Naruto © Masashi Kishimoto

.

.

.

The Way I Love You

Semilir angin terselip malu - malu, membawa angin musim dingin yang memabukkan. Membuat manusia – manusia yang menerimanya terhanyut dalam gelungan selimut tebal sembari menikmati hangatnya kamar tidur mereka.

Berbeda dengan manusia – manusia itu, sesosok gadis dengan rambut khas mencoloknya nampak sibuk dengan dirinya sendiri. Ia tengah sibuk berusaha menarik kereta geretnya sembari berusaha menjaga keseimbangan tubuhnya. Kaki kaki mungilnya melangkah tanpa ragu di atas jalanan yang licin. Nampak sweeter tebal membalut tubuh mungilnya. Di lehernya melingkar syal rajutan ibunya sebagai hadiah natalnya tahun lalu.

Berkali – kali ia mengerjapkan matanya. Bukan main dinginnya pagi ini. Sesekali ia berhenti untuk sejak merarik nafas. Ia sendiri bingung mengapa harus repot – repot bangun dipagi buta yang dingin begini. Bukankah sekolah juga sedang libur? Jadi hendak kemana ia sebenarnya?

Kakinya terhenti di depan bangunan tua bergaya Eropa yang nampak sangat megah. Meskipun telah mengalami kerusakan di sana – sini, namun kesan mewah masih sangat terasa. Beberapa detik kemudian ia memutuskan untuk memasuki halaman gedung tua itu. Ia nampak sedikit kesulitan menarik kereta kecilnya menaiki tanjakan menuju teras. Barang – barang bawaannya nampat memberatkannya untuk menariknya masuk.

"Kau terlambat lagi," suara kekanakan khas laki – laki cilik sedikit membuatnya tersentak.

"Kau...daripada mengomel begitu, mengapa tak membantuku saja heh?" jawabnya sarkatis. Sakura –begitu ia biasa dipanggil– mulai merasa kesal. Lelaki cilik itu nampak acuh, malah memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Mata kelamnya menatap Sakura kaku. Gadis yang menurutnya aneh itu merengek minta bertemu di markas kecilnya itu kemarin dan lagi – lagi justru dirinya sendiri yang terlambat.

"Sasukeee..." Sakura mulai tak sabar melihat Sasuke yang tak kunjung membantunya. Melihat Sakura yang memelas, akhirnya Sasuke menyerah juga. Setelah menghela nafas panjang, ia membantu Sakura memindahkan barang –barang bawaanya.

"Ada roti bakar, susu coklat hangat dan beberapa permen coklat kesukaanku. Pokoknya enak – enak deeh," jelas Sakura penuh semangat.

Sasuke hanya mengerenyit sebal.

"Kesukaanmu?"

"Aaah...aku membawa jus tomat hangat di termos merah," ucap Sakura sembari menggaruk rambutnya yang tak gatal.

"Hn,"

Sasuke meletakkan makanan – makanan itu di atas meja –satu satunya perabotan– yang ada di tengah ruangan luas itu. Ruangan itu nampak bersih. Cahaya matahari dengan mudah bisa masuk melalui jendela – jendela besar yang ada di setiap sisi ruangan.

"Kau menginap disini eh? Bagaimana mungkin kau bisa sampai di sini lebih dulu?" tanya Sakura di tengah acara piknik kecil mereka.

"Bukankah kau memang selalu datang terlambat? Jadi bukan aku yang datang terlalu cepat," jawab Sasuke dengan nada menyindirnya. Sakura bukannya tersindih malah nyengir tanpa dosa.

"Kau tahu kan, aku harus menunggu orang –orang rumah lengah dulu, baru bisa keluar menemuimu."

"Hn," Sasuke hanya memutar bola matanya bosan. Alasan klasik.

Mereka akhirnya memtuskan menikmati santapan masing – masing dalam diam. Sakura terlalu sibuk dengan aneka olahan coklat yang ia bawa dari rumah. Sedangkan Sasuke hanya menatapnya bosan tanpa ekspresi.

Selalu begini bila gadis ini mengajaknya bertemu. Sasuke hanya akan diam memperhatikannya dan mendengarkan setiap ocehannya. Usianya yang dua tahun lebih tua dari Sakura membuatnya mudah saja memahami pikiran gadis itu.

Satu – satunya teman yang ia miliki, satu – satunya yang mau bicara dengannya, dan satu – satunya yang senasib dengannya. Sendiri dan kesepian...

TBC...