Rukia Kuchiki adalah putri bermata amethyst dari negeri Seiretei. Rukia adalah gadis yang cantik dan baik hati, sifat jeleknya adalah semua keinginannya harus terpenuhi. Semua keinginannya akan dipenuhi oleh pelayan dan ayahnya, Byakuya Kuchiki.

Byakuya Kuchiki adalah raja di negeri Sieretei. Istrinya bernama Hisana Kuchiki. Hisana meninggal saat melahirkan Rukia. Setelah kematian Hisana, posisi ratu negeri Seietei kosong selama beberapa tahun.

Peraturan negeri Seiretei mengatakan, bahwa seorang raja atau ratu yang sudah menikah harus mempunyai pasangan untuk mendampingi mereka selamanya. Jika posisi itu tidak diisi, raja atau ratu yang bersangkutan harus mangkat dan digantikan oleh anggota kerajaan yang lain.

Byakuya yang ingin membuat anak perempuannya menjadi seorang ratu memutuskan untuk menikah lagi. Ia menikah dengan bangsawan terhormat di Seiretei. Nama gadis yang ia nikahi adalan Soi Fon. Soi Fon memiliki rambut hitam pendek, tingginya sekitar pundak Byakuya.

Setelah dua tahun pernikahan, Soi Fon memiliki anak, yang bernama Hisagi. Rukia yang saat itu berumur dua tahun hanya diam terpaku saat ia mendengar tangisan bayi menggelegar di istana.

"Ayah, suara apa itu?" tanya Rukia kecil sembari menatap ayahnya.

"Oh, itu adalah tangisan adik barumu." Byakuya tersenyum sambil mengelus kepala Rukia lembut.

"Benarkah?" Rukia melompat ke pangkuan Byakuya dengan mimik bahagia.

"Ya." Byakuya menatap Rukia kecil dengan sendu. Ia teringat akan mendiang istrinya, Hisana Kuchiki.

Hisana dan Rukia bagaikan replika. Mereka memiliki rambut hitam sepundak dan poni belahan tengah. Badannya yang kecil dan kurus, benar-benar mirip dengan Hisana. Mereka berdua orang yang baik dan hangat.

.

.

Parallel Hearts

Chapter 1 : The Loyal Servant

Disclaimer : Bleach ~ Tite Kubo

Genre : Angst and Hurt/Comfort

Warning :

OOC, AU, TYPOs, dll

.

.

"Hahahahaha kau kira aku akan memaafkan kesalahanmu?" Hisagi tersenyum sinis kepada salah satu rakyat negerinya yang tidak sengaja menabraknya saat Hisagi berjalan di pasar.

Tidak terasa waktu telah berjalan dengan cepat sekali. Sekarang Hisagi telah berumur enam belas tahun dan Rukia telah berumur delapan belas tahun. Sekarang Rukia telah menjabati posisi Putri dan Hisagi menjadi Pangeran.

"Pangeran Hisagi, bisakah anda melepaskan rakyat malang itu?" seorang laki-laki sekitar berumur delapan belas tahun berambut putih menghampiri Hisagi yang dengan angkuh menginjak orang tidak bersalah itu.

"Apa katamu, Hitsugaya?" Hisagi menatap pria berambut putih itu dengan tatapan psycho.

"Maaf, maksudku hanya ingin menyampaikan bahwa ada pesta dansa malam ini." Pria yang dipanggil Hitsugaya itu menatap balik Hisagi dengan dingin.

"Oh!" Hisagi kembali menaiki kudanya dan pergi kembali ke istana diikuti dengan Hitsugaya.

Toshirou Hitsugaya adalah pelayan yang setia. Ia melayani Putri Rukia dengan sepenuh hati. Ia selalu mengabulkan keinginan Rukia apapun itu. Toshirou memiiliki umur yang sama dengan Rukia.

"Hari ini ada pesta dansa, huh?" Rukia menatap keluar jendela kamarnya dengan malas. Rambut seputih saljunya bermain dengan angin yang masuk melewati jendelanya itu.

Rambut Rukia telah ia ubah dengan cara di cat. Dia membenci rambut hitamnya, karena banyak kejadian buruk dibalik rambut hitam itu. Rambut yang ia miliki sejak ia lahir itu membuatnya terus bersedih. Untuk membuatnya senang, Rukia meminta pelayan istana untuk merubah warna rambut Rukia sesuai keinginannya dan yang Rukia pilih adalah putih. Ia sangat suka dengan salju. Itulah dasarnya.

