THANK YOU FOR ALL YOUR SUPPORT~!

The Book

Disclaimer : Naruto © Master Masashi Kishimoto

The Book © Chinatsu Ayana (Lyana Boci-Moci)

Terinspirasi dari film 'Ink Heart'

Rate : T

Pairing : SasuSaku

Family, Fantasy, Romance, Comedy

WARNING : TERLALU OOC!, GAJE, GA NYAMBUNG, ANEH, TYPO, EYD ANCUR, SINETRON,OOT, BIKIN

.

~Chapter 10 : The Last~

.

"Sakura jangan bercanda, kamu baru saja mengembalikan Kakashi-sensei,"

"Siapa yang bercanda Sasuke,"

"Aku tidak kenal dengan siapapun yang bernama Kakashi,"

"Sakura apa kau lupa dengan Kakashi-sensei?"

.

Sasuke menatap serius ke arah Sakura, wajah Sakura sama sekali tidak menunjukan tanda-tanda kalau dia sedang berbohong atau bercanda. Dia masih bingung kenapa Sakura mengatakan kalau dia tidak mengingat Kakashi, bukankah baru saja Sakura mengirim Kakashi kembali ke dalam buku?

"Sudahku katakan berkali-kali aku tidak kenal dengan Kakashi, kenapa kamu cerewet sekali Naruto?" Sakura berkacak pinggang, dia kesal dengan Naruto yang terus menerus menanyakan hal yang sama.

"Tapi Sakura-chan, aku tidak percaya kalau kamu tidak ingat dengan sensei," Naruto menjambak rambutnya frustasi. "Sekali lagi aku tanya, apa Sakura-chan tidak ingat-"

Bletak.

Sakura menjitak kepala Naruto. "Cukup, aku lelah. Aku seperti terdakwa yang berada di kantor polisi dan dihujani pertanyaan yang sama," Ucapnya ketus, dia bangkit dari duduknya.

"Dan kau Sasuke," Sakura menujuk langsung ke arah Sasuke. " Berhenti menatapku seperti itu," Sakura mengalihkan wajahnya ke arah lain.

"Sakura, aku ingin tanya. Apa kamu ingat dengan kencan kita tadi?" Sasuke bangkit dan berdiri di depan Sakura.

"T-tentu saja ingat," Sakura memainkan jari-jarinya.

Naruto tertawa lebar, "Jadi kalian benar-benar kencan, teme tidak disangka kau-"

"Bukan itu masalahnya sekarang dobe," Sasuke menatap tajam Naruto. " Sakura ingat dengan yang terjadi tadi siang, tetapi dia lupa dengan Kakashi-sensei,"

"Sakura-chan jangan bercanda," Naruto menghela nafas dalam.

"Aku tidak bercanda," Ucap Sakura dengan nada pasrah.

"Sakura hanya lupa dengan Kakashi-sensei. Kemungkinan karena Kakashi-sensei sudah kembali ke Konoha, " Ucap Sasuke.

"Lalu kenapa kita tidak lupa?" Tanya Naruto.

"Karena kita berasal dari konoha dan Sakura berasal dari dunia ini, kemungkinan seperti itu,"

"Jadi seperti Sensei tidak pernah ke sini?"

"Mungkin seperti itu," "Singkatnya seperti Sensei di hapus,"

"Aku tidak mengerti teme," Naruto menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Hanya itu kemungkinan yang ada,"

"Jadi kalau kita kembali..." Naruto menggantungkan kata-katanya, tidak berani untuk melanjutkannya.

"Kemungkikan Sakura juga akan lupa dengan kita," Sasuke kembali menatap wajah Sakura yang terlihat terkejut.

"Heh? maksud kalian kalau kalian kembali ke Konoha, aku akan lupa dengan kalian?"

"Iya, seperti kamu lupa dengan Kakashi,"

"Apa dia juga berasal dari Konoha?" Tanya Sakura kebingungan, "Apa aku mengembalikan dia ke Konoha? kenapa aku bisa lupa?"

