Summary: Kim Jaejoong, seorang namja cantik yang tak pernah tersenyum karena kepahitan hidup yang dialaminya dan Jung Yunho, seorang namja tampan yang selalu menyembunyikan luka hatinya di balik senyum palsu. Saat mereka bertemu, akankah mereka mengerti apa arti senyum sesungguhnya? First YunJae fic.

Warning: Cerita ini juga mengandung Sho-ai atau boyxboy love, jadi bagi yang keberatan harap jangan membaca fic ini daripada kalian memflame saya. Dipastikan ada keOOCan pada beberapa karakter, dan (maybe) ada typos dan kesalahan kalimat dan tanda baca yang bertebaran. Mohon memaklumi semua kesalahan yang saya perbuat. (Saya akan senang sekali kalau para readers rela memberikan saya saran dan kritik untuk meperbaiki fic ini nantinya).

Disclaimer: Semua tokoh di fic ini bukan milik aku, mereka semua berada di bawah kontrak dengan SM Entertainment dan milik orang tua, keluarga, fans mereka masing-masing, dan Tuhan YME. Ah, tapi Changmin oppa itu milik saya! –nyeretChangmin- -dibakarCassie-


SM High school, sebuah akademi yang dikhususkan untuk para anak-anak elit yang jelas berasal dari kalangan berada. Murid-murid mulai berdatangan memasuki sekolah itu sambil berbincang-bincang dengan teman-teman mereka masing-masing. Suasana pagi itu benar-benar damai dan tenang.

Setidaknya hingga pandangan mereka tertuju pada seorang namja berambut hitam yang memiliki wajah yang terbilang cukup cantik yang juga sedang berjalan menyusuri koridor sekolah SM high school itu. Begitu melihat namja cantik itu, obrolan riang yang bersahabat segera berganti menjadi bisik-bisik penuh cemoohan dan kecurigaan.

Kim Jaejoong, nama namja cantik yang dipandangi itu hanya mendelik dan membalas semua tatapan yang memandangnya dengan tatapan yang lebih tajam dan menantang. Dia mengabaikan semua bisik-bisik yang dimaksudkan untuknya. Lagipula untuk apa mendengarkan bisik-bisik tentang dirinya yang tidak penting itu? Hanya membuang waktu saja.

Jaejoong sudah terbiasa mendengar bisik-bisik, cemoohan, tatapan merendahkan dan cibiran mulut itu dari dulu, tidak hanya sekarang. Prestasinya yang berhasil menyandang titel 'anak berandalan' di sekolahnya, karena sikapnya yang suka membuat masalah dan dingin itu membuatnya terbiasa mendapatkan perilaku seperti itu. Dan karena itu pula Jaejoong tahu bahwa hal yang paling baik untuk dilakukan adalah mengabaikan semua itu.

Lagipula toh orang-orang itu tidak berarti apa-apa untuk dirinya, jadi kenapa dia harus mempedulikan mereka? Mereka hanya sekumpulan sampah dunia tidak berguna, yang tidak pantas bahkan untuk sekedar dipandang, apalagi dipedulikan.

Bagi Jaejoong, tidak ada manusia yang baik di dunia ini, kecuali beberapa orang yang memang dia anggap baik. Sisanya, hanya sampah yang lebih baik menghilang.

Sejak kecil, hidup Jaejoong memang tidak bisa dibilang bahagia. Ayahnya berselingkuh dengan wanita lain saat dia masih kecil, membuat ibu kandungnya frustasi dan akhirnya jatuh ke jurang pengguna obat-obatan terlarang dan alkohol. Ibunya pun akhirnya hampir saja mengalami overdosis, meski untung saja hidupnya bisa terselamatkan. Tapi rasa frustasi yang begitu besar menyebabkan ibunya mengalami gangguan jiwa. Sekarang ibunya hanya bisa duduk diam dengan pandangan kosong di rumah sakit jiwa, lupa dengan segalanya, dan hanya bisa menangisi hidup malangnya dalam diam. Dan ayahnya sedikit pun tidak mau bertanggung jawab. Dia menceraikan ibunya setelah memaksa ibunya menandatangani surat cerai dan menikah lagi dengan selingkuhannya. Jaejoong pun bisa hidup sampai sekarang karena dia diasuh oleh keluarga paman dari pihak ibunya, keluarga Kim, yang lumayan kaya.