"Iya, Putri!" Hitsugaya menyiapkan camomille tea untuk Rukia.

"Apakah aku harus datang?" tanya Rukia walaupun ia sudah tahu jawabannya.

"Tentu saja." Hitsugaya meletakan secangkir teh di atas meja kecil di samping Rukia.

"Menyebalkan!" Rukia menggerutu sembari mengambil cangkir itu.

"Anda ingin menggunakan gaun apa, Putri?" tanya HItsugaya yang sekarang telah berdiri di sebelah Rukia.

"Bagaimana dengan gaun putih yang baru dijahit oleh penjahit kerajaan?" Rukia menyesapi aroma tehnya.

"Baik, Putri!" Hitsugaya keluar kamar Rukia.

Rukia menatap langit biru diluar sana. Kicauan burung menemaninya. Gemerisik pohon-pohon membuat udara menjadi sejuk. Anak-anak bermain dengan gembira.

"Maaf Putri, gaunnya telah saya siapkan." Hitsugaya membungkuk dan mempersilahkan Rukia ke arah Hitsugaya.

"Indah sekali!" Rukia tersenyum lebar.

Teng. Teng. Teng.

Jam telah menunjukan pukul tujuh tepat malam hari. Pesta di salah satu rumah bangsawan telah dimulai. Rukia duduk di sebuah sofa merah marun yang terletak di pojok ruangan.

"Hei hei bukankah itu Putri Rukia?"

"Iya. Rambutnya aneh ya hahahaha."

"Itu adalah Ratu masa depan?"

"Iya. Katanya jika Raja telah meninggal tahta Raja Byakuya akan diturunkan kepadanya."

"Putri yang aneh."

"Aku lebih pantas menjadi Ratu daripada dia!"

Itulah yang orang-orang katakan saat melihat Rukia. Mereka menatap Rukia dengan sinis. Rukia hanya terdiam dan menunduk dalam. Tiba-tiba sebuah tangan terulur. Rukia mendongak dan melihat mata emerald Hitsugaya.

"Jangan bersedih, Putri!" Hitsugaya tersenyum. Rukiapun tersenyum.

"Tenang saja Putri, aku selalu berada disampingmu dan akan membantumu apapun yang terjadi." Hitsugaya tersenyum.

"Terima kasih, Hitsugaya." Rukia menatap Hitsugaya dengan senang.

.

.

Hitsugaya P.O.V

Aku melihat Putri Rukia terdiam seribu bahasa. Tidak seperti biasanya. Dia selalu tersenyum apapun yang terjadi. Aku mendengar bisik-bisik orang-orang disekitar. Ternyata itu sebabnya. Aku menghampirinya dan memberikan ia segelas wine.

"Jangan bersedih, Putri!"

"Tenang saja Putri, aku selalu berada disampingmu dan akan membantumu apapun yang terjadi." kataku.

Ya, aku akan menjagamu sampai akhir hayatku walaupun apapun yang terjadi. Itulah perintah Raja Byakuya kepadaku. Aku hanya pria biasa yang tidak mempunyai apa-apa dan tidak sengaja aku diangkat menjadi pelayan Putri Rukia karena kepandaianku dan kecerdikanku, kata Raja Byakuya.

Saat pertama kali memasuki istana, aku merasa malu dan takut, karena semua orang membicarakanku. Entah apa yang mereka bicarakan sebenarnya.

Saat aku ditetapkan sebagai pelayan Putri Rukia aku merasa semaki gugup dan takut, karena aku merasa Putri akan mengejekku karena rambut putih yang aku miliki ini. Rambut ini berbeda. Sangat berbeda. Aku sering diejek soal rambut ini. Tetapi saat melihat Putri Rukia, aku merubah pandanganku terhadap Putri Rukia. Ia memiliki rambut yang sama dengan milikku. Rambut putih.

Aku melihatnya dengan tatapan heran. Raja Byakuya dan Ratu Soi Fon memiliki rambut hitam, Pangeran Hisagi juga berambut hitam, tetapi mengapa Putri Rukia memiliki rambut putih?

Putri Rukia menatapku dengan tatapan kosong waktu itu. Mata amethystnya tidak memancarkan sinar kehidupan. Ada apa?

Aku masih ingat saat kami pertama kali pergi ke taman istana. Dia dapat menceritakan apa yang terjadi pada dirinya selama ini dan aku berusaha menghiburnya.

Tertawa.

Dia tertawa.