"Kakashi-sensei berasal dari Konoha seperti aku dan Naruto, kamu mengembalikan Sensei ke Konoha," Sasuke menghela nafasnya, "Aku juga tidak tau kenapa kamu bisa lupa dengan Kakashi-sensei."

"Jadi kalau kalian kembali, aku akan lupa?" Sakura menatap Sasuke tidak percaya, dia tidak mau menerima kenyataan ini, walaupun belum tentu sama hasilnya jika Sasuke dan Naruto kembali, tapi tetap saja dia takut.

"Entahlah, tapi kesimpulan sementara seperti itu," Ucap Sasuke.

"Atau kita membuat tumbal lagi? Teme kau akan jadi tumbal selanjutnya," Sasuke menatap Naruto dengan tatapan membunuh. "B-bercanda," Naruto tertawa kaku.

Sasuke kembali menatap Sakura, Sakura memegang kepalanya. "Ada apa Sakura?" Tanya Sasuke heran. Sakura memejamkan matanya, membukanya kembali dan menatap Sasuke.

"Aku tidak apa-apa," Sakura kembali memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Kepalanya terasa berat dan berputar-putar, pandangannya mulai tidak fokus.

"Aku tidak yakin kalau kau baik-baik saja Sakura-chan," Tubuh Sakura melemas. Sasuke menahan tubuh Sakura, kepala Sakura terjatuh di dada bidang Sasuke.

"Sakura," Tangan Sasuke menyentuh dahi Sakura yang sedikit berkeringat. "Demam,"

"Heh, dia demam?" Naruto mendekatkan diri. "Teme, kita harus membawanya ke kamar," Sasuke mengangguk dan bangkit menuju kamar Sakura.

.

~The Book~

.

"Gawat Teme, demam Sakura-chan tinggi," Naruto meletakan tangannya di dahi Sakura, tubuhnya panas dan berkeringat. " Kenapa Sakura-chan tiba-tiba sakit?"

"Sakura?" Sasuke mengguncang pelan tubuh Sakura.

"Kita harus bawa Sakura-chan ke rumah sakit," Wajah Naruto terlihat panik, dia mengenakan selimut pada Sakura.

"Bodoh, memangnya kamu tau di mana rumah sakitnya?"

"S-sasuke, Naruto," Suara Sakura terdengar lemah di telinga Sasuke dan Naruto.

"Sakura-chan!"

"Sakura," Sasuke mendekatkan diri ke Sakura.

"Aku tidak apa-apa," Sakura tersenyum dan mengambil napas dalam-dalam. "Aku hanya butuh istirahat," Sakura meraih tangan Sasuke.

"Baiklah Sakura, kamu istirahat sekarang," Sasuke mengecup kening Sakura.

"Hah! Teme untuk apa itu barusan," Naruto terkejut dengan aksi yang dilakukan Sasuke, dia melihat ke arah Sasuke dan Sakura secara bergantian. "Hei Teme jangan diam saja, itu Sakura wajahnya semakin memerah, gara-gara ciumanmu itu demamnya makin tinggi."

"Ayo Naruto, jangan ganggu Sakura," Sasuke menarik Naruto ke luar dari kamar Sakura.

Sasuke menghentikan langkahnya dan membalikan badannya. "Sakura tunggu sebentar, akanku ambilkan obat," Sakura mengangguk dan tersenyum kecil.

Sasuke dan Naruto bergegas ke dapur, tapi Naruto merasakan hal aneh. Dia menghentikan langkah kakinya. "Teme," Naruto tiba-tiba terdiam.

"Hn?" Tidak ada jawaban dari Naruto. "Jangan dipikirkan dulu, besok kita bahas lagi,"

Sasuke berjalan menuju lemari yang berada di dapur dan mengambil kotak obat-obatan, saat meraih kotak obat tiba-tiba tangan Sasuke tembus dan tidak bisa meraih kotaknya.

"Huh?" Sasuke melihat ke arah tangannya, dia berjolak kaget. Tangannya transparan, dia masih bisa melihat sedikit bayangan tangannya.

"Naruto!" Sasuke berlari ke Naruto yang berada di ruang tengah, Sasuke terhenti melihat wajah naruto yang pucat.