Hal itulah yang membuat Jaejoong sangat membenci orang lain di dunia ini, terutama para wanita. Dia merasa seandainya saja sekretaris murahan ayahnya itu tidak menggoda ayahnya, keluarganya tentu tidak akan hancur seperti sekarang. Bagi Jaejoong dunia ini adalah tempat persaingan yang kejam. Kau harus menang dan terus berdiri di puncak, seandainya kau menyerahkan hatimu pada seseorang, apalagi pada orang yang akan menyalahgunakannya seperti ayahnya, maka itu adalah akhir hidupmu.

Alasan itu juga yang membuat Jaejoong tidak pernah mempercayai siapa pun.


Jaejoong segera membuka pintu kelasnya dengan kasar, tak peduli kalau pintu itu akan rusak. Semua anak yang berada di kelas segera menatapnya, tapi Jaejoong hanya melangkah ke kursinya di bagian belakang, di samping jendela. Jaejoong merasa ini adalah tempat terbaik untuk menghindari interaksi dengan dunia karena tidak ada siapa pun yang duduk di sebelahnya.

Setidaknya hingga hari ini….


Tidak lama kemudian, bel masuk pun berbunyi. Para murid segera berlarian ke tempat duduk mereka masing-masing. Saat itulah pintu kelas mereka terbuka dan Lee Soo Man, kepala sekolah mereka masuk bersama dengan Choi Siwon, guru matematika mereka dan seorang namja tampan berambut hitam pendek, yang tanpa basa-basi langsung membuat murid-murid perempuan berbisik-bisik genit. Jaejoong menebak kalau namja itu pasti murid baru.

Dan dia benar.

"Perhatian, semuanya!" kata Lee Soo Man sambil menepukkan tangannya, membuat seluruh murid di kelas diam dan memperhatikannya dengan seksama. "Mulai hari ini ada murid pindahan yang akan ikut belajar di kelas kalian. Tolong bersikap baik dengannya dan bantu dia jika dia merasa kesulitan." Lee Soo Man segera memandang ke arah namja itu. "Silakan perkenalkan dirimu."

Namja berambut hitam pendek itu tersenyum, membuat wajahnya (yang harus diakui Jaejoong) yang tampan itu terlihat semakin tampan. "Annyeonghaseo, namaku Yunho. Jung Yunho. Senang berkenalan dengan kalian semua dan mohon bantuannya mulai sekarang," kata Yunho sopan sambil membungkukkan badannya sejenak untuk memberi salam. Semua murid langsung tersenyum pada murid itu karena kesopanannya.

Ya…kecuali Jaejoong tentu saja. Namja cantik itu tetap memasang wajah datarnya sambil memandang wajah Yunho. Tampan atau pun tidak, dia tidak merasa tertarik dengan namja itu. Dia juga tidak punya urusan dengan namja itu. Dan yang paling penting, Jaejoong tidak peduli dengan namja itu.

"Baiklah kalau begitu silakan saling mengakrabkan diri dan mulai pelajaran Siwon-ssi," kata Lee Soo Man pada Siwon sambil berjalan keluar dari kelas.

Siwon memandang Yunho dan mengedarkan pandangannya ke kelas. "Kalau begitu kau duduk saja di…." Pandangan Siwon pun langsung jatuh ke satu-satunya kursi kosong yang tersisa di kelas itu.

Tepat di samping Jaejoong.

"Di sebelah Kim Jaejoong," kata Siwon sambil menunjuk kursi kosong di sebelah Jaejoong. Jaejoong pun tersentak mendengar perkataan Siwon dan hanya bisa berdecak kesal saat Yunho berjalan menghampiri kursinya.

Yunho pun memandang Jaejoong yang duduk di sebelahnya sambil tersenyum tapi Jaejoong hanya membalas senyum Yunho dengan wajah datar dingin bak pembunuh profesional. Tapi sepertinya wajah dingin itu tidak menakutkan sedikitpun untuk Yunho, terbukti dengan Yunho yang malah mengulurkan tangannya ke arah Jaejoong.

