BREATH AS ONE CHAPTER 5

"Umma-mu hamil Changmin-ah. Itu saja."

Changmin membulatkan matanya. Tiba-tiba kepalanya terasa penuh dan berat.

"Ha.. Hamil?" Dia berusaha meyakinkan telinganya sendiri.

"Jae-hyung~~~~~ Ini kubawakan, bu, mwo? Changmin-ah, maksudku, Changmin?"

"Anneyong Junsu hyung.."

"Wah.. Wah... Ternyata setannya bertambah menjadi dua... Sepertinya seluruh pemain sudah lengkap eh?"


Chapter : 5/10

Rating : PG-15, very very very little NC

Genre : Romance, family, very slight angst

Type : Ten full shot *without a,b,c*

Cast : YunJae, TH5K, OC

Disclaimer : YunJae belongs to shipper, TH5K belongs to cassie and God, Changmin belongs to me. :p Story is mine.

Warning : Still new author, bahasa aneh, alur gaje, tema umum, YAOI dan M-Preg

Summary : FINALLY A COMEBACK! WELL HERE COMES THE STORY! What will happened if the role already compeleted? J

Kata-kata Yoochun keluar begitu saja seperti tidak disaring. Changmin dan Yunho kembali terdiam seakan mereka tak mampu mendengarkan lebih lanjut apa yang Yoochun akan katakan.

"Se… Setan?" Changmin mengulang kata-katanya perlahan dan emosi nya hampir meledak-ledak begitu mendengar Yoochun. Demi apapun, ia ingin sekali mengangkat bangku dan melemparnya ke muka Yoochun saat itu juga, kalau saja ia tak mengingat Yoochun lebih tua darinya, dan Yoochun adalah hyung yang amat dikasihinya.

"Ya… Setan. Perlukah aku menegaskan, setan munafik yang menuduh hyung-nya sendiri?" Yoochun tertawa sinis.

Changmin menggeram perlahan dan mengepalkan tangannya kuat-kuat. Kalau tidak diingatnya ada Jaejoong dan Yunho di sana, saat ini Yoochun mungkin telah dibuatnya mati.

"Jaga omonganmu hyung. Aku datang ke sini bukan untuk mendengar cacianmu." Changmin medesis perlahan sampai giginya bergemeletukan. Amarah yang luar biasa besar telah menguasainya.

Siapapun di ruangan itu tahu sekali apa akibatnya bila membuat Changmin marah. Tidak ada yang pernah benar-benar selamat dari amarah Changmin. Itulah yang menyebabkan magnae ini selalu mengurung dirinya di toilet dan menghancurkan barang. Karena ia tidak mau menyakiti hati hyung-hyung yang amat dikasihinya. Changmin mungkin sesosok namja yang angkuh, sombong, dan keras kepala, namun hatinya baik. Dan bila itu menyangkut sesuatu yang amat dicintainya, ia akan lebih memilih menghancurkan dirinya sendiri ketimbang menghancurkan orang yang dicintainya itu.


JAEJOONG P.O.V

Aku tau sekali apa yang Yoochun rasakan. Dan aku tau sekali apa yang Changmin pikirkan. Tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah di antara mereka berdua. Mereka sama-sama terluka dan sama-sama salah paham. Entahlah, seluruh cerita ini seperti terus berputar naik turun tanpa arah, seperti benang kusut yang benar-benar kusut.

Aku hanya mampu terdiam membisu. Jika saja, walaupun ini sangat jahat, aku berharap aku bisa meminjam kekuatan Tuhan, agar aku bisa memutar waktu. Kembali ke masa itu. Ke saat ketika kami masih murni, tertawa, berbagi mimpi dan harapan yang sama. Bernyanyi dan menyampaikan hasrat kami melalui lagu kepada dunia.

Aku tidak mampu berkata-kata lagi. Semuanya terasa sulit dan salah sekarang. Dari sudut mataku, aku memberi kode kepada Junsu untuk membawa Yoochun keluar sebentar. Atmosfir tegang ini harus diredakan.

Junsu seperti mengerti apa yang terjadi menarik lengan Yoochun perlahan dan berkata, "Chagiya, ayo kita keluar sebentar. Temani aku minum cokelat panas ya…"

Junsu berkata dengan nada riang, namun Yoochun tetap menatap Changmin dan Yunho dengan luar biasa sinis.

"Terserah padamu. Yang penting bawa aku pergi jauh dari neraka dadakan ini." Yoochun bergumam dengan sadis.

BLAM!