Aku juga tertawa melihatnya tertawa.

Sejak saat itu kam semakin dekat dan aku telah menjadi pelayan kepercayaannya. Itu suatu kehormatan besar bagiku.

Hitsugaya P.O.V end

.

.

"Toushiro?" Rukia melambaikan tangannya di depan wajah Hitsugaya.

"Iya, Putri?" Hitsugaya tersadar dan memasang senyumnya.

"Aku hanya terkejut karena tadi kau melamun." Rukia memasang tampang khawatir.

Musik waltz mengalun pelan memenuhi ruangan dansa tersebut. Semua orang menari dengan pasangan mereka. Hitsugaya berlutut dan mengulurkan tangannya kepada Rukia. Rukia sedikit terkejut dan menerima uluran tangan Hitsugaya. Hitsugaya berdiri dan mulai berdansa dengan Rukia. Mereka terlihat sangat senang.

Pagi yang cerah di negeri Seiretei. Kicauan burung pagi menambah indah suasana. Hitsugaya memasuki kamar Rukia dan membuka gorden kuning emas milik Rukia.

"Sudah pagi, Putri Rukia!" Hitsugaya menuangkan teh ke dalam cangkir kecil sembari menatap Rukia yang masih menggeliat di atas tempat tidurnya.

"Engg...lima menit lagi~" Rukia menarik selimutnya.

"Tidak bisa, Putri! Raja meminta Putri untuk ikut sarapan denganya setelah sekian lama." jelas Hitsugaya.

"Baik baik!" Rukia bangkit dari tempat tidurnya dan segera menuju kamar mandi untuk mandi dan mengganti pakaian.

"Anda terlihat cantik hari ini, Putri!" Hitsugaya merapikan gaun bagian bawah Rukia.

"Terima kasih!" Rukia menatap dirinya dan Hitsugaya dari cermin.

Di koridor yang panjang beralaskan karpet merah, Rukia berjalan dengan anggun diikuti dengan Hitsugaya di belakangnya, sampai di depan sebuah pintu besar yang terbuat dari kayu oak berasitektur klasik. Hitsugaya meju ke depan dan membukakan pintu besar itu untuk Rukia. Lalu terlihatlah Raja Byakuya, Ratu Soi Fon, dan Pangeran Hidasi yang sedang duduk mengelilingi meja makan besar. Di atas meja itu telah disiapkan berbagai macam makanan.

Rukia berjalan dengan anggun. Angin yang masuk melalui jendela membuat rambut putihnya melambai. Sedangkan Hitsugaya hanya berdiri di sebelah kanan pintu besar itu sambil menatap keluarga kecil itu.

.

.

Rukia P.O.V

Sudah lama aku tidak makan bersama mereka. Rasanya aku sudah lupa bagaimana rasanya kehangatan keluarga. Aku selalu bersama Toushiro selama ini. Saat makan, saat berjalan-jalan, saat bermain juga, dia selalu berada di sisiku selama ini.

Sejak kedatangannya ke istana, aku mulai berubah perlahan. Senyumku yang sempat hilang kembali lagi saat aku bersamanya. Kerap kali aku diejek karena rambut ini di pesta-pesta, tetapi Dia selalu menghiburku. Dia selalu menguatkanku. Aku tidak mau kehilangan Dirinya. Dia sangat berharga bagiku.

Ratu Soi Fon, ibu tiriku dan Pangeran Hisagi, adik tiriku menatapku sinis. Ayah hanya memasang wajah datar dan dinginnya seperti biasa. Aku menarik sebuah kursi dan duduk di antara mereka dan mulai memakan makanan yang dihidangkan.

Hisagi menatapku dengan tatapan benci sedangkan Soi Fon hanya mengacuhkanku. Sarapan berlangsung dengan tenang dan datar. Tidak ada yang berbicara sejak tadi. Sudah kuduga akan begini jadinya. Alasan inilah yang membuatku untuk menghindari makan bersama dengan mereka.

Aku melanjutkan makanku dengan poni yang menutupi mataku. Mereka naïf sekali. Mengapa aku katakan naïf? Karena saat aku melewati tempat ini saat sarapan maupun makan malam terdengar gelak tawa dari dalam ruangan. Bahkan Ayah yang terkenal dingin saja tertawa. Aku merasa iri dengan keadaan mereka waktu itu, untung saja ada Toushiro yang menghiburku. Dia selalu ada saat aku sedih maupun senang. Tidak seperti mereka dan mantan pelayanku. Mereka semua menjauhi diriku. Mereka seperti melihat hantu atau monster saat bertemu denganku. Bahkan mantan-mantan pelayanku sebelum Toushiro saja ketakutan saat melihatku.

