Latar cerita: Setelah game RE 5.
Peringatan: Permainan tangan Claire/Leon dalam hitungan detik.
Ringkasan: Mari mengenal permainan "Dare-Me-Not!"
Disclaimer: Saya tak memiliki seluruh karakter yang tersebut dalam fic ini selain permainan "Dare-Me-Not!" itu sendiri.
Notes: Versi Leon S. Kennedy dan Claire Redfield adalah RE Degeneration. Versi Chris Redfield adalah RE 5.


Bab 1: Game!


Chris menyandar lelah setelah pikirannya absen dari percakapan ringan antara Jill dengan Sheva dan Josh.

Tentu mukjizat besar karena mereka mampu keluar dari permasalahan Uroboros. Tapi kisah terbaik dari semua ini... Ya. Akhirnya segala serial kegilaan 'kompleksitas menjadi Tuhan' si Albert Wesker terhapus.

Meski begitu, bukan berarti nyaman-aman-damai-sentosa telah merajai dunia. Diketahui dari data-data yang berhasil diamankan, hasil penjualan berbagai virus ciptaan dan macam-macam jenis BOW selama bertahun-tahun demi mengemban rencana rahasia Uroboros dalam perusahaan Tricell telah beredar sangat banyak.
Tipe 2 dan 3 Plaga, T versi baru, Progenitor...

Ia menghela panjang.

Setidaknya situasi Tricell sudah terekspos, dan tak lama lagi kejatuhannya akan serupa Umbrella. Tinggal mencari dalang utama. Cerita epik biasa, kan?
Akan tetapi bagaimanapun nantinya... Kali ini; sekali ini saja ia bisa bernafas lega karena satu masalah terburuk telah selesai.

Setelah kontak arah rujukan dari Hunnigan, sesampainya mereka di pangkalan rahasia milik Amerika...sambut berbagai prosedur normalpun dimulai.

Jill harus dibawa dalam pengawasan ketat fasilitas khusus: karantina, penyembuhan, apalah sebutan yang mereka definisikan. Walau ingin temani, prosedur tetaplah prosedur.
Lalu Sheva dan Josh setelah embel-embel interogasi formal akan dikembalikan ke pusat komando BSAA di Afrika.
Sedang dirinya hanya mendonasikan pengetahuan: segala kumpulan data akurat sebagai tugas lanjutan para tim pembersih milik militer.

Terakhir, bagaimanapun rasa super lelah...
Nah, disana... Sumber kebahagiaan hidupnya: Claire, satu-satunya dan hanya satu seorang adiknya tercinta sudah menanti ditemani Leon S. Kennedy.

"Hei~" Sapaan hangat diikuti luncuran bogem berunsur permainan dari tangan ramping mendarat pada otot bisep lengan kanannya -yang tentu tak ber-efek sedikitpun- dan ia segera memeluk leher adiknya, menggosok-gosok poni dari rambut merah disana.
Claire lanjutkan kalimat ketika pelukan dilepas. "Aku dengar beritanya. Selesai, huh?" Dengan ungkapan yang lebih berupa pernyataan ketimbang pertanyaan.

Chris tetap sahuti, "Yep. Tak ada lagi psikopat dari Umbrella." Sembari memandang langit-langit kaca lobby dimana langit biru yang cerah membentang terkesan tanpa ujung.
Hm... Untung saja Wesker membunuh Spencer. Walau ujung-ujungnya tetap sejalan, paling tidak biang kerok pencipta per-zombie-an sudah hilang dari peredaran.

"Meski begitu, warisan akan tetap ada." Timpal Kennedy dengan suara dan ekspresi yang tenang.

Ya. Memang menyedihkan karena si Tyrant gila itu meninggalkan begitu banyak pekerjaan kotor. Sebuah organisasi rahasia di dalam organisasi rahasia. Akan butuh berbulan-bulan bahkan mungkin bertahun-tahun untuk menggali dan membasmi sampai akar.

"Jangan khawatir, Chris. Aku akan bantu sebisaku. Bantuan ekslusif-mu." Sambung pria itu kembali sembari membantu membawakan tas duffel persenjataan berikut bawaan lain.

'Eksklusif...' Ulangan dari benaknya tepat menangkap kilasan senyum dari sosok yang kini berjalan duluan.

