Vamps © 0609prince

a YUNJAEYun Ho x Jae Joong一's fanfiction

Don't like? GO AWAY from ma note! Now!

Genre : Romance, fantasy

Rated : T

Warn : Unbeta-ed, ide pasaran ==v

"…" speaks.

'…' minds.

WARNING!

Membaca dapat menyebabkan kebosanan, serangan kantuk, terpengaruh virus dan gangguan pada syaraf otak dan janin *?*

Sekian dan terima kasih.

[W]

.

.

Yunho terus berjalan menembus semak-semak belukar dan beberapa jenis tanaman merambat yang menghalangi langkahnya一pura-pura tidak mendengar panggilan serta seruan dari sahabatnya Yoochun, dan Changmin yang merupakan adiknya untuk segera pulang mengingat langit sudah berwarna jingga, menandakan hari sudah sore dan sebentar lagi berganti dengan malam. Yunho tetap berjalan, bahkan kali ini lebih cepat yang membuat jarak antara dirinya dengan Yoochun dan Changmin semakin melebar. Anak laki-laki bermata sipit itu juga tidak tahu kenapa ia malah menembus semak dan tanaman rambat bukannya pulang seperti kata sahabat dan adiknya, hanya saja sesuatu yang berada didalam dirinya yang memerintahkannya untuk terus berjalan kedepan.

SRAAAK

Akhirnya ia terbebas dari semak belukar dan tanaman rambat yang terus menghalanginya sedari tadi. Ia menemukan reruntuhan gereja dihadapannya. Yunho melangkah mendekati gereja itu dan ini lagi-lagi karena sesuatu yang memerintahkannya tadi. Ia mengedarkan pandangannya disekitar gereja itu sebelum akhirnya masuk kedalam. Kakinya terus melangkah menyusuri gereja一yang sudah tidak bisa dikatakan gereja lagi一dan berhenti dibarisan kursi paling depan yang sudah using dan berdebu. Anak laki-laki itu terpaku melihat sebuah sosok yang tengah terduduk dilantai dan menyandar pada kaki kursi一tepat menghadap patung Bunda Maria didepan sana. Yunho berjalan mendekati sosok yang terlihat susah bernafas dan sesekali meringis kesakitan.

"Hyung baik-baik saja?" Tanya Yunho tepat dihadapan sosok itu, ia berjongkok一mencoba untuk melihat sosok yang berpakaian serba hitam itu. Lagi-lagi dirinya terpaku. Kulit yang berwarna putih dan nyaris mendekati pucat, bola mata hitam yang besar yang seolah-olah akan menyedot apa pun dihadapannya一mengingatkan Yunho saat dimana Gurunya menjelaskan tentang blackhole diluar angkasa sana一, rambut cokelat yang tergerai lurus dan sedikit kusut dibeberapa bagian dan juga kedua belah bibir merah nan ranum seperti buah cherry pemberian neneknya minggu lalu.

Gluk

Yunho meneguk ludah dengan sedikit susah payah, ia terlalu terpesona akan sosok dihadapannya. Sosok itu terlihat sempurna bak seorang malaikat yang turun ke bumi seperti cerita-cerita yang dibacakan mendiang Ibunya untuk membuat Changmin tertidur lelap. Ya, malaikat. Ia menganggap sosok itu sebagai seorang malaikat meskipun pakaiannya bukanlah berwarna putih bersih, melainkan berwarna hitam.

Malaikat.

Malaikat.

Malaikat. Kata-kata itu terus terngiang-ngiang dikepalanya. Benar-benar pikiran khas seorang anak laki-laki yang masih duduk dibangku sekolah dasar.

Tluk

Ssssshhh…

Yunho tersentak dari lamunannya. Matanya terbelalak lebar saat melihat tangan kanan sosok itu yang terkulai lemas perlahan-lahan mengelupas karena terkena sinar matahari yang berasal dari atap gereja yang bolong disana-sini. Ia beralih memandang wajah sosok itu dan matanya pun tertumbuk一saling beradu dengan mata hitam sosok dihadapannya.

[ W ]

.

.