"Teme, ini gawat," Naruto menujukkan tangan kanannya yang transparan, sama seperti Sasuke. "Apa yang sebenarnya terjadi,"

"Aku tidak tau," Jawab Sasuke berusaha tenang, padahal di dalam hatinya sudah menjerit ketakutan.

"Apa sekarang kita akan menghilang?"

"Kemungkinan hanya dalam beberapa saat lagi kita bisa bertahan di sini,"

"Apa ini dampak dari Kakashi-sensei yang sudah kembali ke Konoha?"

"Entahlah," Sasuke memijat pelipisnya.

"Kita harus beritahu Sakura-chan," Naruto meranjak dari posisinya tetapi tangan Sasuke mencegatnya.

"Jangan, Sakura sedang sakit,"

"Tapi Teme, sebentar lagi kita akan menghilang," "Aku tidak mau pergi dari sini, aku ingin ada di sini,"

"…" Sasuke terdiam, dia bingung. Dia juga tidak tau apa yang sedang terjadi dan apa yang akan terjadi nanti.

"Aku tidak ingin kembali ke Konoha, setidaknya tidak untuk sekarang," Tubuh Naruto terasa lemas, dia terduduk di lantai.

"Kamu pikir aku ingin kembali ke tempat itu lagi? Tentu saja tidak, tapi jika ini memang karena kita mengembalikan Sensei ke Konoha berarti kita juga akan terbawa ke sana,"

"Seharusnya kita tidak mengembalikan Sensei,"

"Kita terlambat, kita juga tidak tau apapun tentang ini," Sasuke menghela nafas panjang.

"Apakah tidak ada cara lain?"

"Jangan tanya aku," Ucap Sasuke datar.

"…"

"Kita harus tenang, jangan sampai Sakura tau,"

"Tenang? Sampai kapan? Kita tidak tau berapa lama lagi kita ada di sini," Naruto menjambak kecil rambutnya akibat kebingungan.

"Kita lakukan apa yang kita bisa, untuk sekarang sampai kita menghilang nanti,"

"Tapi …"

"Sejak awal kita memang tidak bisa hidup di sini, di sini bukan dunia yang kita tempati." Sasuke menatap kakinya, rasanya kepalanya jadi berat akibat terlalu banyak berpikir. "Dan memang sudah seharusnya seperti itu, mungkin ini cara dunia mengendalikan takdir kita."

"Takdir setiap manusia memang telah ditentukan sejak mereka lahir, tetapi dengan kerja keras kita dapat mengalahkan takdir."

"Tapi kita tidak punya kekuatan untuk melawannya," Sasuke kembali ke dapur untuk mengambil obat dan air minum. "Sekarang yang bisa aku lakukan merawat Sakura,"

"Lalu apa yang bisa aku lakukan?"

"Pikir sendiri,"

"Argh! Teme, di saat seperti ini kamu masih saja menyebalkan!" Ucap Naruto menjerit frustasi.

.

.

Sasuke membuka pintu kamar Sakura perlahan, dia melangkahkan kakinya mendekati tempat tidur Sakura. Sakura terbaring lemas di atas kasur, matanya tertutup, Sasuke dapat mendengar deru nafas Sakura, dan wajahnya sedikit pucat. Sasuke duduk di sebelah Sakura. Sakura perlahan-lahan membuka matanya, dia menatap Sasuke yang membawakan cangkir yang berisi air dan obat. Sakura tersenyum kecil.

"Kenapa?" Sasuke heran melihat Sakura tersenyum terus menerus ke arahnya.

"Tidak, hanya saja ini pertama kalinya kamu merawatku," Sakura berusaha mendudukan dirinya, dia menerima gelas dan obat dari Sasuke. Sakura meminum obatnya.

"Ada apa Sasuke?" Sakura menyadari perubahan di wajah Sasuke, Sasuke terlihat murung.

"Apa maksudmu?"

"Sepertinya kamu sedang ada masalah," Sasuke menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Apakah karena seseorang yang bernama Kakashi itu?"

"Kamu masih tidak mengingatnya?"

"Tidak, maaf." Ucap Sakura.