Yoochun yang keluar terakhir membanting pintu dengan cukup keras.

Dari sudut mataku, bisa kulihat Changmin menahan tangis. Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya. Aku, aku paling lemah dengan tangisan, karena aku juga jarang menangis, yah kecuali di depan Yunho.

"Changmin…. Sayang… Sini…" Aku melebarkan kedua lenganku menawarkan pelukan yang hangat untuk Changmin. Aku shock ketika ternyata Changmin menerima pelukanku begitu saja, padahal bukan rahasia lagi kalau Changmin sangat tidak menyukai skinship.

Dan tangisan Changmin meledak saat aku memeluknya.


YUNHO P.O.V

"Tidak apa-apa sayang. Kau boleh menangis sekeras-kerasnya. Eomma di sini Changmin… Tidak usah khawatir… "

Suasana yang haru biru di ruangan ini hampir membawaku ke dalam tangisan juga. Changmin tidak pernah meneteskan air mata sama sekali bahkan dalam proses ini. Tapi kali ini, dia menangis. Menangis dengan begitu hebatnya.

Jaejoong terus mengelus punggung Changmin. Persis seperti seorang ibu. Aku merindukan suasana seperti ini dalam dorm kami. Dorm yang kini telah begitu sepi.

Changmin terus menangis sesengukan. Tidak. Changmin tidak lemah. Beban yang diembannya lah yang terlalu berat. Dia sangat kuat. Bahkan terlalu kuat.


NORMAL P.O.V

Setelah sekian lama, Changmin menarik pelukannya dan mengusap matanya, yang kini sembab, dengan punggung tangannya.

"Maafkan aku Jae hyung. Seandainya aku tidak ada, maka tidak ada pengorbanan yang perlu terjadi, kan?"

"Sshhh… Changmin… Tidak seperti itu. Ini bukan salahmu. Kita telah mendiskusikan ini kan? Aku tidak membencimu sayangku. Kau adalah bayi besarku. Jadi jangan salahkan dirimu, oke?"

Changmin cemberut untuk beberapa saat, dan itu malah membuatnya terlihat semakin imut.

"Hyung… Aku bukan bayi…" Changmin merajuk lagi dan Jaejoong malah tertawa semakin keras.

"YAHH HYUNG!" Changmin cemberut lagi dan kini siapapun yang melihatnya sungguh-sungguh tidak akan percaya bahwa dia adalah seorang evil magnae.

Yunho yang melihat itu dari pojok ruangan hanya tersenyum simpul.

"Mianhae Changmin-ah. Tapi ingat lah! Kalau bukan karena aku yang mengurusmu, maka mungkin tidak akan yang bertahan untuk memasak untukmu, selain ibumu tentu saja, ya kan? HUAHAHAHHAHA~" Jaejoong tertawa semakin keras.

Changmin hanya tersipu malu mendengarnya.

"Min, dengarkan aku…" Jaejoong berkata setelah berusaha meredakan gelak tawanya sendiri.

Changmin yang merasakan Jaejoong berubah menjadi serius, beringsut mendekat dan memutuskan untuk mendengarkan Jaejoong dengan seksama.

"Hyung, hyung tidak bisa berjanji akan memberikanmu suatu kebahagiaan yang utuh seperti dulu, dalam waktu dekat ini Changmin-ah. Yunho pun demikian. Tapi hyung janji. Hyung akan mengembalikan kebahagiaan itu lagi."

"Tapi hyung… Junsu hyung, dan Yoochun hyung… Mereka bagaimana?" Changmin bergumam dengan sedih.

"Masalah itu… Tak perlu kau khwatirkan Changmin-ah. Kita semua saling menyayangi ingat? Kedua hyung-mu itu hanya perlu suatu waktu di mana mereka bisa menenangkan diri mereka sendiri dari tekanan batin yang mendera mereka. Tidak, mereka tidak menyalahkaknmu sama sekali. Namun, aku berbohong jika aku bilang bahwa mereka tidak kecewa atas tingkahmu. Junsu dan Yoochun tidak menyukai caramu membicarakan kami di depan variety shows. Begitu pula Yunho. Namun tidak berarti mereka membencimu kok. Mereka sungguh-sungguh sayang padamu. Percayalah padaku…" Jaejoong berkata dengan tegas, namun tetap lembut.

"Lalu, kapan kita bisa kembali lagi hyung?" Changmin berkata dengan nada sedih.

Jaejoong melirik Yunho dalam diam. Dia paling lemah jika ditanya hal seperti ini.