Sejauh ia bersyukur pria ini masuk dalam 'dunianya'; cukup aneh... Kennedy, pria yang berbeda jarak 4 tahun lebih muda darinya ini selalu berusaha menyediakan 'bantuan terbaik', meski nyatanya mereka berdua tak berada dalam kawasan 'teman baik' karena memang hampir tak pernah bertemu secara langsung selain melalui layar ponsel.

Seperti kiriman orang untuk investigasi Umbrella, dan sekarangpun juga: Tricell yang awalnya tersebut inisial "S" Seashell sejak kasus Las Plagas di Spanyol dimana ternyata terkoneksi Wesker padahal Kennedy sendiri tak pernah mengenal atau bersinggungan dengan situasi Wesker, tetapi mampu menghubungkan dari hasil investigasinya sendiri.
Lalu berbagai tawaran rencana profesional saat misi -meski selalu ditolaknya- atau sekedar bertukar informasi tentang data, pengetahuan, apapun sangkut paut permasalahan Bio Terorisme.

Dan semenjak masalah Pulau Rockfort, ia sadar bahwa Redfield bersaudara telah menjadi keperdulian pribadi bagi Kennedy.

Sangat dan terlalu.

Dulu, tafsir jabat tangan pertama adalah amatir. Namun terbukti salah, bukan? Ngomong-ngomong... Sudah berapa tahun sejak waktu Kennedy mencarinya gara-gara situasi Claire yang tertangkap di Penjara Rockfort?

"Chris, ayo." Tiba-tiba Claire pautkan lengan pada lengan kirinya, mengajaknya berjalan mengikuti langkah si agen menuju Audi Q7 berwarna hitam legam yang parkir di pelataran depan gedung.
Sedang Chris menggosok-gosok rambut cepaknya untuk menutupi ekspresi yang sedikit bersemu -entah karena bawaan hawa Afrika atau efek pijar lava dihitungan jam lalu- Pastinya ia hanya "Heh" sebagai tanggapan atas 'asuransi' dari Kennedy tadi.

Begitu terdengar suara alarm mobil di non-aktifkan dan si agen membuka pintu bagasi, tiba-tiba adiknya menoleh ke arahnya. "Hei, kita perlu sedikit perayaan, kan?"

"Hm?" Chris angkat kedua alis begitu Claire berikan alun senyuman cerah ke arah si agen juga.

"Ayolah, Claire. Berikan kakak tersayangmu nafas dahulu. Baru saja kembali dan sekarang kau hendak membuatnya sampai titik lelah penghabisan? Aku tahu perayaan tipemu, Claire." Celetuk si agen dengan penekanan saat memasukkan seluruh barang bawaan ke dalam ruang bagasi.

"Oh?" Claire melepaskan pautan tangan, mendekati sahabatnya sedikit berjinjit dengan hias mesem-mesem nakal pada ekspresi di wajah.
"Wow, Le~on. Pemerintah membuatmu semakin tua, hm? Atau Ashley...?" Godaan sembari mengalungkan lengan kanannya mengunci leher Leon; otomatis menyela ketika hendak memasukkan tas terakhir yang berisi persenjataan yang sebagiannya milik inventori BSAA.

Sementara itu Chris hanya tersenyum mengamati mereka berdua saat membuka pintu penumpang depan dan mengambil duduk tanpa lepaskan pengawasan melalui kaca spion tengah mobil yang tergambar pasangan yang masih bercanda di belakang mobil.

'Mereka ini...' Terkadang, ia mendapatkan 'rasa' kedekatan. Namun si adik selalu bilang 'teman terbaik', sedang si Kennedy selalu refleksikan 'partner terbaik'; dimana sayangnya keduanya memang benar.
Padahal kalaupun mereka jadian, ia takkan menentang kok. Toh semua laki-laki yang ingin mencuri hati adik tercintanya harus berpikir panjang berhadapan dengannya, dan Kennedy sebenarnya salah satu dari seleksi sukses di matanya.

Begitu lepas dari kuncian, Leon melevel pandang pada wanita berambut merah di depannya dengan cara yang hampir seperti imitasi seksi. "Yang penting masih ganteng, kan?"