Yunho mengaduk bubur yang masih tersisa dimangkuk alumunium yang dipegangnya sebelum kembali menyendok bubur itu dan menyuapkannya pada sosok yang duduk dihadapannya. Sosok yang ia temui di reruntuhan gereja tadi sore, sosok yang diketahuinya bernama Kim Jaejoong.

Jaejoong membuka mulutnya dan membiarkan anak laki-laki berumur tujuh tahun itu menyuapinya. Matanya memperhatikan Yunho dari atas sampai bawah 一dari kepala sampai kaki一 lalu kembali lagi keatas一tidak memperdulikan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan Yunho padanya.

Changmin mengerutkan alisnya, penasaran dengan sosok yang kira-kira berumur 17 tahun yang dibawa oleh Hyung-nya setelah tiba-tiba menghilang dan muncul kembali dengan memapah sosok itu. Penasaran sekaligus iri sebenarnya, karena Hyung-nya selalu menolak untuk menyuapinya dengan alasan dirinya sudah besar tetapi malah menyuapi laki-laki yang bahkan jauh lebih tua dari Changmin sendiri. Ia berjalan mendekati Yunho yang masih menyuapkan bubur pada sosok yang menurutnya 'cantik' itu dengan telaten dan sabar.

"Hyung, dia siapa?" Tanya Changmin pada akhirnya. Yunho menghentikan suapannya dan beralih mengusap lelehan bubur yang mengalir melewati dagu Jaejoong dengan kain yang sudah disediakan.

"Hyung menemukannya direruntuhan gereja didekat bukit, namanya Jaejoong, Kim Jaejoong." Jelas Yunho, ia beralih memandang Jaejoong yang kini memperhatikan Changmin dalam diam. "Hyung, kenalkan ini adikku, Jung Changmin."

"Uhm, annyeong…," sapa Changmin sedikit kikuk karena dipandangi Jaejoong.

Jaejoong tetap diam dan tidak ada niat untuk menanggapi sapaan Changmin. Yunho tersenyum maklum, dia saja tahu nama namja didepannya ini dari sebuah scraft yang tergeletak disebelah tubuh Jaejoong. Mungkin, Jaejoong akan mulai berbicara saat kondisinya pulih.

"Apa nenek sudah tidur?" Yunho bertanya pada Changmin.

Changmin mengangguk dengan semangat, "Ne, tadi aku juga sudah memastikan kalau nenek benar-benar tertidur."

Yunho dan Changmin memang tinggal bertiga dengan neneknya yang kini berusia 54 tahun setelah kedua orang tua mereka meninggal dalam suatu kecelakaan 2 tahun yang lalu. Kecelakaan itu benar-benar meninggalkan luka yang mendalam, saat itu Changmin yang masih berusia 4 tahun terus terbangun ditengah malam dan menangis. Sebagai Hyung yang baik, Yunho dengan sabar menenangkan adiknya itu. Ia selalu membisikkan kata-kata tegar yang selalu dikatakan Ayahnya dan membuat Changmin perlahan-lahan mulai menerima keadaannya sekarang, bahwa sekarang keluarganya hanya tinggal Hyung-nya saja. Changmin bertekad untuk menjadi seperti Hyungnya yang tegar meski kini mereka telah kehilangan kedua orang tuanya, ia juga berjanji untuk selalu mempercayai Hyungnya apa pun yang terjadi. Apa pun.

"Baguslah, ayo tidur. Hyung juga tidur, ne? Kita tidur bertiga," ujar Yunho sambil menarik Jaejoong ketempat tidur dengan Changmin diatasnya. Setelah sampai, Yunho menempatkan Jaejoong diantara dirinya dan Changmin一tepat ditengah-tengah.

Changmin mengecup pipi Yunho dan 一dengan sedikit ragu一 juga mengecup pipi Jaejoong, Changmin menguap dan akhirnya menutup kedua belah kelopak matanya, "Mmm, selamat tidur, Hyung. Selamat tidur, Jae hyung."

Yunho mencari posisi tidur yang menurutnya nyaman一berbaring miring, tentu saja. Menghadap Changmin dan Jaejoong yang berada disisi kanan tempat tidur.