"Tidak apa-apa Sakura, sekarang kamu istirahat." Sasuke membantu Sakura ke posisi tidurnya lagi.

"Sasuke, Kalian bilang tadi Kakashi itu berasal dari Konoha?"

"Iya, dia guruku dan Naruto," ucap Sasuke.

"Aku memang tidak ingat, tapi nama itu seperti familiar," Sakura mengetuk-ngetuk bibirnya dengan jari telunjuknya. "Dan kamu bilang tadi, kalau kalian kembali kemungkinan aku akan melupakan kalian juga. Apa itu benar?"

"Aku juga tidak tau,"

"Kalau itu benar, aku pasti sangat sedih tapi tentu saja aku tidak akan sedih karena tidak ingat dengan kalian. Yang membuatku sedih itu karena aku tidak bisa ingat,"

"Tidak perlu di pikirkan dulu, sekarang kamu istirahat."

"Sasuke, apa kamu dan Naruto harus kembali?" Tanya Sakura.

"…."

"Maaf aku mengatakan hal seperti itu lagi," Sasuke mengelus kepala Sakura, dia menatap lembut Sakura.

"Aku akan tetap di sini, kamu tidak perlu khawatir."

"Benarkah?" Sasuke mengangguk.

"Syukurlah," Sakura menitihkan air mata. "Aku pikir kalian akan pergi, rasanya sangat sepi kalau kalian pergi,"

"Sakura," Sakura mengangkat wajahnya, menatap Sasuke. "Boleh aku menemanimu di sini," Sakura terdiam, dia senang mendengar Sasuke mengatakan kalau dia ingin bersamanya, Sakura menggeser tubuhnya, memberikan tempat untuk Sasuke duduk di sebelah kananya. Sasuke ikut berbaring di sebelah Sakura.

Sakura tertawa kecil, dadanya terasa begitu lega dan senang. Dia senang bisa dekat seperti ini dengan Sasuke. Sakura menatap wajah Sasuke yang berada dekat dengan dengan wajahnya.

"Sasuke, boleh aku bercerita?"

"Tentu saja,"

"Sasuke sudah tau kan aku selalu sendirian di rumah ini. Saat aku kecil rumah ini selalu ramai, Otou-san, Okaa-san dan Nii-san selalu ada di sini. Aku tidak pernah merasakan kesepian, rumah ini terasa sempit dan hangat karena mereka selalu ada di sini." Sakura menatap ke arah langit-langit kamarnya, menerawang jauh ke masa lalunya.

"Tapi setelah umurku tiga belas tahun kedua orang tuaku harus pergi keluar negeri, Otou-san harus mengurus pekerjaannya di sana. Aku tidak mau pergi, dan akhirnya aku dengan Nii-san tetap di rumah ini. Saat itu aku berpikir mungkin jika aku tetap di rumah ini, Otou-san dan Kaa-san akan kembali lagi. Tetapi mereka hanya pulang setahun sekali, bahkan terkadang dalam setahun itu mereka tidak pulang. Nii-san mulai meninggalkanku karena Kuliah." Sakura meremas selimut yang dikenakannya.

"Semuanya benar-benar berubah, rumah ini menjadi besar karena hanya aku yang ada di sini."

"Kenapa kamu menceritakan ini?" Tanya Sasuke.

"Saat aku melihat wajah Sasuke membuatku ingin bercerita,"

"Memangnya wajahku kenapa?"

"Mengingatkanku saat pertama kali bertemu denganmu," Sakura tersenyum. "Aku akan melanjutkan,"

"Aku ingat saat Sasuke datang, aku pikir kalian maling," Sakura tertawa lebar.

"Tapi melihat wajah kalian yang sama paniknya denganku saat aku bilang maling membuatku bingung, dan kelakuanmu dingin sekali padaku, bahkan kamu ingin tidur di kasurku. Saat itu juga kamu mengigau, memelukku dan mengelus rambutku saat aku berusaha membangunkanmu,"

"Hah? Aku tidak ingat," tanya Sasuke yang bingung, dia merasa tidak pernah melakukan itu.