Selepas kalimat itu, anginpun memilih momen terbaik mendayukan sayup-sayup angin yang lembut menyeka panjang poni yang disisir dengan belahan sisi kanan sebatas pipi -bahkan Chris dengan basis sekelamin bisa memberi persetujuan.
Dulu sosok yang bergelar boy-scout... Sekarang telah menjadi pria yang matang. Tubuh yang gempal dan bidang sesuai proporsi meski tak terlalu tinggi dan besar, namun fit. Apalagi wajah seperti itu adalah tipe yang pastinya digandrungi oleh banyak wanita. Sudah begitu mapan dan belum menikah.

Waktu benar-benar berlalu dengan cepat, huh...? Berarti umurnya kira-kira... 32?

"Leon Kennedy. Selamat, kau merusak gambaran mentalku." Datar Claire penuh akting bercanda ketika sahabatnya hanya menggeleng dan meneruskan kegiatannya, kemudian menutup pintu bagasi.
"Ingatkan aku untuk menghapus nomormu dari buku teleponku." Ujar Claire kembali sambil mainkan ponselnya ketika berjalan menuju pintu penumpang belakang.

Si pemilik nama hanya mendendang "mm~"sembari membuka pintu tempat pengendara dan melanjutkan fase godaan. "Double-dare untukmu, Claire." Seraya memasukkan kunci,
Suara starter berlanjut mesin mobil yang menyala bersamaan dengan sahutan dari Claire,

"Hm~ Janji dengan hadiahnya ya."

Leon semeringahkan senyum ketika gerakkan gigi kopling dan jalankan mobil. "Tapi kawasan hadiah hanya terbatas dengan diriku dan di dalam mobil ini. Perjanjian batal di luar area mobil ini. Sebaiknya kau tahu artinya, Claire."

"Dengan dirimu dan di dalam mobil?" Sela Chris dengan nada tak percaya. "Kedengarannya kau menawarkan dirimu sebagai hadiah..."
Dan adiknya yang duduk di kursi penumpang belakang lepaskan tawa kecil beraura 'sesuatu' saat sengaja keraskan suara pad tombol ponsel.

"Tenang saja, Chris. Pom bensin beberapa meter lagi." Ujar si penyetir seraya menunjuk jarum liter bensin yang bertempat sangat tipis pada garis merah.
"Perjanjiannya, kan di dalam mobil ini." Penekanan kembali dengan utaraan positif pasti menang.

'Begitu...' Chris melirik pada Kennedy. 'Jadi intinya, walaupun permainan dimenangkan oleh salah satu dari pemain, namun jika syarat perjanjian tak terpenuhi, permainan sudah pasti batal, huh? Menarik.' Angguk-angguk pendek, jadi terpikir sudah berapa lama mereka berdua memainkan permainan ini.'Tunggu, apa ada penalty disini? Lalu skornya selama ini?'
Sepertinya ia harus interogasi Claire nanti. Jangan sampai adiknya ternyata juga pernah situasikan hadiah seperti ini juga...

Tiba-tiba Claire menunjukkan ponsel-nya ke depan tepat mobil memasuki kawasan pom bensin.
Tulisan yang tampak di layar sentuh adalah: 'Apakah anda yakin akan menghapus nomor ini?' bersama tampilan 2 kotak 'Ya' dan 'Tidak'. Dan ibu jari Claire telah bersiap pada kotak 'Ya'.

"Siap, Le~on?" Tak lupa kelengkapan intimidasi senyum yang penuh tantangan.

"Siapa takut?" Jawab Leon yang samai rona senyum berkadar serupa.

Begitu mobil berhenti diikuti kuncian rem tangan dan mesin dimatikan, ibu jari Claire langsung menekan kotak 'Ya'.
Kedua pria di dalam mobil kontan menoleh ke si rambut merah, dan Chris kerutkan kedua alis begitu menangkap arti semeringah senyum disana.

Jelas adiknya sudah menyiapkan ide hadiah.

Tiba-tiba Claire beranjak dari kursi dan mengambil duduk pada penutup case tengah bersama penunjukan aksi gigit bibir bawah dengan rona sensual.

Satu per satu jari-jari lentik tangan kanan menjajaki jaket kulit si agen, dan terus turun sebareng jemari dari tangan kiri menyusul menguak jaket secara perlahan sekaligus meraba kaos ketat yang tampilkan otot-otot atas six pack.

Chris membuka mulut penuh ancang pertanyaan begitu adiknya dekatkan wajah pada si agen.
Belum niatnya menyela, ia tertegun begitu adiknya berhenti dengan pisahan jarak inci antar masing bibir. Pasangan itu saling bertemu pandang, dimana kedua iris biru metal si agen sekejap terisi bias bingung seiring jemari-jemari lentik itu menarik diri bersama ponsel dan dompet di masing-masing genggaman.