"Selamat tidur, Changminnie," Yunho ikut menutup kelopak matanya setelah memastikan Changmin benar-benar terlelap juga pemuda yang ia panggil Jae hyung juga terlelap一menurutnya.

Perlahan kelopak mata yang memiliki bulu mata lentik itu terbuka. Jaejoong mengedipkan matanya, sebenarnya tadi ia belum terlelap atau… tidur? Sama saja. Ia hanya menutup matanya dan Yunho kecil mengira Jaejoong telah tidur. Jaejoong membuka kedua belah bibirnya, lidanya dengan perlahan menyapu deretan gigi putih miliknya dan berhenti pada sesuatu yang panjang dan tajam didalam sana.

'Kenapa bisa-bisanya aku disini一' Jaejoong melirik Yunho dan Changmin. '一terjebak di tempat tidur dengan dua anak manusia disisi kiri dan kanan.

Jaejoong menghela nafas, ia menutup kedua kelopak matanya kembali. Ah, ia bisa merasakan dua kakak beradik itu memeluk kedua tangannya. Benar-benar…

'Ya sudahlah…'

[ W ]

.

.

Yunho mengerutkan dahinya merasakan guncangan-guncangan kecil yang diterima oleh tubuhnya. Dibukanya matanya dengan enggan.

"Ya, Hyung! Bangun!"

"Eung, ada apa?" Tanya Yunho dengan suara serak, ia mengucek-ucek matanya一mencoba untuk menyesuaikan dengan cahaya lampu kamarnya.

Changmin berhenti mengguncang tubuh Yunho dan kini beralih menarik tubuh itu turun dari tempat tidur. Yunho menggerutu karena tubunya ditarik Changmin dengan paksa, itu sakit kau tahu.

"Y-ya. Changminnie!" seru Yunho, matanya mendelik tidak suka.

"Ssst, jangan berisik, Hyung!" Changmin mengarahkan telunjuknya kebibir tipis miliknya dan berbisik pada Yunho.

Yunho mengerutkan dahinya 一lagi一 dan ikut berbisik, "Ada apa?"

"Aku mendengar suara berisik dari arah ruang tamu," Changmin melirik kearah tempat tidur, "Dan Jaejoong hyung menghilang."

"Mungkin itu Jae hyung," Yunho mencoba untuk berpikir positif. Memangnya siapa lagi kalau bukan Jaejoong? Entahlah, atau mungkin… perampok? Jangan bercanda. Mana mungkin ada yang berkeinginan untuk merampok di rumah sederhana ini. Rumah yang berisi seorang nenek tua renta dengan dua orang cucu.

Changmin menggembungkan pipinya kesal, "Itu bukan Jae hyung. Lagi pula yang kudengar itu seperti dua orang dewasa seperti sedang mendiskusikan sesuatu. Ah! Tadi aku juga mendengar suara kaca yang dipecahkan, kalau aku benar, maka yang pecah itu jendela samping."

"Ma-masa sih?" Changmin mengangguk yakin.

"Sebaiknya kita lihat saja, ayo!" putus Yunho pada akhirnya. Ia melangkah menuju pintu kamar diikuti oleh Changmin tepat dibelakangnya. Memutar kenop pintu lalu mendorongnya sedikit. Yunho menyembulkan kepalanya lewat celah yang dibuatnya, memastikan keadaan sekitar aman. Ia membuka daun pintu lebih lebar dan berjalan menuju ruang tamu一masih dengan Changmin dibelakangnya.

Nafas Yunho tercekat, kedua bola matanya bergerak liar menyapu setiap sudut ruang tamu. Ia bisa melihat dua orang laki-laki dewasa tengah berbincang serius disana. Salah satu dari mereka yang memiliki rambut cepak menggenggam sebilah pisau.