"Ii… Itu…"

"Kita tidak perlu kembali, Min. Memangnya kita pergi ke mana? Kita kan selalu di sini. Nama Dong Bang Shin Ki hanya berlaku untuk 5 member. Jadi, jangan pernah berpikir 'kembali' karena kita tak pernah pergi kan?" Yunho berkata dengan tegas.

Dengan nada seperti itu, bahkan Changmin yang keras kepala tidak mampu lagi melawan. Ia hanya mengangguk dan tersenyum kecil.

"Jadi apakah kau benar-benar hamil Jae-hyung?"


"Aku tau kau tidak benar-benar ingin minum cokelat panas Junsu-ah." Yoochun berkata dengan dingin.

"Ya. Aku juga sudah tau kalau kau tau…" Junsu berkata dengan tenang. Diaduknya cangkir berisi cairan yang masih berasap membubung tinggi ke udara sembari sesekali menyesapnya.

Yoochun , yang dipaksa Junsu memesan juga, melakukan beberapa prosedur yang sama.

"Jadi apa yang harus kita lakukan, Su?" Yoochun berkata kemudian menghela nafas dengan keras.

"Kalau aku tau, tak mungkin aku membawamu ke sini Chunnie…" Junsu berkata dengan nada rendah.

"Aku… Aku… Aku tidak mau Jaejoong hyung bersedih lagi. Dia sudah banyak menderita sejak lahir, bahkan setelah masalah ini, ya kan? Tapi… Tapi… Aku tak yakin membiarkan Yunho dan Changmin masuk kembali ke hidup kita adalah sebuah langkah yang tepat…." Yoochun bergumam dengan lirih.

"Aku pikir juga begitu Chunnie. Rasanya sungguh menyakitkan bila Jaejoong hyung sudah bersedih sendirian di kamarnya, atau, maaf, melepaskan hasratnya sendirian di kamar mandi. Sesekali terdengar biasa saja, tapi semakin sering mendengarnya, aku semakin kasihan padanya." Junsu menjawab dengan nada yang tidak jauh berbeda.

Keheningan kembali memenuhi atmosfir di antara mereka.

"Lantas, haruskah kita membiarkan Jaejoong bersatu dengan Yunho hyung? Lagipula, saat ini Jae hyug juga kan sedang mengandung…." Pertanyaan Junsu seakan hanyalah sebuah pertanyaan retorikal kosong yang tidak penting untuk ditanggapi.

"Aku tidak tahu Junsu-ah… Hatiku berkata demikian namun pikiranku tetap menolak untuk mengikuti pilihan tersebut…."

"Bagaimana jika kita kembali ke kamar Jae hyung dan membicarakan ini bersama-sama?"

"Haruskah?" Pertanyaan Yoochun hanya ditatap dengan tatapan tegas namun lembut dari Junsu.

"Ba…. Baiklah Su…"

"Tapi berjanjilah padaku Park Yoochun-ssi. Kendalikan emosi-mu dan jaga kata-katamu. Oke?" Junsu menekankan setiap kata demi kata yang keluar dari mulutnya.

"N… Nde… Yakusoku."


"Iya Changmin-ah… Aku sedang mengandung. Apakah kau merasa senang?" Jaejoong bertanya dengan lembut kepada Changmin.

"Huuumm…. Entahlah. Aku sedikit penasaran dengan anak yang kau kandung Jae-hyung. Ku harap dia tidak seperti Yunho hyung. Kuharap dia bisa memasak, dan tidak suka menggosongkan makanan. Huahahhahahha!" Changmin tertawa terbahak-bahak, disusul sebuah death glare dari Yunho, yang seakan tidak disadari Changmin.

Changmin mendaratkan tangannya di atas perut rata Jaejoong.

"Anneyong keponakan… Apakah kau bisa mendengar ahjussi mu yang tampan ini?" Changmin berbicara dengan nada lucu ke perut Jaejoong seakan bayi yang sedang bertumbuh itu mampu mendengar ungakapannya.

"Dia ahjussi mu yang paling rakus dan evilish aegya…. Berhati-hatilah…" Yunho berkata sambil tertawa dan beringsut ke sisi Jaejoong, berbuahkan sebuah cemberut lagi dari Changmin.