Leon akhirnya mengawali percakapan begitu wanita di depannya menjauh dan kembali duduk manis di kursi belakang.
"Kau tahu kan, benda-benda itu takkan terlabel 'hadiah' lagi saat aku turun dari mobil?"

"Menurutmu?" Claire sunggingkan senyum super feminim saat jemarinya cekat mengambil salah satu Kartu Kredit, lalu mencatat seluruh teraan angka pada ponsel hasil jarahan tadi, membuka buku telepon, pencet sebuah nomor, kemudian membawa ponsel ke telinga.

Beberapa detik kemudian... "Hm~ Kau butuh konfirmasinya?" Dan ponsel diacung ke depan wajah sahabatnya.

Begitu si pemilik menerima ponsel dan mendengarkan utaraan kalimat dari speaker, pria itu langsung tersenyum. "Ya Hunnigan, kau bisa proses apa yang Claire minta."
Setelah meletakkan ponsel ke dudukan ponsel, Leon mengucap ke belakang. "Itu sedikit curang, Claire. Kau meminta bantuan dari orang lain."

Claire memasukkan Kartu Kredit ke dalam dompet dan sodorkan benda itu ke sahabatnya. "Hadiahnya hanya terbatas dengan dirimu, centang: aku menggunakan suaramu sebagai konfirmasi. Itu karena kau tak sebutkan spesifik kategorinya selain 'dirimu', berarti itu termasuk label bantuan.
Lalu di dalam mobil ini, centang: aku mendapatkan hadiahnya sebelum satu diantara kita keluar mobil. Dan semenjak hadiahnya sudah berganti menjadi namaku..." Menoleh ke gedung Minimart yang berada tak jauh sembari membuka pintu mobil, pijakkan kedua sepatunya ke pavemen batu.

Chris kini dapatkan maksud dari hubungan Kartu Kredit dan Hunnigan. Iapun tak tanggung-tanggung pelototi adiknya yang masih paparkan senyum kemenangan.
Sewaktu ia hendak komentar, adiknya sudah melarikan diri menuju lobby gedung dengan seruan, "takkan lama!"

"Dasar Claire." Geramnya ketika ia silangkan kedua tangan di depan dada. "Kennedy, aku tak tahu ide permainan aneh kalian. Tapi kalau tadi seperti yang kuduga, jumlah yang adikku pakai nanti akan kuganti."

Tawa pendek mengambang dari sisi dan itu membuatnya memicing datar untuk fokus pada sosok yang membuka pintu mobil.

"Kau mau membuatku seperti orang luar, Chris?" Sahut Leon saat keluar dari mobil.

Entah kenapa setiap namanya tersebut penuh penekanan sekaligus lembut berwibawa seperti cara Wesker meletakkan nada khusus akan namanya... Sesuatu dalam kesadaran mentalnya seperti tercabik. Dan luapan emosi percampuran kesal sekaligus merinding benci yang mengalir dalam darahnya langsung bergejolak dari pompa jantung sampai ubun-ubun kepala.

"Jika terdapat hubungan spesial, aku takkan bermasalah banyak." Utaraan balasan yang penyampaiannya keluar lebih kasar dari maksud hati; itu dibalas dengan 'tatapan' dari lawan bicaranya yang baru saja menekan tombol untuk membuka plat pelindung dari penutup tangki bahan bakar.

Uh oh, sepertinya ia terbawa perasaan tentang Wesker.

Ia tahu ini hanya salah satu dari kebaikan si Kennedy. Redfield bersaudara adalah segalanya, dulu pernah dikatakan. Kisah itu terjadi setelah membantu Claire keluar Kota Raccoon, lalu pencarian akan dirinya demi membantu Claire.
Tentu hal itu sedikit mirip lelucon baginya. Perkiraannya dulu karena bocah ini naksir berat dengan adiknya. Tapi...

Leon mengambil salah satu selang dari 3 yang ada di fuel dispenser, dan celupkan ujung pump pada lubang tangki. Setelah memasukkan digit angka sebagai pengisian liter otomatis, ia sandarkan tangan pada sisi atas mobil dengan tatapan ke arah pria di dalam mobil.