"H-Hyung," panggil Changmin. Suaranya terdengar bergetar dan tangannya menggamit lengan baju Yunho, "Me-mereka一"

"Ssshhht,"Yunho menepuk tangan Changmin一mencoba menenangkan adikna. Kedua mata sipitnya masih menatap lekat sosok dua laki-laki yang masih sibuk berbincang. Yunho memandang pintu kamar neneknya yang tepat menghadap ruang tamu, ia menggigit bibir bawahnya. Semoga sang nenek tidak terbangun dan keluar dari kamarnya, ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika neneknya itu benar-benar terbangun dan keluar. Ia一

Tek

Ah, sepertinya Tuhan berkehendak lain, err atau bisa disebut Author yang berkehendak lain? Yang mana pun boleh, toh saya disini hanya berperan sebagai narrator fufufufu. Nah, mari kembali kecerita utama kita.

Jung Jessica 一nenek Yunho一 menekan tombol lampu yang membuat ruang tamu tersebut menjadi terang. Yunho menggigit bibir bawahnya 一kali ini lebih keras一, ia sama sekali tidak mendengar suara pintu itu terbuka karena terlalu kalut.

Jessica terkesiap ketika matanya melihat dua sosok laki-laki tak dikenal berada di ruang tamu. Hei, itu bukan kedua cucunya seperti yang ia kira. Tadinya ia berpikir suara berisik yang didengarnya itu berasal dari Yunho dan Changmin yang belum tidur dan masih menonton tv. Bibirnya yang terbuka yang mulanya untuk memarahi Changmin, diam membisu. Tubuh ringkih Jessica bergetar, ia mundur kebelakang. Tangannya meraih kenop pintu bergetar hebat.

"Si-siapa kalian?" yanyanya terbata.

Dua laki-laki itu terdiam dan menatap satu sama lain.

"Bagaimana ini, Sooman-sshi?" Tanya laki-laki yang tidak memegang pisau. Laki-laki yang dipanggil Sooman itu menyeringai keji. Ia memainkan pisau ditangannya.

"Mau bagaimana lagi," ia berjalan kearah Jessica yang kini terduduk. Sooman membungkukkan tubuhnya kearah Jessica, "Kau tidak perlu tahu siapa kami, karena… KAU AKAN SEGERA MATI! HAHAHA!" laki-laki itu mengangkat pisau tinggi-tinggi dan bersiap menghujamkan benda tajam itu pada tubuh ringkih dibawahnya.

"!"

.

.. ▹(ˇ⌣ˇ)◃ wait..

.

Yunho segera keluar dari persembunyiannya diikuti oleh Changmin saat matanya melihat laki-laki yang diketahuinya bernama Sooman itu mengarahkan pisau kearah tubuh neneknya.

"!" teriak Yunho keras.

Sooman menghentikan gerakan tangannya.

Yunho segera berlari dan berdiri dihadapan Jessica. Anak laki-laki itu merentangkan kedua tangannya, matanya menatap tajam pada Sooman.

"Jangan sentuh, nenekku!" geramnya.

"Khphffft一kuahahahahaha," Sooman dan temannya tertawa keras.

"Kalau begitu kau saja yang MATI!" seru Sooman.

Yunho menutup matanya一bersiap menerima hujaman dari benda tajam nan dingin itu. Ia bisa mendengar Changmin berteriak histeris.

"Hyuuuungg!"

Cratt

'Eh? Kenapa tidak terasa sakit?' batin Yunho. Ia membuka mata dan segera mengecek tubuhnya. Tidak ada darah disana, bahkan, pisau yang seharusnya menghujam tubuhnya juga tidak ada.

"Siapa kau!" Yunho mendongak, matanya terbelalak melihat sosok didepannya yang kini menggantikan dirinya menerima hujaman pisau itu.

"Jae hyung?" Yunho memanggil sosok itu, mencoba memastikan bahwa ia tidak salah dalam mengenai sosok didepannya. Sosok itu menoleh, ah, itu benar-benar Jae hyungnya.

Tes Tes Tes

LAgi-lagi matanya terbelalak saat melihat telapak tangan kanan Jaejoong yang tertembus pisau, banyak darah yang keluar dari sana mengalir dan jatuh membasahi karpet putih dibawah sana.

Iris Yunho dan Jaejoong saling beradu一mencoba berkomunikasi tanpa suara. Bibir Jaejoong terbuka lalu bergerak. Pergi, itulah yang dikatakan Jaejoong pada Yunho tanpa suara.