"Hyung… Apakah ini tidak akan menggangu aktivitasmu yang padat hyung? Kegiatan JYJ, drama, konser… Apakah kau serius ingin mempertahankan janin yang kau kandung? Nanti siapa yang akan mengurusnya? Bagaimana jika kau keguguran karena terlalu lelah dan itu mempengaruhi kondisi kesehatanmu?" Changmin bertanya dengan sungguh-sungguh dan cukup membuat baik Jaejoong maupun Yunho terhenyak.

"A.. Aku tidak tahu Changmin-ah. Tapi menurutku, sekarang, setelah tadi membicarakannya dengan Yunho, aku masih ingin menjaga anakku Changmin. Anak ini begitu berharga buatku. Darah Yunho dan darahku mengalir di dalamnya…."

"Anneyong…" 2 buah suara datang dan menginterupsi pembicaraan singkat antara magnae dan 'orang tuanya.'

Changmin yang melihat mereka datang berusaha bersikap tenang, dan menghipnotis dirinya sendiri untuk bersikap biasa saja dan tidak menyakiti hati orang lain.

"Duduklah…" Jaejoong berkata dengan tenang membuat Junsu dan Yoochun memilih untuk menurut.

"Jadi?" Jaejoong bertanya kepada YooSu yang masih saja terdiam membisu.

"Jadi apa hyung?" Junsu bertanya balik.

"Apakah kalian sudah membicarakannya baik-baik?" Jaejoong bertanya dengan tegas.

"I… Itu…" Junsu tidak mampu menjawab.

"Aku simpulkan kalian sudah membicarakannya. Sekarang, aku minta tolong kepada kalian dengan rendah hati, untuk meminta maaf kepada Yunho dan Changmin…" Jaejoong berkata lagi dengan tegas.

"Hyung!" Junsu dan Yoochun berkata serempak.

Jaejoong hanya menatap mereka dengan tatapan tegas.

"Kalian bersalah, dongsaengi-deul-ku tercinta. Kenapa? Karena tidak sepantasnya kalian menyakiti perasaan orang lain apapun alasan kalian. Kata-kata kalian tadi tidak sopan dan terlalu tajam. Apalagi kita ini public figure. Ayo minta maaf sekarang."

Junsu dan Yoochun hanya saling menatap dan member kode seperti anak kecil yang baru saja kedapatan mencuri cokelat di lemari es.

"Ayo…" Jaejoong berkata lagi menambahkan.

"Kalau kalian tidak mau minta maaf, aku tidak akan memasak untuk kalian selama 4 bulan penuh…."

Mendengar ancaman Jaejoong yang memang terdengar meyakinkan, Junsu dan Yoochun menelan ludah. Mereka tidak bisa memasak sendiri, dan delivery selama 4 bulan penuh bisa membuat mereka tekor Bandar, kan? Huuh dasar manusia-manusia, pel, eh maksudnya irit.

Junsu dan Yoochun hanya menatap Yunho dan Changmin dalam diam.

"Maafkan kami, Yunho hyung, Changmin-ah…" Junsu memulai pembicaraan. Yoochun tetap bergeming.

"Kami tidak bermaksud begitu, pada awalnya." Junsu menambahkan sedikit, berbasa-basi, kemudian mengalihkan pandangan kepada Yoochun yang masih bergeming. Dicubitnya pinggang Yoochun perlahan membuahkan sebuah ringisan kecil dan death glare dari Yoochun. Junsu tetap pada pendiriannya sambil menatap Yoochun seakan berarti 'lakukan-perintah-Jaejoong-hyung-sekarang-atau-aku-tidak-akan-memberimu-jatah.'

Yoochun menghela nafas, seakan tidak memiliki pilihan lain.

"Maafkan aku." Katanya singkat namun cukup keras. Terlihat sekali dia sama sekali tidak bermaksud dengan kata-kata yang diucapkannya sendiri.

Yunho dan Changmin yang melihatnya hanya tersenyum simpul.

"Nah gitu dong… Kan bagus…" Jaejoong berkata sambil tersenyum.

Atmosfir yang tercipta kembali tegang dan membuat muak. Tidak ada satu pum dari mereka yang tahu, harus mulai berbicara dari mana.

"Jadi, apakah kau akan mempertahankan kandunganmu hyung?" Junsu angkat bicara lagi pada akhirnya.

"Ya." Kali ini Jaejoong menjawab dengan tegas.

"Tapi, bagaimana dengan JYJ? Bagaimana dengan karir solo-mu hyung? Dan dengan siapa kau mengurus anak ini?" Yoochun bertanya dengan sungguh-sungguh.

"Aku yakin aka nada jalan keluar untuk itu Yoochun-ah. Dan lagipula, aku memiliki kalian ber-4 kan?" Jaejoong berkata sambil tersenyum.