"Jadi, maksudmu..." Sahutan dengan pemaparan nada yang terdengar seksi, Chris lagi-lagi merinding.

"Aku harus membina mode kekasih dengan salah seorang dari Redfield?" Lanjut Leon.

Mulut Chris terbuka hendak menjawab, namun tak ada suara yang keluar ketika otak kembali memproses setiap kata dalam pertanyaan itu dan itu memukul mentalnya dengan telak.
Salah seorang DARI Redfield? Dirinya termasuk? Karena HANYA ada 2 Redfield disini!

Kennedy pasti melihat mimiknya yang super syok karena luwes tawa langsung terdengar.

"Astaga, Chris. Cuma bercanda. Kenapa juga denganmu hari ini, huh?" Dan tiba-tiba pria berambut pirang kecoklatan itu masuk ke mobil, berlanjut setengah beranjak ke arahnya.

"...?" Chris jelas terpaku dan nyaris stop bernafas saat rangkap tangan, berlanjut bidang dada Kennedy bersentuh dengan bidang dadanya. Disela itu, jemari pria di depannya bekerja cepat menekan kenop dudukan sementara tangan sepasang memegang tahanan kepala.

Menarik dan mendorong, terjadi dalam durasi kurang dari 4 detik. Namun awang-awang wangi manis dari cologne yang tersemu bau khas jaket kulit beserta semerbak wangi shampo yang merupakan perpaduan rasa apel dan cinnamon dari rambut yang selembut sutera... Ditambah posisi cahaya mentari yang semakin mempertebal tiap garis dari warna pirang yang membuat sosok ini menjadi terlihat penuh oleh pesona...

Iapun membuka mulut yang terbentuk 'O' dengan penjabaran antara terpana dan syok.

"Nah." Ujar pria yang masih berposisi di atasnya. "Kau perlu istirahat. Rileks, ok?" Kemudian mundur dan keluar dari mobil kembali... Tinggalkannya seorang diri bersama perasaan yang pengungkapannya sangat tak jelas definisinya.

Aneh. Seseorang di atas sana pasti sedang bermain trik dengan isi kepalanya.

Suara "bib" tanda pengisian yang diinginkan telah selesai. Begitu membereskan kuncian tangki, si agen menunjukkan struk. "Aku membayar ini dulu, sekalian membantu Claire." Lalu melihat ke sekeliling sejenak, dimana hanya terdapat 2 hingga 3 mobil saja yang sedang mengisi bahan bakar.
Si agen kemudian menutup pintu sisi penyetir dan berjalan ke arah gedung Minimart.

Chris yang masih tercengang kini perlahan rapatkan kedua bibir saat mengambil posisi agak duduk untuk mengamati sosok si Kennedy yang kini membuka pintu kaca dan masuk; berbaur dengan sosok-sosok di dalam toko.

'Apa yang terjadi tadi...?' Merebah kembali, pijati kening dan menenangkan diri.

Sayangnya ketenangannya tak berlangsung lama karena 5 menit berikut telah terdengar suara pintu bagasi yang dibuka seiring komentar-komentar bernada tantangan dari suara adiknya.

Selanjutnya ia hanya bisa menghela panjang begitu suara kantung berbahan kertas satu per satu diletakkan ke dalam bagasi seiring kalimat-kalimat bertema adu 'Dare-Me-Not' kembali.


TBC..


A/N:

Permainan "Dare-Me-Not!" adalah ide yang dikembangkan dari versi "Dare or Double Dare" atau "Trick or Threat", dimana menantang dengan "Double Dare" dalam fic saya berarti terdapat situasi persyaratan (tergantung dari si pemberi atau penerima tantangan) plus resiko yang bisa saja tinggi atau bisa saja hanya berupa teka-teki.
Dengan tak adanya penalty, pemain bisa menyerah di tengah permainan.
Contoh: tantangan untuk mendaki gunung dengan ketentuan waktu dan tempat untuk memecahkan rekor atau sekedar unjuk gigi. Tentu saja si pendaki bisa menyerah di tengah jalan, bahkan disebelumnya.

Daku harus ingatkan pada pembaca sekalian bahwa semua fic yang saya buat selalu mengandung unsur kekerasan, darah, serta permainan senjata. Tapi ini adalah genre humor, jadi sebagai awal saya beri rating "T".

Makasih yang sudah membaca fic saya. Mohon review, kritik, dan sarannya.