"Tentu saja, matamu masih terpejam, dan Naruto mengatakan kalau kolam renang itu danau," Sakura tertawa. "Lalu kita pergi ke Shibuya untuk membeli baju, bahkan kamu tidak tau cara mengenakannya,"

"Jangan bahas itu," Sasuke mencubit pipi Sakura.

"Baiklah baiklah. Kita pergi ke sekolah bersama dan bahkan aku hampir tidak percaya, itu seperti mimpi. Dan saat Nii-san datang kalian bersusah payah untuk bersembunyi."

"Iya tapi beberapa hari kemudian dia datang kembali bersama teman-temannya, untuk apa kita bersembunyi,"

"Dan …"

"Sakura?" Sasuke menatap bingung ke arah Sakur yang tiba-tiba menghentikan ceritanya.

"Aku tidak apa-apa, hanya saja ada yang hilang, seperti ada yang tidak aku ingat," Sakura memegang kepalanya. "Kakashi?" tanya Sakura.

"Tidak perlu mengingatnya Sakura, nanti demammu semakin parah,"

"Baiklah," Sakura mengangguk. "Sasuke, Setelah aku sembuh, aku ingin kita kencan lagi,"

"Kencan?"

"Iya, sepeti tadi pagi." Sasuke terdiam, tidak menjawab, dia menunggu Sakura melanjutkan kata-katanya. "Aku ingin berkencan seperti yang lainnya, berjalan berdampingan saling bergandengan. Bagaimana kalau kita pergi ke taman hiburan?"

"Taman Hiburan?"

"Iya, di sana ada banyak sekali permainan yang seru. Kita ke sana setelah aku sembuh." Sakura tertawa senang. "Ah tentu saja kita ajak Naruto juga,"

"Kalau begitu bukan kencan namanya," Sasuke menatap malas ke arah Sakura.

"Tidak apa-apa, kasian Naruto kalau sendirian di rumah,"

"Tapi kalau begitu aku tidak bisa menciummu lagi,"

"Heh?" Wajah Sakura memerah, dia kaget dengan perkataan Sasuke.

"Kenapa? Kamu mau kan berciuman denganku?" Sasuke menatap mata emerald Sakura.

"T-tentu saja, tapi aku-" Sakura menatap Sasuke yang menyeringai. " HAH! Kamu menggodaku lagi,"

"Wajahmu lucu kalau sepeti itu Sakura, jadi aku ingin mengodamu," Sasuke terkikik kecil.

"A-aku tidak keberatan untuk berciuman lagi, tapi sekarang aku sedang demam, aku tidak ingin menularkannya ke Sasuke." Sakura menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya karena malu mengatakan hal itu.

"Baiklah kalau sudah sembuh aku akan menciummu terus menerus," ucap Sasuke.

"J-jangan bicara seperti itu, aku jadi semakin malu," Sasuke kembali mengelus rambut Sakura. Sepertinya sudah menjadi salah satu favoritnya mengelus rambut Sakura, karena dia menyukai rambut Pink Sakura. Sasuke melihat kearah tangan kanannya yang semakin transparan, untung saja tangan kirinya tidak bernasib sama.

"Aku senang, senang sekali. Sasuke akan tetap di sini," Sakura mendekatkan dirinya dengan Sasuke, tangan kirinya memeluk tubuh Sasuke yang hangat.

"Entah kenapa sekarang aku tidak ingin keluargaku pulang,"

"Jangan berkata seperti itu,"

"Aku tidak bermaksud bicara seperti itu, maksudku dulu aku sangat ngin mereka datang karena aku sangat kesepian, tapi semejak kalian datang aku ingin selalu bersama kalian,"

"Aku juga Sakura," ucap Sasuke. "Aku ingin selalu bersamamu di sini, di tempat ini,"

"Bukan tempat ini, rumah ini Sasuke. Ini juga rumahmu," Sasuke menatap Sakura dalam-dalam, hatinya merasakan sakit, khawatir dan senang. Yang dia takutkan, jika benar dia dan Naruto akan menghilang, bagaimana dengan Sakura? Dia akan kembali sedirian dan kesepian.

"Terima kasih Sakura," Sasuke mengecup dahi Sakura.