Yunho mengangguk kaku lalu segera menghampiri Jessica dan membantunya berdiri. Yunho memapahnya keluar dari ruang tamu melewati Changmin yang tepaku menatap Jaejoong.

"Hup," Yunho membetulkan posisi tubuh Jessica yang merosot. Dengan susah payah Yunho keluar dari rumah dan menuju pintu pagar.

"Hyung! Jae hyung… darah… jatuh… ma-mati…," racau Changmin yang berlari menyusul Yunho.

Yunho menyenderkan tubuh Jessica dipagar, "Jaga nenek disini dan jangan kemana-mana!" perintahnya sebelum berlari masuk kedalam rumah.

.

.. ▹(ˇ⌣ˇ)◃ wait ..

.

Anyir.

Itulah yang ditangkap oleh indra penciuman Yunho saat ia sampai di ruang tamu. Ia bisa melihat laki-laki bernama Sooman itu tergeletak disudut ruangan dengan bersimbah darah dan pisau yang menghujam tepat dijantungnya.

Sreet

Yunho mengalihkan pandangannya kearah yang berlawanan dari tubuh Sooman. Matanya terbelalak, ia bisa melihat Jaejoong yang tengah menunduk dan mengarahkan wajahnya kearah lelaki yang bersama Sooman tadi.

"Aa… akkhh," terdengar erangan sakit dari laki-laki itu. Yunho meneguk ludahnya, jangan-jangan…

"H-hyung…?" panggil Yunho pelan.

Jaejoong menjauhkan wajahnya dari leher laki-laki dibawahnya一menghentikan salah satu kegiatan yang sangat disukainya. Ia memandang kearah Yunho yang berada diambang pintu ruang tamu yang kini tengah memandang dirinya dengan sorot tak percaya. Jaejoong menjilat darah yang berlepotan dibibir merahnya yang sekarang terlihat bertambah merah namun tetap kissable.

Yunho terdiam melihat gerakan yang dilakukan Jaejoong, saat ini pemuda itu terlihat membuka kedua belah bibirnya dan menjilat kedua gigi yang berlumuran darah, hm, atau lebih mudah jika dikatakan taring?

Jika orang lain yang melihat hal ini, bisa dipastikan mereka akan menjerit ketakutan dan langsung berlari tak tentu arah. Tetapi berbeda dengan Yunho, ia tetap berada diposisinya semula dan masih menatap lekat Jaejoong. Anak laki-laki itu juga tidak mengerti kenapa dia hanya terdiam disana, bahkan ia merasa tidak takut sama sekali. Ia tahu 'siapa 'Jaejoong atau lebih tepatnya 'apa' jika ia mengingat saat ia menemukan Jaejoong di reruntuhan geraja tadi sore. Tanpa sadar, bibirnya membentuk sebuah senyuman.

Ia tahu.

Ia tahu siapa pemuda yang dipanggilnya Jae hyung itu.

Ia tahu itu dan ia semakin tersenyum lebar.

Jaejoong hyung-nya itu seperti salah satu tokoh dari cerita-cerita yang dibacakan mendiang Ibunya untuk membuat Changmin tertidur lelap selain malaikat.

Jaejoong hyung-nya itu,

Seorang…,

.

.

.

…Vampir.

[ END or TBC ? ]

.

.

Ma'af ya, Jessica-ahjumma~ cuma mau iseng aja ^^~

Heyoo~ saya kembali dengan fict baru yang ber-chapter lagi *tebar kolor Umma*slapped*

Uhm, lupakan fict lain yang belum kuselesaikan buahahahahahaha xD

Nah, ini mau dilanjutkan atau tidak? Akan dilanjutkan kalau fict ini setidaknya dapat 9095 atau 9096 reviewer *plaakplaakplaaaak* Just kidding~ xD

:: Judul diambil dari salah satu nama band dari Jepang yang digawangi si Vampir cantiknya L`arch~en~ciel 一Hyde Takarai一, Vamps.

:: nb, ini terinspirasi dari Moon Child yang dibintangi Hyde dan Gackt. Entah kenapa, waktu nonton malah terbayang Appa dan Umma x3

Leave comment ?

Always Keep The Faith !

Sign,

0609prince