Tring!

Alat-alat makan yang berbeturan dengan piring terdengar. Saat kulihat mereka semua, mereka telah meletakkan alat makan mereka ke atas piring dengan rapi dan mengusap mulut mereka. Akupun melakukan hal yang sama.

"Terima kasih atas makanannya!" aku bangkit berdiri dari kursiku dan memberi hormat kepada mereka dengan mengangkat sedikit gaunku lalu berjalan keluar dari ruangan itu diikuti dengan Toushiro dibelakangku.

Saat pintu besar itu tertutup aku mendengar suara gelak tawa dari dalam ruangan. Sekali lagi poniku menutupi mataku. Aku berusaha menahan tangisku. Mereka naïf sekali!

"Tenang saja, Putri! Aku berada di sampingmu!" Toushiro tersenyum.

Aku cepat-cepat menghapus air mataku dari pelupuk mataku dan memasang senyum yang paling manis.

Terima kasih Toushiro~

Rukia P.O.V end

.

.

Rukia dan Hitsugaya berjalan menjauhi pintu itu. Mereka berjalan menuju taman belakang istana. Bunga-bunga telah mekar. Tidak disangka sekarang telah musim semi. Angin sepoi-sepoi berhembus.

"Toushiro! Kemari!" Rukia duduk di sebuah bukit kecil dan Toushiro berjalan mendekati Rukia.

Rukia bermain dengan kupu-kupu dan burung-burung sedangkan Toushiro hanya memandangnya sambil tersenyum.

"Eh...bukankah itu Putri Rukia?" bisik seseorang. Toushiro yang mendengar perkataan orang itu memandang mereka diam-diam.

"Iya. Dia itu Putri terkutuk." seorang gadis yang memakai gaun merah terang dengan rambut merah berdiri membelakangi Rukia dan Toushiro.

"Kenapa begitu?" tanya perempuan lain berkulit tan.

"Ibunya meninggal saat melahirkannya." Gadis yang memulai pembicaraan itu berdiri menghadap gadis penggosip itu.

"Putri, bagaimana kalau kita berkuda?" tawar Hitsugaya.

"Ha? Boleh!" Rukia bangkit berdiri dan berjalan pergi dari bukit itu.

Rukia dan Hitsugaya berjalan dengan tenang menuju kandang kuda. Letaknya berada di belakang istana juga dan tidak jauh dari bukit tadi.

"Toushiro~" Rukia memulai percakapan.

"Iya?" Hitsugaya menatap punggung majikannya itu.

"Kau membawaku kemari karena kau mendengar pembicaraan kedua putri dari negeri lain itu bukan?" tanya Rukia berterus terang.

"Maaf." Hitsugaya menunduk dalam.

"Tidak apa!" Rukia membalikkan tubuhnya dan memasang senyum. Rukia menarik tangan Hitsugaya menuju kandang kuda itu.

Hitsugaya merasakan darahnya naik ke kepalanya. Belum pernah Rukia melakukan hal itu sebelumnya.

.

.

Rukia P.O.V

Ya, asalkan ada Toushiro di sisiku, aku akan baik-baik saja. Dia tidak akan meninggalkanku walau apapun yang terjadi. Walau dunia menjadi musuhku sekalipun. Aku percaya padamu selamanya. Aku selalu memepercayaimu, Toushiro.

Rukia P.O.V end

.

.

Hitsigaya P.O.V

Walaupun dunia yang menjadi musuhmu, aku akan melindungimu. Selalu. Aku akan menjagamu sampai nyawa ini habis. Karena kau adalah Putri dan aku adalah Pelayan. Jadi jangan bersedih dan memasang tampang muram di wajahmu, karena aku selalu ada untukmu.

Hitsugaya P.O.V end

.

.

Rukia dan Hitsugaya telah sampai di kandang kuda. Hitsugaya memasuki kandang itu dan membawa keluar sebuah kuda putih yang anggun.

"Josephine!" Rukia memeluk leher kuda putih itu.

"Putri, aku akan memasang pelananya terlebih dahulu." Hitsugaya memasuki kandang itu dan keluar dengan sebuah pelana merah di tangannya. Hitsugaya memasang pelana itu dan Rukia menaikinya.

"Terima kasih, Toushiro!" Rukia memacu kudanya sedangkan Hitsugaya menatap kuda dan pemiliknya itu.