"Sasuke mau tidur di sampingku malam ini? Aku ingin saat bangun nanti aku bisa melihat Sasuke," Sasuke mengangguk menyetujui ajakan Sakura.

.

~The Book~

.

Sakura perlahan membuka matanya, sinar matahari dari balik celah-celah tirai jendelanya membuat dia terbangun dari tidur nyenyaknya. Sakura merasakan tubuhnya sedikit lebih baik dibandingkan dengan semalam. Dia meregangkan tubuhnya, mengangkat kedua tangannya ke atas. Sakura melihat di meja kecil sebelah kasurnya terdapat segelas air putih, obat dan semangkuk bubur.

Pandangan Sakura tertuju pada Sasuke yang ada di hadapannya, Sasuke berdiri tegak dan menatap Sakura. Sakura merasakan ada yang aneh dengan Sasuke.

"Sasuke? Kenapa tubuhmu transparan?!" Sakura terkejut melihat bagian tangan, kaki dan sebagian badan Sasuke yang mulai tidak terlihat.

"Ini tidak apa-apa," Sasuke tersenyum kecil.

"Tapi-" dengan cepat Sasuke mendekatkan diri dengan Sakura.

"Sakura aku minta maaf karena selalu bicara kasar padamu, aku minta maaf karena selalu membuatmu sedih," Sasuke berusaha mengelus rambut Sakura, tapi tangannya tidak dapat menyentuhnya lagi.

"Sasuke… Kenapa kamu bicara seperti ini," Sakura menatap Sasuke tidak percaya. "Kenapa tubuhmu?"

"Maaf Sakura," Kenapa takdir ini begitu kejam? Kenapa dunia ini mempermainkan perasaan mereka berdua? Kenapa mereka berpisah di saat Sasuke baru menyadari kalau dia sangat mencintai Sakura? Apakah ini karena ke egoisannya yang ingin kembali ke Konoha? Sekarang harapan itu terwujud, seharusnya dia senang, tetapi kenapa rasanya begitu berat. Dia tidak menginginkan hal ini lagi. Dia hanya ingin berada dengan Sakura sekarang.

"Sasuke, kamu ini bicara apa. Jangan bicara seolah-olah kamu akan pergi," Sakura memalingkan wajahnya, dia tertawa lemas.

"Aku minta maaf tidak bisa menemanimu lagi,"

"Jangan minta maaf!" Sakura menjerit kecil, dari ujung matanya dia mengeluarkan air mata. Dia menatap kesal kea rah Sasuke yang sejak tadi meminta maaf padanya.

"Sakura, aku ingin sekali berada di sini denganmu,"

"Sasuke aku mohon hentikan," Sakura menutup kedua telinganya. "K-kamu sudah berjanji akan kencan lagi denganmu, kamu bilang kemarin kalau kamu akan menciumku,"

"Sakura, Aku mencintaimu,"

"Sasuke… Sasuke aku juga mencintaimu, sangat mencintaimu." Tangis Sakura pecah, dia tidak dapat bertahan karena mendengar perkataan Sasuke yang selama ini ingin di dengarnya. "Jadi tetaplah di sini,"

"Sampai jumpa, Sakura," Sasuke mendekatkan wajahnya ke wajah Sakura, untuk terakhir kalinya Sasuke mencium Sakura. Sasuke memberikan lumatan-lumatan kecil bibir Sakura, Sakura memejamkan matanya merasakan dadanya sesak, sangat sesak. Dia takut. Sakura takut jika cuiman ini berakhir maka dia akan kehilangan Sasuke, padahal Sasuke baru saja mengatakan kalau Sasuke mencintainya. Apakah ini yang terakhir kalinya? Dia tidak ingin melupakan Sasuke.

