? Itu perkara mudah." Siwon-hyung pun terkekeh pelan.

"Baiklah, hyung aku mohon bantuanmu." Aku menghapus air mataku dan memberikan senyuman pada Siwon-hyung.

"Oke, besok latihan menjadi pria sejati akan dimulai! Kau harus bersiap karena ini tidak mudah Kyuhyun-ah."

Aku pun tersenyum senang. Aku merasa lega karena ternyata Siwon-hyung tidak marah ataupun membenciku—meskipun ia menolak perasaanku. Mungkin ia benar, aku hanya kebingungan dengan perasaanku sendiri. Mulai sekarang aku harus belajar menyukai yeoja lagi dangan bantuan Siwon-hyung.

"Gamsahamida, hyung."

"Ne, Kyuhyun-ah." Siwon-hyung pun kembali menarik tubuhku kedalam pelukannya.

"Hyung, 'kan sudah kubilang jangan perlakukan aku seperti ini lagi."

"Eh? Kenapa Kyuhyun-ah?" Siwon-hyung pun melepaskan pelukannya.

"Entah mengapa jika kau memperlakukan aku seperti tadi, aku merasa risih. Rasanya kau juga merasakan perasaan yang sama denganku hyung." Aku menundukkan kepalaku karena merasa malu.

"Hahaha, tentu saja beda Kyuhyun-ah. Nah, ini adalah pelajaran pertama untukmu. Kau harus bisa membedakan perlakuan seseorang yang mencintaimu dan seseorang yang menyayangimu. Dan perlakuanku tadi adalah perlakuan sayang dari hyung kepada dongsaeng-nya. Kau mengerti 'kan?" Siwon-hyung kembali menarikku ke dalam pelukkannya.

"Ne, hyung. Aku mengerti." Aku tersenyum merasakan hangatnya pelukkan dari Siwon-hyung. Jadi ini rasanya pelukan dari hyung untuk dongsaeng-nya. Ya, sekarang aku sedikit mengerti.

Kami pun kembali duduk dan menghabiskan pizza kami yang hampir dingin. Aku merasa senang, meski aku tidak menjadi kekasih Siwon-hyung, kami masih bisa bercanda seperti biasanya. Bahkan ia ingin membuatku kembali menyukai yeoja lagi, sepertinya ia memang malaikat yang Tuhan kirimkan untukku.

Besok adalah hari pertamaku untuk menjadi pria sejati—seperti yang dikatakan Siwon-hyung. Semoga saja aku bisa melewatinya dengan baik.

Kyuhyun's POV end


TBC