"Berdua. Hanya berdua hyung." Yoochun berkata dengan sinis.

"Yoochun, bukankah kita sudah membicarakan ini tadi?" Junsu berkata menahan kesal, dan tentu saja, kali ini Yoochun benar-benar terdiam.

"Tentu saja Joongie-ah. Kau punya kami ber-4 dan aku yang akan selalu mencintaimu. Pegang kata-kataku itu." Yunho berkata dengan serius. Semua yang berada di ruangan itu kembali terdiam tidak banyak bicara.

Namun itu tak lama, sampai tawa dan canda, yang walaupun terdengar sedikit canggung, dapat terdengar dari dalam kamar Jaejoong.

Tidak ada yang tahu… Dan kalaupun ada yang tahu, seperti single terakhir mereka 'Toki wo Tomete,' mereka tidak akan perduli pada lingkungan sekitar mereka, dan tetap menjaga tawa dan canda itu lagi. Tetapi, seandainya... Yah.. Seandainya mereka tahu, bahwa kehidupan ini bukanlah tentang diri mereka semata. Bukanlah tentang mereka yang membuat seluruh cerita kehidupan itu.


Dua minggu sudah lewat sejak kejadian itu, dan baik Yunho maupun Jaejoong menghabiskan waktu mereka berjam-jam untuk bertelepon, dan sesekali, Yunho masih menyelinap pergi ke rumah sakit.

"Besok aku sudah ada jadwal lagi Jae-ah… Apakah kau akan baik-baik saja di sini? Kudengar kemarin ada media yang mencium keberadaanmu di sini, namun dengan sigap diusir oleh bodyguard dan para penyamar yang kau sewa, sehingga wartawan itu percaya bahwa keberadaanmu di sini hanya gossip."

"Tentu saja Yunho. Tidak peru cemas. Lagipula, aku masih memegang janjimu… Kau akan selalu menjagaku kan Yunho-ah?" Jaejoong berkata sambil tersenyum bahagia.

"Tidak…"

"Tidak?" Jaejoong bertanya kebingungan.

"Aku tidak akan hanya menjagamu sayangku, tapi juga anak kita. Anak kita yang sangat kita kasihi ini." Kata-kata Yunho berhasil membuat hati Jaejoong terasa penuh oleh kehangatan yang menderu seperti angin musim semi yang hangat dan menyegarkan.

"I promise I will protect you my dear… And Appa loves you aegya…"

"Aegya loves appa too…." Jaejoong memulai baby talk nya lagi, membuat Yunho gemas dan mencium Jaejoong perlahan.


"Umm… Yunho-ssi, senang kau kembali bekerja." Salah satu staff menyapa Yunho dengan ramah.

"Yunho-ssi, tadi pagi ada telpon dari ayahmu, dan oh ya… Ada panggilan dari CEO sekarang juga… Katanya kau harus menghadap karena ada urusan penting…"

"N.. Nde…"

Perasaan ragu tiba-tiba berdesir di dalam benak dan sanubari Yunho.


DRRT! DRRT

Handphone Jaejoong tiba-tiba bergetar.

"Yooboseyo?"

"Yooboseyo Jaejoong-ah… Ada yang ingin kukatakan padamu."

"Kenapa kaku sekali Yunnie, bilang saja…. Kau kenapa sih? Sakit?" Jaejoong berkata sambil tertawa.

"Itu… Bisakah kau menggugurkan kandunganmu?"

- TBC -

ANNEYONGG!

1 TAHUN HIATUS DAN SEKARANG SAYA KEMBALI DENGAN FANFIC YANG MASIH DITUNGGU INI!

HUWWAAAAAAAAAAAAA~~~~~~~~~~~~~~~

Makasih sekali untuk 36 reviewers yang masih setia menunggu.

*BOWED 90 degrees* Hontou ni Arigatou Gozaimashita!

Maaf kalo fanfic ini tidak seperti yang kalian harapkan. Sejujurnya, aku mulai sedikit kehilangan ide untuk melanjutkan. Kalau ada saran atau request boleh silahkan disampaikan.

TERIMA KASIH SEKALI!

Oh iya, yang mau kenal saya lebih dekat bisa follow : lidyakartikaaa

Silahkan di review jika tidak keberatan. Sekali lagi mohon maaf atas 2 tahun hiatus dan maaf apabila cerita ini tidak sesuai yang diharapkan…. KAMSHAMIDAAA!