"Kau Kim Jaejoong kan? Sekali lagi salam kenal, aku Jung Yunho," kata Yunho pada Jaejoong sambil tersenyum.

Jaejoong menatap Yunho dengan pandangan yang seolah-olah bertanya-tanya apa Yunho masih waras. Betapa tidak, baru kali ini ada orang yang tidak gentar dipandang tajam olehnya dan malah mengulurkan tangan padanya. Biasanya jika Jaejoong sudah memandang tajam seseorang, maka seseorang itu pasti akan memalingkan muka darinya, tapi Yunho malah menatap matanya dengan pandangan lembut, dan sambil tersenyum pula! Berarti si Yunho itu sedikit pun tidak takut padanya rupanya.

Dan bagi Jaejoong itu berarti genderang perang, karena ini pertama kalinya ada orang yang berani bertindak seperti ini padanya. Bagi Jaejoong tingkah Yunho seperti menantangnya.

Jaejoong segera memalingkan muka ke arah jendela tanpa mengatakan apa pun pada Yunho. Dia bahkan mengabaikan saja tangan Yunho yang terulur padanya.

"Baiklah kalau kau tidak mau berkenalan," kata Yunho sambil menarik kembali tangannya yang masih terulur ke arah Jaejoong. "Mohon bantuannya hari ini Jaejoong-ssi."

Jaejoong hanya mendengus kesal mendengar perkataan Yunho. Baru hari ini bertemu dan sudah berani memanggilnya dengan nama kecil? Sok akrab sekali! Mentang-mentang murid baru, sepertinya Jung Yunho ini perlu diberi pelajaran!

"Aku harap kita bisa berteman, Jaejoong-ssi," kata Yunho masih sambil tersenyum manis. Jaejoong semakin muak dan segera kembali memandang tajam Yunho.

"Aku muak mendengar suaramu Jung Yunho. Jadi usulku lebih baik kau tutup mulutmu itu," desis Jaejoong pelan. "Dan berteman denganmu? Jangan harap itu akan terjadi, Jung Yunho. Mendengar suaramu saja aku sudah muak, apalagi melihat wajahmu! Aku muak melihat mukamu jadi demi kebaikanmu sendiri lebih baik kau jauh-jauh dariku daripada aku membuatmu babak belur!"

Yunho terdiam mendengar perkataan Jaejoong. Jaejoong menghela napas dan kembali memandang kesal. Sepertinya Yunho sudah mengerti siapa dia. Sekarang dia pasti tidak akan pernah berbicara lagi dengannya.

"Em…Jaejoong-ssi…"

Atau mungkin tidak.

"Boleh aku tahu kau tinggal di mana?"

Sekarang Jaejoong percaya kalau Yunho tidak waras! Sudah diancam dengan kata-kata kejam malah bertanya di mana alamatnya. Jadi ancamannya tadi hanya masuk telinga kiri keluar telingan kanan? Brengsek, buang-buang suara saja! Jaejoong memutuskan untuk mengabaikan Yunho dan tetap memandang jendela. 'Orang gila tidak ada gunanya didengarkan', pikir Jaejoong kecut.

"Kau tidak mau menjawabnya? Kalau begitu apa pelajaran kesukaanmu?" tanya Yunho lagi.

Jaejoong masih tetap berpura-pura tuli. Dia mengosongkan pikiran, berusaha sekeras mungkin untuk mengabaikan keberadaan seorang Jung Yunho di sebelahnya. Atau mungkin berusaha keras untuk tidak menamparnya. Dia tidak tahu yang mana.

"Hei, Jae…"

Sekarang malah berani menyingkat namanya! Apa sih yang salah dari otak seorang Jung Yunho ini? Pikir Jaejoong kesal. Tangannya sudah mengepal keras menahan amarah. Sejak hari pertama dia bersekolah di SM high school, baru kali ini dia bertemu orang yang sanggup membuatnya marah hingga ke ubun-ubun seperti ini. Dan baru kali ini dia bertemu seseorang semenyebalkan Jung Yunho.

"Jae~"

BRAKKKK!

Jaejoong segera menggebrak mejanya dengan keras, membuat semua orang di kelas memandang mereka. Jaejoong, yang kini wajahnya sudah merah menahan amarah, menatap tajam ke arah Yunho yang masih tersenyum innocent.