Sasuke, apa kamu menyesal bertemu denganku? Apa kamu menyesal datang ke rumahku? Aku tidak pernah menyesali pertemuanku denganmu, aku tidak pernah menyesal membeli buku itu. Sasuke, seandainya sejak pertama kita bertemu dan kita sudah saling mencintai, aku ingin setiap hari pergi kencan denganmu. Aku ingin mengajakmu ke tempat yang belum pernah kamu lihat sebelumnya. Aku ingin memasakan makanan untukmu, terutama masakan yang terdapat tomat di dalamnya. Aku ingin tidur di sampingmu seperti tadi malam, aku ingin lebih lama menatap wajahmu. Aku senang bertemu denganmu dan juga Naruto. Ramen instan di rumah ini bertahan lama saat Naruto tidak ada, tapi saat dia datang persediaan ramenku habis, tapi aku senang dia menyukai ramennya. Sasuke, seandainya aku bisa membuat permintaan, aku ingin bersamamu lebih lama lagi. Kenapa aku merasa pertemuan kita begitu singkat? Sasuke apapun yang terjadi, walaupun kamu tidak ingat tentang aku. Aku mohon, jangan sesali pertemuanmu denganku. Aku mencintaimu, Sasuke.

Sakura membuka matanya perlahan, dia mengedarkan pandangannya. "Apa yang terjadi?" dia menyentuh pipinya yang basah akibat air matanya. Sakura bingung kenapa dia menangis. Dia menatap kea rah mangkuk yang berisi bubur. Di sebelah mangkuk itu terdapat secarik kertas yang bertuliskan Cepat sembuh, Sakura. Dia berpikir siapa yang membuatkannya bubur.

"Nii-san?" Sakura memegang sendok dan menyuapkan ke dalam mulutnya sendok berisi bubur itu. "Enak, tapi kenapa ada tomatnya?"

.

~The Book~

.

4 tahun kemudian.

"Sakura apa kamu sudah membereskan semuanya?"

"Sebentar lagi, Nii-san tolong bawakan kardus-kardus itu dulu,"

"Baiklah,"

Sakura menghela nafas dalam, Sakura melihat ke arah sekitar kamarnya. Sudah dua hari ini dia sibuk membereskan barang-barangnya, meletakkannya ke dalam kardus. Dia akan pindah ke Korea menyusul orang tuanya yang memimpin peruhasahan di sana. Dia akan berkuliah di sana, setahun dia menyiapkan diri untuk ikut ujian masuk salah satu Universitas di Korea, akhirnya hari dimana dia akan pindah tiba juga. Sakura mengambil tiket pesawat dari tas ranselnya. Jadwal penerbangan menunjukan besok pada pukul 13.45 pm.

Sebenarnya dia tidak menginginkan ini, tapi karena orang tuanya telah memutuskan akan tinggal di sana dan tidak akan tinggal lagi di Jepang. Sakura tidak punya banyak pilihan, dia harus mengikuti orang tuanya ke Korea sedangkan Sasori tetap di Jepang karena dia dipercayakan oleh ayahnya untuk memegang perusahaan yang berada di Jepang.

Sakura kembali menyusun buku-buku yang berada di dalam lemarinya ke dalam kardus.

Bruk.

Sakura menatap buku yang terjatuh, buku itu memiliki gambar dua orang ninja yang saling beradu senjata. Sakura tidak pernah ingat kalau dia punya buku ini. Sakura membuka-buka kembali buku itu, tiba-tiba saja secarik kertas terlihat muncul dari halaman buku. Sakura mengambil kertas itu dan melihat apa yang tertulis di sana.

Sakura-chan, terima kasih sudah merawatku dan teme. Terima kasih sudah mengajari banyak hal yang aku tidak tau, dan juga terimakasih atas ramennya. Kumohon ingatlah kami.

Sakura menatap heran ke arah kertas itu, kertas itu dituliskan untuk dirinya, tapi Sakura tidak tau siapa yang menulisnya. Tidak ada nama atau tanda tangan di sana. Teme? Satu kata itu yang menjanggal di otaknya. Apakah itu nama orang? Pikir Sakura. Kepala Sakura merasakan sakit saat dia berusaha menginggat apa yang dia lupakan. Sedikit demi sedikit dia mulai melihat sosok dua laki-laki yang menurutnya sangat akrab dengan dirinya, seperti mereka pernah ada di sini.

"Sasuke?" tanpa sadar dia menyebutkan sebuah nama, nama seseorang tapi dia tidak ingat hal lain.