Kuda itu berlari cepat dan Rukia memacunya semakin cepat. Kuda itu melewati jalan setapak dan melompati semak-semak yang ada. Senyum di wajah Rukia semakin lebar. Hitsugaya yang memerhatiakan itu juga tersenyum, tetapi senyumnya hilang saat melihat seseorang dengan baju tentara dan berambut biru tua sedang mengarahkan senapan ke suatu tempat. Hitsugaya melihat bidikan orang misterius itu. Purti Rukia. Ya, Rukialah yang ia incar.

Hitsugaya mengeluarkan kuda lain. Kuda itu berwarna coklat dan memiliki rambut hitam. Hitsugaya memasang pelananya dan manaikinya. Hitsugaya memacu kuda itu.

Wush~

Sebuah anak panah yang dilumuri dengan racun melesat. Hitsugaya segera memacu kudanya semakin cepat. Panah itu mengikuti arah angin yang ada. Hitsugaya melompat dari kudanya dan menubruk Rukia hingga jatuh ke tanah.

"Apa-apaan ini?" Rukia marah sejadi-jadinya. Tetapi saat membuka matanya Rukia melihat Hitsugaya yang tertusuk panah di bagian punggungnya.

"Toushiro!" Rukia berteriak sejadi-jadinya. Orang yang menembakkan anak panah itu kabur entah kemana.

"Aku tak apa, Putri!" Hitsugaya bangkit dan membiarkan Rukia lepas dari dekapannya.

"Apanya yang tak apa?" Rukia memasang wajah cemas.

"Argh~" Hitsugaya mengerang kesakitan.

"Pengawal! Pengawal!" Rukia berteriak memanggil pengawal yang sedang berjaga. Terdengar suara hentakan kaki beberapa orang.

"Ada apa, Putri Rukia?" salah satu pengawal segera berlari ke arah Rukia.

"Tolong! Tolong bawa Toushiro!" Rukia menatap nanar Hitsugaya.

"Baik, Putri!" salah satu pengawal itu memanggul Hitsugaya sedangkan Rukia berjalan disamping pengawal yang memanggul Hitsugaya.

Hitsugaya dibawa ke ruang tabib. Hitsugaya dibaringkan di atas tempat tidur yang ada oleh pengawal itu.

"Tabib Unohana! Tabib Unohana! Diaman kau?" teriak Rukia.

"Ya, Putri!" seorang wanita parubaya berambut hitam dan dikepang kedepan membungkuk memberikan hormat.

"Obati Toushiro!" Rukia keluar dengan anggun dari ruangan yang berbau obat-obatan itu.

Di sepanjang koridor berkarpet merah, Rukia berjalan dengan mata yang sendu. Masih jelas. Ya, saat Hotsugaya menyelamatkannya dari anak panah yang melesat. Akhirnya Rukia berada di kamarnya. Dia membuka pintu kamarnya dengan perlahan dan masuk ke dalam.

.

.

Rukia P.O.V

Katakan kalau kau akan baik-baik saja! Siapa saja katakan itu kepadaku sekarang! Kurasakan air mataku membasahi pelupuk mataku. Toushiro!

Kau akan berada bersamaku bukan? Jawab aku!

Air mata membasah pipiku. Kenapa air mata ini semakin deras?

Jangan pergi! Kalau kau pergi lebih akau juga pergi!

"Aku akan bersamamu selalu!"

Suara itu. Suara Toushiro! Ya, aku percaya padamu!

Kau harus kembali dan tersenyum kepadaku. Aku tidak mau kehilanganmu!

Aku selalu menunggumu!

Rukia P.O.V end

Di sebuah kamar yang luas, terlihat seorang wanita parubaya berambut hitam pendek sedang menatap keluar jendela, tepatnya menatap jendela di seberang kamarnya yang lumayan jauh.

"Maaf Ratu, saya gagal melakukannya!" seseorang berambut biru berlutut.

"Tak apa! Yang penting pelayannya itu sudah kita buat sekarat. Selama masa pengobatan pelayan itu, coba bunuh dia!" Soi Fon menatap anak buahnya yang paling setia, Uryu Isshida.

~To Be Continued~

Author Note :

Hai...minna-san! Kujo kembali dengan fic baru nih! Fic ini terinsipirasi dari lagu Servant of Evil~Len Kagamine.

Semoga minna-san suka! Maaf ya disini semuanya OOC tingkat dewa.

Review Please~