"JANGAN BERANI MEMANGGILKU JAE! DAN KAU BERISIK SEKALI! KAU MENGERTI KAN KALAU AKU TIDAK MAU BICARA DENGANMU? JADI JANGAN MENGAJAKKU BICARA!" seru Jaejoong keras, bahkan bisa dibilang berteriak, pada Yunho.

Yunho masih tetap tersenyum polos pada Jaejoong, membuat Jaejoong semakin murka.

"Hei, kau…" desis Jaejoong, tapi perkataannya segera terpotong oleh deheman Siwon.

"Kim Jaejoong-ssi, Jung Yunho-ssi, meskipun aku mengerti kalian ingin saling mengenal harap ingat kalau ini masih jam pelajaran dan aku masih berada di sini," kata Siwon dengan tenang pada Jaejoong yang sepertinya sudah sadar kalau dia masih berada di kelas. "Kalian berdua, selama sebulan harus membersihkan kolam renang sekolah. Jung Yunho, jangan pikir karena kau murid baru kau tidak akan kuhukum. Ingat, hukuman berdua dimulai mulai hari ini."

"Dengan senang hati seonsaengnim~bagaimana pun saya yang salah," kata Yunho tenang. Jaejoong mencibir mendengar perkataan Yunho. 'Cari muka!' pikirnya kesal. Jaejoong pun kembali diam dan memandang papan tulis saat Siwon melanjutkan pelajaran.


Setelah jam sekolah, Jaejoong dan Yunho segera berjalan ke arah kolam renang. Yunho memandang kolam renang sekolah dengan kecut. "Ternyata kolam renangnya luas ya, banyak pula," katanya sambil memandang tiga kolam renang di hadapannya. "Membersihkannya bakal susah ini."

"Itu salahmu! Kau yang membuat kita dihukum, kan?" seru Jaejoong kesal sambil melipat tangannya di dada sambil mengerucutkan bibirnya dengan kesal.

Yunho memandang Jaejoong sejenak sebelum berdiri di hadapan Jaejoong dan mengangkat dagu Jaejoong dengan tangannya, membuat Jaejoong langsung memandang mukanya.

"A…apa…" gumam Jaejoong pelan.

"Kau tahu, kalau dilihat dari dekat kau ternyata cantik sekali…" kata Yunho sambil tersenyum dan mengusap pipi Jaejoong. "Seandainya kau tersenyum kau pasti semakin cantik. Bagaimana kalau kau tersenyum sekali saja untukku?" tanya Yunho sambil mengusap bibir merah Jaejoong.

Wajah Jaejoong langsung bersemu merah mendengar perkataan Yunho, tanpa basa-basi dia langsung menginjak kaki Yunho dengan keras, membuat namja tampan itu mengaduh kesakitan. "Jangan harap aku akan tersenyum, apalagi untukmu!" seru Jaejoong sebelum melarikan diri keluar gedung, meninggalkan Yunho yang kini tersenyum geli melihat reaksi Jaejoong.

"Kim Jaejoong, sepertinya dia namja yang menarik," kata Yunho sambil tertawa pelan. "Sepertinya hari-hariku di sini tidak akan membosankan dengan adanya dia. Tunggu saja, Kim Jaejoong, aku pasti akan membuatmu tersenyum padaku suatu hari nanti."


Author note:

HOREEE~setelah dari kemarin mimpi, akhirnya bisa juga ngerjain fic couple favorit saya dari DBSK, YunJae, HOREEE~ -ngibar bendera YunJae- Ah, couple ini adalah couple favorit saya, setelah KyuMin of course~. Kapan~ya bisa ngeliat interaksi mereka berdua lagi? Aku kangen sama mereka. Huee~kapan Yunho appa ama Jae umma bisa balikan? –gulingguling- -dijitakreaders-

Ehem, menurut para readers gimana? Bagus nggak fic YunJaeku yang pertama ini? Dan apa fic YunJae pertama saya ini pantas untuk diteruskan?

Keep or Delete?

Tolong berikan pendapat readers sekalian lewat review ya? So, review please?

Oke, meet again (hopefully) at the next chapter! Bye bye ^_^