"Sakura, kemari sebentar bantu aku memindahkan ini." Suara Sasori membuat Sakura kembali dari lamunannya.

"Baik Nii-san,"

.

.

Rasa lelah menghampiri Sakura, setelah seharian membersekan barang-barangnya yang akan di bawa ke Korea. Walaupun sudah mandi, tapi rasanya tubuh sangat berat. Dia tidak menyangka memiliki banyak barang-barang di kamarnya. Sakura merebahkan tubuhnya di atas kasurnya, dia menghela nafas panjang. Matanya beralih ke arah buku yang tadi pagi dia lihat, buku yang terdapat surat aneh di dalamnya. Sakura berusaha meraih buku itu dan membukanya. Entah kenapa mulutnya membaca kalimat-kalimat yang ada di dalam buku itu, dia merasa familiar. Tiba-tiba saja setelah dia berhenti membaca, dia merasakan kehadiran orang lain di kamarnya, tepatnya di sampingnya sekarang. Sakura menatap wajah laki-laki yang berada di sampingnya itu, Sakura bergeming.

"Sasuke?" Sakura merasakan kepalanya kini terpenuhi dengan kejadian yang hilang dari otaknya, semua tentang laki-laki yang bernama Sasuke yang datang dari dalam buku akibat dirinya dan semua kejadian yang mereka lalui bersama.

Sasuke memeluk tubuh Sakura yang berada di sampingnya, dia memeluknya dengan erat. "Maaf,"

"Tidak jangan minta maaf Sasuke," Sakura meneteskan air mata, dia membalas pelukan dari Sasuke. "Aku lupa dengan Sasuke, aku yang harusnya minta maaf," Sakura menangis dipelukan Sasuke.

"Aku juga lupa, tapi aku tidak pernah menyangka akan kembali ke sini. Sudahlah jangan menangis," Sasuke menyeka air mata Sakura. "Rasanya seperti baru kemarin aku membuatkan bubur untukmu,"

"Bodoh, di sini sudah empat tahun berlalu," Sakura bangkit dari posisi tidurnya, lalu kembali memeluk Sasuke dari atas, Sakura berada di atas tubuh Sasuke.

"Iya, dan sepertinya hanya aku yang datang ke sini. Naruto sepertinya tidak terbawa kali ini,"

"Naruto?"

"Kamu tidak ingat?" Tanya Sasuke, Sakura menggelengkan kepala. " Kalau begitu Sakura, kamu mau mebaca buku itu lagi dan membawa Naruto ke sini? Naruto sangat ingin tinggal di sini,"

"Tentu saja," Sakura meraih bukunya, dengan cepat Sasuke merebut buku itu dari tangan Sakura.

"Tapi nanti saja," Sasuke tersenyum.

"Sepertinya aku tidak akan ke Korea besok," Sakura tertawa keras.

.

.

~The Book~

.

THE END

.

BBA (Basa-Basi Author) TIME~

Akhirnya Kelar juga, tamat juga *loncat-loncat gaje* . Tapi… kalo aku kepikiran bikin skuelnya aku pasti bikin XD soalnya ini salah satu fanfic kesayangan aku haha..

Ya walaupun last chapter ini kesannya agak maksa soalnya otak udah error habis UTS jadi ya gini hasilnya, ga tau bagus atau ga, ga tau juga bisa mesuaskan reader atau ga :'(

Udah berapa tahun ini fanfic baru kelar tanggal 15 november 2014 haha, parah -_-

Oh iya aku juga mau ngucapin OMEDETO SASUSAKU CANON! Itu aku sorak sorak bergembira banget! Sampai tidur aja senyam senyum sendiri hahaha… anaknya SasuSaku cantik banget, Sarada mirip aku banget *plak*

Ya sudah pokoknya aku mau mengucapkan terima kasih untuk dukungan kalian semua para readers yang sudah memberikan review, favorite, follow dan juga para-para silent readers yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk membaca fanfic abal-abal ini hahaha..

Terima Kasih :*

Karena tanpa dukungan dari kalian para readers saya tidak akan bisa menyelesaikan fanfic ini, arigatogozaimasu!